SINDROM KOMPARTEMEN
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 3 / Reguler B
Rahmawati 21606047
Syamsiah 21606058
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
KOMPARTEMEN”.
Kami ucapakan banyak terima kasih kepada dosen, dan teman-teman yang
bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami dari
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa yang
akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Keadaan fraktur dapat menimbulkan berbagai komplikasi akibat cedera
tersebut atau kondisi iatrogenik. Komplikasi yang bersifat iatrogenic dapat
disebabkan oleh manajemen fraktur yang kurang tepat. Komplikasi ini
dapat dicegah dan berkaitan dengan tiga factor utama, yaitu tekanan local
yang berlebihan, traksi yang berlebihan, dan infeksi. Ada beberapa
komplikasi karena manajemen fraktur, yaitu komplikasi komplikasi kulit
(efek tato dari abrasi, lesi tekanan seperti ulkus decubitus dan ulkus bebat),
komplikasi vascular (lesi traksi dan tekanan, iskemia volkmann, sindrom
kompartemen, gangrene dan gas gangrene, thrombosis vena, dan emboli
pulmonal), komplikasi neurologis (lesi traksi dan tekanan), komplikasi
sendi (aetritis septik), dan komplikasi tulang (osteomyelitis).
Berbagai macam komplikasi tersebut merupakan keadaan yang berbeda
dan dapat berkaitan satu dengan yang lain sehingga perlu diketahui setiap
keadaan itu sendiri, cara mendiagnosis, penanganan, prognosis,
komplikasi, dan pencegahannya. Sindrom kompartemen akibat tekanan
tinggi dalam suatu ruang sehingga iskemia jaringan dan dapat terjadi
kerusakan otot serta saraf permanen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sindrom kompartemen?
2. Bagaimana patofisiologi sindrom kompartemen?
3. Apa tanda dan gejala sindrom kompartemen?
4. Apa diagnosis sindrom kompartemen?
5. Apa pemeriksaan penunjang sindrom kompartemen?
6. Bagaimana penatalaksanaan sindrom kompartemen?
7. Bagaimana prognosis dan komplikasi sindrom kompartemen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sindrom kompartemen.
2. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom kompartemen.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala sindrom kompartemen.
4. Untuk mengetahui diagnosis sindrom kompartemen.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang sindrom kompartemen.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan sindrom kompartemen.
7. Untuk mengetahui prognosis dan komplikasi sindrom kompartemen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan mengukur tekanan didalam
kompartemen. Semua kompartemen pada ekstermitas yang terlibat harus
diukur tekanannya. Pengukuran tekanan intrakompratemen dapat
menggunakan monitor Stryker yang dihubungkan dengan jarum 18G atau
jarum spinal 18G untuk mengukur kompartemen yang dalam. Posisi
kompartemen yang akan diukur harus sejajar dengan jantung dan jarum
ditusukkan tegak lurus ke kompartemen yang akan dinilai. Nilai pada
monitor ≥30 mmHg merupakan sindrom kompartemen sehingga
memerlukan penanganan segera.
G. Penatalaksanaan
Jika terdapat kecurigaan sindrom kompartemen akut maka tindakan
yang harus dilakukan dimulai dari menyikirkan semua pembalut atau hebat
yang ada pada ekstremitas yang terganggu dan mengelevasikan tungkai
setinggi jantung agar sirkulasi kompartemen lebih lancar. Apabila
diagnosis sindrom kompartemen telah dtegakkan, dapat dilakukan
fasiotomi, walaupun batasan pasti tekanan untuk dilakukannya fasiotomi
berbeda-beda diantara banyak klinisi. Fasiotomi harus segera dilakukan
ketika tekanan intrakompartemen > 30 mmHg atau selisih tekanan darah
diastolik dengan tekanan intrakompartemen kurang dari 30 mmHg.
Dekompresi kompartemen dapat dilakukan dengan fasiotomi
komplit sepanjang kompartemen. Fasia dan kulit lokasi sindrom
kompartemen dibiarkan terbuka minimal tujuh hari, setelah itu dapat
dilakukan penutupan. Stabilisasi fraktur lengan atau tungkai bawah dengan
fiksasi internal merupakan bagian penting dari manajemen sindrom
kompartemen didaerah tersebut. Penggunaan obat dapat diberikan untuk
mengurangi reaksi inflamasi jaringan.
H. Prognosis dan Komplikasi
Jika diagnosis sindrom kompartemen telah dibuat dan tindakan
operasi telah dilakukan maka prognosis dari pemulihan otot dan syaraf
didalam kompartemen sangat baik. Prognosis secara umum ditentukan dari
cedera yng menyebabkan sindrom kompartemen tersebut.
Jika diagnosis terlambat dilakukan maka dapat terjadi kerusakan
saraf permanen dan hilangnya fungsi otot. Hal ini dapat terjadi pada pasien
yang tidak sadar atau dalam pengaruh obat anti nyeri sehingga tidak dapat
merasakan perubahan sakit pada lokasi cedera.
Kegagalan untuk mengurangi tekanan dapat berakibat nekrosis
pada jaringan didalam kompartemen, karena perfusi kapiler akan menurun
dan menyebabkan hipoksia jaringan. Jika tidak tertangani, sindrom
kompartemen akut dapat mengarah pada keadaan yang lebih parah,
termasuk rabdomiolisis dan gagal ginjal.
Selain itu kematian sel-sel otot dapat menyebabkan terjadinya
kontraktur iskemia volkmann, yaitu kontraktur yang disebabkan oleh sel-
sel otot yang mati digantikan oleh sel-sel fibrosa yang padat sehingga
memendek
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom kompartemen adalah peningkatan tekanan dari suatu
edema progresif di dalam kompartemen osteofasial yang kaku dan secara
anatomis menggangu sirkulasi otot-otot dan saraf-saraf intrakompartemen
sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan intrakompartemen.
Kondisi tersebut terjadi karena peningkatan tekanan di dalam ruang
anatomi yang sempit, yang secara akut menggangu sirkulasi, kemudian
dapat menggangu fungsi jaringan di dalam ruang tersebut.
B. Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab
dengan kondisi yang sehat seseorang mampu menjalankan aktivitas sehari-
harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh
organ yang berada di dalam tubuh menjadi sangat penting mengingat
betapa berpengaruhnya system organ tersebut terhadap kelangsungan
hidup serta aktivitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Junizaf Zaidun, dr. SpOG-K, Prof. R. Prajitno Prabowo, dr. SpOG-
K, Prof. Muh. Dikman Angsar, dr. SpOG-K, Prof. Muhammad Sjaifudin
Noor, dr. MS. SpBP-K, Prof. Dr. Kintaman, dr. SpMK-K, Dr. Budi Iman
Santoso, dr. SpOG-K, Dr. Benny Hasan Purwaka, dr. SpOG-K, Hari
Paraton, dr. SpOG-K, Nalini Muhdi, dr. SpKJ-K. 2014. Vaginal Surgery
For Better Quality of Life. Uroginecology: Surabaya.