berat,
dari
dapat
terlewatnya
terjadi
gagal
pemeriksaan
ginjal
dapat
dan
meningkatkan
kematian.
tekanan
intrakompartemen yang dijelaskan secara lengkap oleh Richard Von Volkman. Pada
tahun 1872, beliau mempublikasikan mengenai fraktur suprakondilar akan diikuti oleh
trauma pada syaraf dan kontraktur akibat kompartemen sindrom. Trauma tersebut
dikenal
sebagai
kontraktur
Volkmann.
tekanan
intrakompartemen
menjadi
jelas.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Salter, Compartment syndrome adalah peningkatan tekanan dari suatu
edema progresif di dalam kompartemen osteofasial yang kaku pada lengan bawah
maupun tungkai bawah (di antara lutut dan pergelangan kaki) yang secara anatomis
menggangu sirkulasi otot-otot dan saraf-saraf intrakompartemen sehingga dapat
menyebabkan kerusakkan jaringan intrakompartemen.(1)
Menurut Michael S. Bednar et al, compartment syndrome adalah kondisi yang
terjadi karena peningkatan tekanan di dalam ruang anatomi yang sempit, yang secara
akut menggangu sirkulasi dan yang kemudian dapat menggangu fungsi jaringan di
dalam ruang tersebut.(2)
Menurut Stephen Wallace dan 1, compartment syndrome adalah sindrom yang
ditandai dengan gejala 7P yaitu pain (nyeri), paresthesi, pallor (pucat), puffiness (kulit
yang tegang), pulselessness (hilangnya pulsasi), paralisis, dan poikilotermis (dingin).(1,3)
Menurut Andrew L. chen, diagnosis compartment syndrome dapat ditegakkan jika
pada pemeriksaan ditemukan tekanan intrakompartemen yang meningkat di atas 45
mmHg atau selisihnya dengan tekanan diastolik kurang dari 30 mmHg.(4)
Dapat disimpulkan bahwa compartment syndrome adalah sindrom yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan dari suatu edema progresif di dalam kompartemen osteofasial
yang kaku pada lengan bawah maupun tungkai bawah (di antara lutut dan pergelangan
kaki)
yang
secara
anatomis
menggangu
sirkulasi
otot-otot
dan saraf-saraf
2.2 Insiden
Compartment syndrome paling sering melibatkan kompartemen flexor dari lengan
bawah dan kompartemen tibia anterior dari tungkai bawah (meskipun dapat terjadi pada
kompartemen osteofsial manapun). (1)
Insiden compartment syndrome tergantung pada traumanya. Pada fraktur humerus
atau fraktur lengan bawah, insiden dari compartment syndrome dilaporkan berkisar
antara 0,6-2%. Pasien dengan kombinasi ipsilateral fraktur humerus dan lengan bawah
memiliki insiden sebesar 30%. Secara keseluruhan, prevalensi compartment syndrome
meningkat pada kasus yang berhubungan dengan kerusakan vascular. Abouezzi et al
melaporkan fasiotomi dilakukan pada 29,5% kasus arterial injuries, 15,2% kasus
venous injuries, dan 31,6% pada kasus dengan kombinasi keduanya; kasus-kasus
tersebut tidak melibatkan tindakan memperbaiki vena ataupun ligasi. Feliciano et al
melaporkan secara keseluruhan, 19% pasien dengan kerusakan vaskuler memerlukan
fasiotomi.(6)
DeLee dan Stiehl menemukan bahwa 6% dari pasien dengan open fraktur tibia
berkembang menjadi compartment syndrome sedangkan pada closed fraktur tibia hanya
1,2%.(7)
Insidensi compartment syndrome yang sesungguhnya mungkin lebih besar dari yan
dilaporkan karena sindrom tersebut tidak terdeteksi pada pasien yang keadaanya sangat
buruk. Prevalensinya juga lebih besar pada pasien dengan keusakkan vascular. Feliciano
et al melaporkan secara keseluruhan, 19% pasien dengan kerusakan vaskuler
memerlukan fasiotomi, namun pada pasien tanpa fasiotomi diperkirkan angka
kejadiannya sekitar 30%. Insiden yang sesungguhnya mungkin tidak akan diketahui
karena banyak ahli bedah melakukan profilaksis fasiotomi ketika melakukan
perbaikkan vaskuler pada pasien risiko tinggi.(7)
Di Amerika, prevalensi sesungguhnya dari compartment syndrome belum diketahui;
namun sebuah penelitian menemukan angka kejadian anterior chronic exertional
compartment syndrome (CECS) sebesar 14% pada individual yang mengeluhkan nyeri
tungkai bawah. Laki-laki dan perempuan presentasinya adalah sama dan biasanya
bilateral meskipun dapat juga unilateral. Chronic exertional compartment syndrome
(CECS) biasanya terjadi pada atlet yang sehat dan lebih muda dari 40 tahun. Atlet
dengan CECS yang meningkatkan latihannya dengan hebat dapat meningkatkan risiko
terjadinya eksaserbasi akut, demikian pula pada orang yang tidak aktif yang kemudian
memulai latihan yang serius.(8)
Secara internasional, prevalensi compartment syndrome belum diketahui. (8)
2.3 Etiologi(1,2,4,9)
1
traksi longitudinal yang berlebihan pada penatalaksanaan fraktur femur pada anak.(1)
Koma karena obat yang menyebabkan tekanan pada arteri besar karena berbaring di
atas permukaan keras dengan posisi yang tidak nyaman dalam waktu yang lama.(1,2)
luka bakar.(2)
olah raga(4)
2.4 Patofisiologi(1,3,4,5,9,10)
Patofisiologi dari compartment syndrome terdiri dari dua kemungkinan mekanisme,
yaitu: berkurangnya ukuran kompartemen dan/atau bertambahnya isi dari kompartemen
tersebut. Kedua mekanisme tersebut sering terjadi bersamaan, ini adalah suatu keadaan
yang menyulitkan untuk mencari mekanisme awal atau etiologi yang sebenanya. Edema
jaringan yang parah atau hematom yang berkembang dapat menyebabkan
bertambahnya isi kompartemen yang dapat menyebabkan atau memberi kontribusi pada
compartment syndrome.
Tidak seperti balon, fasia tidak dapat mengembang, sehingga pembengkakan pada
sebuah kompartemen akan meningkatkan tekanan dalam kompartemen tersebut.
Ketika tekanan di dalam kompartemen melebihi tekanan darah di
kapiler,
pembuluh kapiler akan kolaps. Hal ini menghambat aliran darah ke otot dan sel saraf.
Tanpa suplai oksigen dan nutrisi, sel-sel saraf dan otot akan mengalami iskemia dan
mulai mati dalam waktu beberapa jam. Iskemia jaringan akan menyebabkan edema
jaringan. Edema jaringan di dalam kompertemen semakin meningkatkan tekanan
intrakompartemen yang menggangu aliran balik vena dan limfatik pada daerah yang
cedera. Jika tekanan terus meningkat dalam suatu lingkaran setan yang semakin
menguat maka perfusi arteriol dapat terganggu sehingga menyebabkan iskemia jaringan
yang lebih parah.
TRAUMA/EXCERCISE
Edema/
hematom lokal
(semakin
bertambah)
Iskemia jaringan
(dapat terjadi
kematian sel)
Peningkatan
tekanan
intrakompartemen
Ganguan aliran
pembuluh darah
(pembuluh darah
kolaps)
Tekanan jaringan rata-rata normal adalah mendekati 0 mmHg pada keadaan tanpa
kontraksi otot. Jika tekanan menjadi lebih dari 30 mmHg atau lebih, pembuluh darah
kecil akan tertekan yang menyebabkan menurunnya aliran nutrisi sehingga. Untuk
kepentingan tertentu dapat pula dihitung perbedaan tekanan kompartemen dengan
tekanan darah diastolik; jika selisih tekanan diastolik dan tekanan kompartemen kurang
dari 30 mmHg hal ini dianggap gawat darurat.
Compartment syndromes dapat berupa akut maupun kronis. Acute compartment
syndrome adalah suatu kegawatdaruratan medis. Tanpa penatalaksanaan, hal ini dapat
Seperti yang tampak pada gambar di atas, lingkaran setan juga terjadi pada tipe
kronik seperti pada tipe akut.
ditambahkan. Diantara ini semua hanya dua yang pertamalah yang reliable untuk tahap
akhir dari compartment syndrome.
o Pain (nyeri) sering dilaporkan dan hampir selalu ada. Biasanya digambarkan
sebagai nyeri yang berat, dalam, terus-menerus, dan tidak terlokalisir, serta
kadang digambarakan lebih parah dari cedera yang ada. Nyeri ini diperparah
dengan meregangkan otot di dalam kompartemen dan dapat tidak hilang dengan
analgesik bahkan morfin. Penggunaan analgesia kuat yang tidak beralasan dapat
menyebabkan masking pada iskemia kompartemental.
o Paresthesia pada saraf kulit dari kompartemen yang terpengaruh adalah tanda
tipikal yang lain.
o Paralysis tungkai biasanya merupakan penemuan yang lambat.
o Pulselessness: catatan bahwa hilangya pulsasi jarang terjadi pada pasien, hal ini
disebabkan tekanan pada kompartemen syndrome jarang melebihi tekanan
arteri.
o Puffines: Kulit yang tegang, bengkak dan mengkilat.
10
Jika tekanan lebih dari 45 mmHg atau selisih kurang dari 30 mmHg dari diastole,
maka diagnosis telah didapatkan. Pada kecurigaan chronic compartment syndrome tes
ini dilakukan setelah aktivitas yang menyebabkan sakit.
2.7 Diagnosis(5,9)
Gejala terpenting pada pasien yang sadar dan koheren adalah nyeri yang
proporsinya tidak sesuai dengan beratnya trauma. Nyeri pada regangan pasif juga
merupakan gejala yang mengarah pada compartment syndrome. Paresthesi berkenaan
dengan saraf yang melintang pada kompartemen yang bermasalah merupakan tanda
lanjutan dari compartment syndrome. Palpasi dapat menunjukkan ekstremitas yang
tegang dan keras. Pallor dan pulselessness adalah tanda yang jarang jika tidak disertai
cedera vaskuler. Paralysis dan kelemahan motorik adalah tanda yang amat lanjut yang
mengarah pada compartment syndrome.
Jika diagnosis compartment syndrome belum dapat ditegakkan atau jika data
objektif diperlukan, maka tekanan kompartemen harus diukur. Cara ini paling berguna
jika diagnosis belum dapat disimpulkan dari gejala klinis, pada pasien politrauma, dan
pasien dengan cedera kepala.
11
Singkirkan semua pembalut atau bebat yang ada pada ekstremitas yang
terganggu.
12
13
14
fibula. Luka harus dibiarkan terbuka, kalau terdapat nekrosis otot dapat
dilakukan debridemen jika jaringan sehat luka dapat dijahit ( tanpa
regangan ) atau dilakukan pencangkokan kulit.
Indikasi untuk melakukan operasi dekompresi, antara lain :
a) Adanya tanda - tanda sindrom kompartemen seperti nyeri hebat.
b) Gambaran klinik yang meragukan dengan resiko tinggi ( pasien koma,
pasien dengan
c) masalah psikiatrik dan dibawah pengaruh narkoba ), dengan tekanan
jaringan > 30 mmHg pada pasien yang diharapkan memiliki tekanan
jaringan yang normal.
Bila ada indikasi operasi dekompresi harus segera dilakukan karena
penundaan
akan
meningkatkan
kemungkinan
kerusakan
jaringan
16
17
jaringan lunak pada ekstremitas. Teknik insisi ganda lebih aman dan
efektif.
b) Fasciotomi insisi tunggal ( darvey, Rorabeck dan Fowler ) :
Dibuat insisi lateral, longitudinal pada garis fibula, sepanjang mulai
dari distal caput fibula sampai 3 - 4 cm proksimal malleolus lateralis.
Kulit dibuka pada bagian anterior dan jangan sampai melukai nervus
peroneal
superficial.
Dibuat
fasciotomi
longitudinal
pada
dan
dilakukan
fasciotomi
kompartemen
posterior
18
Gambar 9a. Fasciotomi insisi tunggal ( darvey, Rorabeck dan Fowler ). (12)
19
Gambar 9b. Fasciotomi insisi tunggal ( darvey, Rorabeck dan Fowler ). (12)
20
brachioradialis
dilanjutkan
ke
palmar.
Kemudian
22
3.
4.
5.
Delayed closure atau skin graft setelah oedema berkurang (rata-rata pada
hari ke 5-7).
23
karena sel-sel otot yang mati digantikan oleh sel-sel fibrous yang padat sehingga
memendek.
2.11 Preventif(4)
Sampai saat ini mungkin tidak ada jalan untuk mencegah terjadinya compartment
syndrome, waspada terhadap kejadian ini dan diagnosis serta penanganan yang cepat akan
membantu untuk mencegah berbagai komplikasi. Orang-orang dengan balutan perlu
waspada terhadap risiko dari pembengkakan dan perlu pergi ke dokter atau unit gawat
darurat jika mereka merasakan nyeri yang semakin parah pada daerah balutan meskipun
kaki telah dielevasi dan diberi pengobatan nyeri.
25
Kompartemen Anterior
26
fasia kruris
Lateral
Medial
Posterior
membrane interosea
Lateral
fasia kruris
Medial
Posterior
Kompartemen Lateral
membrane interosea
Lateral
Medial
Posterior
Lateral
fasia kruris
Medial
fasia kruris
Posterior
fasia kruris
DAFTAR PUSTAKA
1
27
http://www.saltlakeregional.com/adam/Health%20Illustrated
%20Encyclopedia/1/001224/ ( Diunduh bulan Oktober 2015)
Syamjuhidayat, De Jong (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Hal 462;
853. Spivak J M et al. Orthopaedics A Study Guide. Singapore: The McGraw-Hill
Companies, 1999: 308, 466-467, 918-921, 923-935.
10 http://sinoemedicalassociation.org/orthopedicsurgery/traumasurgery/id19.htm
(Diunduh bulan September 2014)
11 http://www.umm.edu/ency/article/000156.htm (Diunduh bulan September 2012)
12 Amendola, Bruce Twaddle. Compartment syndromes in Skeletal trauma basic
science, management, and reconstruction. Vol 1. Ed 3rd. Saunders. 2003. p : 268-92
13 Netter FH. Interactive Atlas of Human Anatomy. NDMC. 934-935.
28