Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

K DI
RSUD M.YUNUS KOTA BENGKULU DENGAN KELUHAN
COMPLETEMEN SINDROM

Oleh :

IKA PURNAMASARI

1826010016

Dosen Pengampu : Ns. Fernalia, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas anugrah Tuhan Semesta Alam, berkat rahmat dan
nikmat dari Tuhanlah yang memberi kesempatan sehingga, penulis dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan ini yang berjudul “Laporan asuhan
keperawatan pada Tn. K di Rsud M.Yunus Kota Bengkuludengan keluhan
Compertemen sindrom” dengan tepat waktu.
Tujuan dalam pembuatan auhan keperawatan ini untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Sistem Musculoscletal, yaitu
ibu Ns. Frenalia S.Kep.,M.Kep, selaku dosen pembimbing dalam penulisan
makalah ini yang bertujuan secra umum dalam proses terselesaikannya suatu
karya ilmiah yang baik dan benar, sedangkan yang berkaitan secara khusus
supaya mahasiswa dapat mengetahui pengrtian compertemen sindrom, etiologi,
patofisiologi,diagnosis, penanganan, woc dan asuhan keperawatan pada pasien
osteomalasia.
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan
bimbingan dari dosen pembimbing ibu Ns. Fernalia S.Kep.,M.Kep. , yang telah
memberikan pengarahan tata cara pembuatan karya ilmiah yang benar, dan
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu memberikan informasi dengan berbagai cara, baik itu berupa saran
maupun arahan,. Sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan
ini dengan tepat waktu
Semoga auhan kepeawatan ini dapat bermanfaat sebagai informasi
mengenai asuhan keperawatan pada compertemen sindrom.

Bengkulu, 20 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................
A. Pengertian kompletemen sindrom .......................................................
B. Etiologi.................................................................................................
C. Patofisiologi .........................................................................................
D. Diagnosis ............................................................................................
E. Penanganan .........................................................................................
F. WOC.....................................................................................................

BAB III KASUS..............................................................................................

A. Pengkajian ..........................................................................................
B. Diagnosa keperawatan ......................................................................
C. Intervensi

BAB IV PENUTUP ........................................................................................

D. Kesimpulan ..........................................................................................
E. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat


perfusi jaringan dalam otot kurang yang dibutuhkan untuk kehidupan
jaringan. Ini bisa disebabkan karena, penurunan kompartemen otot karena
fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang
menjerat, peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagi masalah (Smeltzer & Bare, 2001).
Insiden sindrom kompartemen tergantung pada traumanya. Pada
fraktur humerus atau fraktur lengan bawah, insiden dari sindrom
kompertemen dilaporkan berkisar antara 0,6-2%. Prevalensi sindrom
kompartemen meningkat pada kasus yang berhubungan dengan kerusakan
vaskuler, sindrom kompartemen Universitas Sumatera Utarayang
sesungguhnya mungkin lebih besar dariyang dilaporkan karena sindrom
kompartemen tersebut tidak terdeteksi pada pasien yang keadaan sangat
buruk (Ciu, 2011).
Sindrom kompartemen terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam
ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot (Novelandi, 2011).
Sindroma kompartemen dapat ditemukan pada tempat dimana otot
dibatasi oleh rongga fasia yang tertutup. Daerah yang sering terkena
adalah tungkai bawah, lengan bawah, kaki, tangan, region glutea, dan
paha.Gejala dan tanda-tanda sindroma kompartemen adalahasimetris pada
daerah kompartemen, parestesia daerah distribusi saraf perifer yang
terkena, menurunnya sensasi atau hilangnya fungsi dari saraf yang
melewati kompartemen tersebut, dan nyeri bertambah dan khususnya
meningkat dengan gerakan pasif yangmeregangkan otot bersangkutan
(Parahita, 2013).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari komplatemen sindrom?
2. Bagaimana etiologi kompletemen sindrom?
3. Bagaimana patofisiologi kompletemen sindrom?
4. Bagaimana diagnosis kompletemen sindrom?
5. Bagaimana penanganan kompletemen sindrom?
6. Bagaimana woc kompletemen sindrom?
7. Bagaimana asuhan keperawatan kompletemen sindrom?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komplatemen sindrom
2. Untuk mengetahui etiologi kompletemen sindrom
3. Untuk mengetahui patofisiologi kompletemen sindrom
4. Untuk mengetahui diagnosis kompletemen sindrom
5. Untuk mengetahui penanganan kompletemen sindrom
6. Untuk mengetahui woc kompletemen sindrom
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kompletemen sindrom
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompartemen Sindrom

Sindrom kompartemen adalah kondisi yang terjadi akibat


meningkatnya tekanan di dalam kompartemen otot, sehingga dapat
mengakibatkan cedera di dalam kompartemen otot yang meliputi jaringan
otot sendiri, pembuluh darah, dan saraf. Kompartemen otot dikelilingi oleh
lapisan atau membran, disebut fascia, yang tidak dapat mengembang.
Sehingga pembengkakan dalam kompartemen akan meningkatkan tekanan di
dalamnya. Kondisi ini dapat menyerang bagian tangan, lengan, bokong,
tungkai, dan kaki. Kebanyakan penderita lebih sering mengalaminya di
bagian lutut ke bawah. Kondisi ini harus segera ditangani untuk menghindari
risiko iskemia dan nekrosis (kematian jaringan).

Terdapat 2 jenis sindrom kompartemen yang dapat terjadi, yaitu:

 Sindrom kompartemen akut. Kondisi yang terjadi secara mendadak,


khususnya setelah mengalami cedera atau patah tulang. Ini merupakan
kondisi medis darurat dan perlu ditangani segera untuk menghindari
cedera otot permanen.
 Sindrom kompartemen kronis (exertional). Kondisi yang terjadi
dikarenakan olahraga, terutama olahraga yang melibatkan gerakan
berulang seperti bersepeda atau berlari, dan dapat mereda dalam beberapa
saat setelah olahraga dihentikan.

B. Etiologi Kompartemen Sindrom

Sindrom kompartemen merupakan komplikasi akibat cedera tertentu,


baik yang berkaitan dengan otot ataupun tulang. Patah tulang, luka tembak,
luka tusuk, luka bakar, gigitan ular, perdarahan, komplikasi operasi pembuluh
darah, atau perban yang dibebat terlalu ketat dapat menjadi pemicunya. Selain
itu, olahraga berlebihan juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab sindrom
kompartemen.

Secara umum, cedera akan memicu pembengkakan pada otot atau


jaringan di dalam kompartemen. Jaringan di dalam kompartemen dilindungi
oleh membran bernama fascia yang tidak dapat mengembang. Apabila terjadi
pembengkakan, tekanan di dalam kompartemen akan meningkat. Setelah
beberapa waktu, aliran darah dan pasokan oksigen akan menurun dan
mengakibatkan kerusakan otot. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan
memperburuk pembengkakan dan merusak saraf yang menjadi bagian dari
kompartemen. Otot juga akan rusak dan mengalami kematian jaringan
(nekrosis) secara permanen.

C. Patofisiologi kompletemen sindrom

Peningkatan tekanan jaringan menyebabkan obstruksi vena dalam


ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus menyebabkan
tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada lagi
darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke
dalam kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya  tekanan dalam
kompartemen.  Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan
menimbulkan nyeri hebat. Bila terjadi peningkatan intrakompartemen,
tekanan vena meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan
berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti,
Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika hal ini terus berlanjut, maka
terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan kerusakan
ireversibel komponen tersebut

D. Diagnosis Kompartemen Sindrom

Dalam mendiagnosis sindrom kompartemen, dokter akan menanyakan


gejala dan riwayat cedera, serta melakukan pemeriksaan fisik. Tes pengukuran
tekanan juga umumnya dilakukan dengan memasukkan jarum yang dilengkapi
alat pengukur di titik luka untuk melihat tingkat tekanan pada kompartemen.
Jika diperlukan, tes penunjang seperti foto Rontgen, MRI, dan tes darah akan
dilakukan.

E. Penanganan Kompartemen Sindrom

Operasi kerap menjadi pilihan utama bagi penderita sindrom


kompartemen akut untuk menghindari komplikasi lanjutan. Tindakan operasi
bernama fasciotomy akan dilakukan dengan membuka lapisan pelindung
kompartemen otot (fascia) untuk mengurangi tekanan dan mengangkat sel
otot yang sudah mati jika ditemukan. Luka operasi biasanya akan ditutup
beberapa hari setelahnya agar tidak menimbulkan sindrom kompartemen
kembali. Salah satu teknik penutupan luka selain jahitan adalah skin grafting,
dimana dokter akan mengambil kulit sehat dari tubuh pasien dan
menggunakannya untuk menutup luka. Tindakan skin grafting biasa
dilakukan jika luka tidak kunjung pulih. Operasi untuk memperbaiki sindrom
kompartemen sebisa mungkin dilakukan segera, dengan tetap memperhatikan
kondisi pasien.

Bagi penderita sindrom kompartemen kronis, biasanya akan


disarankan untuk mengonsumsi obat antiinflamasi nonstreoid dan melakukan
fisioterapi guna meregangkan otot. Selain itu, penderita juga akan disarankan
untuk mengganti jenis olahraga atau mengurangi frekuensi olahraga, serta
istirahat yang cukup.
F. Woc

Faktor instrinsik :
Faktor ekstrinsik :gift,
Pendarahan, fraktur
penekanan lengan terlalu
kuat

Sindrom kompartemen

Diskontunitas tulang Pergeseran frakmen tulang

Kerusakan frakmen tulang


DX:
Perubahan Kerusakan
Nyeri
jaringan sekitar fraktur tulang
Tekanan sumsum tulang
lebih tinggi dari kapiler
Pergeseran Lerasi kulit Spasme otot
frakmen Reaksi stres klien
tulang Tekanan
Perubahan kapiler
Melepaskan
Deformitas jaringan sekitar
ketokolamin
Plasma
Gangguan luka histamin
fungsi Mobilisasi
Protein asalm lemak
Kerusakan
Dx: Gangguan plasma hilang
integritas
mobilitas fisik kulit Bergabung
edema
dengan trombosit
DX :
Penekanan
Resiko
pembuluh darah Emboli
infeksi

Dx: gangguan
perfusi jaringan
G. Diagnosis Sindrom Kompartemen

Dalam mendiagnosis sindrom kompartemen, dokter akan menanyakan


gejala dan riwayat cedera, serta melakukan pemeriksaan fisik. Tes pengukuran
tekanan juga umumnya dilakukan dengan memasukkan jarum yang dilengkapi
alat pengukur di titik luka untuk melihat tingkat tekanan pada kompartemen.
Jika diperlukan, tes penunjang seperti foto Rontgen, MRI, dan tes darah akan
dilakukan.

H. PenangananSindrom Kompartemen

Operasi kerap menjadi pilihan utama bagi penderita sindrom


kompartemen akut untuk menghindari komplikasi lanjutan. Tindakan operasi
bernama fasciotomy akan dilakukan dengan membuka lapisan pelindung
kompartemen otot (fascia) untuk mengurangi tekanan dan mengangkat sel
otot yang sudah mati jika ditemukan. Luka operasi biasanya akan ditutup
beberapa hari setelahnya agar tidak menimbulkan sindrom kompartemen
kembali. Salah satu teknik penutupan luka selain jahitan adalah skin grafting,
dimana dokter akan mengambil kulit sehat dari tubuh pasien dan
menggunakannya untuk menutup luka. Tindakan skin grafting biasa
dilakukan jika luka tidak kunjung pulih. Operasi untuk memperbaiki sindrom
kompartemen sebisa mungkin dilakukan segera, dengan tetap memperhatikan
kondisi pasien.

Bagi penderita sindrom kompartemen kronis, biasanya akan


disarankan untuk mengonsumsi obat antiinflamasi nonstreoid dan melakukan
fisioterapi guna meregangkan otot. Selain itu, penderita juga akan disarankan
untuk mengganti jenis olahraga atau mengurangi frekuensi olahraga, serta
istirahat yang cukup. 
BAB III
KASUS

Seorang laki-laki berinisial Tn K berusia 50 tahun di bawa keluarganya ke UGD


Rs M. Yunus kota bengkulu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas pasien
mengeluh nyeri di bagian kaki bawah yang sakitnya seperti di tusuk-tusuk, ,
merintih kesakitan pasien mengeluh sakit jika kakinya di gerakan saat pengkajian
di dapatkan TD : 140/90, RR: 20x/m, Nadi : 90x/m S: 37, pucat, terdapat bengkak
di bagian kaki sinistra dan terdapat luka dan pendrahan di bagian tibia yang selalu
mengalir dari luka tersebut.

A. Pengkajian
a. Biodata
Nama : Tn.K
Usia : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bengkulu
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Masuk rumah sakit : 26 januari 2020
Tanggal pengkajian : 26 januari 2020
B.     Penanggungjawab
- Nama                            : Ny. S
- Usia                                                                  : 45 tahun
- Jeniskelamin                                                    : Perempuan
- Pekerjaan / sumberpenghasilan                       : Wiraswasta
- Hubungandenganklien                                   : Istri

b. Keluhan utama:
Klien mengeluh nyeri di bagian kaki dan pusing
c. Riwayat penyakit sekarang
Saat ini Tn. K klien datang ke Rs. M yunus kota bengkulu dengan
keluhan nyeri di bagian kaki dan histeris , saat pengkajian di
dapatkan kesadaran composmentis Td 140/90 mmhg, RR 20x/m N:
90x/m S: 37C.Kekuatan otot ekstremitas atas 4, ekstremitas bawah
sinistra 2, ekstremitas dextra 3 terdapat bengkak di bagian tangan
dan kaki dan terdapat pendarahan di bagian lutut .

d. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah masuk kerumah sakit sebelumnya.

e. Riwayat penyakit keluarga


Pasien tidak memiliki penyakit keturunan

f. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmentis
TTV
Nadi : 90x/menit
Suhu : 37’C
RR : 20x/menit
Td :140/90mmhg

1. Kepala
inspeksi : Mesocepal , tidak ada lesi , simetris, Warna
hitam,berminyak dan agak kotor
palpasi : tidak ada pembengkakan
2. Mata
Inspeksi : Mata simetris konjungtiva anemis, pupil isokor
3. Hidung :
Inspeksi: Bentuk simetris ,tidak ada polip
4. Mulut
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir
ananemis,tidais
Inspeksi da n palpasi struktus dalam: gigi belum lengkap, tidak ada
perdarahan , tidak ada radang
gusi.
5. Telinga :
Inspeksi: Bentuk simetris dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
Palpasi: tida ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : bising pembuluh darah
7. Thorak
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Palpasi : vokal fremitus kanan-kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi paru normal (vesikuler)
8. Jatung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : teraba ictus cordis di SIC V-VI
Perkusi : pekak
Auskultasi : terengar bunyi S1 dan S2
9. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris tidak ada distensi
Palpsi semua kuadran : cubitan perut kembali cepat 2 detik
10. Genetalia
Inspeksi: tidak terpasang kateter
11. Ekstremitas
Tidak ada oedem , terpasang infus, RL 12 tpm di ekstremitas atas
sinistra, terdapat bengkak di bagian kaki kiri dan kedua tangan dan
terdapat luka di lutut. Kekuatan otot ekstremitas ata 4 ekstremitas
baah sinistra bawah 2 dan ekstremitas bawah dekstra 2.
     

A.FORMAT ANALISA DATA


Nama klien : Tn K
Ruangan : UGD

Masalah
No Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1 Ds: Nyeri akut Agen Nyeri akut
1.pasien mengeluh pencidera berhubungan
nyeri di bagian fisik dengan agen
kaki kiri pencidera
2.pasien mengeluh fisiologis
kakinya sakit saat dibuktikan
di gerakan dengan pasien
3. Do : mengeluh
Terdapat bengkak nyeri, pasien
di bagian kanan mengeluh
dan kaki kakinya sakit
Klien merintih saat di gerakan
kesakitan
Td:140/90mmhg
Rr: 30x/menit
Suhu : 37’C
Nadi : 90x/m
P:Nyeri timbul
akibat
kecelakaan
sepeda motor
Q:Klien teru-
menerus
kesakitan pada
kaki kiri ia
merasa sakitnya
seperti di tusuk-
tusuk
R: Nyeri tersebut
klien rasakan di
bagian kaki kiri
S : skala nyeri 8
dari 1-10
T : Nyeri yang
dirasakan klien
di mulai saat
klien mengalami
kecelakaan
2. 2. Ds: G Resiko Syok Kerusakan Resiko infeksi di
integritas buktikan
1. Mengeluh nyeri
kulit dengan
kerusakan
3. integritas kulit

Do:
Bengkak di bagian
luka
Pendarahan di
bagian luka dan
kemerahan

Td:140/90mmhg
Rr: 30x/menit
Suhu : 37’C
Nadi : 90x/m

Ds:
Gangguan Penurunan Gangguan
3. 1.pasien mengeluh mobilitas fisik kekuatan mobilita fisik
nyeri di bagian otot berhungan
dengan
kaki kiri
penurunan
2.pasien mengeluh kekuatan otot
di tandai
pusing
dengan
3.pasien mengeluh mengekuh
kesulitan
kakinya sakit saat
menggerakan
di gerakan ekstremitas,
nyeri saat
3. Do :
bergerak,
gerakan
Terdapat luka di terbatas
bagian lutut/patela
sampai tibia
Terdapat bengkak
di bagian kanan
22
dan kaki
Klien merintih
kesakitan
Td:140/90mmhg
2
Rr: 30x/menit
Suhu : 37’C
Nadi : 90x/

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri, pasien mengeluh kakinya sakit saat di
gerakan
2. Resiko infeksi di buktikan dengan faktor esiko kerusakan integritas
kulit .
3. Gangguan mobilita fisik berhungan dengan penurunan kekuatan otot di
tandai dengan mengekuh kesulitan menggerakan ekstremitas, nyeri saat
bergerak, gerakan terbatas

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


DATA DIAGNOSIS OUTCOMES/ LUARAN INTERVENSI
PENDUKUNG KEPERAWATAN
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data
Pendukung
dengan masalah
:kompartemen
syndrom
1. Mengeluh D. 0077 Nyeri akut L. TUJUAN i.08238 Manajemen Nyeri
nyeri berhu 08066 KHUSUS
2 2. Tampak bungandeng Se telah Observasi :
meringis an agen dilakukan 1.Identifikasi lokasi,
3. frekuensi nadi pencidera intervensi karakterristik,
meningkat fisik yang di keperawatan durasi,frekuensi,
4. tekanan darah buktikan selama 2x 24 kualitas,itensitas nyeri
menigkat dengan jam maka 2.Identifikasi skla nyeri
mengeluh nyeri akut 3.Identifikasi faktor yang
nyeri,tamoak menurun memperberat dan
meringis, memperingan nyeri
frekuensi 1. Keluhan
nadi nyeri Traupetik:
meningkat, menurun 1.Fasilitasi istirahat dan tidur
tekanan 2. Meringis
darah menurun Edukasi
meningkat membaik
3. Frekuensi 1. Jelaskan penyebab
nadi priode dan pemicu
membaik nyeri
4. Tekanan 2. Jelaskan strategi
darah meredakan nyeri
membaik

1. Mengel D.0142 Resiko L.1413 TUJUAN i.14539


uh nyeri infeksi di 7 KHUSUS Pencegahan infeksi
2. Bengkak buktikan Se telah Observasi
di dengan dilakukan 1. Monitor infeksi lokal
bagian faktor resiko intervensi dan sistemik
luka kerusakan keperawatan 2. Berikan perawatan
3. Pendara integritas selama 2x 24 kulit pada area edema
han di kulit jam maka 3. Cuci tangan sebelum
bagian L. tingkat infeksi dan sesudah kontak
luka dan menurun dengan pasien
kemera 1. Kemeraha
han n menurun Edukasi
2. Nyeri 1. Jelaskan tanda dan
menurun gejala infeksi
3. Bengkak 2. Ajarkan cara
menurun memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan

D D.0054 Gangguan TUTUJUAN i.05173


mobilitas L.0504 KHUSUS
fisik 2 Setelah dilakukan
00 berhubungan intervensi Dukungan Mobilisasi
1.Mengeluh dengan keperawatan Observasi
sulit penyebab selama 2x 24 1. Identifikasi adanya
menggerakan penurunan jam mobilitas nyeri atau keluhan
ekstremitas kekuatan fisik fisik lainnya
2.Nyeri saat otot yang di meningkat 2. Identifikasi toleransi
bergerak buktikan fisik melakukan
3. rentang gerak dengan 1. Pergerakan pergerakan
(ROM) mengeluh ekstremita i 3. Monitor kondisi
menurun sulit s umum selama
menggeraka meningkat melakukan mobilisasi
n 2. Rentang
ekstremitas , gerak Traupetik
nyeri saat (ROM) 1. Fasilitasi aktivitas
bergerak, meingkat mobilisasi dengan alat
rentang 3. Nyeri bantu (misal. Pagar
gerak (ROM) menurun tempat tidur)
menurun 2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu

Edukasi
1. Jelakaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
D. 2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus di
lakukan (misal. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


No Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Observasi : S : Tn K mengatakan mengetahui
Selasa 27 Nyeri akut 1.MengIdentifikasi lokasi, penyebab nyeri
januari berhu karakterristik, durasi,frekuensi, Tn.K Mengatakan mau
2020 bungandenga kualitas,itensitas nyeri menggunakan cara obat
n agen 2. Mengdentifikasi skla nyeri obatan tradisional maupun non
pencidera fisik 3. MengIdentifikasi faktor yang tradisional untuk mengurangi
yang di memperberat dan memperingan rasa nyeri
buktikan nyeri
O : Keluhan nyeri menurun
dengan
Meringis menurun
mengeluh Traupetik:
Frekuensi nadi membaik
nyeri,tampak 4. Mefasilitasi istirahat dan tidur
Tekanan darah membaik
meringis,
frekuensi nadi Edukasi
meningkat, A : masalah teratasi sebagian no
tekanan darah 5. Menjelaskan penyebab priode 1,2,3,4,5,6
meningkat dan pemicu nyeri
6. MenJelaskan strategi meredakan
nyeri P : intervensi dihentikan

Selasa,27 Resiko infeksi Observasi S: Tn. K mengatakan mengetahui


Januari di buktikan 1. Memonitor infeksi lokal dan faktor penyebab pebdarahan di
1. 2020 bagian kaki
dengan faktor sistemik
resiko 2. Memberikan perawatan kulit Tn. K mengakatakan mau
kerusakan pada area edema menjalankan operasi untuk
menghindarii resiko infeksi
integritas kulit 3. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
O : Kemerahan menurun
Nyeri menurun
Edukasi
Bengkak menurun
5. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. Mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
7. Menganjurkan meningkatkan A : masalah teratasi sebagian no
asupan nutrisi 1,2,3,4,5,6,7,8
8. Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan
P : intervensi dihentikan

S: Tn. K mengatakan mengetahui


Selasa,27 Gangguan Observasi
faktor penyebab sulit
Januari mobilitas fisik 1. MengIdentifikasi adanya nyeri
menggakan ektremitas
2020 berhubungan atau keluhan fisik lainnya
dengan 2. MnegIdentifikasi toleransi fisik Tn. K mengakan mau
penyebab melakukan pergerakan menjalankan berobat secara
penurunan 3. Memonitor kondisi umum medis dan nonmedis
kekuatan otot selama melakukan mobilisasi
yang di O : Pergerakan ekstremitas
buktikan Traupetik meningkat
dengan 4. Mefasilitasi aktivitas mobilisasi Rentang gerak (ROM)
mengeluh sulit dengan alat bantu (misal. Pagar meingkat
menggerakan tempat tidur) Nyeri menurun
ekstremitas , 5. Mefasilitasi melakukan
nyeri saat pergerakan, jika perlu
A : masalah teratasi sebagian no
bergerak,
1,2,3,4,5,6,7,8
rentang gerak Edukasi
(ROM) 6. Menjelakaskan tujuan dan prosedur
menurun mobilisasi P : intervensi dihentikan
7.Menganjurkan melakukan mobilisasi
dini
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus di lakukan (misal. Duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana
Nyeri akut berhu bungandengan TUJUAN KHUSUS Manajemen Nyeri
agen pencidera fisik yang di Se telah dilakukan intervensi Observasi :
buktikan dengan mengeluh keperawatan selama 2x 24 jam maka 1. Identifikasi lokasi,
karakterristik,
nyeri,tampak meringis, frekuensi nyeri akut menurun
durasi,frekuensi,
nadi meningkat, tekanan darah kualitas,itensitas nyeri
2. Identifikasi skla nyeri
meningkat 1. Keluhan nyeri menurun
3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun membaik memperberat dan
memperingan nyeri
3. Frekuensi nadi membaik
4. Tekanan darah membaik Traupetik:
4. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

5. Jelaskan penyebab priode


dan pemicu nyeri
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Resiko infeksi di buktikan dengan TUJUAN KHUSUS Observasi


faktor resiko kerusakan integritas Se telah dilakukan intervensi 1. Monitor infeksi lokal dan
kulit keperawatan selama 2x 24 jam maka sistemik
tingkat infeksi menurun 2. Berikan perawatan kulit pada
1. Kemerahan menurun area edema
2. Nyeri menurun 3. Cuci tangan sebelum dan
3. Bengkak menurun sesudah kontak dengan
pasien

Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
5. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Gangguan mobilitas fisik


Observasi
berhubungan dengan penyebab TUTUJUAN KHUSUS
1. Identifikasi adanya nyeri atau
penurunan kekuatan otot yang di Setelah dilakukan intervensi
keluhan fisik lainnya
buktikan dengan mengeluh sulit keperawatan selama 2x 24 jam
2. Identifikasi toleransi fisik
menggerakan ekstremitas , nyeri mobilitas fisik meningkat
melakukan pergerakan
saat bergerak, rentang gerak
3. Monitor kondisi umum
(ROM) menurun 1. Pergerakan ekstremitas meningkat
selama melakukan mobilisasi
2. Rentang gerak (ROM) meingkat
3. Nyeri menurun
Traupetik
4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (misal.
Pagar tempat tidur)
5. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu

Edukasi
4. Jelakaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
5. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
6. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus di lakukan (misal.
Duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat
perfusi jaringan dalam otot kurang yang dibutuhkan untuk kehidupan
jaringan. Ini bisa disebabkan karena, penurunan kompartemen otot karena
fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang
menjerat, peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagi masalah (Smeltzer & Bare, 2001).
Insiden sindrom kompartemen tergantung pada traumanya. Pada
fraktur humerus atau fraktur lengan bawah, insiden dari sindrom
kompertemen dilaporkan berkisar antara 0,6-2%. Prevalensi sindrom
kompartemen meningkat pada kasus yang berhubungan dengan kerusakan
vaskuler, sindrom kompartemen Universitas Sumatera Utarayang
sesungguhnya mungkin lebih besar dariyang dilaporkan karena sindrom
kompartemen tersebut tidak terdeteksi pada pasien yang keadaan sangat
buruk (Ciu, 2011).
Tujuan dari penanganan kompartemen sindrom adalah mengurangi
defisit fungsi neurologi dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah
lokal, melalu bedahdekompresi dan di lakukan jika tekanan intra-
kompartemen mencapai >300mmhg.

B. Saran
Dalam menyusun asuhan keperawatan ini penulis berharap dapat
menambah pegetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan
kompartemen sindrom dan acuan untuk tidakan proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi . EGC : Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1,Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Wahid, Abdul . 2013. Buku Saku Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskletal.TIM : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai