DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
Segala puji hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
sehat wal‘afiat, serta telah memberikan pertolongan sehingga tim penulis dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini. Makalah sederhana ini dibuat oleh tim penulis untuk
Dalam mengerjakan makalah sederhana ini tim penulis banyak menemui kesulitan-
kesulitan antara lain kesulitan dalam mencari sumber rujukan dan kesulitan dalam
teman-teman, penulis dapat melewati kesulitan-kesulitan tersebut. Oleh karena itu penulis
Tim penulis sadar bahwa makalah sederhana ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kesalahan dimana-mana, maka tim penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk menjadi masukan guna penyempurnaan makalah sederhana ini.
Tim penulis pun berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar makalah ini dapat bermanfaat
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
A. Definisi..........................................................................................................................3
B. Klasifikasi.....................................................................................................................3
C. Anatomi Fisiologi..........................................................................................................5
D. Etiologi..........................................................................................................................9
E. Patofisiologi................................................................................................................10
F. Manifestasi Klinis.......................................................................................................10
G. Komplikasi..................................................................................................................11
H. Penatalaksanaan..........................................................................................................11
I. WOC...........................................................................................................................13
J. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................14
BAB 3.....................................................................................................................................15
KASUS 4............................................................................................................................15
A. Pengkajian...................................................................................................................15
B. Diagnosa keperawatan................................................................................................21
C. Rencana Tindakan Keperawatan.................................................................................22
BAB 4.....................................................................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Amputasi berasal dari kata latinamputare yang berarti “pancung”. Dalam ilmu
kedokteran diartikan sebagai “membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu
yang menonjol atau tonjolan alat (organ tubuh) (Reksoprodjo, 2002). Amputasi pada
ektremitas bawah sering diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer progresif
(sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus), gangren, trauma (cedera remuk, luka
bakar, luka bakar dingin, luka bakar listrik), deformitas kongenital, atau tumor ganas
(Brunner & Suddarth, 2002).Amputasi memberikan dampak masing–masing dalam diri
setiap individu. Terdapat berbagai sebab dilakukannya tindakan amputasi salah satunya
adalah kecelakaan lalu lintas yang tragis.
Hal ini dibutuhkan adanya bimbingan spiritual care dalam keperawatan. Keyakinan
spiritual sngat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku
selfcare klien. Spiritualis merupakan sesuatu yg di percayai oleh seseorang dlm
hubunganya dgn kekuatan yg lebih tinggi (tuhan), yg menimbulkan suatu kebutuhan
serta kecintaan terhadap adanya Tuhan dan permohonan maaf atas segala kesalahan yg
pernah diperbuat. Disetiap kondisi atau kesulitan muncul rasa tidak terima dan bertanya-
tanya mengapa Tuhan-Nya memberikan cobaan yang tidak terduga kepada klien.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Amputasi adalah penghilangan satu atau lebih bagian tubuh dan bisa sebagai akibat
kecelakaan, atau dilakukan karena alasan medis dengan motif untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup pasien. Tindakan inimerupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir apabila masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau apabila
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain (Slatter, 2003).
Amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem
integumen, sistem persarafan, sistem muskuloskeletal dan sistem cardiovaskuler.
Amputasi ekstremitas bawah adalah prosedur pembedahan yang dihasilkan dari sebuah
kondisi medis yang serius seperti diabetes, trauma atau neoplasma, gangren, deformitas
kongenital.Berdasarkan tipenya, amputasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
amputasi terbuka dan amputasi tertutup (Johnson and Dunning, 2005).
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi yang berat dimana pemotongan pada tulang
dan otot pada tingkat yang sama, yang memerlukan teknik aseptik ketat dan revisi
lanjut.Amputasi tertutupdilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm
di bawah potongan otot dan tulang.
B. Klasifikasi
4
C. Anatomi Fisiologi
5
1.Axial Skeleton (80 tulang)
Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8 tulang Frontal 1
) Parietal 2
Occipital 1
Temporal 2
Sphenoid 1
Ethmoid 1
Tulang fasial (13 tulang) Maksila 2
Palatine 2
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Inferior nasal concha 2
Tulang mandibula (1 1
tulang)
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2
Stapes 2
Tulang hyoid
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12
Lumbal 5
Sacrum (penyatuan dari5 tl)
1 Korkigis (penyatuan dr3-5
tl) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 4 tulang
Sternum 1
2.Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang
6
Clavicula 2
Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os coxa 2 tulang
terdiri dari penggabungan 3
tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Total 206 Tulang
7
b) Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago
dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan
meninggalkan ruang-ruang.
c) Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel
pembentuktulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis
tulang (osteoklast).Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk
kartilago.
d) Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada
epifisis yangmenghasilkan tiga pusat osifikasi.
e) Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago
yang sehatdan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago
memisah secaravertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat
dan meluas mendorongsel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati.
Kemudian semua runag mebesar untukmembentuk lorong-lorong vertical dalm
kartilago yang mengalami degenerasi.Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel
pembentuk tulang.
f) Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi
dengankorpus.
g) Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormon.
b. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulangini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligament,tendon, fasia, atau otot.
Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya :
1) Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh
serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang
tengkorak.
2) Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh
jaringanfibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus
vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit
bebas.
8
3) Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkangerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
dll.) tetapi beberapa sendisinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalamkapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis.
c. Otot rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh
dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena
sitoplasmamengubah bentuk. Pada sel- sel,sitoplasma ini merupakan benang- benang
halus yang panjang disebut miofibril. jika sel otot mendapat rangsangan
maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya
kearah tertentu (berkontraksi).
Ciri-ciri otot yaitu :
a. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga
tidakmelibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada
setiap diametersel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan
pemendekan yang terbatas.
b. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
c. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat
relaks.
d. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau
meregang.
D. Etiologi
9
b. Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan
kelaian kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.
E. Patofisiologi
Amputasi dilakukan Sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh
dengan metode :
a. Metode terbuka guilottone amputasi
Metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau
berat dimana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar
benar terbuka dan di pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup
setelah infeksi.
b. Metode tertutup
Di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi
ditarik ataudi buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit
pada daerah yang diamputansi.
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain :
a. Nyeri akut
b. Keterbatasan fisik
c. Pantom snydrom
d. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
e. Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung, pasien
cenderung berdiam diri
10
G. Komplikasi
11
c. Perawatan pasca amputasi yaitu :
1) Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban
elastisharus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya
sehingga distalnya iskemik.
2) Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal
sebabdapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
3) Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap
dibalut tekan,angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.
4) Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur
atau berbaringatau duduk lama dengan fleksi lutut.
5) Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau
memberikanabdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk
mencegah kostrukturlutut dan paha.
12
I. WOC
13
J. Pemeriksaan Penunjang
14
BAB 3
TINJAUAN KASUS
KASUS 4
Pada saat pengkajian, pasien juga mengatakan masih merasa nyeri pada bagian kaki
yang dioperasi, pasien sering terlihat murung dan menangis. Pasien mengatakan sedih ingin
segera sembuh dan segera pulang dari rumah sakit. Pasien mengatakan tidak percaya diri
karena kehilangan salah satu kakinya. Pasien seorang pelajar, dan semenjak ia sakit pasien
merasa cemas akan masa depannya. Pasien mengatakan beragama kristen Katolik, setiap
pekan suka mengikuti kegiatan di gereja, namun ke depannya pasien mengatakan malu jika
keadaannya sekarang menjadi cacat. Pasien menyatakan tidak mengerti mengapa Tuhannya
memberikan cobaan seperti ini, rasanya ingin marah, lebih baik mati saja. (pasien terlihat
menangis kembali).
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
1) Nama : Nn. A
2) Umur : 18 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Alamat : Jln. Merdeka No. 20
5) Agama : Kristen Katolik
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Pelajar
15
8) Tanggal masuk RS : 20 – 09 – 2020
9) Diagnosa Medis : Amputasi
b. Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. H
2) Umur : 40 tahun
3) Alamat : Jln. Merdeka No. 20
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6) Hubungan dg klien : Orangtua (Ibu)
2. Riwayat Kesehatan
16
Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien.
3. Pemeriksaan Fisik
17
9) Pemeriksaan Kardiovaskuler
Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : ictus kordis tidak teraba
Perkusi : batas bunyi jantung kanan di RIC II LPSD dan batas jantung kiri di
RIC IV LMCS
Auskultasi : bunti jantung I dan II normal
10) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : perut normal dan tidak membuncit
Palpasi : tidak ada massa atau nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 5x
11) Neurologi
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E : 4, V : 5, M : 6)
12) Kulit
Warna kulit putih, adanya lessi dan jaringan pada kaki kanan klien, CRT 3 derik.
13) Ekstremitas
Adanya nyeri pada kaki kanan yang dioperasi.
4. Data Biologis
Pola aktivitas
-olah raga Jalan-jalan pagi Klien tidak bisa melakukan
- rekreasi/refresing Nonton tv kegiatan/aktivitas seperti
biasanya
19
5. Data Pengetahuan
6. Data Penunjang
7. Analisa Data
20
gelisah.
2. DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut
klien mengatakan (kondisi pembedahan)
masih merasa nyeri
pada bagian yang di
operasi
DO :
klien terlihat murung
dan menangis
klien terlihat sedih
ingin segera pulang
dari RS
B. Diagnosa keperawatan
21
C. Rencana Tindakan Keperawatan
- Mengungkapkan
pemahaman tentang
operasi.
22
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan
dengan agen pencedera tindakan - Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi - Sensasi panthom limb
fisik (kondisi pembedahan) keperawatan 4 x 24 panthom limb atau dari luka insisi. Bila memerlukan waktu yang lama
jam diharapkan nyeri terjadi nyeri panthom limb untuk sembuh daripada nyeri
akut teratasi dengan akibat insisi.
kriteria hasil: - Beri analgesik ( kolaboratif ). - Klien sering bingung
- nyeri hilang / membedakan nyeri insisi dengan
berkurang. nyeri panthom limb
- Menyatakan nyeri - Ajarkan klien memberikan tekanan - Untuk menghilangkan nyeri
hilang. lembut dengan menempatkan puntung - Mengurangi nyeri akibat nyeri
- Ekspresi wajah pada handuk dan menarik handuk panthom limb
rileks.
dengan berlahan.
24
BAB 4
A. Kesimpulan
25
moral, menghadirkan orang yang pernah diamputasi yang sudah menerima diri,
memberi analgesic dan memberi tahu tentang prosedur operasi.
8. Saran
Untuk perawat :
Hendaknya mendokumentasikan setiap memberi tindakan asuhan keperawatan
dengan baik dan benar serta jujur sesuai kenyataan untuk mempertanggung jawabkan
keadaan klien setelah dilakukan pemberina Tindakan keperawatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. PPNI, tim pokja SDKI, 2016. Standar diagnose keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan : DDP: dewan pengurus pusat.
2. PPNI, tim pokja SIKI, 2016. Standar intervensi keperawatan Indonesia Jakarta
pusat : DDP: dewan pengurus pusat. PPNI.
3. PPNI, tim pokja SLKI, 2016. Standar luaran keperawatan Indonesia Jakarta pusat :
DDP: dewan pengurus pusat
4. Heather T. herdman & shigemi kamitsuru , 2015. Diagnosis keperawatan : definisi
& klasifikasi 2015-2017 edisi 10 terjemah Indonesia Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC.
5. Dada, D. I. K. A., & DADA, I. K. A. (2016). Amputasi Os radius-Ulna pada anjing
yang mengalami gangrene.
6. ROFI’AH, I. R. B. A. H. (2017). TERAPI LATIHAN POST AMPUTASI ATAS
LULUT UNILAREAL ( doctor dissertation, universitas airlangga)
7. Umar, I (2017). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
PEMBENTUKAN CITRA TUBUH REMAJA PENDERITA FRAKTUR
EKSTERMITAS BAWAH DI RSUD KAB. SAMPANG ( doctor dissertation,
university of Muhammadiyah malang
8. Saputra, A. N. (2015). Peran bimbingan rohani Islam dalam menangani kecemasan
pasien cacat fisik korban kecelakaan (studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran, Kabupaten Semarang) (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).
9. Wilananda, M. R. (2019). Pelatihan Berpikir Positif Untuk Meningkatkan
Kepercayaan Diri Pasien Yang Mengalami Amputasi (Doctoral dissertation,
Universitas Mercu Buana Yogyakarta).
27