TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
dalam ruang anatomi yang terbatas menyebabkan iskemik dan nekrosis jaringan,
dengan sindrom kompartemen yang ada di dalam tubuh manusia terbagi menjadi
kompartemen lengan bawah dan tungkai bawah.7 Tiap kompartemen berisi otot-
2
Kompartemen lateral atau mobile wad of Henry (m.brachioradialis,
m.plantaris)
3
2.1.2 Klasifikasi
kegawatdaruratan medis.1,9
dengan cepat melebihi tekanan perfusi kapiler dalam ruang anatomi yang
Kondisi ini berkaitan dengan mekanisme trauma energi tinggi maupun rendah,
sengatan listrik, cedera vaskuler yang diikuti iskemia atau reperfusi vaskuler.7
4
Sindrom kompartemen akut sering terjadi pada fraktur tulang panjang,
kompartemen akut, diikuti oleh area lengan bawah, paha, dan lengan atas.
tetapi bila iskemia pada saraf terjadi lebih dari 4 jam, akan terjadikan
yang nekrosis akan digantikan oleh jaringan fibrosa padat yang secara
biasa terjadi pada atlit, terutama pada atlit pelari jarak jauh ataupun atlit pelari
lainnya pada usia 30-40 tahun. Sindrom ini dikenal pula sebagai chronic
nyeri tungkai yang hilang timbul pada sisi anterior, posterior dan lateral
5
tungkai dan tekanan yang meningkat pada satu atau banyak kompartemen otot
diikat dengan kuat, kesemutan, atau rasa tertekan. Nyeri biasanya akan
2.1.3 Epidemiologi
terjadi pada 3,1 per 100.000 jiwa.2 Sebanyak 2,8% pasien yang mengalami trauma
seluruh kasus ACS disebabkan oleh fraktur.7 Kejadian yang disebabkan oleh
trauma jaringan lunak tanpa adanya fraktur terjadi pada 23% seluruh kasus ACS.2
sering terjadi.3 Sekitar 2-12% sindrom kompartemen terjadi pada fraktur tibia.1
lunak dan edema pada ruang tersebut.7 Bagian yang paling sering terjadi fraktur
pada os tibia ialah pada diafisis tibia yakni sebesar 40% kasus, kemudian fraktur
tibial plateau.2,3 Pada fraktur tibia yang terbuka, risiko kasus berkembang menjadi
6
Pada fraktur humerus atau fraktur lengan bawah, insiden sindrom
lengan bawah adalah lokasi tersering terjadi ACS pada lengan, yang sering
2.1.4 Etiologi
dalam tiga kelompok besar, yakni pada kasus bertambahnya isi kompartemen,
gips, balutan melingkar yang terlalu ketat, dan posisi litotomi.2,13,14 Penyakit
7
pseudoaneurisma yang berkembang menjadi sindrom kompartemen. Kasus
lokal awal yang sering terjadi pada kasus trauma dengan fraktur salah satunya
ialah sindrom kompartemen.10 Fraktur menjadi penyebab paling sering pada 69%
seluruh kasus kasus sindrom kompartemen, dan sebesar 76% sebagai etiologi
dalam kasus anak.2 Kompartemen otot lengan dan tungkai dilaporkan sebagai
Kasus luka tembak, diikuti oleh kasus luka tusuk, kecelakaan sepeda
motor, dan pejalan kaki yang ditabrak mobil merupakan mekanisme trauma yang
cedera arteri dan vena sekaligus, memiliki kemungkinan sebesar 41,8% untuk
memiliki kemungkinan sebesar 5,9%, serta fraktur tertutup sebesar 2,2%. Latihan
beban yang terlalu berlebihan serta kasus overdosis obat yang dapat menyebabkan
mengalami cedera, yakni melalui respons inflamasi sistemik yang hebat dan
8
berhubungan dengan pelepasan eksotoksin yang memicu pembengkakan jaringan,
Pada kasus non-trauma lainnya, yakni pada atlit yang berlatih berlebihan,
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasus ini disebut dengan acute
Perbedaannya dengan CECS adalah bila pada CECS, nyeri akan berkurang dengan
AECS, gejala serupa dengan sindrom kompartemen akut dan dapat berujung pada
kerusakan otot, saraf, dan vaskuler secara permanen. Oleh karena itu, AECS
dekompresi, sementara bedah dekompresi pada CECS sebagai terapi elektif saja.17
rata kejadian sebanyak 0,7 per 100.000 jiwa pada perempuan dan lebih besar pada
Rata-rata usia penderita yang mengalami ACS ialah pada usia 32 tahun.
Pada pasien dengan usia <35 tahun dengan fraktur diafisis tibia tiga kali lebih
berisiko mengalami ACS dibandingkan pada pasien usia >35 tahun. Sindrom
kompartemen lebih sering terjadi pada usia muda, hal ini dikarenakan kondisi
9
fascia yang lebih kuat, volume otot yang lebih besar, dan frekuensi mengalami
trauma hebat yang lebih tinggi daripada usia yang lebih tua.2
Faktor risiko lain ialah trauma energi tinggi dan trauma multipel. Tidak
ada perbedaan antara kasus ACS dengan fraktur terbuka maupun tertutup.
pada 1 kasus kematian dan 1 kasus amputasi dalam serial kasus mereka.16
(dingin).1 Pasien dengan dua indikator positif memiliki kemungkinan ACS sebesar
10
25%, sementara tiga indikator positif berkemungkinan sebesar 93%.2 Dari semua
tanda tersebut, nyeri sering terjadi pada tahap awal sindrom kompartemen.1
kompartemen.1 Nyeri yang muncul dirasakan sebagai nyeri yang berat, dalam,
terus-menerus, dan tidak terlokalisir, serta kadang dikeluhkan oleh penderita lebih
parah dari cedera yang terlihat.10 Walaupun begitu, nyeri merupakan keluhan
subjektif, sehingga jika seseorang tidak mengeluhkan nyeri yang sangat hebat
bahkan morfin.1,10 Namun, nyeri dapat tersamarkan oleh adanya cedera saraf,
fraktur, atau penggunaan anestesi lokal atau epidural. Penggunaan analgesik kuat
yang tidak beralasan juga dapat menyebabkan bias diagnostik pada kondisi
iskemia kompartemen.2
vaskuler dan baru muncul pada fase lanjut, segera setelah terjadi kerusakan saraf
dan otot.7 Paralisis organ distal seperti lengan atau tungkai bawah, akan
agak jarang terjadi pada pasien, karena tekanan pada sindrom kompartemen jarang
melebihi tekanan arteri.1 Puffiness ditandai oleh kulit yang tegang, bengkak, dan
sedang berlangsung.14 Poikilotermia dapat terjadi pada organ daerah distal yang
11
Gambar 2.3 Skin blister atau kulit yang melepuh 14
2.1.7 Patofisiologi
dibentuk oleh fascia, epimisium, dan kulit.2 Sindrom kompartemen terjadi ketika
tekanan kapiler vena meningkat dan tekanan perfusi pada otot dan saraf menurun,
12
kompartemen yang terus menerus tinggi dan melampaui tekanan perfusi kapiler
kapiler.11 Jika kondisi ini dibiarkan, akan terjadi iskemia seluler dan nekrosis
TRAUMA
Edema atau
hematom lokal
Peningkatan
Iskemia jaringan dan
tekanan
kematian sel
intrakompartemen
Gangguan aliran
pembuluh darah
Gambar 2.4 Skema patofisiologi sindrom kompartemen 1
yang tetap, sehingga jika terjadi pertambahan volume pada sebuah kompartemen
13
kapiler, sehingga pembuluh kapiler akan kolaps. Tekanan hidrostatik yang
memadai, suplai oksigen dan nutrisi berkurang, sehingga sel saraf dan otot
limfatik pada daerah yang cedera. Jika tekanan terus meningkat maka perfusi
arteri dapat terganggu sehingga menyebabkan iskemia jaringan yang lebih parah
dan mengganggu fungsi saraf dan otot.1 Fungsi tersebut akan hilang secara
permanen jika situasi iskemik tersebut berlangsung hingga lebih dari 6 jam.10
mmHg, dicapai oleh tekanan perfusi kapiler sebesar 25 mmHg dan tekanan
ekstremitas yang mengikuti trauma pada pembuluh inflow atau outflow utama
pada ekstremitas bawah, atau sebagai akibat dari patologi primer di dalam
kompartemen itu sendiri. Ruang anatomi terbatas lainnya yang sebagian besar
atau subdural), bola mata orbital (glaukoma), dan kapsul ginjal (postiguremic
oliguria).4
2.1.8 Diagnosis
14
menyebabkan morbiditas secara langsung terhadap pasien dan sangat berisiko
a. Anamnesis
kompartemen didiagnosis secara klinis, dengan satu atau lebih gejala, yakni
Gejala yang paling sering dikeluhkan dan menonjol pada penderita dengan
kesadaran baik dan koheren adalah nyeri yang sangat hebat yang tidak sesuai
dengan berat traumanya.1 Nyeri saat regangan otot pasif juga mengarah pada
ekstremitas yang mengalami cedera.3 Parestesi dapat terjadi pada fase lanjut
tingkat kapiler, sehingga tanda dan gejala iskemia seperti nadi yang teraba lemah,
ujung-ujung ekstremitas yang pucat dan parestesi tidak ditemukan pada tahap
awal.3
b. Pemeriksaan fisik
15
sehingga pemeriksaan fisik yang cermat dan atau monitoring tekanan harus
dilakukan.12
Pada pemeriksaan look, akan terlihat pucat (palor) dan edema. Pada pemeriksaan
feel akan menunjukkan ekstremitas yang teraba tegang dan keras.1 Perlu juga
kelemahan motorik pada fase yang lebih lanjut.1 Fungsi motorik ekstensor hallucis
diperiksa.7
c. Pemeriksaan Penunjang
membantu untuk konfirmasi dalam kasus yang tidak jelas dan juga berperan pada
16
Pengukuran ICP dapat menggunakan monitor Stryker yang dihubungkan
dengan jarum 18G atau jarum spinal 18G untuk mengukur kompartemen yang
dalam. Posisi kompartemen yang akan diukur harus sejajar dengan jantung dan
jarum ditusukkan tegak lurus ke kompartemen yang akan dinilai.1 Sebanyak 0,3
dicapai dalam beberapa detik, dan tekanan kompartemen akan terbaca pada layar
digital.5
Gambar 2.5 Slide-port needle, diaphragm chamber, dan prefilled syringe yang
disiapkan dan ditempatkan pada monitor Stryker.
mmHg. Gejala akan muncul jika ICP mencapai 20-30 mmHg.2 Jika monitor
jika diagnosis belum dapat disimpulkan dari gejala klinis, pada pasien politrauma,
17
dan pasien dengan cedera kepala. Tekanan jaringan rata-rata normal adalah
mendekati 0 mmHg pada keadaan tanpa kontraksi otot. Jika tekanan menjadi lebih
aliran nutrisi.1 Pada anak-anak, tekanan kompartemen normal berkisar antara 13,3
pula dengan menghitung tekanan perfusi jaringan atau tekanan delta, dengan cara
Jika hasilnya kurang dari 30 mmHg maka dianggap gawat darurat karena daerah
bedah dekompresi.12
kondisi lain yang dapat menyebabkan nyeri di tungkai bawah, yaitu stres fraktur
pada tibia dan tendonitis. Selain itu, perlu dilakukan pengukuran tekanan
olahraga. Jika tekanan tetap tinggi maka diagnosis sindrom kompartemen kronis
dapat ditegakkan.1
oksigenasi otot pada sindrom kompartemen. Penelitian dengan skala yang lebih
pemeriksaan seperti MRI dan skintigrafi tidak memiliki nilai diagnostik yang
18
tidak spesifik.2,12 Konsentrasi laktat vena femoralis yang disambil selama
Gambar 2.6 Skema ilustrasi peningkatan tekanan kompartemen dan pengukuran sudut
tibia-fascia (TFA).6
Garis X menandakan korteks anterolateral tibia. Garis Y menandakan
tangensial terhadap lekukan fascia kompartemen anterior yang berasal
dari penampang tibia. Tibia-fascia angle dihitung pada sudut yang
terbentuk di antara garis X ke Y yang saling berpotongan.
(a) Pengukuran pada kondisi normal.
(b) Sudut yang membesar pada kompartemen anterior.
berdasarkan perubahan sudut antara tibia dan fascia atau tibia-fascia angle) pada
19
kadaver manusia. Peningkatan tekanan pada kompartemen diikuti oleh ekspansi
mendeteksi perubahan. Perubahan sudut antara tibia dan otot fascia dapat terlihat
Gambar 2.7 Hasil pemeriksaan USG pada kadaver laki-laki yang diberikan tekanan
sebesar 40 mmHg pada kompartemen anterior tibia.6
d. Diagnosis Banding
vena dalam, gas gangren, fasciitis nekrosis, rabdomiolisis akibat cedera vaskuler
perifer.2
2.1.9 Penatalaksanaan
perfusi kapiler dalam volume yang relatif tetap pada kompartemen otot yang
20
Nekrosis jaringan, lesi saraf, kontraktur otot, amputasi, atau bahkan sepsis dapat
terjadi jika bedah dekompresi segera tidak dilakukan.6 Jika tidak dilakukan bedah
fasciotomi dekompresi.2
harus dilakukan dimulai dari menyingkirkan semua pembalut atau bebat yang ada
pada ekstremitas yang cedera agar sirkulasi kompartemen lebih lancar.2 Stabilisasi
fraktur yang sebaiknya digunakan ialah dengan teknik fiksasi eksterna atau
dielevasikan setinggi jantung tetapi tidak lebih dari itu untuk memaksimalkan
permanen. Sedangkan terapi gold standard pada CECS ialah dengan fasciotomi
dekompresi dengan teknik open atau endoskopi.9 Tam et al meneliti pasien dengan
CECS posterior sebelum dan sesudah dilakukan fasciotomi. Skor analog visual
antara sebelum dan sesudah dilakukan fasciotomi memiliki nilai bermakna. Pasien
dilakukan fasciotomi.19
21
Fasciotomi harus segera dilakukan ketika tekanan intrakompartemen lebih
sindrom kompartemen yang terjadi sudah lebih dari 8 jam dan jika pasien tidak
menunjukkan fungsi otot pada segmen manapun pada ekstremitas yang terkena
22
Dekompresi kompartemen dapat dilakukan dengan melakukan fasciotomi
dan hasil yang diharapkan, karena menurunkan risiko infeksi dan nonunion pada
fraktur.20 Fascia dan kulit lokasi sindrom kompartemen dibiarkan terbuka minimal
tujuh hari (terapi tekanan negatif dengan mengurangi penutupan luka dan
luka akan sempurna jika edema telah berkurang dan mungkin membutuhkan
cangkok kulit yang agak tebal.2 Stabilisasi fraktur lengan atau tungkai bawah
Terapi lain yang dapat diiberikan ialah manajemen tekanan darah dan
iskemik.2
2.1.10 Komplikasi
otot, fibrosis, serta kontraktur.2 Selain itu, dapat terjadi kerusakan saraf permanen
dan hilangnya fungsi otot.1 Iskemik jaringan jika dibiarkan satu jam saja akan
23
menyebabkan aksonotmesis ireversibel. Iskemik yang berlangsung selama 6 jam
dapat mengarah pada keadaan yang lebih parah, termasuk rabdomiolisis dan gagal
Protein-protein yang berukuran besar dapat menjadi racun dan berbahaya, yang
terjadi.2
Volkmann, yaitu kontraktur yang disebabkan oleh sel-sel otot yang mati secara
bertahap digantikan oleh sel-sel fibrosa yang padat sehingga anggota gerak
menuliskan dalam artikelnya bahwa iskemia pada anggota gerak yang tidak
disebabkan perban yang terlalu ketat pada pasien fraktur ekstremitas.6 Komplikasi
24
ini menyebabkan kecacatan permanen, seperti deformitas pada anggota tubuh
yang terkena.10 Skar dan deformitas merupakan komplikasi yang paling sering
dikeluhkan pasien yakni sekitar 72% dan 56%, sedangkan kontraktur kulit dan
fascia dilaporkan secara signifikan mengganggu gerak bebas sendi pada 20%
pasien.2
penegakan diagnosis yang cepat diikuti oleh splinting tungkai dan bedah
jelek secara kosmetik. Pada fraktur tibial plateu yang diterapi menggunakan
fiksasi eksternal, angka kejadian infeksi tinggi yakni sebesar 80%.20 Hanya sekitar
sempurna.2
2.1.11 Pencegahan
atau sebagai tatalaksana definitif. Splint yang sering digunakan ialah Thomas
imobilisasi jari-jari, Boston brace untuk skoliosis, lumbar corset untuk nyeri
punggung. Splinting pada bagian yang fraktur dapat menjadi salah satu
25
tatalaksana awal untuk mencegah terjadinya sindrom kompartemen.10 Penggunaan
2.1.12 Prognosis
iskemik yang dibiarkan terlalu lama berkorelasi dengan prognosis yang buruk
pula.1 Bila diagnosis sindrom kompartemen ditegakkan secara cepat dan tindakan
operasi telah dilakukan maka prognosis dari pemulihan otot dan saraf di dalam
26