Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KMB

PADA NY.S DENGAN CARPA TURNER SYNDROM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Profesi

Ners

Dosen CI akademik : Errick Endra Cita. M. Kep., Ns

DISUSUN OLEH:

NAMA : FRENGKY PANDJARA

NIM : 2022611013

KELOMPOK :2

MINGGU :2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KMB


PADA NY.S DENGAN CARPA TURNER SYNDROM

MINGGU 2

Hari/Tanggal :

Disusun Oleh :
Frengky Pandjara
2022611013

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi:

Preseptor klinik Preseptor Akademik

(Ira P. S, S.Kep.,Ners) (Errick Endra Cita. M. Kep., Ns)


1. Anatatomi Fisiologi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di
dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang –
tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan
pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan
beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti
dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal
dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
sekitar 3 cm.

Gambar 1. Anatomi Carpal


Dalam carpal tunnel terdapat 3 persyarafan yang melewati daerah tersebut,
yaitu adalah nerves radialis, nerves medial, dan nerves ulnaris. Nerves radialis
mempersyarafi digiti 1, 2, dan setengah digiti 3. Nerves medial mempersyarafi
digiti 1, 2, 3, dan setengah digiti 4. Sedangakn nerves ulnaris mempersayarafi
digiti 5 dan setengah digiti 4.
Gambar 2. Nerves Media

Gambar 3. Nerves Radial

Gambar 4. Nerves Ulnaris


2. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome merupakan kompleks gejala yang disebabkan oleh
penekanan nervus medianus diterowongan karpal, dengan nyeri dan rasa terbakar
atau paraestesia yang menggelitik di jari-jari dan tangan, terkadang meluas ke
siku (dorland, 2002).
Sindrom terowongan karpal adalah nyeri akibat penekanan saraf medianus
didalam terowongan karpal. Penekanan biasanya disebabkan oleh penebalan
ligamentum karpal, tempat saraf medianus terjepit diselubung tendon sewaktu
saraf tersebut lewat dibawah ligamentum transverses.

Gambar. 5 Carpal Tune Sindrom


Penebalan sering terjadi akibat stress atau trauma kronik pada suatu
struktur struktur pergelangan tangan atau malposisi pergelangan tangan. Setiap
aktivitas yang melibatkan gerakan tangan menekuk atau memutar berulang ulang,
misalnya mengemudi, merajut, atau mengetik, dapat menimbulkan peradangan
kronik ligamentum karpal. Pemakaian berlebihan keyboard computer di tempat
kerja telah meningkat insidens sindroma ini. Insidens tertinggi dijumpai pada
wanita berusia 30 sampai 60 tahun (Bara J. Gruendemann, 2006).
Neuropraksia dari saraf medianus akibat kompresi didalam kanalis. Pasien datang
dengan nyeri dan mati rasa dalam distribusi saraf medianus, sering menjalar ke
leher dan bahu; tanda tinel positif diatas saraf medianus pada pergelangan tangan,
dan gejala gejala yang meningkat dengan fleksi pergelangan tangan secara paksa.
Penelitian kondisi saraf dapat membantu diagnosis (schawartz, 2000)
3. Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus
medianus sehingga timbullah Carpal Tunnel Syndrome.
Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita
lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada
pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada
pergelangan tangan termasuk. Carpal Tunnel Syndrome
Pada kasus yang lain etiologinya adalah :
3.1 Herediter : neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
3.2 Trauma : dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
3.3 Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar
yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain
piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
3.4 Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
3.5 Metabolik : amiloidosis, gout.
3.6 Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroid, kehamilan.
3.7 Neoplasma : kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
3.8 Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
3.9 Degeneratif : osteoartritis.
3.10 Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
3.11 Faktor stress
3.12 Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome
4. Patofisiologi
Ada beberapa hipotesa mengenai pathogenesis dari STK. Sebagian besar
penulis berpendapat bahwa factor mekanik dan vascular memegang peran penting
dalam terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi
penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus
medianys. Tekanan yang berulang ulang dan lama akan mengakibatkan
peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler
melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler
melalui diikuti oleh anoksia yang akan terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat
digerak gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara
pada aliran darah). Apabila kondisi ini berlanjut akan terjadi fibrosis epineural
yang merusak serabut saraf, lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan
oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi medianus terganggu secara
menyeluruh.
Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melibihi terjadi penekanan
yang melibihi tekenan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi
dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian
tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjut gangguan aliran darah.
Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah
saraf terganggu. Akibatnya terjadi kerusakan pada saraf tersebut (Aldi Rambe,
2005).
5. Manifestasi klinis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol
di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri
ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan
tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan
yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat
terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di
daerah distal pergelangan tangan .
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah
penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada
daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang
trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan
pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya
kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau
menggenggam. Pada penderita Carpal Tunnel Syndrome pada tahap lanjut dapat
dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus
melanus.
6. Pemeriksaan Penunjang
6.1 Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31 % kasus Carpal Tunnel Syndrome.
6.2 Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada
yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)
memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
motorik.
6.3 Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher
berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT
scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan
dioperasi.
6.4 Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi Carpal Tunnel Syndrome belum jelas, misalnya pada penderita
usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun
darah lengkap.
7. Penatalaksanaan
Sindrom terowongan karpal bersifat swasirna, dan terapi dapat sembuh
sendiri. Sebuah bebat yang dipasang pada pergelangan tangan yang sedikit
difleksikan dan digunakan sepanjang malam biasanya dapat menghilangkan
keluhan ( Kenneth J, 2004).

Gambar 6. Penatalaksanaan Caral Tune Sindrom


Pasien tanpa atrofi thenar dapat diobati dengan terapi konservatif,
mencakup belat istirahat dengan pergelangan tangan dalam posisi netral serta
NSAID. Meskipun belat cock-up merupakan imobilisasi yang klasik, belat ini
terbukti kurang unggul dibandingkan belat sederhana yang netral. Suntikan steroid
pada terowongan kapral mungkin efektif. Jika EMG memperlihatkan gangguan
konduksi saraf medianus pada pergelangan tangan, atau jika gejala terowongan
karpal tidak membaik dalam 6 minggu, atau jika terdapat tanda-tanda kelemahan
atau atrofi otot thenar, maka diindikasikan rujukan ke bagian bedah (Marh A,
2006)
7.1 Terapi Farmako
Terapi yang dilakukan selain ditujukan langsung terhadap CTS, terapi juga
harus diberikan terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya
CTS. Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
7.1.1 Terapi langsung terhadap CTS
1) Terapi konservatif
- Istirahatkan pergelangan tangan
- Obat anti inflamasi non steroid
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
- Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metil prednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal
dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah
proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus
palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2
minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi
belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
- Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa
penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat
bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar
- Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.
(Dr.Moch.bahrudin,SpS, 2004).
2) Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikandengan
terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi
otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertamadilakukan pada
tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi
konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif
tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.
(Dr.Moch.bahrudin,SpS, 2004).
3) Terapi Post Operasi
- Flexor Tendon Glidy Exercises (FTGE)
Tujuan dari tendon glide exercise adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah
ke tangan dan pergelangan tangan sehingga akan mengurangi pembekakan dan
meningkatkan perbaikan jaringan lunak. Tujuan utama latihan ini adalah untuk
mengurangi hambatan pada terowongan carpal sehingga tendon dapat bergerak
bebas.

- Median Nerves Glidy Exercise (MNGE)


Median Nerves Glidy exercise adalah yaitu latihan terdiri dari berbagai
gerakan (ROM) latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan
ketegangan dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari
ekstremitas atas. Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari
sistem saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan
meluncur saraf mungkin memiliki efek pada neurofisiologi melalui perubahan
dalam aliran pembuluh darah dan axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan
dapat dilakukan oleh pasien setelah instruksi singkat.

Gambar Media Nerves Glidy Exercises


7.2 Terapi Nonfarmako
1. Pada lengan atas dipasang bantala dan manset torniket.
2. Tangan dan lengan bawaah dibersihkan dan ditutup dengan duk.
3. Dibuat sebuah insisi kurvilinier disepanjang permukaan ulnar alur tenar dan
diperluas ke proximal sampai alur flexor pergelangan tangan.
4. Diseksi dilanjutkan sampai setinggi fasia palmaris, dan ke arah distal pada
bidang yang sama.
5. Ligamentum karpal volar transversal diisolasi dan dipotong.
6. Apabila epineurium menebal atau saraf mengalami konstriksi akibat
pembentukan pseudoneuroma, maka dilakukan epineuroktomi.
7. Kulit dan jaringan subkutis ditutup dalam satu lapisan.
8. Untuk mencegah edem dan pergerakan, dipasang balutan penekan ‘sarung
tinju’.
9. Tangan diangkat umtuk mengurangi nyeri dan pembengkakan (Bara J.
Gruendemann, 2006).
8. Pathway Keperawatan

Penebalan flekson retikulum



Gangguan Penekanan pada daerah Merangsang
mikrosirkulasi mediastinum reseptor nyeri
↓ ↓ ↓
Iskemik saraf
Penekanan berlangsung terus Persepsi nyeri
↓ menerus ↓
Gangguan aliran Nyeri
darah

Aliran darah vena intravaskuler ↓
↓ MK: Nyeri Akut
Vasodilatasi menurun

Penurunan suplai nutrisi Kelemahan otot
↓ ↓
Endotel rusak Kesulitan bergerak
↓ ↓
Kebicoran protein MK: Gangguan
↓ Mobilitas Fisik
Oedema

MK: Kelebihan Volume Cairan
9. Konsep Askep
Pengkajian
Data Subyektif
Gejala yang dikeluhkan pasien adalah dari adanya kompresi syaraf median
diantaranya :
a. Episode rasa nyeri yang panas atau rasa nyeri yang berdenyut pada tangan
dan keluhan berkurang bila mengguncang tangan atau dengan menggerakkan
tangan
b. Hyposthesia pada ibu jari, jari telunjuk dan jari manis, lebih-lebih setelah
fleksi pergelangan yang dipaksakan, karena seperti menjahit atau memegang
buku
c. Perasaan bengkak pada area yang terkena
d. Mengeluhkan kesukaran mengambil atau memegang benda yang kecil, terasa
kaku.
Data Obyektif
a. Tidak terdapat pembengkakan tangan, pergelangan atau jari
Pemeriksaan Fisik
1. Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal.
Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk
menegakkan diagnosa CTS.

2. Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
3. Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat
dijumpai pada penyakit Raynaud.

4. Durkan Test. Durkan test adalah prosuder medis yang digunakan untuk
mendiagnosa pasien dengan CTS. Durkan test itu sendiri merupakan variasi
terbaru dari tinel test. Caranya yaitu memberikan tekanan pada daerah
terowongan karpal selama 30 detik.
5. Hand Elevation Test. Caranya kedua tangan diangkat ke atas sampai melewati
kepala selama 2 menit dan jika tindakan ini menimbulkan tanda dan gejala
CTR maka hasilnya positif.

6. Atropi Otot thenar. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya
atrofi otot-otot thenar.

Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut b.d stimulus nervus medianusn
2. Ganggua mobilitas fisik b.d penurunan fungsi sendi pergelangan tangan
3. Kelebihan volume cairan b.d terganggunya sirkulasi pembuluh darah
4. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan
5. Kerusakan integritas jaringan b.d odema ,perubahan stuktur kulit.
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1 MK: nyeri TUJUAN : Setelah di lakukan NIC :
intervensi selama 1x24 jam nyeri
DS:mengunkapaka berkurang. 1. Kaji kualitas nyeri yang komprehensif, 1. Untuk menentukan tingat keparahan
n secara verbal/ meliputi : lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, serta membantu dalam pengambilan
melaporkan NOC : keparahan, dan faktor presipitasinya. keputusan selanjutnya.
ddengan isyarat 2. Berikan informasi tentang nyeri, seperti 2. Pengetahuan pasien mengenai
tentang nyeri yang 1. Nyeri berkurang.1- 3 penyebab, seberapa lama akan berlangsung, masalah kesehatan nyeri membantu
di rasakan. 2. Mengenali faktor penyebab serta cara mengantisipasi nyeri tersebut dalam menemukan cara
dan menggunakan tindakan 3. Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi mengantisipasi nyeri.
P: untuk mencegah nyeri. untuk mengendalikan nyeri (distraksi dan 3. Tehnik distraksi dan relaksasi
3. Melaporkan kesejahteraan relaksasi). membantu meredakan nyeri.
Q: fisik dan psikologis. 4. Kolaborasi pemberian analgetik. 4. Analgetik berfungsi meredakan
4. Menunjukkan tekhnik nyeri.
R : Jari tangan relaksasi secara individual
S : 5-6 yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
T : Menetap.

DO: gerakan
menghindari
rangsangan nyeri

Wajah meringis
2 MK: Gangguan TUJUAN : setelah di lakukan NIC :
mobilitas fisik tindakan selama 3 x 24 jam
mobilitas fisik pasien mulai 1. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan 1. Membantu pasien dalam melakukan
DS : Px membaik. alat bantu mobilitas aktifitas.
mengatakan sukit 2. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses 2. Menghindari cedera akibat
bergerak. NOC : perpindahan. kurangnya pengetahuan mengenai
3. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM mobilisasi.
Do : 1. Menunjukkan penggunaan alat aktif / pasif. 3. Rom aktif dan Pasiv meminimalisir
bantu secara benar dengan 4. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik sebagai terjadinya kekauan otot.
-    Px kesulitan pengawasan sumber dalam perencaanaan aktivitas perawatan 4. Membantu menyusun rencana
bergerak. 2. Meminta bantuan untuk pasien. intervensi yang bisa dilakukan.
-    Px dibantu aktifitas mobilisasi jika di
keluarga saat perlukan.
beraktivitas. 3. Melakukan aktivitas
Keterbatasan kehidupan sehari-hari secara
rentang gerak mandiri dengan alat bantu
(ROM) 4. ROM aktif

3 MK: kelebihan TUJUAN : Setelah di lakukan NIC :


volume cairan intervensi selama 1x24jam
kelebihan volume cairan 1. Timbang berat badan setiap hari dan pantau 1. Membantu mengevaluasi status
DS: Pasien berkurang. kemajuannya. cairan khususnya bila di bandingkan
mengatakan terjadi 2. Ajarkan pasien untuk mneghentikn penyebab dengan berat badan.
pembengkakan NOC : dan mengatasi edema , pembatasan diet,dan 2. Membantu mengevaluasi evisiennya
pada bagian jari. penggunaan dosis, dan efek samping, dialisa atau hipervolemia.
1.      Menyetakan pemahaman tentang pengobatan yang di anjurkan. 3. Membantu menyusun rencana
DO: pembatasan cairan dan dietnya 3. Kaji komplikasi pulmoner dan/atau intervensi yang akan di lakukan.
secara verbal kardiovaskuler yang diindikasikan dengan 4. Untuk menimalisir terjadi
Perubahan tekanan 2.      Menyatakan pemahaman tentang meningkatnya distress pernafasan,
darah pengobatan yang di berikan meningkatkan frekuensi nadi, meningkatnya
secara verbal tekanan darah,bunyi jantung tidak
Pasien tampak3.      Mempertahankan TTV dalam
cemas. batas normal untuk pasien. normal,dan/atau bunyi nafastidak normal.
4.      Tidak mengalami pernafasan 4. Pantau indikasi kelebihan / retensi cairan
dangkal.
Daftar Pustaka
1. J Barbara,Billie. 2006. Keperawatan Renopatif Volume 2. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC
2. Schwartz dkk. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Ginsber, Lionel. 2007. Lecture Notes Neurologi edisi 8. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
4. Grabe A, dkk. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga University of IOWA. Edisi
3. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran. EGC
5. Kurnia, Henrdawan. 2009. Kiat Jitu Tangkal Penyakit. Jakarta. Penerbit Best
Publisher
6. Newman, Dorland W.A dan Hartanto. 2002. Kamus Kedokteran Dorland.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
7. Leveno, Kenneth J, dkk. 2004. Obsetri William edisi 21. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
8. Luchett R. dan Amadio P. 2007. Carpal Tunnel Syndrome. Berlin Springer

Anda mungkin juga menyukai