Anda di halaman 1dari 40

TUGAS KELOMPOK

Keperawatan Gawat Darurat II

(Emergency Nursing II)

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURAT DAN


PENATALAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN BURN INJURY

Dosen Pengampu:

Lukmanulhakim, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Ade Rohmatu Jamilah 1018031002 Meliyati Eva Nur 1018031073


Dika Pratama 1018031032 M. Zidan Nugraha 1018031079
Fina Catur Hardiyanti 1018031043 Mutia Safitri 1018031082
Hilda Nur Islami 1018031054 Siti Raudoh 1018031116
Imanudin 1018031057 Sovia 1018031119
Lela Istiqomah 1018031066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN
2021

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat


Illahi Rabbi, karena dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang diberi judul “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Dengan
Burn Injury”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Faletehan.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


dosen koordinator mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat Ibu Ns. Endah Dwi
Kurniawati, S.Kep., MNS. dan dosen pembimbing Bapak Lukmanulhakim,
S.Kep., Ns., M.Kep yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Serta teman-teman yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam
mengerjakan makalah ini; dan seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Selayaknya pepatah yang mengatakan “Kesalahan adalah milik manusia, dan


Kesempurnaan hanyalah milik Allah” maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca terhadap makalah ini, sehingga penulis
dapat membuat karya yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Serang, September 2021

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................3
A. Review Anatomi Fisiologi....................................................................................3
1. Kulit...................................................................................................................3
1) Struktur Kulit..........................................................................................................3
B. Konsep Penyakit...................................................................................................5
1. Definisi..............................................................................................................5
2. Klasifikasi dan Etiologi....................................................................................6
3. Manifestasi Klinis.............................................................................................8
4. Patofisiologi.....................................................................................................10
5. Pathway...........................................................................................................14
.................................................................................................................................14
6. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang...........................................................14
7. Penatalaksanaan.............................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................23
ASUHAN KEPERAWAAN...........................................................................................23
A. Ilustrasi Kasus....................................................................................................23
B. Pengkajian..........................................................................................................24
C. Analisa Data........................................................................................................26

ii
D. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul...............................................28
E. Rencana Keperawatan.......................................................................................28
F. Evidance Based Practice ( EBP ) terkait............................................................32
BAB IV............................................................................................................................33
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................33
A. Kesimpulan.........................................................................................................33
B. Saran...................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, secara luas mendefiniskan luka bakar sebagai cidera yang
disebabkan oleh panas (objek panas, gas atau api), bahan kimia, listrik dan
petir, gesekan, atau radiasi. Luka bakar merupakan bentuk trauma yang
terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri,
trafic accident, maupun bencana alam[ CITATION Mei19 \l 1033 ].
Luka bakar melibatkan banyak organ yang terpengaruh. Luka bakar pada
jaringan mempengaruhi fungsi koagulasi secara langsung dan
menyebabkan reaksi mikrovaskular disekitar dermis yang mengakibatkan
perluasan injury. Luka bakar mengaktivasi respon sitemik yang
menyebabkan kehilangan barrier kulit, pelepasan mediator vasoaktif dari
luka dan infeksi yang mengikuti hasil dari proses ini adalah edema
intersisial pada organ dan jaringan lunak [ CITATION Ami10 \l 1033 ]
Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh
dunia akibat luka bakar. Di India, lebih dari satu juta orang menderita luka
12 bakar sedang-berat per tahun. Di Bangladesh, Columbia, Mesir, dan
Pakistan, 17% anak dengan luka bakar menderita kecacatan sementara dan
18% menderita kecacatan permanen. Sedangkan di Nepal, luka bakar
merupakan penyebab kedua cedera tertinggi, dengan 5% kecacatan. Luka
bakar juga dapat menyebabkan kecacatan[ CITATION WHO17 \l 14345 ] .
Trauma akibat luka bakar kerap menimbulkan stress dan pada keadaan
tertentu dapat memicu suatu keadaan stress pasca trauma atau Post
Traumatic Syndrome Disorder [CITATION Bru14 \l 14345 ].
Menurut Riset Kesehatan Dasar [ CITATION Ris131 \l 14345 ], di Indonesia,
prevalensi luka bakar pada tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah
mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008 2.2%.

1
Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Papua 2.0% dan Bangka
Belitung 1.4%.
Evaluasi awal pasien luka bakar dimulai dengan evaluasi jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Setelah jalan nafas stabil dan faktor pemberat
lain, 14 serta cedera inhalasi, dan pemeriksaan fisik dievaluasi, tingkat
cedera luka bakar dinilai dan pasien dilakukan pembersihan dan
debridement, lalu diaplikasikan antimokroba topikal. Antimikroba topikal
yang ideal untuk pasien dengan luka bakar harus memiliki spektrum
aktivitas luas, memiliki penyerapan sistemik minimal, tidak menunda
penyembuhan luka, menyerap dan menumbus escar dengan baik, tanpa ada
rasa sakit dan gatal pada aplikasi dan murah [CITATION Her19 \l 1033 ].
Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis
makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Burn
Injury”.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud definisi Burn Injury.
b. Apa yang dimaksud etiologi Burn Iinjury.
c. Bagaimana patofisiologi Burn Injury.
d. Apa yang dimaksud manifestasi klinis Burn Injury.
e. Bagaimana penatalaksanaan Burn Injury.

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi Burn Injury.
b. Untuk mengetahui etiologi Burn Iinjury.
c. Untuk mengetahui patofisiologi Burn Injury.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis Burn Injury.
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan Burn Injury.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Review Anatomi Fisiologi


1. Kulit

Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m 2.


Ketebalan pada setiap bagian tubuh berbeda-beda (0,5-5 mm) dan
rata- rata ketebalannya 1-2 mm. Kulit terdiri dari lapisan Epidermis
di bagian luar yang merupakan lapisan jaringan epitel dan
lapisan dermis di bagian bawahnya yang merupakan lapisan
jaringan ikat. Di bawah jaringan dermis terdapat jaringan
hipodermis atau subkutis[ CITATION Har09 \l 14345 ].

1) Struktur Kulit
a. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri dari epitel squamosa, dan
tidak mengandung pembuluh darah. Lapisan ini terdiri
atas lima lapisan yaitu:
1) Stratum Korneum
2) Stratum Lusidum

3) Stratum granulosum
4) Startum Spinosum

5) Stratum Basale

b. Dermis
Lapisan dermis merupakan bagian tersbesar dari komposisi
kulit, merupakan lapisan yang kuat dan memiliki jaringan

3
ikat yang fleksibel yang mengandung serabut kolagen.
Retikular dan serabut- serabut elastis. Serabut kolagen
dibentuk dari protein kolagen yang sangat tipis. Serabut
retukular, merupakan serabut paling tipis sebagai jaringan
penyokong. Serabut elastis menjadikan kulit lebih fleksibel.
Kebanyakan sel pada dermis adalah fibroblast, sel lemak dan
makrofag Pada lapisan ini terdapat pembuluh darah,
pembuluh limfe,
ujung syaraf, folikel rambut dan kelenjar-kelenjar. Lapisan
dermis terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan papila dan lapisan
retikular.

c. Hipodermis
Lapisan hypodermis atau lapisan subkutan terdiri dari
jaringan adipose, banyak mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat gulungan kelenjar
keringat dan dasar dari folikel rambut. Tidak seperti
epidermis dan dermis, batas dermis dengan lapisan ini
tidak jelas.

2) Fungsi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi diantaranya adalah:

a. Menutupi dan melindungi organ-organ dibawahnya


b. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan
benda asing yang dapat membahayakan tubuh. Fungsi
ini merupakan fungsi perlindungan pasif. Selain fungsi
perlindungan pasif, lapisan dermis berperan dalam
proses menyiapkan limfosit yang di produksi oleh
sumsum tulang sebelum benar-benar dipakai untuk
menyerang berbagai mikroorganisme penyebab
penyakit. Peran kulit dalam hal ini merupakan peran
aktif dalam perlindungan tubuh.
c. Pengaturan suhu. Kulit, jaringan sub kutan dan lemak
merupakan penyekat panas dari tubuh. Lemak

4
menyalurkan panas sepertiga kecepatan jaringan lain
atau dalam kata lain lemak menghambat pengeluaran
panas dari tubuh. . Kecepatan aliran darah ke kulit
menyebabkan konduksi panas sangat efisien. Konduksi
panas ke kulit diatur oleh sistem syaraf simpatis.
Syaraf simpatis mengatur kecepatan lairan darah
dengan menstimulasi vaso konstriksi dan vaso dilatasi.
d. Ekskresi: Melalui perspirasi/berkeringat, membuang
sejumah kecil urea.
e. Sintesis: Konversi 7-dehydrocholesterol menjadi Vit
D3(cholecalciferol) dengan bantuan sinar U.V.
Kekurangan UV dan Vit D mengakibatkan absorpsi Ca
dari intestinal ke darah menurun.
f. Sensori persepsi: mengandung reseptor terhadap panas,
dingin, nyeri, sentuhan /raba, tekanan. Juga mengandung
ujung-ujung syaraf bebas yang berfungsi sebagai
homeostatis.

B. Konsep Penyakit

1. Definisi
Luka bakar yaitu kerusakan secara langsung maupun tidak langsung pada
jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam
yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau
uap panas, bahan kimia, dan arus listrik[ CITATION Ani19 \l 14345 ].
Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma pada kulit atau jaringan
lainnya yang disebabkan oleh kontak terhadap panas atau pajanan akut lain
baik secara langsung maupun tidak langsung. Luka bakar terjadi saat sel
yang ada pada kulit atau jaringan lainnya mengalami kerusakan akibat
cairan panas, benda panas, api, radiasi, bahan radioaktif, sengatan listrik,
dan bahan kimia berbahaya[ CITATION Her19 \l 14345 ].

5
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan hidup yang disebabkan oleh
panas, kimia, energy radiasi listrik atau kombinasi dari penyebab di atas.
Cedera luka bakar yang parah menyebabkan kerusakan kulit yang luas dan
dapat menyebabkan keadaan yang mengancam jiwa yang disebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan metabolisme,
kontaminasi bakteri dan jaringan, dan komplikasi di semua sisten organ
utama [ CITATION Nad20 \l 14345 ].

2. Klasifikasi dan Etiologi


- Klasifikasi Luka Bakar [ CITATION Maw16 \l 14345 ]
1) Berdasarkan Penyebab
a. Luka bakar karena api dan atau benda panas lainnya
b. Luka bakar karena minyak panas
c. Luka bakar karena air panas
d. Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau
basa kuat
e. Luka bakar karena listrik dan petir
f. Luka bakar karena radiasi
g. Luka bakar karena ledakan (perlu disebutkan penyebab
ledakan; missal, ledakan bom, ledakan tabung gas, dsb)
h. Trauma akibat suhu sangat tinggi

2) Berdasarkan Kedalaman Kerusakan Jaringan (Luka)


a. Luka bakar derajat I
a) Kerap diebri symbol 1
b) Kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan
(superfisial) yaitu epidermis.
c) Perlekatan epidermis dengan dermis (dermal-epidermal
junction) tetap terpelihara baik.
d) Kulit kering, hiperemik memberikan efloresensi berupa
eritema.
e) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

6
f) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-7 hari.
g) Contoh: luka bakar akibat sengatan matahari.
b. Luka bakar derajat II, terbagi atas derajat II dangkal dan II
dalam
a) Kerap diberi symbol 2
b) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan
sebagian superfisial dermis.
c) Respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai
proses eksudasi.
d) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
c. Luka bakar derajat III
a) Kerap diberi symbol 3
b) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan
dermis) serta lapisan yang lebih dalam.
c) Apendies kulit (adneksa, integument) seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami
kerusakan.
d) Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih
karena terbentuk eksar.
e) Secara teoritis tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang
sensasi karena ujung-ujung serabut saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian.
f) Penyembuhan terjadi lama. Proses epithelialisasi spontan
baik dari tepi luka (membrane basalis), maupun dari
apendies kulit (folikel rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea yang memiliki potensi epithelialisasi)
tidak memungkinkan terjadi karena struktur-struktur
jaringan tersebut mengalami kerusakan.

- Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu adalah
[ CITATION Bru14 \l 14345 ]:

7
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Bisa berupa gas, cairan, bahan padat. Luka bakar Thermal Burn
biasanya disebabkan oleh air panas (Scald), jilatan api ke tubuh
(Flash). kobaran api di tubuh (Flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya (misalnya logam panas,
dan lain-lain).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali
yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.
c. Luka bakar sengatan Listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api,
dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan
radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga
dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

3. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis luka bakar dapat dikelompokkan menjadi trauma primer
dan sekunder, dengan adanya kerusakan langsung yang disebabkan oleh
luka bakar dan morbiditas yang akan muncul mengikuti trauma awal. Pada
daerah sekitar luka, akan ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri
atau perubahan sensasi. Efek sistemik yang ditemukan pada luka bakar
berat seperti syok hipovolemik, hipotermi, perubahan uji metabolik dan
darah[ CITATION Ani19 \l 14345 ].

8
1) Syok
Syok merupakan penyebab kematian yang terjadi pada 24 jam pertama
luka bakar. Bila luas luka bakar <20% biasanya mekanisme
kompensasi tubuh masih dapat mengatasinya, tetapi bila >20% mudah
terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah,
pucat, dingin, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin berkurang. Kerusakan kulit akan menyebabkan
permeabilitas kapiler, penurunan volume intravascular, penurunan
tekanan onkotik, peningkatan resistensi perifer dan menyebabkan syok.
Syok yang terjadi pada fase awal biasanya merupakan syok
hipovolemik, namun pada fase lanjut dapat berupa syok
distributif[CITATION Chr18 \l 14345 ].
2) Suhu tubuh
Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat, hal ini
disebabkan akibat evaporasi cairan pada kulit karena suhu tinggi luka
bakar dan syok hipovolemik. Uji kimia darah menunjukkan tingginya
kalium (akibat kerusakan pada sel) dan rendahnya kalsium (akibat
hipoalbuminemia). Setelah 48 jam setelah trauma luka, pasien dengan
luka bakar berat akan menjadi hipermetabolik (laju metabolik dapat
meningkat hingga 3 kali lipat). Suhu basal tubuh akan meningkat
mencapai 38,5C akibat adanya respon inflamasi sistemik terhadap
luka bakar. Respon imun pasien juga akan menurun karena adanya
down regulation pada reseptor sehingga meningkatkan resiko infeksi
dan juga hilangnya barier utama pertahanan tubuh yaitu kulit [ CITATION
Ani19 \l 14345 ].
3) Nyeri
Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber yaitu antara
lain, sumber luka itu sendiri, jaringan sekitar, penggantian pembalut
luka ataupun donor kulit. Setelah terjadinya luka, respon inflamasi
akan memicu dikeluarkannya berbagai mediator seperti bradikinin dan
histamin yang mampu memberi sinyal rasa nyeri[ CITATION Ani19 \l
14345 ].

9
4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Acute Respiratory Distress Syndrome atau gagal napas akut adalah
ketidakmampuan system pernapasan untuk mempertahankan oksigen
darah normal (PaO2), dan pH adekuat yang disebabkan oleh masalah
ventilasi, difusi atau perfusi dan mengakibatkan gangguan kehidupan.
Gagal napas akut merupakan penyebab utama kematian dini pada
penderita luka bakar dengan kisaran 45-78% dan biasanya disebabkan
oleh trauma inhalasi[ CITATION Chr18 \l 14345 ].
- Edema Pulmonal dan Pneumonia
Inhalasi api dan asap menyebabkan iritasi dinding alveolar, bronkeolus
dan bronkus[ CITATION Chr18 \l 14345 ].
5) Obstruksi Jalan Napas Atas
Obstruksi jalan napas atau biasanya disebabkan trauma inhalasi.
Kerusakan mukosa dan epitel jalan napas menyebabkan fungsi
mukosilier terganggu dan merangsang terjadinya inflamasi akut,
iskemia pada saluran napas, edema laring maupun saluran napas
lainnya, sehingga menyebabkan bronkokontriksi, kegagalan
mikrosirkulasi, gagal napas, dan kematian[ CITATION Chr18 \l 14345 ].
6) Sepsis
Luka bakar menyebabkan sel rupture atau nekrosis. Salah satu fungsi
kulit adalah menepis masuknya kuman ke dalam sirkulasi. Dengan
hilangnya kulit (epidermis dan dermis) maka proses inhibisi kuman ke
sirkulasi terganggu. Mikroorganisme dapat menginvasi kerusakan sel,
langsung kontak ke sirkulasi dan jaringan nekrosis yang ada [ CITATION
Chr18 \l 14345 ].
7) Kegagalan Multi Organ
Gangguan perfusi pada jaringan luka bakar akan mengakibatkan
gangguan sirkulasi makro yang memasok sirkulasi organ penting
seperti otak (hipoksia otak), kardiovaskular (gagal jantung), hepar
(kerusakan hepar luas), ginjal (gagal ginjal), traktur gastrointestinal
(dilatasi usus dan hipoksia usus) dan dapat mengakibatkan kegagalan
system multi organ hingga kematian[ CITATION Chr18 \l 14345 ].

10
4. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pemindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Kedalaman cedera bergantung pada suhu agens penyebab luka
bakar dan durasi kontak dengan agen tersebut. Luka bakar merusak kulit,
yang memicu peningkatan kehilangan cairan, infeksi, hipotermia,
pembentukan jaringan parut, penurunan imunitas, dan perubahan
fungsi[ CITATION Bru14 \l 14345 ].
Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal
tetapi memiliki efek sistemik. Perubahan ini khusus terjadi pada luka
bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka yang disebabkan oleh cedera
lainnya. Karena efek panas terdapat perubahan sistemik peningkatan
permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar ke ruang
interstisial. Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma
maksimal muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam.
Setelah 48 jam permeabilitas kapiler kembali normal atau membentuk
thrombus yang menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi darah. Hilangnya
plasma merupakan penyebab syok hipovolemik pada penderita luka bakar.
Jumlah kehilangan cairan tergantung pada luasnya luka bakar[CITATION
Maw16 \l 14345 ].
Saat terjadi kontak antara sumber panas dengan kulit, tubuh akan
merespon untuk mempertahankan homeostatis dengan adanya proses
kontraksi, retraksi dan koagulasi pembuluh darah. Jackson pada tahun
1947 mengklasifikasikan 3 zona respon lokal akibat luka bakar yaitu:
a. Zona koagulasi, terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar,
yang terbentuk dari koagulasi protein akibat cidera panas, berlokasi
ditengah luka bakar, tempat yang langsung mengalami kerusakan dan
kontak dengan panas.
b. Zona statis, daerah yang langsung berada diluar disekitar zona
koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan
perfusi, diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi

11
lokal, yang beresiko terjadinya iskemia jaringan. Zona ini bisa menjadi
nekrosis atau hiperemis, menjadi zona hiperemis jika resusitasi yang
diberikan adekuat, atau menjadi zona koagulasi jika resusitasi yang
diberikan tidak adekuat.
c. Zona hiperemis, daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera
sel yang ringan, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi dan terjadi
peningkatan aliran darah sebagai respon cedera luka bakar. Zona ini
bisa mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi zona
statis.

Luka bakar merusak fungsi barrier kulit terhadap invasi mikroba serta
adanya jaringan nekrotik dan eksudat menjadi media pendukung
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga beresiko untuk menjadi infeksi.
Semakin luas luka bakar, semakin besar resiko infeksi [ CITATION Maw16 \l
14345 ].

Tidak seperti kebanyakan luka lain, luka bakar biasanya steril pada saat
cidera. Panas yang menjadi agen penyebab membunuh semua
mikroorganisme pada permukaan. Setelah minggu pertama luka bakar
cenderung terinfeksi, sehingga membuat sepsis luka bakar sebagai
penyebab utama kematian pada luka bakar[ CITATION Maw16 \l 14345 ].

Pada luka bakar akibat tersiram air mendidih biasanya hanya mengenai
sebagian lapisan kulit (Partial Thickness) sementara luka bakar karena api
bisa mengenai seluruh lapisan kulit (Full Thickness) bila luka terjadi pada
wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena asap atau uap
panas yang terhisap. Odem laring yang ditimbulkan dapat menyebabkan
hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, suara serak dan
dahak [ CITATION Her19 \l 14345 ].
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi,
yaitu kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru
dan asfiksia. Hipoksia jaringan terjadi karena sebab sekunder dari
beberapa mekanisme. Proses pembakaran menyerap banyak oksigen,
dimana di dalam ruangan sempit seseorang akan menghirup udara dengan

12
konsentrasi oksigen yang rendah sekitar 10-13%. Penurunan fraksi
oksigen yang diinspirasi (FIO2) akan menyebabkan hipoksia. Dengan
terhirupnya CO2 maka molekul oksigen digantikan dan CO2 secara
reversible berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk
carboxyhemoglobin (CO2Hb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat
penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen
dalam darah, akibatnya otak juga mengalami penurunan kebutuhan
oksigen [ CITATION Ani19 \l 14345 ].
Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh, organ
yang paling terganggu adalah organ yang mengkonsumsi oksigen dalam
jumlah besar, seperti otak dan jantung. Beberapa literatur menyatakan
bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadi akibat dari keracunan CO 2 adalah
karena injuri reperfusi dimana peroksidasi lipid dan pembentukan radikal
bebas yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Efek toksisitas utama
adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh gangguan
transportasi oksigen[ CITATION Ani19 \l 14345 ].
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ
multisistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan
peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan
(H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan
tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus
dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang
mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah
terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan
sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi organ-organ penting seperti:
otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem [ CITATION Ani19 \l
14345 ].

13
5. Pathway

6. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


Menurut [ CITATION Ani19 \l 14345 ], diperlukan pemeriksaan penunjang
pada luka bakar yaitu :
1) Sel darah merah (RBC)

14
Dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena
kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh
menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang.
2) Sel darah putih (WBC)
Dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood
Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.
3) Analisa Gas Darah (AGD)
Untuk mengetahui adanya kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan
tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan (PaCO2).
4) Karboksihemoglobin (COHbg)
Kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 %
yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida.
5) Serum elektrolit
Potasium pada permukaan akan meningkat karena injuri jaringan atau
kerusakan sel darah merah dan menurunnya fungsi renal;
hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai; magnesium mungkin
mengalami penurunan. Sodium pada tahap permulaan menurun seiring
dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat terjadi
hipernatremia.
6) Sodium urine
Jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi
cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak
adekuatnya resusitasi cairan.
7) Alkaline pospatase
Meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa
sodium.
8) Glukosa serum
Peningkatan glukosa serum menunjukkan respon stress.
9) BUN/Creatinin
Meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal,
namun demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan.
10) Urin

15
Adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan
kerusakan jaringan yang dalam dan 23 kehilangan/pengeluaran protein.
Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin
11) Rontgen dada
Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.
12) Bronhoskopi
Untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan
adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi padasaluran nafas bagian
atas.
13) ECG Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka
bakar karena elektrik.

7. Penatalaksanaan
a) Farmakologi / Medis
Pengkajian menurut Majid (2013), meliputi:
- (Kaji Airaway, Breathing, Circulation)
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek airway, breathing dan circulation,
disability, dan exposure terlebih dahulu.
1) Airway
Pada luka bakar ditemukan adanya sumbatan akibat edema
mukosa jalan nafas di tambah secret yang di produksi
berlebihan (hipersekresi) dan mengalami pengentalan. Apabila
terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ETT) atau Needle
Crycothyroidotomy. Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara
lain adalah: terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu
hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
2) Breathing
Adanya kesulitan bernafas, masalah pada pengembangan dada
terkait keteraturan dan frekuensinya. Adanya suara nafas

16
tambahan ronkhi, wheezing atau stridor. Moenadjat (2009),
Pastikan pernafasan adekuat dengan :
- Pemberian oksigen. Oksigen diberikan 2-4 L/menit adalah
memadai. Bila sekret banyak, dapat ditambah menjadi 4-6
L/menit. Dosis ini sudah mencukupi, penderita trauma
inhalasi mengalami gangguan aliran masuk (input) oksigen
karena patologi jalan nafas; bukan karena kekurangan
oksigen. Hindari pemberian oksigen tinggi (>10 L/mnt)
atau dengan tekanan karena akan menyebabkan hiperoksia
(dan barotrauma) yang diikuti terjadinya stres oksidatif.
- Humidifikasi
Oksigen diberikan bersama uap air. Tujuan pemberian uap
air adalah untuk mengencerkan sekret kental (agar mudah
dikeluarkan) dan meredam proses inflamasi mukosa.
- Terapi inhalasi
Terapi inhalasi menggunakan nebulizer efektif bila
dihembuskan melalui ETT atau Needle Crychotyroidotomy.
Prosedur ini dikerjakan pada kasus trauma inhalasi akibat
uap gas atau sisa pembakaran bahan kimia yang bersifat
toksik terhadap mukosa. Dasarnya adalah untuk mengatasi
bronko konstriksi yang potensial terjadi akibat zat kimia.
Gejala hipersekresi diatasi dengan pemberian atropin sulfas
dan mengatasi proses infalamasi akut menggunakan steroid.
- Lavase bronkoalveolar
Prosedur lavase bronkoalveolar lebih dapat diandalkan
untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada mukosa
jalan nafas dibandingkan tindakan humidifier atau
nebulizer. Sumbatan oleh sekret yang melekat erat
(mucusplug) dapat dilepas dan dikeluarkan. Prosedur ini
dikerjakan menggunakan metode endoskopik
(bronkoskopik) dan merupakan gold standart. Selain

17
bertujuan terapeutik, tindakan ini merupakan prosedur
diagnostik untuk melakukan evaluasi jalan nafas.
- Rehabilitasi pernafasan
Proses rehabilitasi sistem pernafasan dimulai seawal
mungkin. Beberapa prosedur rehabilitasi yang dapat
dilakukan sejak fase akut antara lain :
a) Pengaturan posisi
b) Melatih reflek batuk
c) Melatih otot-otot pernafasan.

Prosedur ini awalnya dilakukan secara pasif kemudian


dilakukan secara aktif saat hemodinamik stabil dan pasien
sudah lebih kooperatif

- Penggunaan ventilator
Penggunaan ventilator diperlukan pada kasus-kasus dengan
distrespar pernafasan secara bermakna memperbaiki fungsi
sistem pernafasan dengan positive end-expiratory pressure
(PEEP) dan volume kontrol.
3) Circulation
Warna kulit tergantung pada derajat luka bakar, melambatnya
capillary refill time, hipotensi, mukosa kering, nadi meningkat.
Menurut Djumhana (2011), penanganan sirkulasi dilakukan
dengan pemasangan IV line dengan kateter yang cukup besar,
dianjurkan untuk pemasangan CVP untuk mempertahankan
volume sirkulasi.
4) Disability
Moenadjat (2009), pada pasien penurunan kesadaran,
kehilangan sensasi dan reflex, pupil anisokor dan nilai GCS.

5) Exposure

18
Lepaskan semua pakaian dan perhiasan, selimuti pasien untuk
mencegah terjadinya hipotermi, lakukan log roll untuk mencari
luka lain yang tidak terlihat

- Penilaian Luka Bakar


Rule of nine umumnya digunakan untuk menilai luas luka bakar
berdasarkan area tubuh yang terkenal (TBSA – total body surface
area) yang mempunyai nilai total 100%. Setelah menentukan luas
luka bakar, dokter dan perawat dapat menentukan jumlah
kebutuhan cairan sesuai luas area luka bakar dengan menggunakan
rumus Parkland.

Rumus Parkland digunakan untuk menghitung kebutuhan


penggantian cairan akibat luasnya luka bakar.
Rumus Parkland : 4 ml x % TBSA x kg BB = jumlah ml/24 jam.
½ volume total diberikan 8 jam pertama paska injuri
½ volume total sisanya diberikan dalam 16 jam pertama
paska injuri

- Resusitasi Cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka
bakar, Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan,
akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian

19
ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Pada luka bakar yang
ringan yang meliputi 10-15 % luas permukaan tubuh cukup
diberikan cairan rehidrasi oral atau cairan rumatan intravena.
Tetapi pada luka bakar yang luasnya > 15 % memerlukan cairan
resusitasi dengan 2 jalur intravena.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya
luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali
adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada
jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling
popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena
luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai
1.5mL/kgBB/jam.

Rumus Parkland : 4 ml x % TBSA x kg BB = jumlah ml/24 jam.


Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na.
Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.

- Perawatan luka bakar


Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi
cairan dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada
karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan
luka bakar agar luka segera sembuh. Setelah luka dibersihkan dan
di debridement, luka di tutup. Penutupan luka ini memiliki
beberapa fungsi yaitu dengan penutupan luka akan melindungi
luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni
bakteri atau jamur, luka harus benar-benar tertutup untuk
mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi, penutupan luka

20
diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan
meminimalkan timbulnya rasa sakit.
 Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit
hilangnya barrier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu
dibalut, cukup dengan pemberian salep anibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu
diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi
rasa sakit dan pembengkakan.
 Luka bakar derajat II (Superfisial), perlu perawatan luka
setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep
antibiotic, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut
dengan perban elastis.
 Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan
eksisi awal dan cangkok kulit (early excision and grafting)

- Antimikroba
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier
pertahanan kulit sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri
atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah mencapai
organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam
jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh
darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat
menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara
topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam
bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang
sering dipakai: Salep: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver
nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar
grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin,
Mebo[ CITATION Yov12 \l 14345 ].

b) Non farmakologi / Keperawatan


Penatalaksanaan keperawatan [ CITATION Bru14 \l 14345 ]:

21
Fase Darurat/Resusitatif
- Meningkatkan pertukaran gas dan bersihan jalan napas
- Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Mempertahankan suhu tubuh normal
- Meminimalkan nyeri dan ansietas
- Memantau dan menangani kemungkinan komplikasi

Fase Akut/Antara

- Mengembalikan keseimbangan cairan normal


- Mencegah infeksi
- Mempertahankan nutrisi yang adekuat
- Meningkatkan integritas kulit
- Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan
- Meningkatkan mobilitas fisik
- Memperkuat strategi koping
- Mendukung pasien dan proses keluarga
- Meningkatkan citra tubuh dan konsep diri
- Memantau dan menangani kemungkinan komplikasi
- Meningkatkan asuhan di rumah dan di komunitas

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWAAN

A. Ilustrasi Kasus
Burn Injury
Pada tanggal 12 Mei 2021, pukul 03.00, Tn. B dibawa ke IGD oleh temannya
karena luka bakar.Sekitar lima belas jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Tn.B sedang memperbaiki motor di dalam rumah. Pada saat itu pasien tidak
sadar bahwa ada kebocoran yang mengakibatkan bensin di lantai rumahnya.
Pasien juga tidak mengetahui asal api dari mana, tiba-tiba ada api yang
menyambar langsung membakar tubuh pasien, dan pasien secepatnya keluar
rumah sambil berlari dengan api yang sudah melahap seluruh bagian tubuh
pasien. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (+),
terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-). Pasien
kemudian dibawa ke RS kota dan diberi perawatan luka, dan pasien dirujuk ke
RSCM untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Berdasarkan pemeriksaan
fisik pada pasien didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran
komposmentis, gizi kesan baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
pernafasan 32 x/menit dan suhu 37,0° C.Pada status lokalis pasien didapatkan
di regio kranial tampak luka bakar grade II 8 %, dan palpasi didapatkan nyeri
tekan, di regio toraks-abdomen terlihat tampak luka bakar grade II-III kurang
lebih 33%, kemerahan dan pada penekanan terdapat nyeri tekan. Pada regio
ekstremitas superior terlihat luka bakar grade II-III 16% dan pada penekanan
didapatkan nyeri tekan. Pada regio ekstremitas inferior terlihat luka bakar
grade II 33%, kemerahan, dan terasa nyeri. Berdasarkan pemeriksaan pada
pasien maka diagnosis pada pasien ini adalah combustio grade II –III ±90% et
causa api. Pasien ini mendapatkan terapi O2 3-4 L/menit, infus cairan RL 8
jam pertama 8.000 cc selama 16 jam, injeksi ceftazidime 1 g/12 jam (skin
test), injeksi metronidazol 500 mg/8 jam, injeksi gentamisin 80 mg/8 jam,
injeksi ranitidin 50 mg/12 jam, dan drip ketorolak/8 jam. Sampai saat laporan

23
ini dibuat kondisi pasien masih dalam tahap perbaikan dan kondisinya
semakin membaik.
B. Pengkajian
1. Biodata Klien
Nama :Tn. B
Umur :-
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Masuk : 12 - Mei – 2021
Jam : 03.00
No Medrec : -

2. Pengkajian Primary dan Secondary


1. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran : Komposmentis
2) Tanda-tanda vital
 Nadi : 82x/menit
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Respirasi : 32x/menit
 Suhu :37,0C

2. Pengkajian Primer
1) Airway
Bersih
2) Breathing
Frekuensi Nafas : 32x/menit
3) Circulation
Nadi : 82x/menit
Kesadaran : Komposmentis
4) Disability
-
5) Eksposure
-
6) Folley Chateter

24
-
7) Gastric Tube
-
3. Pengkajian Sekunder
1) Tanda – Tanda Vital
 Nadi : 82x/menit
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Respirasi : 32x/menit
 Suhu :37,0C

2) Pemeriksaan Fisik head to toe / Fokus


 Kepala dan leher
Region cranial terdapat luka bakar grade II 8%, dan di dapatkan
nyeri tekan

 Dada , Abdomen
Di regio toraks-abdomen terdapat luka bakar grade II-III kurang
lebih 33% , ada kemerahan dan pada penekanan terdapat nyeri
tekan

 Ekstremitas atas dan bawah


Pada region ekstremitas superior terdapat luka bakar grade II-III
16% dan pada penekekanan di dapatkan nyeri tekan. Pada region
ekstremitas inferior terdapat luka bakar grade II 33%, kemerahan
dan terasa nyeri
3) Anamnesik K-O-M-P-A-K
KELUHAN : Pasien mengeluh pada bagian luka bakar
OBAT :-
MAKAN : Gizi kesan baik
PENYAKIT : -
ALERGI :-
KEJADIAN : Sekitar lima belas jam sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) . Tn.B sedang memperbaiki motor di dalam rumah. Pada
saat itu pasien tidak sadar bahwa ada kebocoran yang
mengakibatkan bensin di lantai rumahnya. Pasien juga tidak
mengetahui asal api dari mana, tiba-tiba ada api yang menyambar
langsung membakar tubuh pasien, dan pasien secepatnya keluar

25
rumah sambil berlari dengan api yang sudah melahap seluruh
bagian tubuh pasien

3. Data Penunjang / Diagnostik


-
4. Terapy
1. Terapi O2 3-4 L/menit
2. Infus cairan RL 8 jam pertama 8.000 cc selama 16 jam
3. Injeksi ceftazidime 1 g/12 jam (skin test)
4. Injeksi metronidazol 500 mg/8 jam
5. Injeksi gentamisin 80 mg/8 jam
6. Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam
7. Drip ketorolak/8 jam

C. Analisa Data

Sign & Symptom Etiologi Masalah


Ds : Bahan bakar Nyeri Akut
Pasien mengeluh nyeri pada 
lukanya Terbakar

Do : Luka bakar
- Terdapat nyeri tekan 
diregio toraks Kerusakan kulit/jaringan
abdomen, terdapat 
kemerahan Epidermis dan dermis
- Pasien terlihat

tampak luka bakar
Merangsang syaraf perifer
grade II-III kurang

lebih 33%
Nyeri akut
- Sesak nafas (+)
- TD: 110/70
- N: 82x/menit
- RR : 32x/menit
- S: 37oC

26
Ds : - Bahan bakar Gangguan
Do :  integritas
- Tampak ada
Terbakar kulit/jaringan
kerusakan lapisan
kulit dan jaringan 
- Terdapat nyeri tekan
- Ada kemerahan pada Luka bakar
kulit 
- Region kranial
terdapat luka bakar Fase lanjut
grade II 8%, dan di 
dapatkan nyeri tekan
Kerusakan jaringan kulit
- Di regio toraks-

abdomen terdapat
luka bakar grade II- Jaringan kulit hipertropi
III kurang lebih 33%

, ada kemerahan dan
pada penekanan Elastisitas kulit menurun
terdapat nyeri tekan

- Pada region Gangguan integritas
ekstremitas superior
terdapa luka bakar kulit/jaringan
grade II-III 16% dan
pada penekekanan di
dapatlan nyeri tekan.
Pada region
ekstremitas inferior
terdapat luka bakar
grade II 33%,
kemerahan dan
terasa nyeri
Ds : - Bahan bakar Risiko infeksi
Do : 
- Grade luka bakar II- Terbakar
III 
Luka bakar

Kerusakan jaringan kulit

Terbukanya daerah kulit

27
Kontak dengan
mikroorganisme

Risiko infeksi

D. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar)
2. Kerusakan integritas kulit /jaringan berhubungan dengan cedera kimiawi
kulit (luka bakar)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan

E. Rencana Keperawatan
Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24
dengan agen cedera fisik
jam, maka diharapkan Tindakan
(luka bakar) ditandai Tingkat nyeri menurun Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi,
dengan :
- Keluhan nyeri karakteristik, kualitas,
Ds : menurun intensitas nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
Pasien mengeluh nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi respon
pada lukanya - Kesulitan tidur nyeri non verbal
menurun - Identifikasi faktor
- Sikap protektif yang memperberat
Do : menurun rasa nyeri
- Perasaan takut - Identifikasi
- Terdapat nyeri
mengalami cedera pengetahuan tentang
tekan diregio menurun nyeri
- Pola nafas - Identifikasi pengaruh
toraks abdomen,
membaik nyeri pada kualitas
terdapat - Nafsu makan hidup
membaik - Monitor keberhasilan
kemerahan
- Pola tidur terapi koplementer
- Pasien terlihat membaik yangsudah di berikan
- Monitor efek samping
tampak luka bakar
penggunaan analgetik
grade II-III kurang Terapeutik
- Berikan terapi
lebih 33%

28
- Sesak nafas (+) komplementer untuk
mengurangi rasa nyeri
- TD: 110/70
(TENS, hypnosis,
- N: 82x/menit akupresur, terapi
music. Aroma
- RR : 32x/menit
terapi.kompres hangat/
- S: 37oC dimgin)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Ajarkan terapi
komplementer
mengurangi rasa nyeri
(relaksasi, pijatm
distraksi, terapi
berman)
- Informasikan
penggunaa analgetik
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Kerusakan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka


tindakan selama 2x24 Observasi
kulit /jaringan
jam, maka diharapkan
- Monitor karakteristik luka
berhubungan dengan integritas kulit dan
jaringan meningkat (mis.drainase, warna,
cedera kimiawi kulit
dengan kriteria hasil :
ukuran, bau)
(luka bakar) ditandai - Perfusi jaringan
meningkat - Monitor tanda-tanda
dengan :
- Kerusakan
Ds : - jaringan menurun infeksi
- Kerusakan lapisan Terapeutik
Do :
menurun
- Tampak ada - Bersihan dengan cairam
- Nyeri menurun
kerusakan lapisan
- Perdarahan saline atau pembersih
kulit dan jaringan
menurun
- Terdapat nyeri nontoksik sesuai kebutuhan
- Kemerahan
tekan
menurun - Bersihkan jaringan netrotik
- Ada kemerahan
- Hematoma
pada kulit - Berikan salep yang sesuai
menurun
- Region kranial
terdapat luka ke kulit/lesi, jika perlu
bakar grade II 8%, - Pertahankan teknik steril
dan di dapatkan
nyeri tekan saat melakukan perawatan

29
luka
- Di regio toraks-
Edukasi
abdomen terdapat
luka bakar grade - Ajarkan prosedur
II-III kurang lebih
perawatan luka secara
33% , ada
kemerahan dan mandiri
pada penekanan
Jelaskan tentang tanda dan
terdapat nyeri
tekan gejala infeksi
Kolaborasi
- Pada region
ekstremitas - Kolaborasi prosedur
superior terdapa
luka bakar grade debridement (mis.
II-III 16% dan enzimatik, biologis,
pada penekekanan
di dapatlan nyeri mekanis, autolitik), jika
tekan. Pada region perlu
ekstremitas
inferior terdapat - Kolaborasi pemberian
luka bakar grade antibiotic, jika perlu
II 33%,
kemerahan dan
terasa nyeri

Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


keperawatan selama 3x24
berhubungan dengan Observasi
jam, maka diharapkan
peningkatan paparan Tingkat infeksi menurun - Monitor tanda dan gejala
dengan kriteria hasil:
organisme patogen infeksi lokal dan sistemik
- Demam menurun
lingkungan ditandai - Kemerahan menurun Teraupetik
dengan : - Nyeri menurun
- Batasi jumlah pengunjung
- Bengkak menurun
Ds : - - Kultur area luka - Berikan perawatan luka
Do : membaik pada area edema
Grade luka bakar II-III - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi

30
- Ajarkan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan cara menghidari
infeksi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

F. Evidance Based Practice ( EBP ) terkait


Dibawah ini adalah Evidance based Practice yang ditemukan terkait dalam
menunjang penanganan dan pengelolaan pada kasus luka bakar:

No SUB EBP Deskripsi


1 MANAJEMEN ASUHAN
KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN PADA
TN. Y DENGAN DIAGNOSIS
THERMAL BURN INJURY
( COMBUSTION ) DIRUANG
UNIT LUKA BAKAR RSUP DR.
WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASAR.

31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan suatu kerusakan pada jaringan kulit yang
disebabkan oleh adanya kontak dengan sumber panas seperti Api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan juga radiasi. Dari sumber tersebut dapat
menimbulkan reaksi kerusakan pada bagian tubuh yang hebat akibat reaksi
jaringan sehingga terjadinya diskonfigurasi jaringan yang dapat
menyebabkan gangguan proses penyembuhan.
Dalam penanganan luka bakar perlu diketahui fase luka bakar, penyebab
luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Dalam
penanganan luka bakar pula harus dapat ditangani dengan teliti dan
sistemik. Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik-baiknya karena
pertolongan pertama kali sangat menentukan perjalanan penyakit
selanjutnya yang akan terjadi.

B. Saran
Adapun saran – saran yang dapat penulis berikan dalam usaha
keperawatan pada pasien gawat darurat dengan luka bakar ini adalah:
1. Untuk klien
Pasien di harapkan mampu mengetahui gejala infeksi yang bisa terjadi.
Merawat area luka bagar agar tetap bersih dengan baik dengan
menjaga pola makan dengan tinggi protein akan mempercepat
penyembuhan luka bakar dan pasien mampu melakukan pencegahan
awal jika terjadi infeksi pada area luka bakar

2. Untuk perawat
Bagi teman sejawat, diharapkan benar-benar memahami konsep dasar
penyakit Integumen, karena berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan itulah maka perawat dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang komprehensif.

32
3. Untuk Pendidikan
Untuk institusi diharapkan lebih melengkapi literatur yang berkaitan
dengan masalah ini, sehingga dalam penyusunan makalah ini lebih
mempermudah penulis sehingga makalah yang dihasilkan lebih
bernilai.

33
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin , A., & Sobaryati. (2010). Laporan kasus : Tata Laksana Pada Pasien
Luka Bakar Berat Dengan Trauma Inhalasi Di Unit Perawatan Intensif.
Jurnal Ilmiah WIDYA Kesehatan dan Lingkungan, 9.

Anita, N. (2019). Manajemen Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Tn Y


Dengan Diagnosis Thermal Burn Injury (Combustio) Di Ruang Unit Luka
Bakar RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. 3-88.

Brunner, & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta: EGC.

Christine, C. D., Dewi, R., Pardede, S. O., & Wardhana, A. (2018). Luka Bakar
Pada Anak Karakteristik dan Penyebab Kematian. Majalah kedokteran
UKI Vol XXXIV No.3, 131-143.

Haryani, A. (2009). Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung: Cakra.

Mawarsari, T. (2017). Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol


Umbi Talas Jepang Pada Tikus Putih Jantan Galur Sparegue Dawley. 1-60.

Nadhira, R., & Margono, H. (2020). Role Of Psychiatrist In Consultation-Liaison


Psychiatry For Burn Injury Patient. Jurnal Psikiatri Surabaya, 26-29.

Ngui, H. R. (2019). Managemen Asuhan Kegawat Daruratan Pada Tn.Y Dengan


Diagnosis Thermal Burn Injury (Combutsio). 13-14.

Ramdani, M. L. (2019). Peningkatan Pengetahuan Bahaya Luka Bakar Dan P3K


Kegawatan Luka Bakar Pada Anggota Ranting Aisyyah. Seminal
Nasional, 104.

Rawati, H. (2019). Manajemen Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Tn.


Y Dengan Diagnsosis Thermal Burn Injury (Combustio). 1-110.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

WHO. (2017).

Yovita, S. (2012). Penanganan Luka Bakar.

34
35

Anda mungkin juga menyukai