Jurnal*:
Fadli Amali
C111 10 268
Supervisor:
dr. Andi Salahuddin, Sp.An
Pembimbing:
dr. Ibrahim Hafid
Epidemiologi
Prevalensi: 3,8% dari populasi umum
Insidensi: dapat mencapai 276 : 100.000 per tahun
9,2% pada wanita dan 6% pada pria
Rentang usia puncak antara 40-60 tahun
Peningkatan insiden CTS gangguan muskuloskeletal
yang berhubungan dengan pekerjaan ketegangan otot
dan gerakan berulang-ulang (kelebihan biomekanik)
Anatomi
Faktor Risiko
1. Faktor-faktor ekstrinsik yang meningkatkan volume
dalam terowongan (di luar atau di dalam saraf);
mengubah keseimbangan tubuh: kehamilan, obese,
menopause, CKD, CHF
2. Faktor-faktor intrinsik dalam saraf yang meningkatkan volume dalam terowongan; tumor, SOL
3. Faktor ekstrinsik yang mengubah kontur terowongan;
artritis, pasca trauma, fraktur distal radius
4. Faktor neuropati DM, alkoholisme, kekurangan vit,
dll
Patofisiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Peningkatan tekanan
Cedera Nervus medianus
Nerve tethering
Inflamasi
Cedera iskemik
Jaringan synovial
Kerusakan Blood-Nerve-Barrier
Keterlibatan serat kecil
6
Patofisiologi
1
2
3
7
Patofisiologi
4
8
6
8
Manifestasi Klinis
Tahap 1
Pasien harus sering terbangun pada malam hari
dengan sensasi bengkak dan tangan yang mati
rasa
Mereka melaporkan sakit parah yang menjalar dari
pergelangan tangan ke bahu, dan kesemutan yang
mengganggu di tangan dan jari mereka (brachialgia
paraesthetica nocturnal).
Selama pagi hari, sensasi kekakuan tangan
biasanya menetap.
Flick sign yang mengurangi gejala.
9
Manifestasi Klinis
Tahap 2:
Gejala juga dapat muncul di siang hari, terutama
ketika pasien mempertahankan posisi tangan yang
sama untuk waktu yang lama, atau melakukan
gerakan berulang-ulang dengan tangan dan
pergelangan tangan mereka.
Ketika defisit motorik muncul, pasien melaporkan
sering menjatuhkan benda dari tangannya, karena
mereka tidak dapat merasakan jari-jari mereka lagi.
10
Manifestasi Klinis
Tahap 3:
Ini adalah tahap akhir di mana atrofi (wasting) dari
eminensia tenar terlihat jelas, dan nervus medianus
biasanya merespon buruk untuk dekompresi
bedah.
Pada fase ini, gejala sensorik dapat sangat
berkurang.
Nyeri dapat pula terjadi di eminensia tenar, seiring
dengan kompresi yang makin parah, dan
kelemahan serta atrofi dari M. abductor pollicis
brevis dan M. opponens polisis.
11
Diagnosis
Anamnesis:
Onset gejala - yang pada tahap awal terutama gejala paraestesia nokturnal.
Faktor provokatif - seperti posisi tangan dan gerakan berulang-ulang.
Aktivitas kerja - instrumen yang digunakan, penggunaan alat getar.
Lokalisasi nyeri dan penjalaran - di regio kulit yang dipersarafi nervus
medianus, kadang-kadang menjalar sampai bahu, atau menjalar turun.
Manuver yang mengurangi gejala - misalnya menggetarkan tangan, perubahan
posisi.
Adanya faktor predisposisi - misalnya diabetes, adipositas, poliarthritis kronis,
miksedema, akromegali, kehamilan.
Kegiatan olahraga - misalnya bisbol, body-building, dan lain lain.
Diagnosis
13
Diferensial Diagnosis
Servikal Radiculopati
Brakialis Pleksopati
Neuropati Median Proksimal
Thoracic Outlet Syndrome
Gangguan CNS
14
16
USG
17
USG
18
PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Injeksi Steroid
NSAIDs
Splinting
2. Bedah
20
KESIMPULAN
CTS adalah neuropati yang disebabkan oleh
jebakan dari nervus medianus pada tingkat
terowongan karpal (carpal tunnel)
Peningkatan insiden CTS gangguan
muskuloskeletal yang berhubungan dengan
pekerjaan ketegangan otot dan gerakan
berulang-ulang (kelebihan biomekanik)
Terdapat faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik
yang dapat mempengaruhi kondisi dalam
terowongan
21
KESIMPULAN
CTS dapat terjadi akibat adanya peningkatan
tekanan dalam carpal tunnel, cederanya nervus
medianus, adanya inflamasi dan hal-hal lain yang
dapat merusak struktur anatomi non-fleksibel
dalam carpal tunnel.
Gambaran CTS berupa nyeri di tangan,
kesemutan, nyeri atau rasa baal dalam distribusi
distal dari nervus medianus (ibu jari, telunjuk, jari
tengah dan sisi radial dari jari manis) dan
pengurangan kekuatan pegangan dan fungsi
tangan yang terkena, termasuk flick sign.
22
KESIMPULAN
Diagnosis CTS berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik (tes provokatif), dan
pemeriksaan penunjang (NCS, USG, dan
MRI)
Walaupun NCS diakui sebagai gold standar
diagnosis CTS, NCS masih memiliki
kekurangan-kekurangan yang fundamental
Penatalaksanaan CTS berupa konservatif
(steroid, splinting) dan bedah (CTR)
23