KEPERAWATAN GERONTIK
IMANUDIN
1018031057
1. Definisi
Demensia adalah suatu sindrom/kumpulam gejala akibat kelainan fungsi otak bersifat
kronik dan progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur yaitu: daya ingat, daya fikir,
orientasi, pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahsa, dan kemampuan
menilai; di mana lebih lanjut dapat berakibat pada gangguan aktivitas harian dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain. [ CITATION Han20 \l 1033 ]
Demensia adalah penurunan dari fungsi mental luhur yang bersifat progresif dan
ireversibel dengan kesadaran yang baik (Katona, 2012) Demensia adalah sindroma
klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedimikan berat
sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari [ CITATION Hid21 \l 1033 ]
2. Etiologi
a. penyebab dari demensia [ CITATION Hid21 \l 1033 ] adalah
1) Degenerasi neuronal atau gangguan multifocal
2) Penyakit vaskuler atau lanjut usia pada oeang tua
3) Faktor usia
b. Penyebab dari dimensia non reversible
Penyakit degenaratif:
1) Penyakit alzhemeir
2) penyakit pick
3) penyakit hutington
4) kelumpuhan supranuktural progresif
5) penyakit Parkinson, DLL
Penyakit vaskuler
1) penyakit sorebrovaskuler oklusif (dimensia multi-infark)
2) penyakit binswanger
3) embolisme serebral
4) Arteritis
5) Anoksia ssekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intoksikaasi
karbon monoksida
Dimensia Traumatic
1) perlakuan kranio-serebral
2) dimensia pugilistika
Infeksi
1) Sindrom defisiensi imun depatan (AIDS)
2) Infeksi oppprtunistic
3) Penyakit creutzfeld-jacob progresif
4) Kokeonsefalopati multi fokal progresif
5) Demensia pasca ensefalitis
Menurut [ CITATION Han20 \l 1033 ] Kerusakan struktur otak dapat diakibatkan oleh
a. proses degenerasi, seperti Alzheimer, gangguan di frontotemporal penyakit
Parkinson, demensia lewy body.
b. gangguan pembuluh darah otak, seperti penymbatan atau pecahnya pembuluh darah
pada cerebro vascular (stroke) pada demensia vascular.
c. gangguan metabolism, anatara lain defisiensi vitamin B12 dan asam folat,
endokrinopati (hipotiroidi), uremia.
d. infeksi, seperti infeksi prion, infeksi HIV, sifilis
e. Trauma, seperti demensia pots Traumatic Brain Injury, subdural hematoma
f. proses keganasaan, seperti metastse dari kanker dan meningioma
g. gangguan psikiatri, antara lain pseudodemensia dari depresi, gangguan kognitif dari
skizofrenia kronis
h. obat-obatan, seperte alcohol, radiasi, logam berat, gas karbonmonoksida
i. seperti gangguan jantung, penyakit Huttington, Wilson disease.
3. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung pada luas dan lokasi kerusakan dan fungsi otak
a. gangguan daya ingat
gangguan ini merupakan gangguan yang utama, seringkali awalnya, gangguan daya
ingat dikeluhkan dengan adanya kesukaran untuk belajar hal-hal yang baru.
Gangguan daya ingat mulai dengan gangguan daya ingat jangka pendek, yaitu yang
baru-baru terjadi, meningkat ke daya ingat jangka sedang. daya ingat jangka panjang
adalah yang rerakhir terganggu sehingga tidak jarang penderita seolah-olah kembali
ke masa muda atau kanak-kanaknya dan cenderung mengulang-ulang hal tersebut.
b. Ganggun daya nilai
gangguan ini mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk mengambil
keputusan yang berdampak sering melakukan perilaku yang tidak realistis, tidak
logis dan tidak proporsioal dalam kehidupan sehari-hari.
c. gangguan daya berfikir abstrak
dalam hal ini penderita mengalami kesukaran dalam mencerna atau membuat
karangan cerita, dan mengartikan pribahasa maupun perumpamaan. hal ini makin
nyata dalam keterbatasan waktu yang dimilikinya
d. Gnagguan daya fikir
Gangguan ini adalah akibat tergangguanya fungsi luhur berupa kemampuan
menganalinisis, memilah masalah, gangguan daya fikir ini adalah bagian dari
gangguan fungsi luhur kompleks yang merupakan gabungan daya nilai, daya
abstraksi, daya ingat.
e. Gangguan penempatan dalam ruang
f. Gangguan perilaku
gangguan dibidang ini dikenal sebagai behavioral and psychological symtoms of
dementia, gangguan ini dapat berupa tujuan (pacing, pottering, & wandering)
seolah-olah mencari rumah masa lalu, perilaku agitatif dan agresvitas dan reaksi
kebingungan.
g. gangguan suasana perasaan
Menurut umur :
a. demensia senilis (>65 tahun)
Merupakan gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang baru terjadi,
kekurangan ide-ide dan daya pemikiran abastrak, ini merupakan gejala dini
demensia sinilis yang mana penderita menjadi egosentrik dan egoistic, lekas
tersinggung dan marah-marah, kadang-kadang timbul aktivitas sexual yang
berlebihan atau tidak pantas, suatu tanda bahwa control berkurang atau usaha untuk
kompensasi psikologik biasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala-gejala
yang jelas untuk membuat diagnosa demensia “senilis”. Gangguan- emosi seperti
cemas, stress dan suka curiga pada orang lain memperberat terjadidemensia senilis .
[ CITATION Har18 \l 1033 ]
b. Demensia prasenilis (<65 tahun)
Gangguan ini menjelaskan bahwa gejala utamanya adalh demensia sebelum masa
senile. Demensia presenilis terbagi menjadi dua, yaitu : penyakit Alzheimer dan
penyakit pick.[ CITATION Har18 \l 1033 ]
5. Fatofisiologi
Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang dimulai
pada usia 50 dan atau 60-an dengan perburukannyang bertahap dalam 5 atau 10 tahun,
yang akhirnya menyebabkan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan
bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing
individu. Usia harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah
sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20 tahun. Data penelitian menunjukkan bahwa
penderita demensia dengan awitan yang dini atau dengan riwayat keluarga menderita
demensia memiliki kemungkinan perjalanan penyakit yang lebih cepat. Dari suatu
penelitian terbaru terhadap 821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata angka harapan
hidup adalah 3,5 tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani
pemeriksaan medis dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan
demensia potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah
dimulai sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi
Perjalanan demensia yang paling sering dimulai dengan sejumlah tanda yang samar-
samar. Gejala fase awal hanya samar-samar, gejala semakin jelas saat demensia
berkembang
Terapi psikososial dan farmakologis dan mungkin juga oleh karena perbaikan
bagian-bagian otak (self-healing), gejala-gejala pada demensiadapat berlangsung lambat
untuk 25 beberapa waktu atau dapat juga berkurang sedikit. Regresi gejala dapat terjadi
pada demensia yang reversibel (misalnya demensia akibat hipotiroidisme, hidrosefalus
tekanan normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi. Perjalanan penyakit pada
demensia bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya terlihat pada demensia tipe
Alzheimer) hingga demensia dengan perburukan (biasanya terlihat pada demensia
vaskuler) menjadi demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang terkait
dengan trauma kepala) [ CITATION Wic16 \l 1033 ]
6. Tahap-tahap demensia
Menurut [ CITATION Pan13 \l 1033 ] Ada tiga tahapan demensia yaitu :
a. Tahap ringan
lupa akan beberapa hal, (baru-baru ini nama anggota keluarga) dan mungkin
kehilngan kemampuan utuk melakukan perhitungan sedrehana.
b. Tahap sedang
gejala lupa yang dialami mulai mempengaruhi aktivits sehari-hari, mulai perlu
bantuan untuk berpakaian atau penyakit gigi, mulai timbul gejala bingung atau
kesulitan berbicara, membaca, menulis.
c. Tahap parah
Mungkin perlu bantuan dalam semua aktivitas sehari-hari
- bias menjadi cemas, agresif, atau sangat posesif
- adakalanya pasien perlu perawatan total, siang dan malam
7. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penting yang harus dilakukan untuk penderita, mulai dari pengkajian
latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian saraf, pengkajian status mental
dan sebagai penunjang juga diperlukan tes laboratorium. Pemeriksaan Portabel untuk
Status Mental (PPSM=MMSE=Mini Mental State Examination)
Pemeriksaan penunjang pada lansia yang mengalami demensia diantaranya
adalah:
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati,
hormone tiroid, dan kada vitamin B12.
b. Pemeriksaan pencitraan otak
Pemeriksaan ini berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan
beratnya penyakit, maupun prognosis. Misalnya, CT- scan dan MRI.
c. Pemeriksaan EEG.
d. Pemeriksaan Genetika
8. penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia yang
reversible atau keadaan bingung yang saling tumpeng tindih, sekitar 10 persen pasien
dengan demensia menderita penyakit sistemik atau neurologic yang dapat diobati, 10%
menderita pseudo demensia yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang dapat diobati
dan 10% yang menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi seperti
alkoholisme atau hipertensi.
pasien demensia ringan dapat melanjutkan aktivitas di rumah yang relative normal
tetai jrang ditempat kerja. denga berkembangnya demnsia diperlukan lebih banyak
pengawasan. ketika gangguan menjadi lebih dalam, pasien, membutuhkan banyak
bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. beberapa pasien yang terganggu agak
berat dapat hidup sendiri jika mereka mendapat dukungan dari masyarakat termasuk
kunjungan setiap hari dari keluarga atau teman, kunjungan teratur oleh perawat
masyarakat, pemberian maknanan dan bantuan dari tetangga.
Pada setadium lanjut pasien mungkin dibantu dengan pengobatan untuk depresi,
kecemasan, gelisah, gejala psikotik, yang menyertainya. atau insomnia dengan
pengobatan psikotropik yang sesuai [ CITATION Hid21 \l 1033 ]
Terapi farmakologi :
Menurut Nugroho (2015), terapi farmakologi untuk pasien demensia [ CITATION
Anw19 \l 1033 ]:
a) Anti-oksidan : vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuning telur,margarin,
kacang-kacangan, minyak sayur, bisa menurunkan risiko demensia Alzheimer.
Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas (mis., sayuran, stroberi, melon, tomat,
brokoli)
b) Obat anti-inflamasi
c) Obat penghambat asetilkolin esterase (mis., Exelon)
9. Komplikasi
komplikasi yang sering terjadi pada demensia [ CITATION Sun19 \l 1033 ] seperti
a) pneumonia
b) dan infeksi saluran nafas bagian atas, septekemia, ulkus decubitus,fraktur
c) dan berbagai masalah nutrisi
d) ingatan makin lemah
e) Perubahan personality
f) Gngguan pertuturan atau percakapan pesakit menjadi sukar di pahami
g) Kemurungan
h) Kebimbangan
i) gangguan psikosis
j) Sawan
k) Gaangguan saraf seperti lemah sebelah kanan, otot-otot keras (muscule) dan terketar
(tremor)
l) Hilangnya kawalan buang air kecil dan besar
m) Hilangnya keupayaan menjaga diri
A. PENGKAJIAN
Biologis
penurunan neurotransmitter
penurunan sel-sel
penurunan fungsi
Demensia
neurologis otot
C. ANALISA DATA
No Data Menyimpang Etiologi (Pohon Masalah
Masalah)
1 DS : Demensia Gangguan memori
- keluarga pasien mengatakan
sering lupa dengan orang yang di
Biologis
sekitarnya
- kleuarga pasien mengatakan
pasien pernah mengalami penurunan fungsi
otak
pengalaman lupa
- keluarga pasien mengatakan bila
bepergian tidak tahu jala untuk penurunan
kembali neurotransmitter
DO :
pemecahan proses
- pasien tidak mampu
komunikasi antar sel
menyebutkan identitasnya dengan
jelas
- pasien sangat gelisah Demensia
Gangguan memori
2 DS Gangguan biologis Defisit perawatan diri
- Pasien tidak mau membersihkan
badanya
DO penrunan fungsi sel-sel
- Pasien tidak mampu mandi system tubuh
menghambat pasien
untuk perawatan diri
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Gangguan memori setelah dilakuan Latihan memori
b.d gangguan intervensi keperawatan Observasi
neurologis selama 2x24 jam maka - Identifikasi
Memori meningkat masalah memori
dengan kriterisa hassil yang dialami
- verbalisasi - Identifikasi dan
kemampuan koreki kesalahan
mempelajari hal terhadap orientasi
baru meningkat - Monitor perilaku
- verbalisasi dan prubahan
kemampuan memori selama
mengingat terapi
informasi factual Terapeutik
meningkat - Rencanakan
- verbalisasi metode mengajar
kemampuan sesuai kemampuan
mengingat pasien
peristiwa - Stimulasi memori
meningkat dengan mengulng
- verbalisasi pikiran yang
pengalaman lupa reakhir kali di
menurun ucapkan, jika perlu
- verbalisasi mudah - Lakukan tehnik
lpa menurun memori yang
teapat (imjajinasi
visual, permainan
memori, )
- Fasilitasi tugas
pembelajaran (mis.
mengingat
informasi verbal
dan gambar)
- stimulasi
menggunakan
memori pada
peristiwa yang
baru terjadi
(mis.bertanya
kemana saja ia
perfi akhir-akhir
ini) jika perlu
Kolaborasi
- Rujuk pada terapi
okupasi, jika perlu