Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS FALETEHAN

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA

IMANUDIN
1018031057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN2021/2022
A. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian lanjut usia (lansia)


lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia yang dimulai dari
usia 60 tahun hingga hamper mencapai 120 atau 125 tahun. Adapun lanjut usia dapat
diklasifikasi; lansia awal (65 hingga 74 tahun), lansia menengah (75 tahun atau lebih),
dan lansia akhir ( 85 tahun atau lebih) [ CITATION Fes18 \l 1033 ].
Menurut UU No. 13/1998 tentang kesejahtraan lanjut usia ada tiga definisi lanjut
usia :
a. lanjut usia adalah seseorang yang telah mecapai usia 60 tahun ke atas
b. lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dana tau kegiatan yang menghasilkan barang dana tau jasa.
c. lanjut ujia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga kehidupanya tergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Depkes RI, Lnjut usia atau yang disingkat lansia adalah seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih. pengelompokan lansia berdasarkan Departemen Kesehatan
RI (2003) meliputi: Kelompok usia prasenilis/virilitas adalah kelompok yang berusia
45-59 tahun.
a. kelompok usia lanjut adalah kelompk yang berusia 60 tahun atau lebih.
b. kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi adalah kelompok yang berusia 70
tahun atau lebih, atau kelompok yang berusia atau lebih dengan masalah
kesehatan.
Sedangkan menurut organisasi Kesehatan dunia (WHO) klasifikasi lanjut usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75-90
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Notoatmodjo 2007)
2. karakteristikLansia
a. Berusia lebih dari 60 tahun
b. kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat hingga sakit, dari
kebutuhan biopsikososial dan spiritual, serta dari kondisi adaptif sehingga
maladaptive
c. lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
3. Konsep proses penuaan
Mnurut Constantinides (1994) dalam Mariyam dkk (2008) penuaan merupakan suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri dan mempertahankan funsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan sel [ CITATION Set18 \l 1033 ]
a. Teori Biologi
Teori biologi ini melihat penuaan seperti “biologic clock” dan teori ini
mengatakan bahwa setiaap individu memiliki “program” genetic. bentuk dari
program tersebut adalah perubahan yang dapat di prediksi berupa atropi pada tymus,
menepouse, perubahan pada kulit dan adanya uban pada rambut [ CITATION Set18 \l
1033 ].
Teori molekuler menyatakan bahwa penuaan merupakan konrtol kode gentik.
Error Theory menyatakan bahwa kesalahn sintesis RNA protein yang disebabkan
karena kesalahan sel tubuh, yang mengakibatkan penurunan fungsi biologi. teori
somatic mutation hamper sama dengan teori eror tetapi didalam teori ini
menejlaskan bahwa proses menua disebabkan karena kerusakan DNA akibat
terpapar bahan kimia dan radiasi, selain itu adanya abnormalitas kromosom
sehingga, muncul penyakit yang dapat mengakibatkan kehilangan fungsi tubuh.
Teori seluler mengatakan bahwa penuaan disebabkan karena kerusakan sel yang
mengakibtakan penurunan fungsi tubuh. sedangkan teori radikal bebas juga
memberikan penjelasan tentang kerusakan sel. selain itu Radikal bebas juga
dimungkinkan sebagai penyebab kerusakan DNA dan system imun. salah satu
radikal bebas yaitu lipofuscin diidentifikasi ebagai penyebab peningkatan pigmen
yang mengakibtakan flek hitam pada orang dewasa.
b. Teori psikososial
pada usia lanjut akan terjadi perubahan psikologi yang mengarah pada
kemunduruan yang dialami terjadi secara drastic akan memungkinkan timbulnya
tekanan (shock mental) terutama bagi mereka yang belum mempunyai persiapan
atau nelakukan pembinaan unsur-unsur keperibadian sebelumnya. selain itu adanya
penuruan fsikologis berdampak pada penurunan intelektualitasnya, antara lain
menurunya kemampuan kognitif, memori, persepsi dan belajar menyebabkan pada
lansia mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu dan berinteraksi dengan orang
lain. beberapa perubahan kehidupan yang sering dialami lansia menurut santoso.J
(2014) antara lain:
1. perasaan kesepian
lansia cenderung merasa hidup sendiri, walaupun terlihat sangat bahagia, tetapi
dirinya merasa tersaingkan karena tidak sesuai dengan pemikiran orang lain dan
merasa sukar untuk menyesuaikannya.
2. merasa tidak diperlukan lagi
Dengan penurunan kondisi fisik tubuh lansia, anak cucu akan melarang
mengerjakan aapun sehingga justru lansia menganggap dirinya tidak diperlukan
lagi.
3. Tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman lansia cenderung
tidak mau menerima perubahan baru yang ada dalam kehidupanya.
4. meninggalkan banyak aktivitas
karena berbagai alasan yang relative bersumber dari pandangannya sendiri
ehingga mereka menarik diri. lansia merasa diatur, meras ditolak, dihaangi
sehingga lebih nyaman sendiri.
5. Kehilangan teman hidup
Kematian pasangan merupakan sressor yang paling berat bagi lansia. merka
merasakan kehilangan segala-galanya.
c. Teori social
1. Teori intrkasi social
Dengan bertambahnya usia banyak yang merasa menderita karena jumlah
kegiatan social yang dilakukannya akan semakin berkurang. Menurut Hurlock
(1980) kondisi seperti ini bias disebut social disengagetment (lepas dari
kegiatan kemasyarakatan) yang dapat menjadi stressor terbesar bagi seorang
lansia. social disengagetment tediri dari empat element yaitu; berkurangnya
keterlibatan dengan orang lain, variasi social yang dipernakan sudah mulai
berkurang, kemampuan mental yang semakin bertambah dan berkurangnya
partisipasi dalam kegiatan fisik.
2. Teori menarik diri
Menurut Maryam Siti 2008 Dalam teori ini lansia cenderung menarik diri
Karena merasa tidak percaya diri dengan semua perubhan yang ada dalam
dirinya, namun ada yang memang sengaja tidak mau berinteraksi dengan orang
lain dan kegiatan yang dijalani sebelumnya karena ingin memusatkan diri pada
persoalan pribadi dan mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian
3. Teori aktivitas
Dalam teori ini menyaktakan bahwa menua bukan berarti tidak berdaya, naunun
seorang lansia dapat merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas.
4. Teori kesinambungan
Dalam teori ni seseorang lansia dapat menentukan sikap dalam menghadapi
masalahnya. lansia dihadapkan untuk memilih peran mana yang harus
dilepaskan atau dipertahnkan.
5. Teori perkembangan
Dalam teori ini lansia menekankan pentingnya mengetahui apa yang telah
dialami seorang lansia pada saat muda sampai dengan dewasa

6. Teori stratifikasi usia


Dua element penting yang ada dalam teori ini antara lain struktur dan proses.
struktur yang dimaksud adalah peran dan harapan menurut penggolongan usia,
posisi kelompok usia dalam masyarakat. sedangkan proses merupakan suatu
kedudukan peran dan bagaimana cara mengatur transisi peran.

4. Batasan-batasan usia lanjut


a. Menurut (Wahjudi Nugroho,2000) Lanjut usia memiliki batasan-batasan yang telah
ditetapkan yaitu batasan lanjut usia yang di buat WHO dan Depkes RI. Menurut
WHO (World Health Organization) batasan lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun,
2) Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun, d). Usia sangat tua (very old) =
diatas 90 tahun
b. Menurut (Depkes RI, 2005) Sedangkan dalam pengelompokannya menurut Depkes.
RI, lanjut usia dibagi menjadi empat bagian [ CITATION Tha14 \l 1033 ]
1) umur pertengahan dalam masa virilitas, antara 45-54 tahun.
2) anjut usia dini dalam masa prasenium, usia 55-64 tahun.
3) lanjut usia dalam masa senium, usia 65 tahun ke atas
4) lanjut usia dengan resiko tinggi , usia lebih dari 70 tahun

5. Faktor-Faktor pemicu proses menua


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang menjadi tua, baik yang
dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan antara lain
a. Faktor genetika merupakan faktor bawaan (keturunan) yang berbeda pada setiap
individu.
Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap individu, dapat
lebih cepat atau lebih lambat.
b. Faktor lingkungan dan faktor gaya hidup. Faktor ini terkait dengan asupan gizi,
kebiasaan merokok, minum alkohol dan kafein.
c. Faktor endogenik. Terkait dengan proses penuaan, yaitu perusakan sel yang berjalan
seiring perjalanan waktu. Terjadi perubahan-perubahan pada lansia seperti
perubahan struktural dan penurunan fungsional kemampuan

6. Perubahan-prubahan yang terjadi pada usia lanjut


a. Perubahan fisik
Sebagian besar perubahan fisik pada usia lanjut terjadi kearah yang memburuk,
proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu.
Perubahan fisik pada lansia ini meliputi: perubahan penampilan, perubahan bagian
dalam tubuh, perubahan fungsi fisiologi, panca indra dan perubahan seksual
[ CITATION Rah16 \l 1033 ].
b. Perubahan kemampuan motoric
Usia lanjut pada umumnya mereka menjadi lebih lambat dan koordinasi ,gerakan
kurang begitu baik dibanding dengan masa mudanya. Perubahan ini disebabkan
oleh pengaruh fisik dan psikologis seperti berikut ini:
1) Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan motorik
meliputi menurunnya kekuatan dan tenaga yang terjadi karena bertambahnya
usia, menurunnya kekuatan otot, kekakuan dalam persendian, gemetar pada
tangan
2) Penyebab psikologis berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan
akan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti
kekuatan, kecepatan dan keterampilan
3) Perubahan kemampuan mental. Dari hasil studi para psikolog telah memperkuat
kepercayaan dalam masyarakat, bahwa kecenderungan tentang menurunnya
berbagai hal secara otomatis akan menimbulkan kemunduran kemampuan
mental
4) Perubahan minat pada usia lanjut

B. KONSEP PENYAKIT (DEMENSIA)

1. Definisi
Demensia adalah suatu sindrom/kumpulam gejala akibat kelainan fungsi otak bersifat
kronik dan progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur yaitu: daya ingat, daya fikir,
orientasi, pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahsa, dan kemampuan
menilai; di mana lebih lanjut dapat berakibat pada gangguan aktivitas harian dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain. [ CITATION Han20 \l 1033 ]

Demensia adalah penurunan dari fungsi mental luhur yang bersifat progresif dan
ireversibel dengan kesadaran yang baik (Katona, 2012) Demensia adalah sindroma
klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedimikan berat
sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari [ CITATION Hid21 \l 1033 ]
2. Etiologi
a. penyebab dari demensia [ CITATION Hid21 \l 1033 ] adalah
1) Degenerasi neuronal atau gangguan multifocal
2) Penyakit vaskuler atau lanjut usia pada oeang tua
3) Faktor usia
b. Penyebab dari dimensia non reversible
Penyakit degenaratif:
1) Penyakit alzhemeir
2) penyakit pick
3) penyakit hutington
4) kelumpuhan supranuktural progresif
5) penyakit Parkinson, DLL
Penyakit vaskuler
1) penyakit sorebrovaskuler oklusif (dimensia multi-infark)
2) penyakit binswanger
3) embolisme serebral
4) Arteritis
5) Anoksia ssekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intoksikaasi
karbon monoksida
Dimensia Traumatic
1) perlakuan kranio-serebral
2) dimensia pugilistika
Infeksi
1) Sindrom defisiensi imun depatan (AIDS)
2) Infeksi oppprtunistic
3) Penyakit creutzfeld-jacob progresif
4) Kokeonsefalopati multi fokal progresif
5) Demensia pasca ensefalitis

Menurut [ CITATION Han20 \l 1033 ] Kerusakan struktur otak dapat diakibatkan oleh
a. proses degenerasi, seperti Alzheimer, gangguan di frontotemporal penyakit
Parkinson, demensia lewy body.
b. gangguan pembuluh darah otak, seperti penymbatan atau pecahnya pembuluh darah
pada cerebro vascular (stroke) pada demensia vascular.
c. gangguan metabolism, anatara lain defisiensi vitamin B12 dan asam folat,
endokrinopati (hipotiroidi), uremia.
d. infeksi, seperti infeksi prion, infeksi HIV, sifilis
e. Trauma, seperti demensia pots Traumatic Brain Injury, subdural hematoma
f. proses keganasaan, seperti metastse dari kanker dan meningioma
g. gangguan psikiatri, antara lain pseudodemensia dari depresi, gangguan kognitif dari
skizofrenia kronis
h. obat-obatan, seperte alcohol, radiasi, logam berat, gas karbonmonoksida
i. seperti gangguan jantung, penyakit Huttington, Wilson disease.

3. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung pada luas dan lokasi kerusakan dan fungsi otak
a. gangguan daya ingat
gangguan ini merupakan gangguan yang utama, seringkali awalnya, gangguan daya
ingat dikeluhkan dengan adanya kesukaran untuk belajar hal-hal yang baru.

Gangguan daya ingat mulai dengan gangguan daya ingat jangka pendek, yaitu yang
baru-baru terjadi, meningkat ke daya ingat jangka sedang. daya ingat jangka panjang
adalah yang rerakhir terganggu sehingga tidak jarang penderita seolah-olah kembali
ke masa muda atau kanak-kanaknya dan cenderung mengulang-ulang hal tersebut.
b. Ganggun daya nilai
gangguan ini mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk mengambil
keputusan yang berdampak sering melakukan perilaku yang tidak realistis, tidak
logis dan tidak proporsioal dalam kehidupan sehari-hari.
c. gangguan daya berfikir abstrak
dalam hal ini penderita mengalami kesukaran dalam mencerna atau membuat
karangan cerita, dan mengartikan pribahasa maupun perumpamaan. hal ini makin
nyata dalam keterbatasan waktu yang dimilikinya
d. Gnagguan daya fikir
Gangguan ini adalah akibat tergangguanya fungsi luhur berupa kemampuan
menganalinisis, memilah masalah, gangguan daya fikir ini adalah bagian dari
gangguan fungsi luhur kompleks yang merupakan gabungan daya nilai, daya
abstraksi, daya ingat.
e. Gangguan penempatan dalam ruang
f. Gangguan perilaku
gangguan dibidang ini dikenal sebagai behavioral and psychological symtoms of
dementia, gangguan ini dapat berupa tujuan (pacing, pottering, & wandering)
seolah-olah mencari rumah masa lalu, perilaku agitatif dan agresvitas dan reaksi
kebingungan.
g. gangguan suasana perasaan

Menurut [ CITATION Hid21 \l 1033 ] Tanda klinis demensia yaitu:


a. Menurunya gangguan memori jangka pendek jangka panjang
b. Menurunya baahsa (afasia nominal)
c. Menurunya pemikiran, penilaian
d. Hilangnya kemampuan hidup sehari-hari (misalnya, mencuci, memakai pakaian,
mengatur keuangan)
e. prilaku yang abnormal
f. Apatis, depresi dan ansietas
g. Pola tidur terganggu
h. Mengantuk disiang hari
i. Bingung membedakan siang dan malam
j. kegelisahan di malam hari
k. Fenomena psikotik, terutama waham kejar(diperburuk dengan sifat pelupa)
l. Auditorik
m. Halusinasi visual
4. Klasifikasi Demensia
Demensia dapat dikelompokan menjadi empat kategori mayor, yaitu degenerative,
vascular, infectious, dan metabolic disease, DA termasuk penyakit degenerative.
Demensia Alzheimer, demensia vskular, demensia frontotemporal, demensia dengan
lewy bodies dan parkinson’disease dementia merupakan demensia yang sering
dijumpai. tipe lain demnsia adalah Creutzfeldt-Jakob disease, Huntington disease,
degenerasi corticobasal, progressive supranuclear palsy, Demensia HIV. [ CITATION
Anu16 \l 1033 ]

Menurut umur :
a. demensia senilis (>65 tahun)
Merupakan gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang baru terjadi,
kekurangan ide-ide dan daya pemikiran abastrak, ini merupakan gejala dini
demensia sinilis yang mana penderita menjadi egosentrik dan egoistic, lekas
tersinggung dan marah-marah, kadang-kadang timbul aktivitas sexual yang
berlebihan atau tidak pantas, suatu tanda bahwa control berkurang atau usaha untuk
kompensasi psikologik biasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala-gejala
yang jelas untuk membuat diagnosa demensia “senilis”. Gangguan- emosi seperti
cemas, stress dan suka curiga pada orang lain memperberat terjadidemensia senilis .
[ CITATION Har18 \l 1033 ]
b. Demensia prasenilis (<65 tahun)
Gangguan ini menjelaskan bahwa gejala utamanya adalh demensia sebelum masa
senile. Demensia presenilis terbagi menjadi dua, yaitu : penyakit Alzheimer dan
penyakit pick.[ CITATION Har18 \l 1033 ]

5. Fatofisiologi
Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang dimulai
pada usia 50 dan atau 60-an dengan perburukannyang bertahap dalam 5 atau 10 tahun,
yang akhirnya menyebabkan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan
bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing
individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah
sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20 tahun. Data penelitian menunjukkan bahwa
penderita demensia dengan awitan yang dini atau dengan riwayat keluarga menderita
demensia memiliki kemungkinan perjalanan penyakit yang lebih cepat. Dari suatu
penelitian terbaru terhadap 821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata angka harapan
hidup adalah 3,5 tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani
pemeriksaan medis dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan
demensia potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah
dimulai sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi
Perjalanan demensia yang paling sering dimulai dengan sejumlah tanda yang samar-
samar. Gejala fase awal hanya samar-samar, gejala semakin jelas saat demensia
berkembang
Terapi psikososial dan farmakologis dan mungkin juga oleh karena perbaikan
bagian-bagian otak (self-healing), gejala-gejala pada demensiadapat berlangsung lambat
untuk 25 beberapa waktu atau dapat juga berkurang sedikit. Regresi gejala dapat terjadi
pada demensia yang reversibel (misalnya demensia akibat hipotiroidisme, hidrosefalus
tekanan normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi. Perjalanan penyakit pada
demensia bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya terlihat pada demensia tipe
Alzheimer) hingga demensia dengan perburukan (biasanya terlihat pada demensia
vaskuler) menjadi demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang terkait
dengan trauma kepala) [ CITATION Wic16 \l 1033 ]

6. Tahap-tahap demensia
Menurut [ CITATION Pan13 \l 1033 ] Ada tiga tahapan demensia yaitu :
a. Tahap ringan
lupa akan beberapa hal, (baru-baru ini nama anggota keluarga) dan mungkin
kehilngan kemampuan utuk melakukan perhitungan sedrehana.
b. Tahap sedang
gejala lupa yang dialami mulai mempengaruhi aktivits sehari-hari, mulai perlu
bantuan untuk berpakaian atau penyakit gigi, mulai timbul gejala bingung atau
kesulitan berbicara, membaca, menulis.
c. Tahap parah
Mungkin perlu bantuan dalam semua aktivitas sehari-hari
- bias menjadi cemas, agresif, atau sangat posesif
- adakalanya pasien perlu perawatan total, siang dan malam

7. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penting yang harus dilakukan untuk penderita, mulai dari pengkajian
latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian saraf, pengkajian status mental
dan sebagai penunjang juga diperlukan tes laboratorium. Pemeriksaan Portabel untuk
Status Mental (PPSM=MMSE=Mini Mental State Examination)
Pemeriksaan penunjang pada lansia yang mengalami demensia diantaranya
adalah:
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
hormone tiroid, dan kada vitamin B12.
b. Pemeriksaan pencitraan otak
Pemeriksaan ini berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan
beratnya penyakit, maupun prognosis. Misalnya, CT- scan dan MRI.
c. Pemeriksaan EEG.
d. Pemeriksaan Genetika

8. penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia yang
reversible atau keadaan bingung yang saling tumpeng tindih, sekitar 10 persen pasien
dengan demensia menderita penyakit sistemik atau neurologic yang dapat diobati, 10%
menderita pseudo demensia yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang dapat diobati
dan 10% yang menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi seperti
alkoholisme atau hipertensi.
pasien demensia ringan dapat melanjutkan aktivitas di rumah yang relative normal
tetai jrang ditempat kerja. denga berkembangnya demnsia diperlukan lebih banyak
pengawasan. ketika gangguan menjadi lebih dalam, pasien, membutuhkan banyak
bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. beberapa pasien yang terganggu agak
berat dapat hidup sendiri jika mereka mendapat dukungan dari masyarakat termasuk
kunjungan setiap hari dari keluarga atau teman, kunjungan teratur oleh perawat
masyarakat, pemberian maknanan dan bantuan dari tetangga.
Pada setadium lanjut pasien mungkin dibantu dengan pengobatan untuk depresi,
kecemasan, gelisah, gejala psikotik, yang menyertainya. atau insomnia dengan
pengobatan psikotropik yang sesuai [ CITATION Hid21 \l 1033 ]

Terapi farmakologi :
Menurut Nugroho (2015), terapi farmakologi untuk pasien demensia [ CITATION
Anw19 \l 1033 ]:
a) Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,margarin,
kacang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan risiko demensia Alzheimer.
Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas (mis., sayuran, stroberi, melon, tomat,
brokoli)
b) Obat anti-inflamasi
c) Obat penghambat asetilkolin esterase (mis., Exelon)

Terapi non farmakologi meliputi :


a) Penyampaian informasi yang benar kepada keluarga
b) Program harian untuk pasien
c) Istirahat yang cukup
d) Reality orientation training (ROT) atau orientasi realitas
e) Validasi/ rehabilitasi/ reminiscence
f) Terapi music
g) Terapi rekreasi
h) Brain movement and exercise (gerak dan latihan otak)
i) Aroma terapi (terapi wangi-wangian)

9. Komplikasi
komplikasi yang sering terjadi pada demensia [ CITATION Sun19 \l 1033 ] seperti
a) pneumonia
b) dan infeksi saluran nafas bagian atas, septekemia, ulkus decubitus,fraktur
c) dan berbagai masalah nutrisi
d) ingatan makin lemah
e) Perubahan personality
f) Gngguan pertuturan atau percakapan pesakit menjadi sukar di pahami
g) Kemurungan
h) Kebimbangan
i) gangguan psikosis
j) Sawan
k) Gaangguan saraf seperti lemah sebelah kanan, otot-otot keras (muscule) dan terketar
(tremor)
l) Hilangnya kawalan buang air kecil dan besar
m) Hilangnya keupayaan menjaga diri

10. Mencegah demensia


Jika kondisi autonium anda ada di daftar, jangan khawatir, justru sekarang momentum
terbaik untuk mencegahnya sebelum terlambat, program pencegahan demensia
sebetulnya sederhana, yaitu menjalani gaya hidup sehat.[ CITATION Fou17 \l 1033 ]
a) Tidak merokok
b) Kontrol gula dan tekanan darah
c) Mencapai berat badan ideal
d) Olahraga rutin
e) Diet sehat (kurangi daging merah, perbanyak gandum utuh, buah dan sayur, ikan
laut, kacang)
f) Menjaga kebersihan tubuh dan gigi (trutama gigi, karena infeksi bakteri dari gigi
dapat menyebabkan demensia)
Ada banyak saran lainnya yang berkatan dengan pencegahan demensia rajin membaca
buku, belajar Bahasa asing, mengurangi stress, banyak senyum dan tertawa, dan tidur
yang cukup konsumsi suplemen vitamin.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian riwayat kesehatan


a) identitas klien
b) keluhan utama
c) riwayat keluarga
d) riwayat lingkungan hidup
e) riwayat rekreasi
f) system pendukung
g) kebiasaan ritual
h) setatus kesehatan saat ini
i) status kesehatan masa lalu
2. Pemriksaan fisik (head to toe)
3. pengkajian setatus fungsional, kognitif, afektif dan social
a. Pengkajian status fungsional
di kaji kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada evaluasi fungsi
mandiri atau tergantung ari klien dalam mandi, berpakaian, dan makan
b. Pengkajian status kognitif dan afektif
1) di kaji menggunkan short portable mental status questionnaire (SMPSQ) untuk
mendeteksi apakah ada kerusakan dari fungsi intelektualnya
2) di kaji menggunakan Mini Mental State Exam (MMSE) untuk menguji aspek-aspek
kohnitif dari fungsi meliputimorientsi, registrasi, perhatian, mengingat kembali dan
Bahasa.
B. PHATWAY

Lansia dengan demensia

Biologis

penurunan fungsi otak

penurunan neurotransmitter
penurunan sel-sel

pemecahan proses fungsi system tubuh


komunikasi antar sel

penurunan fungsi
Demensia
neurologis otot

Gangguan memori gangguan


musculoskeletal

Defisit perawatan diri

C. ANALISA DATA
No Data Menyimpang Etiologi (Pohon Masalah
Masalah)
1 DS : Demensia Gangguan memori
- keluarga pasien mengatakan
sering lupa dengan orang yang di
Biologis
sekitarnya
- kleuarga pasien mengatakan
pasien pernah mengalami penurunan fungsi
otak
pengalaman lupa
- keluarga pasien mengatakan bila
bepergian tidak tahu jala untuk penurunan
kembali neurotransmitter

DO :
pemecahan proses
- pasien tidak mampu
komunikasi antar sel
menyebutkan identitasnya dengan
jelas
- pasien sangat gelisah Demensia

Gangguan memori
2 DS Gangguan biologis Defisit perawatan diri
- Pasien tidak mau membersihkan
badanya
DO penrunan fungsi sel-sel
- Pasien tidak mampu mandi system tubuh

- badan pasien tampak bau


penurunan fungsi
- pasien tidak mampu mengenakan neurologis otot
pakaian secara mandiri
- pasien tidak mampu makan gangguan
musculoskeletal
secara mandiri

menghambat pasien
untuk perawatan diri

Defisit perawatan diri

DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS :

1. Gangguan memori berhubungan dengan gangguan neurologis


2. Defisit perawtan diri berhubungan dengan psikologis dan atau psikotik
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Gangguan memori setelah dilakuan Latihan memori
b.d gangguan intervensi keperawatan Observasi
neurologis selama 2x24 jam maka - Identifikasi
Memori meningkat masalah memori
dengan kriterisa hassil yang dialami
- verbalisasi - Identifikasi dan
kemampuan koreki kesalahan
mempelajari hal terhadap orientasi
baru meningkat - Monitor perilaku
- verbalisasi dan prubahan
kemampuan memori selama
mengingat terapi
informasi factual Terapeutik
meningkat - Rencanakan
- verbalisasi metode mengajar
kemampuan sesuai kemampuan
mengingat pasien
peristiwa - Stimulasi memori
meningkat dengan mengulng
- verbalisasi pikiran yang
pengalaman lupa reakhir kali di
menurun ucapkan, jika perlu
- verbalisasi mudah - Lakukan tehnik
lpa menurun memori yang
teapat (imjajinasi
visual, permainan
memori, )
- Fasilitasi tugas
pembelajaran (mis.
mengingat
informasi verbal
dan gambar)

- stimulasi
menggunakan
memori pada
peristiwa yang
baru terjadi
(mis.bertanya
kemana saja ia
perfi akhir-akhir
ini) jika perlu
Kolaborasi
- Rujuk pada terapi
okupasi, jika perlu

2 Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri


Defisit perawatan diri
intervensi keperawatan Observasi
b.d psikologis dan
selama 2x24 jam maka - Identifikasi usia
atau psikotik
perawatan diri meningkat dan budaya dalam
dengan kriteria hasil : membantu
- Kemampuan mandi kebersihan diri
menningkat - Identifikasi jenis
- kemampuan bantuan yang
mengenakan dbutuhkan
pakaian meningkat - Monitor
- kemampuan makan kebersihan tubuh
meningkat (mis.rambut,
- kemampuan ke mulut,kulit,kuku)
toilet meningkat - Monitor integritas
- verbalisasi kulit
keinginan Terapeutik
perawatan diri - Sediakan perlatan
meningkat mandi (mis.
- minat melakukan sabun,sikat
perwatan diri gigi,shampo)
meningkat - Sedikan
- mempertahankan lingkungan yang
kebersihan diri aman dan nyaman
meningkat - Fasilitasi
menggosok gigi,
sesuai kebutuhan
- Fasilitasi mandi,
sesuai kebutuhan
- Pertahankan
kebiasaan
kebrsihan diri
- Berikan bantuan
sesuai tingkat
kemandirian
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, D. (2016). The Art of Medicine. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Anwar, R. A. (2019). Hubungan peran Caregiver Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Lansia
Yang Demensia Di UPTD Pusat Pelayanan Lanjut Usia. Skripsi, 1-105.
Festy W, P. (2018). Lanjut Usia Perspektif dan Masalah. Surabaya: UMSurabaya Publishing.
Foundation, M. C. (2017). Autoimmune: The True Story. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Handayani, dkk, S. (2020). Buku Ajar Aspek Sosial Kedokteran (2 ed.). Jawa Timur: Airlangga University
Press.
Harahap, A. S. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Demensia Dengan Pencegahan Primer
Demensia Pada Lansia Di Puskesmas Tegal Sari . Skripsi, 1-114.
Hidayat, A. A. (2021). Buku Pengayaan Uji Kompetensi Keperawatan Gerontik. Surabaya: Health Books
Publishing.
Panji, D. (2013). Menembus Dunia Lansia. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rahman, S. (2016). Faktor-Faktor Yang Mendasari Stres Pada Lansia. Penelitian Pendidikan, 1-7.
Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2018). Asuhan Keperawatan Lanjut Usia Dengan Penyakit
Degeneratif. Malang: Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Sunarti, S., Ratnawati, R., Nugrahenny, D., Mattalitti, G. N., Ramadhan, R., Budianto, R., . . . Prakosa, A.
G. (2019). Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia (Geriatri). Malang: UB Press.
Thahir, A. (2014). Pengaruh PMR (Progressive Muscle Relaxation) Terhadap Insomnia Pada Lansia Di
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Provinsi Lampung Tahun 2012. Jurnal Bimbingan
dan Konseling, 1-14.
Wictania, N., Syamsiah, A., & Setiawati Ulvie, Y. N. (2016). Faktor Risiko Gizi terhadap kejadian
Demensia Pada Lanjut Usia Di Panti Werda Elim Semarang. Skripsi, 1-91.

Anda mungkin juga menyukai