PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang
berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi.1 Osteoartritis merupakan penyakit penyakit sendi
degeneratif yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai dengan kerusakan rawan
sendi dan tulang subkondral secara bertingkat dan menyebabkan nyeri pada sendi..1,2 Osteoartritis
merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik sehari-hari. Terdapat 2
kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebabkan faktor
genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang
berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro
trauma, imobilitas yang terlalu lama dan lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA
tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan.3 Kelainan utama pada OA adalah kerusakan
rawan sendi, dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan
ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi. 4
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di
Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di
Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah
penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki
tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun
menderita OA.5 Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk
penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan.6
Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui
dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
(WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat mencapai 5% pada usia
<40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoarthritis lutut
prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Osteoartritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yaitu sendi
dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan sendi kronis
(jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang
disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi sehingga fungsi sendi
berkurang bahkan sampai hilang. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif pada sendi
yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi memiliki resiko untuk terserang OA.
Daerah yang paling sering terserang OA adalah lutut, panggul, vertebra dan pergelangan kaki.1,3
II. 2. Anatomi
Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut dibentuk oleh tulang femur, tulang tibia fibula dan tulang patella yaitu:3
a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan tersebar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala
sendi yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris
terdapat taju yang disebut trokhanter mayor dan trokantor minor, di bagian unjung
membentuk persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang disebut kondilus medianus dan
kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fossa kondilus.
b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada bagian pangakal
melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang
pangakan kaki dan terdapat taju yang disebut tulang malleolus medianus.
c. Tulang Fibula
3
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut tulang malleolus lateralis atau mata kaki luar.
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak
patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak
patella dan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon
adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan patella
diantara kedua kondilus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada permukaan
anterior femur.
Ligamentum
Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamenligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi menjadi
dua yaitu ligamen kruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior. Ligamen
collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen kollateral medial dan
ligamen kollateral lateral.
4
Ligamen kruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut. Dinamakan ligamen
cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada
pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen ini
adalah menjaga gerakan pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi dan mencegah
gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan ke
belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang sendi lutut.
kruciatum
anterior
membentang
dari
bagian
anterior
fossa
intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral kondylus femur yang berfungsi untuk
mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada
saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding
sendi lutut.
b) Ligamen kruciatum posterior
Kapsul Sendi
Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya oleh selubung
yang disebut kapsula artikularis sebagai pembungkus yang mengelilingi permukaanpermukaan sendi dan membungkus rapat ruang sendi yang terdapat diantara tulangtulang tersebut. Lapisan luar kapsila arikularis (lamina fibrosa) merupakan salah satu
struktur penting yang mengikat tulang-tulang pembentuk sendi. Lamina fibrosa dapat
menahan regangan yang kuat. Lapisan dalam kapsula artikularis (lamina synovial)
dibentuk oleh membrane synovial yang mensekresikan cairan sinovial (synovia) ke
dalam ruang sendi ujung artikular tulang masanya membesar dan mempunyai lapisan
luar tulang yang tipis tetapi padat (kompakta), disebelah dalamnya terdapat anyaman
6
tulang spongiosa. Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan fibrosus yang avascular
sehingga jika cedera sulit proses penyembuhan.
a. Cartilago articularis/tulang rawan
Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis kartilago hyaline dan
merupakan jaringan yang avascular, alymphatic dan aneural yang menutupi permukaan
pesendian dari tulang panjang. Melekat pada tulang subchondral. Fungsi dari cartilago
articularis adalah sebagai bantalan penutup tulang pada sendi sinovial, yang
memungkinkan :
-
b. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, menisces pada sendi lutut adalah meniscus
lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran pembebanan (2) peredam kejut
(shock absorber) (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan
stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.
c. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar tidak
terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan tulang dan otot
dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) bursa
popliteus, (2) bursa suprapatellaris, (3) bursa infrapatellaris, (4) bursa subcutan
prapatelaris, (5) busra sub patellaris.6
II.3. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum ditemukan
di dunia. Satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap osteoartritis. OA
pada lutut merupakan tipe OA yang paling sering dijumpai. Penelitian epidemiologi menemukan
bahwa kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur yang
sama, dijumpai 23% menderita OA pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati
menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan
insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7%.3
II.4. Etiologi
Sampai saat belum diketahui dengan pasti penyebab dari osteoartritis, tetapi ada beberapa
faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit osteoartritis.4
a. Usia
Faktor resiko yang paling utama pada penyakit osteartritis adalah usia, biasanya
mengenai usia dewasa madya hingga lansia, tetapi sering pada usia lebih dari 50 tahun.
Prevalensi dan beratnya osteoartritis akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan umur,
namun osteoartritis bukan terjadi akibat pertumbuhan usia saja, melainkan juga dapat
terjadi akibat perubahan pada tulang rawan sendi.4
b. Jenis Kelamin
Prevalensi osteoartritis lebih meningkat pada jenis kelamin wanita dibanding dengan pria,
3,2% : 3%. Diperkirakan hal ini terjadi akibat perbedaan bentuk pinggul antara pria dan
wanita.4
c. Faktor Herediter
Faktor herediter juga berpengaruh terhadap kejadian osteoartritis, misalnya pada seorang
ibu dengan osteoartritis pada sendi lutut, maka kemungkinan anaknya berpeluang 3 kali
lebih sering untuk terkena penyakit yang sama.4
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan,
setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh karena itu peningkatan berat badan
akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan.4
e. Trauma, Pekerjaan dan Olahraga
Cedera sendi pinggul akan menimbulkan perubahan retikular pada sendi sehingga
berdampak pada kejadian penyakit osteoartritis. Selain itu pekerjaan yang berat akan
menjadi penentu beratnya osteoartritis yang dialami.4
II.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.1
Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang. Daerah predileksi OA
biasanya mengenai sendi sendi penyangga tubuh seperti di pada lutut. Selain itu dapat juga
terjadi pada sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan
paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
dan kemerahan.3,4
II.6. Patofisiologi
9
10
11
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh robeknya meniskus.
Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah ditekukkan pada sendi lutut
kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar
tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di
samping medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan
lateral sangat mungkin ada.6
13
A. Pemeriksaan Radiologis5,6
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence :6,7
(A)
(B)
14
(C)
(D)
Gambar 10. Kriteri Kellgren and Lawrence
Derajat 0
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
:
:
:
:
radiologi normal.
penyempitan celah sendi meragukan.
osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis sedang
Klinis
Nyeri lutut + minimal 3
dari 9 berikut :
dari 3 berikut:
dari 6 berikut :
umur> 50 tahun
umur> 50 tahun
krepitasi
krepitasi + osteofit
krepitasi
pelebaran tulang
pelebaran tulang
perabaan
perabaan
15
Rheumatoid factor
<1:40
Cairan sinovial :
jernih, viscous,
leukosit <2000/mm3
II.8. Penatalaksanaan
1.
2.
3.
4.
anti inflamasi (sering digunakan NSAID) dan program rehabilitasi medik. Program rehabilitasi
medik yang sering dilakukan pada OA dapat berupa:8,10
1. Fisioterapi
a. Terapi panas superfisial
Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja (Hot
pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam, yaitu
panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang,
dan sendi Diatermi gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang pendek (SWD),
Diatermi gelombang suara ultra (USD). Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) dan USD (ultra sound diathermi).8
b. Terapi dingin
Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,
mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga
menggunakan es yangdikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa
cryotherapy, kompres es dan masase es.8
c. Terapi listrik
Yang digunakan adalah TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS
merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui
peningkatan ambang rangsang nyeri.8
d. Hidroterapi
16
Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan
bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu air
yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.8
e. Latihan penguatan otot
Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan
otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang
menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.9
f. Ortotik Prostetik
Digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi kecacatan,
menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa
dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.9
g. Terapi okupasi
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS) untuk
memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan kembali
kegiatan/perkerjaan normalnya.9
h. Psikologi
Terapi psikologi diperlukan untuk pemberian motivasi dan penanaman sugesti positif
terhadap pasien agar mendapatkan kepercayaan dirinya kembali untuk melakukan kegiatan
sehari-hari.9
i. Sosial medik
Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial yang berkaitan dengan
penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun lingkungan
masyarakat.9
17
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. H.ML
Umur
: 64 thn
Alamat
Perkerjaan
Agama
: Kristen Protestan
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri kedua lutut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri kedua lutut sejak tiga tahun yang lalu, bertambah berat sejak tiga minggu terakhir
setelah penderita banyak melakukan aktifitas berjalan jauh. Awalnya nyeri dirasakan timbul pada
lutut kiri kemudian dirasakan juga nyeri pada lutut kanan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk- tusuk,
18
hilang timbul, dan tidak menjalar, hanya pada lutut. Nyeri dirasakan terutama bila penderita
berganti posisi (dari duduk ke berdiri dan dari berdiri ke duduk). Nyeri berkurang bila psien
beristirahat dan minum obat penghilang nyeri (meloksikam). Saat ini pasien datang dengan
keadaan lutut kanan yang mulai bengkak, panas dan kemerahan. Pasien mendengar ada bunyi
krek pada lutut saat akan mulai berjalan atau saat digerakkan. Pasien mengalami kaku pada
pagi hari kurang dari 5 menit. Pasien masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
menggunakan alat bantu dan tanpa bantuan orang lain, namun pasien merasa kesulitan bila harus
berjalan jauh dan dalam hal toileting. Riwayat terbentur pada lutut kiri kurang lebih 10 tahun
yang lalu dan pergi ke tukang urut untuk menghilangkan nyeri, setelah itu dapat beraktifitas
seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi sejak 3 tahun lalu, terkontrol dengan almodipine, riwayat kolesterol terkontrol
dengan simvastatin, dan riwayat asam urat tidak terkontrol. Riwayat DM dan penyakit jantung di
sangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat Kebiasaan
Penderita merupakan ibu rumah tangga, perkerjaan sehari-hari berupa menyapu,
memasak (berdiri lama) dan mencuci. Penderita juga sering berbelanja di pasar dengan berjalan
kaki dan membawa keranjang belanja yang cukup berat.
Riwayat Sosisal Ekonomi
Penderita tinggal di rumah dengan suami di rumah berlantai satu, jumlah kamar 2 dengan
toilet jongkok. Sumber air adalah sumur bor atau pompa. Sumber listrik berasal dari PLN
Penderita memiliki 3 orang anak, semuanya telah menikah dan berkerja. Penderita merupakan
pengguna ASKES Wajib (Non PBI) , biaya pengobatan pasien ditanggung oleh ASKES.
Riwayat Psikologis
19
Penderita merasa cemas dengan penyakit yang di derita karena penderita takut
penyakitnya bertambah parah, tidak dapat disembuhkan dan memperhambat perkerjaan seharihari.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Tanggal Pemeriksaan 17 Februari 2015
Keadaan umum
Kesedaran
: Kompos Mentis
GCS
: E4M6V5 = 15
Tanda Vital
: Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5C
BB
: 75 kg
TB
: 155 cm
BMI
Kepala
Leher
Thoraks
Abdomen
: Simetris, retraksi ( - )
Cor
: Bising ( - )
Pulmo
Ekstremitas
Palpasi
Movement
10
10
Dekstra
Sinistra
21
Normal
Fleksi
Ekstensi
Q angle
Lingkar Paha
Lingkar Betis
Aktif
0-110
0-0
Pasif
0-110
0-0
Aktif
0-110
Pasif
0-110
0 - 1350
00
0-0
Dekstra
180
45 cm
32 cm
Sinistra
180
45 cm
32 cm
Normal
13-18
4. Status Motorik
Ekstremitas Inferior
Status Motorik
Dekstra
Sinistra
Gerakan
Kekuatan otot
Tonus otot
Normal
5/5/5/5
Normal
Normal
5/5/5/5
Normal
Refleks fisiologis
Normal
Normal
Refleks patologis
5. Sensibilitas
Ekstremitas Inferior
Dekstra
Sinistra
Sensibilitas
Eksteroseptif
Proprioseptif
22
Normal
Normal
Normal
Normal
6. Tes Provokasi
Pemeriksaan
Dekstra
Sinistra
McMurrays test
7. Pemeriksaan penunjang
23
Foto rontgen genu dekstra dan sinistra AP/ lateral tanggal, 24 Juli 2014
Kesan : Osteoatritis (OA) genu bilateral. Tak tampak fraktur atupun disloksi tulang
RESUME
Seorang wanita 64 tahun datang dengan keluhan nyeri kedua lutut sejak kurang lebih tiga
tahun yang lalu dan bertambah berat sejak tiga minggu terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul,
timbul saat berganti posisi (dari duduk ke berdiri dan sari berdiri ke duduk) atau saat duduk dan
berdiri terlalu lama. Nyeri berkurang bila pasien beristirahat. Terdapat kaku pada pagi hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema dan nyeri gerak pada genu dextra. Terdapat
pula keterbatsan LGS genu (fleksi- ekstensi genu dextra : 0-110 ; sinistra: 0-110). Visual
Analogue Scale dextra 6, sinistra 4.
DIAGNOSIS
Diagnosa klinik
Diagnosa Etiologi
: Degeneratif
Diagnosa Topis
Diagnosa fungsional
Impairment
Disabilitas
Handicap
:-
PROBLEM
Nyeri kedua lutut ( VAS dekstra 6, sinistra 4 )
Keterbatasan lingkup gerak sendi ( LGS ) genu dekstra dan sinistra
24
PROGRAM
a. Fisioterapi
Evaluasi :
Nyeri regio genu dekstra dan sinistra, VAS genu dekstra 6 dan sinistra 4
Keterbatasan LGS genu dekstra dan sinistra
Gangguan AKS seperti berdiri lama, duduk lama, perpindahan posisi dari
duduk ke berdiri dan dari berdiri ke duduk, kesulitan dalam toileting.
Program :
b. Okupasi Terapi :
Evaluasi :
Nyeri regio genu dekstra dan sinistra, VAS genu dekstra 6 dan sinistra 4
Gangguan AKS seperti berdiri lama, duduk lama, perpindahan posisi dari
duduk ke berdiri dan dari berdiri ke duduk, kesulitan dalam toileting.
Program :
c. Ortotik Prostetik
Evaluasi :
Nyeri regio genu dekstra dan sinistra, VAS genu dekstra 6 dan sinistra 4
Gangguan AKS seperti berdiri lama, duduk lama, perpindahan posisi dari
Program :
d. Psikologi
Evaluasi :
Program :
Memberi dukungan pada penderita agar rajin mengikuti terapi dan kontrol
secara teratur. Memberi dukungan mental pada penderita agar tidak cemas
dengan penyakit yang diderita.
e. Sosial Medik
Evaluasi :
Program :
PROGNOSIS
Qua ad vitam
: dubia ad bonam
Qua ad sanationam
: dubia ad bonam
Qua ad functionam
: dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan Osteoartritis
Genu Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya; 2011
27
2. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar Operasional Prosedur.
DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.
3. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar IlmuBedah Ortopedi.
Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue, 2003;1197-235.
4. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrisonsmanual of medicine
15 thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
5. Vogelgesang S. Osteoartritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition.
Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
6. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT Manado: 2010.
7. Erwinanti E. Perbandingan terapi osteoartritis lutut menggunakan SWD dengan atau tanpa
latihan di RSUP Dr. Kariadi Semarang [skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang; 2000.
8. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB Rehabilitasi Medik,
Surabaya: 2005
9. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik padaTatalaksana Osteoartritis.
Semijurnal Farmasi dan Kedokteran EthicalDigest. Februari 2006;46-54
10. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition.
Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
28