AMPUTASI
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 3 / Reguler B
Rahmawati 21606047
Syamsiah 21606058
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
Kami ucapakan banyak terima kasih kepada dosen, dan teman-teman yang
bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami dari
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa yang
akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................... 1
C. TUJUAN PENELITIAN...................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI.............................................................................................. 2
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI................................................ 3
C. PENATALAKSANAAN...................................................................... 3
D. KOMPLIKASI...................................................................................... 6
BAB III PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN..................................................................................... 7
B. DIAGNOSA......................................................................................... 8
C. MASALAH KOLABORATIF / KOMPLIKASI POTENSIAL........... 8
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN................................................. 8
E. SASARAN............................................................................................ 11
BAB III PROSES KEPERAWATAN
A. KESIMPULAN..................................................................................... 12
B. SARAN................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amputasi pada ekstremitas bawah sering diperlukan sebagai akibat
penyakit vaskuler perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes
mellitus), gangrene, trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin,
luka bakar listrik), deformitas kongenital, atau tumor ganas.
Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi
drastic. Digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi, dan
menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien. Bila tim
perawatan kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif , maka
pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan
berpartisipasi aktif dalam rencana rehabilitasi.
Pasien yang memerlukan amputasi biasanya muda dengan trauma
ekstremitas berat atau manula dengan penyakit vaskuler perifer. Orang
muda umumnya sehat, sembuh dengan cepat, dan berpartisipasi dalam
program rehabilitasi segara. Karena amputasi sering merupakan akibat dari
cedera, pasien memerlukan lebih banyak dukungan psikologis untuk
menerima perubahan mendadak citra diri dan menerima stress akibat
hospitalisasi, rehabilitasi jangka panjang, dan penyesuaian gaya hidup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi amputasi?
2. Apa faktor yang mempengaruhi amputasi?
3. Bagaimana penatalaksanaan amputasi?
4. Bagaimana komplikasi amputasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi amputasi.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi amputasi.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan amputasi.
4. Untuk mengetahui komplikasi amputasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Amputasi
Amputasi pada ekstremitas bawah sering diperlukan sebagai akibat
penyakit vaskuler perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes
mellitus), gangrene, trauma (cedera remuk, luka bakar, luka bakar dingin, luka
bakar listrik), deformitas kongenital, atau tumor ganas. Dari semua penyebab
tadi, penyakit vaskuler perifer merupakan penyebab yang tertinggi amputasi
ekstremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi
pasien dari pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas
mempunyai fungsi yang sangat spesialistis. Alasan utama amputasi
ekstremitas adalah trauma berat (cedera akut, luka bakar listrik, luka bakar
dingin). Tumor ganas, infeksi (gas gangrene fulminant, osteomyelitis kronis),
dan malfofmasi kongenital.
Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastic.
Digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi, dan
menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien. Bila tim perawatan
kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif , maka pasien akan lebih
mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif dalam
rencana rehabilitasi.
Kehilangan ekstremitas memerlukan penyesuaian besar. Persepsi pasien
mengenai amputasi harus difahami oleh tim perawatan kesehatan. Pasien
harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen yang
harus diselaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menghilangkan rasa
diri berharga. Mobilitas atau kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari berubah, dan pasien perlu belajar bagaimana
menyesuaikan aktivitas dan lingkungan untuk mengakomodasikan diri dengan
penggunaan alat bantu dan bantuan mobilitas. Tim rehabilitasi bersifat
multidisiplin (pasien, perawat, dokter, pekerja social, psikologis, ahli
prosthesis, pekerja rehabilitasi vokasional ) dan membantu pasien mencapai
derajat fungsi tertinggi yang mungkin dicapai dan partisipasi dalam aktivitas
hidup.
C. Penatalaksanaan
1. Tingakatan Amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan
berdasarkan dua factor:peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan
fungsional(mis,sesuai kebutuhan prosthesis).
Status peredaran darah ekstremitas dievaluasi melalui pemeriksaan
fisik dan uji tertentu.perfusi otot dan kulit sangat penting untuk
penyembuhan. Fleometri Doppler,penentuan tekanan darah segmental,dan
tekanan parsial oksigen perkutan (PaO2) merupakan uji yang sangat
berguna. Angiograf dilakukan bila revaskularisasi kemungkinan dapat
dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin
panjang ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit.
Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan . Gambar
64-18 memperlihatkan berbagai tingkat dimana ekstremitas sebaiknya
diamputasi. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi
prosthesis.
Kebutuhan energy dan kardiovaskular yang ditimbulkan akan
meningkat dari menggunakan kursi roda ke prosthesis ke tongkat tanpa
prosthesis. Maka,pemantauan kardiovaskular dan nutrisi yang ketat sangat
penting sehingga batas fisiologi dan kebutuhan dapat seimbang.
Amputasi jari kaki dan sebagian kaki hanya menimbulkan
perubahan minor dalam gaya jalan dan keseimbangan. Amputasi
syme(modifikasi amputasi disartikulasi pergelangan kaki)dilakukan paling
sering pada trauma kaki ektensif dan menghasilkan ekstremitas yang
bebas nyeri dan kuat yang dapat menahan beban berat badan penuh.
Amputasi dibawah lutu lebih disukai disbanding amputasi diatas lutut
karena pentingnya sendi lutut dan kebutuhan energy untuk berjalan.
Dengan mempertahankan lutut sangat berarti bagi seorang lansia anatara ia
bias berjalan dengan alat bantu dan hanya bias duduk di kursi roda.
Disartikulasi sendi lutut paling berhasil pada pasien muda,aktif yang masih
mampu mengembangkan control yang tepat terhadap prosthesis. Bila
dilakukan amputasi atas lutut,pertahankan sebanyak mungkin
panjangnya,otot dibentuk dan distabilkan,dan kontraktur pinggul dapat
dicegah untuk potensial ambulasi maksimal. Bila dilakukan amputasi
disartikulasi sendi pinggul,kebanyakan orang akan tergantung pada kursi
roda untuk mobilitasnya.
Amputasi ekstremitas atas dilakukan dengan mempertahankan
panjang fungsional maksimal. Prosthesis segera diukur agar fungsinya bias
maksimal.
2. Penatalaksanaan Sisa Tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi,menghasilkan sisa tungkai (punting) yang tidak nyeri tekan
dengan kulit yang sehat untuk penggunaan prosthesis. Lansia mungkin
mengalami kelambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan
masalah kesahatan lainnya. Penyebab dipercepat dengan penanganan
lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan
balutan kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptic dalam
perawatan luka untuk menghindari infeksi.
a. Balutan Rigid Tertutup
Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi
yang merata,menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri,dan
mencegah kontraktur. Segera setelah pembedahan balutan gips rigid
dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prostesi sementara
(pylon) dan kaki buatan. Kaus kaki steril dipasang pada sisi anggota.
Bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Punting kemudian
dibalut dengan balutan gips elastic yang ketika mengeras akan
mempertahankan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai
menjerat pembuluh darah. Teknik balutan rigid ini digunakan sebagai
cara membuat socket untuk pengukuran protesis disesuaikan dengan
individu pasien. Gips diganti dalam 10-14 hari,bila ada peningkatan
suhu tubuh,nyeri berat,atau gips yang mulai longgar harus segera
diganti.
b. Balutan Lunak
Balutan lunak digunakan dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan
bila perlu inspeksi berkala sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat
dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) punting dikontrol dengan
alat drenaisae luka untuk meminimalkan infeksi.
c. Amputasi bertahap, dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-
tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan
nekrosis dan sepsis. Lukaa didebridemen dan dibiarkan mengering.
Sepsis ditangani dengan antibiotika. Dalam beberapa hari ketika
infeksi telah terkontrol dan pasien telah stabil, dilakukan amputasi
definitive dengan penutupan kulit.
D. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Karena
ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdaraha massif.
Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan, dengan peredaran darah
buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, resiko infeksi
meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prosthesis dapat
menyebabkan kerusakan kulit.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Sebelum pembedahan, status neurofaskuler dan fungsional
ekstermitas harus dievaluasi melalui riwayat dan pengkajian fisik (Mis.
Warna, suhu, denyut nadi, peyebaran rambut, keadaan kulit, respon
terhadap pengubahan posisi, sensasi, nyeri, fungsi). Sebuah doppler (alat
ultra sonik yang dapat dibawa-bawa) dapat digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah arteri. Keterbatasan rentang gerak dan adanya kontraktur
fleksi pinggul dan lutut harus segera diketahui, karena dapat
mempengaruhi fungsi dan kesesuaian prostesis. Bila pasien mengalami
amputasi traumatik, maka fungsi dan kondisi sisa tungkai harus dikaji.
Status peredaran darah dan fungsi ekstermitas yang sehat juga harus dikaji.
Bila infeksi atau gangren telah terjadi, pasien mungkin mengalami
pembesaran kelenjar limfa, demam, dan pus. Dilakukan biarkan untuk
menentukan terapi antibiotika yang sesuai.
Status nutrisi pasien di evaluasi dan bila perlu dibuat rencana
perawatan nutrisi. Sering kali, lansia menunjukkan nutrisi buruk, obes,
atau sedang menjalani diet khusus karena juga menderita masalah
kesehatan lain. untuk penyembuhan, diet yang seimbang dengan vitamin
dan protein yang memadai sangat penting.
Setiap masalah kesehatan yang ada (mis. Dehidrasi, anemia,
insufiensi jantung, masalah respirasi kronik, diabetes melitus) harus segera
terindetifikasi dan di tangani sehingga pasien berada dalam keadaan sebaik
mungkin untuk menghadapi trauma pembedahan. Penggunaan
kartikosteroid, antikoagulan, fasokonsrtiktor, atau vasodilator dapat
mempengaruhi penatalaksanaan dan penyembuhan luka.
Status psikologi pasien di kaji. Penentuan reaksi emosional pasien
tehadap aputasi sangat penting untuk asuhan keperawatan. Respons
berduka terhadap perubahan permanen citra tubuh adalah normal.
Meskipun bila aputasi ditunjukkan untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsi, penyusaian psikologis mayor masih diperlukan.
Sistem pendukung yang memadai dan bantuan profesional dapat
membantu pasien menghadapi keadaan akhir setelah pembedahan aputasi.
B. Diagnosa keperawatan
Berdasar data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dapat meliputi
sebagai berikut:
1. Nyeri yang berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan integritas
kulit
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tidak ada bagian tubuh
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
C. Masalah kolaboratif / Komplikasi pontensial
Berdasar pada data pengkajian, komplikasi potensial yang mungkin timbul
meliputi :
1. Pendarahan passcaoperasi
2. Infeksi
3. Kerusakan kulit
D. Perencanaan Keperawatan
E. Sasaran
Sasaran utama pasien meliputi pengurangan nyeri, tiadanya gangguan
presepsi penyembuhan luka, penerimaan terhadap perubahan citra tubuh,
resolusi proses bersedih, mandiri dari perawatan diri, pengembalian
mobilitas fisik dan tiadanya komplikasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amputasi adalah hilangnya bagian tubuh seperti jari, lengan, atau
tungkai akibat cedera atau terjadi secara terencana melalui prosedur
operasi misalnya untuk mencegah penyebaran infeksi. Bagian tubuh
yang terputus seluruhnya, misalnya jari yang putus akibat cedera,
terkadang dapat disambungkan kembali.
B. Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab
dengan kondisi yang sehat seseorang mampu menjalankan aktivitas
sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan
seluruh organ yang berada di dalam tubuh menjadi sangat penting
mengingat betapa berpengaruhnya system organ tersebut terhadap
kelangsungan hidup serta aktivitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C., Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi
8. EGC: Jakarta.