ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELITUS PADA IBU HAMIL
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati
membran sel.
2.1.3 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi secara
tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar
dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin, disamping
beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorbsi
makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang
aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan
diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah
dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila
seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin yang
mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga disebabkan oleh adanya
hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi
reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut hiperglikemia,
sehingga dapat menyembuhkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus
(polidipsi) mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar (polifagi)
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:
a. Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan, dankala nifas.
b. Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan premature,
kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b. Dapat terjadi hidramnion.
c. Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b. Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Postpartum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hipoglisemia postpartum dan dapat menimbulkan kematian.
4. Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a. Mudah terjadi infeksi postpartum.
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5. Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah minggu 36)
dan lahir mati.
b Bayi dengan dismaturitas.
c Bayi dengan cacat bawaan.
d Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.
2.1.9Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya komplikasi
pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia
2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan
menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat
yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa
gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml
air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum
larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Apabila
hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam
kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)
dari hasil yang diperoleh.
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan
di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari
hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan
diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan
lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi
diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet
dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J
(jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J3 :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi
mengandung protein kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12
% protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino
esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100
– 2300 kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan
berubah.
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal
ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)
Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah
protein 40 gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3
2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah
protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita
diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang
dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam
sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan
ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk
menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan
antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga
dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin
meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama
dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi
juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut
keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
a). Humulin
Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin N
isophane human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human
insulin 30% & human insulin suspensi 70% (rekombinantDNA origin).
Indikasi : IDDM
Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM,
Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam,
puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam.
Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
Kontraindikasi : Hipoglikemik.
Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat
hiperglokemik aktif.
Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau sistemik.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
b). Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill
Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA
asli.
Indikasi : DM yang memerlukan insulin
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam.
Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3
dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
Kontraindikasi : Hipoglikemia.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill
Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli
Indikasi : DM
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari. Penfill
SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak
dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam.
Terminasi setelah 8 jam.
Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin.
Hamil.
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid,
hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
d. Humalog/Humalog Mix 25
Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin lispro
protamine suspensi 75%.
Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal
glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama
untuk pemberian pra-prandial
Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini, membuat obat ini
dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)
Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal
ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan
kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill
Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM
insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam.
Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan
jarum Novofine 30 G x 8 mm.
Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin.
Hamil.
Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid,
hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki
sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat
membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika
dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
BAB III
GAMBARAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
1. Nama : Ny ‘S’
2. Umur : 31th
3. Suku/Bangsa : Sumatera/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekarjaan : Pedagang
7. Alamat : Jl.Krapyak, Sleman
8. No. Register : 01042013
9. Dx. Medis : DM
10. Tanggal masuk : Minggu, 31 Maret 2013
11. Tanggal pengkajian : Minggu, 31 Maret 2013
b. Identitas penanggung jawab
1. Nama : Tn. ‘Z’
2. Umur : 34th
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : D3
6. Pekarjaan : Karyawan swasta
7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Alamat : Jl.Krapyak, Sleman
9. Hubungan dengan klien : Suami
2. Data Subjektif
a). Alasan Datang/ Dirawat :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya.
b). Keluhan utama
Ibu mengeluh sering merasa haus, merasa lapar dan sering BAK
c). Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti PMS,
HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun
seperti Asma, jantung, dan Hipertensi. Dan Ibu mengatakan dulu pernah melakukan operasi sesar.
d). Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah/sedang menderita penyakit
menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan
penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi.
e). Riwayat Kehamilan Sekarang :
a. HPM : 4-9-2012 HPL : 11-6-2013
b. ANC pertama umur kehamilan : 6minggu
c. Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 6 Minggu
Keluhan : mual muntah
Komplikasi : tidak ada
Terapi : belum diberikan
Trimester II
Frekuensi : 2x
Keluhan : pusing
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet Fe, Lico Calk,
Trimester III
Frekuensi : 2x
Keluhan : sering haus, lapar, BAK
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet fe
d. Imunisasi TT:
TT 1 : TT Caten
TT 2 : tanggal 25 September 2007
TT 3 : tanggal 28 Oktober 2007
TT 4 : tanggal
TT 5 : tanggal
2. Data Objektif
a) .Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80mmhg Nadi : 72x/menit
Pernafasan : 25x/menit Suhu : 36.50c
BB : 68kg TB : 150cm
b). Pemeriksaan Fisik
Kepala : messocepal. Tidak ada benjolan, bersih, tidak berketombe
Wajah : simetris, tidak ada odema, ada cloasma gravidarum
Telinga : simetris, terdapat lubang telinga
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidumg : simetris, tidak polip, tidak ada sekret
Mulut : simetris, tidak labioskisis/palatoskisis, tidak karies gigi
Leher : tidak ada pmbesaran vena jugularis, kelenjar parotis/limfe
Dada : simetris, tidak retraksi dinding dada.
Payudara : simetris, putting menonjol, colustrum(-), hyperpigmentasi
Abdomen : linea(+), striae(+), tfu 3 jari atas pusat.
Palpasi
Leopold I : pada bagian fundus teraba bulat, lunak, dan ridak melenting yaitu bokong janin.
Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba panjang, datar, keras yaitu punggung janin, pada bagian kiri ibu
teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstremitas janin.
Leopold III : Pada bagian terendah teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin.
Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk PAP
Auskultasi
DJJ : 144x/menit
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Ekstermitas bawah : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Genitalia luar : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
c). Pemeriksaan penunjang tanggal: 31-3-2013 jam: 09.30WIB
Cek GDS = 220 mg/dl
d). Data penunjang
GDP: 120 mg/dl
2 jam sesudah makan: 140mg/dl
HbA1c : 7%
e). System pengindraan
1) Sistem penglihatan
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan
cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
2) Sistem pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien mampu
mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3) Sistem penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan
tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
4) Sistem pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5) Sistem integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) Sistem pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi utuh mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising
usus 10x/menit.
7) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor
pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8) Sistem kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis,
tidak ada bunyi tambahan.
9) Sistem perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra
pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
10) System persarafan
N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
: lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan
ius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena cahaya)
N4 (trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.
: reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup secara simetris
: klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.
N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.
N8 (cochlealis) : pendengaran baik.
N9 (glosopharingeus) : ada reflek menelan.
N10 (vagus) : kemampuan menelan baik.
: kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
N12 (hipoglosus) : pergerakan lidah normal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2. Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia
3. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan
pada sirkulasi.
4. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
C. Intervensi
N Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
o Keperawatan Hasil
1 Resiko tinggi Setelah dilaku Mempertahan1. - Timbang berat1. Penambahan
-
2. -Observasigera2. -Terjadi
kan janin dan insufisiensi
denyut janin plasenta dan
setiap ketosis maternal
kunjungan. mungkin secara
negatif
mempengaruhi
gerakan janin
dan denyut
jantung janin.
3. - Observasi
tinggi fundus 3. - Untuk
uteri setiap mengidentifikas
kunjungan. i pola
. -Tinjau ulang pertumbuhan
prosedur dan abnormal
rasional untuk 4. - Aktifitas dan
Non stress Test pergerakan janin
setiap minggu. merupakan
5. - petanda baik
Observasikadar dari kesehatan
albumin janin.
glikosilat pada5. - Tes serum
getasi minggu albumin
ke 24 sampai glikosilat
ke 28 menunjukkan
khususnya glikemia lebih
pada ibu dari beberapa
dengan resiko hari.
tinggi.
6. - Dapatkan
kadar serum
alfa fetoprotein
pada gestasi
minggu ke 14
sampai minggu6. - Insiden
ke 16. kerusakan tuba
neural lebih
besar pada ibu
7. - Siapkan untuk diabetik dari
ultrasonografi pada non
pada gestasi diabetik bila
minggu ke 8, kontrol sebelum
12, 18, 28, 36 kehamilan
sampai minggu sudah buruk.
ke 38. 7. - Ultrasonografi
bermanfaat
dalam
memastikan
tanggal gestasi
dan membantu
dalam evaluasi
retardasi
pertumbuhan
intra uterin.
4 Resiko tinggi Setelah 1. - Kehamilan 1. - Tinjau ulang 1. -Hiperglikemia
terhadap dilakukan cukup bulan. riwayat maternal pada
trauma, tindakan 2. - Meningkatka pranatal dan periode pranatal
gangguan keperawatan n keberhasilan kontrol meningkatkan
pertukaran gas pasien tidak kelahiran dari maternal. makrosomia,
pada janin mengalami bayi usia membuat janin
berhubungan trauma dan gestasi yang berisiko
dengan gangguan tepat. terhadap cedera
ketidakadekua pertukaran gas3. - Bebas kelahiran karena
tan kontrol pada janin. cedera. distosia atau
diabetik 4. - Menunjukka disporsia
maternal, n kadar sefalopelvis.
makrosomnia glukosa Kadar glukosa
atau retardasi normal, bebas maternal yang
pertumbuhan tanda tinggi pada
intra uterin. hipoglikemia kelahiran
meransang
pankreas janin,
mengakibatkan
hiperinsulinemi
a.
2. - Peningkatan
glukosa dan
kadar keton
menandakan
ketoasidosis
yang dapat
mengakibatkan
asidosis janin
dan potensial
cedera susunan
syaraf pusat.
2. -Periksa 3. Peningkatan
adanya glukosa infeksi asenden,
atau keton dan dapat
albumin dalam mengakibatkan
urin ibu dan sepsis neonatal.
pantau tekanan4. Meningkatkan
darah. perfusi plasenta
dan
3. -Observasi meningkatkan
tanda vital. kesediaan n - ---
Peningkatan
infeksi asenden,
dapat
mengakibatkan
4. -Anjurkan sepsis neonatal.
posisi
rekumben - Meningkatkan
lateral selama perfusi plasenta
persalinan. dan
meningkatkan
5. - Tinjau hasil kesediaan
tes pranatal oksigen untuk
seperti profil janin.
biofisikal, tes . - Memberikan
nonstres dan informasi
tes stres tentang
kontraksi. cadangan pada
6. - Observasi plasenta untuk
frekuensi oksigenasi janin
denyut jantung selama periode
janin. intrapartal.
6. -Tacikardi,
bradikardi atau
deselerasi
lambat pada
penurunan
variabilitas
menandakan
kemungkinan
hipoksia janin.
D. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang tertulis, evaluasi yang diharapkan:
agnosa 1 : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
valuasi : Pasien mampu mempertahankan nutrisi adekuat
agnosa 2 : Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia
valuasi : Cidera tidak terjadi
agnosa 3 : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan
pada sirkulasi.
valuasi : Cidera terhadap janin tidak terjadi
agnosa 4 : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
valuasi : Trauma tidak terjadi
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
1. Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin
yang tengah dikandungnya.
2. Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah
insulin yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran
sel.
3. Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga dengan diabetes
melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas,Keguguran kehamilan yang tidak bisa
dijelaskan (abortus spontan), Adanya hidramnion, Kelahiran anak sebelumnya besar, Umur mulai
tua,Herediter.
4. Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula dalam
darah.
4.2 Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar,
menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga, serta
selalu rajin untuk control gula darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih,
segera mendapatkan penangan dari petugas kesehatan.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007. Pemgantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC
Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta : Nuha
Medika
.