Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN AMPUTASI

Dosen Pembimbing : Muhtar, S.Kep.Ns.M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

1. NUR HAIKAL MARATUN


2. JULHULAIFAH
3. ANGGI
4. WAIS ALKARNI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat

sehat wal‘afiat, serta telah memberikan pertolongan sehingga tim penulis dapat

menyelesaikan makalah sederhana ini. Makalah sederhana ini dibuat oleh tim penulis untuk

memenuhi tugas mata kuliah Spiritual care tentang pasien amputasi.

Dalam mengerjakan makalah sederhana ini tim penulis banyak menemui kesulitan-

kesulitan antara lain kesulitan dalam mencari sumber rujukan dan kesulitan dalam

memahami pembahasan serta kesulitan-kesulitan lainnya. Namun berkat bantuan dari

teman-teman, penulis dapat melewati kesulitan-kesulitan tersebut. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu.

Tim penulis sadar bahwa makalah sederhana ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih terdapat banyak kesalahan dimana-mana, maka tim penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca untuk menjadi masukan guna penyempurnaan makalah sederhana ini.

Tim penulis pun berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar makalah ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca maupun bagi tim penulis.

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
A. Definisi..........................................................................................................................3
B. Klasifikasi.....................................................................................................................3
C. Anatomi Fisiologi..........................................................................................................5
D. Etiologi..........................................................................................................................9
E. Patofisiologi................................................................................................................10
F. Manifestasi Klinis.......................................................................................................10
G. Komplikasi..................................................................................................................11
H. Penatalaksanaan..........................................................................................................11
I. WOC...........................................................................................................................13
J. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................14
BAB 3.....................................................................................................................................15
KASUS 4............................................................................................................................15
A. Pengkajian...................................................................................................................15
B. Diagnosa keperawatan................................................................................................21
C. Rencana Tindakan Keperawatan.................................................................................22
BAB 4.....................................................................................................................................25
A. Kesimpulan.................................................................................................................25
B. Saran............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Amputasi berasal dari kata latinamputare yang berarti “pancung”. Dalam ilmu
kedokteran diartikan sebagai “membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu
yang menonjol atau tonjolan alat (organ tubuh) (Reksoprodjo, 2002). Amputasi pada
ektremitas bawah sering diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer progresif
(sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus), gangren, trauma (cedera remuk, luka
bakar, luka bakar dingin, luka bakar listrik), deformitas kongenital, atau tumor ganas
(Brunner & Suddarth, 2002).Amputasi memberikan dampak masing–masing dalam diri
setiap individu. Terdapat berbagai sebab dilakukannya tindakan amputasi salah satunya
adalah kecelakaan lalu lintas yang tragis.

Amputasi dapat menganggu mobilitas seseorang dalam menjalani aktivitas sehari–


hari. Mobilitas merujuk pada kemunduran fungsi yang umumnya terjadi sebagai hasil
dari disabilitas pada amputasi kaki. Individu yang mengalami kehilangan anggota tubuh
dapat timbul rasa cemas dan tidak berdaya akibat penyakit tersebut, Dampak negatif
yang muncul erat kaitannya dengan perubahan psikologis terhadap pasien tersebut.
Proses amputasi ini memunculkan perasaan kehilangan yang teramat dalam yang
berakibat pada hilangnya rasa percaya diri, sehingga banyak yang kurang semangat
dalam menjalani hidup dikarenakan aktivitasnya menjadi terhambat. Kehilangan rasa
percaya diri akan semakin dirasakan terhadap pasien yang sebelumnya sudah memiliki
status sosial yang tinggi sehingga banyak yang kurang semangat dalam menjalani hidup
karena tidak bisa beraktifitas seperti semula akibat kehilangan anggota gerak badan.

Hal ini dibutuhkan adanya bimbingan spiritual care dalam keperawatan. Keyakinan
spiritual sngat penting karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku
selfcare klien. Spiritualis merupakan sesuatu yg di percayai oleh seseorang dlm
hubunganya dgn kekuatan yg lebih tinggi (tuhan), yg menimbulkan suatu kebutuhan
serta kecintaan terhadap adanya Tuhan dan permohonan maaf atas segala kesalahan yg
pernah diperbuat. Disetiap kondisi atau kesulitan muncul rasa tidak terima dan bertanya-
tanya mengapa Tuhan-Nya memberikan cobaan yang tidak terduga kepada klien.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi amputasi?


2. Apa saja klasifikasi amputasi?
3. Bagaimana anatomi fisiologi tulang?
4. Bagaimana etiologi amputasi?
5. Bagaimana dengan Patofisiologi ampusitasi?
6. Bagaimana dengan Manifestasi klinis amputasi?
7. Apa yang dimaksud dalam komplikasi amputasi?
8. Bagaimana penatalaksanaan amputasi?
9. Bagaimana WOC dalam amputasi?
10. Apa yang termasuk dalam pemeriksaan penunjang amputasi?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan Kasus Amputasi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui definisi amputasi.


2. Untuk mengetahui klasifikasi amputasi.
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi tulang.
4. Untuk mengetahui etiologi amputasi.
5. Untuk mengetahui patofisiologi amputasi.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis amputasi.
7. Untuk mengetahui komplikasi amputasi.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan amputasi.
9. Untuk mengetahui WOC dalam amputasi.
10. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang amputasi.
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kasus amputasi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Amputasi adalah penghilangan satu atau lebih bagian tubuh dan bisa sebagai akibat
kecelakaan, atau dilakukan karena alasan medis dengan motif untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup pasien. Tindakan inimerupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir apabila masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau apabila
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain (Slatter, 2003).
Amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem
integumen, sistem persarafan, sistem muskuloskeletal dan sistem cardiovaskuler.
Amputasi ekstremitas bawah adalah prosedur pembedahan yang dihasilkan dari sebuah
kondisi medis yang serius seperti diabetes, trauma atau neoplasma, gangren, deformitas
kongenital.Berdasarkan tipenya, amputasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
amputasi terbuka dan amputasi tertutup (Johnson and Dunning, 2005).
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi yang berat dimana pemotongan pada tulang
dan otot pada tingkat yang sama, yang memerlukan teknik aseptik ketat dan revisi
lanjut.Amputasi tertutupdilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm
di bawah potongan otot dan tulang.

B. Klasifikasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan


menjadi:
a. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan
mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi di
lakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
b. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan.Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi
serta memperbaikikondisi umum klien.
3
c. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakantindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan
patah tulangmultiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Sedangkan jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :


a. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat
dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
b. Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuatskaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih
5cm dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan,
maka kegiatan selanjutnyameliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya
infeksi, menjaga kekuatanotot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks
jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin). Berdasarkan
pada gambaran prosedur tindakan pada klienyang mengalami amputasi maka
perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuaidengan kompetensinya.

Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :


a. Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi
Bawah Lutut (BL), dan Syme.
b. Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).

Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :


a. Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan
tulangdan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah dikauterisasi dan
luka dibiarkanterbuka untuk mengalir.
b. Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit yang
dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan otot.

4
C. Anatomi Fisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung


jawabterhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat.
Sistemini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan
khusus yangmenghubungkan struktur-struktur ini.
a. Tulang
1) Bagian-bagian utama tulang rangka;
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan
hidupyang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan
kristalin anorganik(terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras
dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok
yaitu axialskeleton dan appendicular skeleton :

5
1.Axial Skeleton (80 tulang)
Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8 tulang Frontal 1
) Parietal 2
Occipital 1
Temporal 2
Sphenoid 1
Ethmoid 1
Tulang fasial (13 tulang) Maksila 2
Palatine 2
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Inferior nasal concha 2
Tulang mandibula (1 1
tulang)
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2
Stapes 2
Tulang hyoid
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12
Lumbal 5
Sacrum (penyatuan dari5 tl)
1 Korkigis (penyatuan dr3-5
tl) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 4 tulang
Sternum 1
2.Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang

6
Clavicula 2
Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os coxa 2 tulang
terdiri dari penggabungan 3
tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Total 206 Tulang

2) Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah:


a) Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
b) Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-
otot yangmelekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit yang
digerakan olehkerja otot-otot yang melekat padanya.
c) Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain.
d) Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsummerah tulang tertentu
3) Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
a) Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
b) Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
c) Tulang pipih pada tengkorak dan iga
d) Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang
wajah, dan rahang.
4) Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
a) Tulang didahului oleh model kartilago.

7
b) Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus. Kartilago
dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan
meninggalkan ruang-ruang.
c) Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel
pembentuktulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis
tulang (osteoklast).Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk
kartilago.
d) Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada
epifisis yangmenghasilkan tiga pusat osifikasi.
e) Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago
yang sehatdan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago
memisah secaravertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat
dan meluas mendorongsel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati.
Kemudian semua runag mebesar untukmembentuk lorong-lorong vertical dalm
kartilago yang mengalami degenerasi.Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel
pembentuk tulang.
f) Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis berfusi
dengankorpus.
g) Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormon.
b. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulangini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligament,tendon, fasia, atau otot.
Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya :
1) Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh
serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang
tengkorak.
2) Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh
jaringanfibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus
vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit
bebas.

8
3) Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkangerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
dll.) tetapi beberapa sendisinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalamkapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis.
c. Otot rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh
dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena
sitoplasmamengubah bentuk. Pada sel- sel,sitoplasma ini merupakan benang- benang
halus yang panjang disebut miofibril. jika sel otot mendapat rangsangan
maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya
kearah tertentu (berkontraksi).
Ciri-ciri otot yaitu :
a. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga
tidakmelibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada
setiap diametersel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan
pemendekan yang terbatas.
b. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
c. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat
relaks.
d. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau
meregang.

D. Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh :


a. Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orangtua seperti
pada penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.

9
b. Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan
kelaian kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.

E. Patofisiologi

Amputasi dilakukan Sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh
dengan metode :
a. Metode terbuka guilottone amputasi
Metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau
berat dimana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar
benar terbuka dan di pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup
setelah infeksi.
b. Metode tertutup
Di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi
ditarik ataudi buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit
pada daerah yang diamputansi.
F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain :
a. Nyeri akut
b. Keterbatasan fisik
c. Pantom snydrom
d. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
e. Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung, pasien
cenderung berdiam diri

10
G. Komplikasi

Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit.


Karena adanya pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif.
Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk
atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat
peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan
kerusakan kronik.
H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penangan pasien dengan


amputasi yaitu :
a. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan
dua factor: peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya
(sesuai kebutuhan protesis), status peredaran darah ekstremitas di evaluasi
melalui pemeriksaan dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat penting untuk
penyembuhan. Floemetri dopler penentuhan tekanandarah segmental dan tekanan
persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat berguna angiografi
dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan
ekstrmitaskonsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut
dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi
dapat dipasangi prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan
menigktkandan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan
kardivaskuler dan nutrisi yang kuatsangat penting sehingga batas fisiologis dan
kebutuhan dapat seimbang.
b. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
menghasilkan sisatungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat
untuk pengunaan prostesis, lansiamungkin mengalami Keterlambatan
penyembuhana luka karena nutrisi yang buruk danmasalah kesehatan lainnya.

11
c. Perawatan pasca amputasi yaitu :
1) Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban
elastisharus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya
sehingga distalnya iskemik.
2) Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal
sebabdapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
3) Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap
dibalut tekan,angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.
4) Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur
atau berbaringatau duduk lama dengan fleksi lutut.
5) Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau
memberikanabdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk
mencegah kostrukturlutut dan paha.

12
I. WOC

13
J. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :


a. Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
b. CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan
sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan ja
ringan setelahamputansi
d. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
e. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga proses
infeksi

14
BAB 3

TINJAUAN KASUS

KASUS 4

Saat dilakukan pengkajian, pasien Nn A, usia 18 tahun, mengatakan dirinya


mengalami kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ojek, kemudian kaki kanannya terlindas
mobil APV. Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit (UGD) dan langsung digips dan
setelah dilakukan rontgen, pasien mendapat tindakan melakukan operasi dan amputasi
sampai tungkai kaki karena kondisi kaki sudah remuk.

Pada saat pengkajian, pasien juga mengatakan masih merasa nyeri pada bagian kaki
yang dioperasi, pasien sering terlihat murung dan menangis. Pasien mengatakan sedih ingin
segera sembuh dan segera pulang dari rumah sakit. Pasien mengatakan tidak percaya diri
karena kehilangan salah satu kakinya. Pasien seorang pelajar, dan semenjak ia sakit pasien
merasa cemas akan masa depannya. Pasien mengatakan beragama kristen Katolik, setiap
pekan suka mengikuti kegiatan di gereja, namun ke depannya pasien mengatakan malu jika
keadaannya sekarang menjadi cacat. Pasien menyatakan tidak mengerti mengapa Tuhannya
memberikan cobaan seperti ini, rasanya ingin marah, lebih baik mati saja. (pasien terlihat
menangis kembali).

Pasien mendapat dukungan dari kedua orangtua dan teman-temannya. Pasien


mengatakan belum membutuhkan rohaniwan, yang dibutuhkan adalah orangtuanya sendiri.

A. Pengkajian

1. Identitas
a. Klien
1) Nama : Nn. A
2) Umur : 18 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Alamat : Jln. Merdeka No. 20
5) Agama : Kristen Katolik
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Pelajar

15
8) Tanggal masuk RS : 20 – 09 – 2020
9) Diagnosa Medis : Amputasi
b. Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. H
2) Umur : 40 tahun
3) Alamat : Jln. Merdeka No. 20
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6) Hubungan dg klien : Orangtua (Ibu)

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Klien


1) Keluhan Utama
Klien masuk RS pada tanggal 20 September 2020, mengatakan dirinya
mengetahui kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ojek, kemudian kaki kanannya
langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, pasien mendapat tindakan
melakukan operasi dan amputasi sampai tungkai kaki karena kondisi kaki
sudah remuk.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian, pasien juga mengatakan masih merasa nyeri pada
bagian kaki yang dioperasi, pasien sering terlihat murung dan menangis.
Pasien mengatakan sedih ingin segera sembuh dan segera pulang dari rumah
sakit. Pasien mengatakan tidak percaya diri karena kehilangan salah satu
kakinya. Pasien seorang pelajar, dan semenjak ia sakit pasien merasa cemas
akan masa depannya. Pasien mengatakan beragama kristen Katolik, setiap
pekan suka mengikuti kegiatan di geraja, namun ke depannya pasien
mengatakan malu jika keadaannya sekarang menjadi cacat. Pasien
menyatakan tidak mengerti mengapa Tuhannya memberikan cobaan seperti
ini, rasanya ingin marah, lebih baik mati saja. (pasien terlihat menangis
kembali).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan lalu lintas
4) Riwayat Kesehatan Keluarga

16
Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien.

3. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda – tanda vital


TD : 110/70 mmHg
N : 76x/mnt
Suhu : 37,5℃
RR : 20x/mnt
2) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, rambut hitam lurus, kepala bersih tidak ada ketombe
namun sedikit berminyak
Palpasi : tidak ada massa, benjolan atau lesi
3) Pemeriksaan Mata
Inspeksi : sklera sebuah ikterik dan konjungtiva sebuah anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
4) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : daun telinga dan lubang telinga bersih tidak ada serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
5) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : hidung simetris, membran mukosa lembab dan bersih, tidak ada
alergi dan tidak ada kotoran atau secret
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
6) Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : mulut bersih, mukosa bibir lembab, lidah bersih, dan gigi bersih
7) Pemeriksaan Leher
Inspeksi : normal tidak ada pembesaran pelindung tyroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan kelenjar tyroid atau
limfe
8) Pemeriksaan Thoraks/Paru
Inspeksi : bentuk normal, warna kulit putih dan merata
Palpasi : vokal premitus teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler

17
9) Pemeriksaan Kardiovaskuler
Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : ictus kordis tidak teraba
Perkusi : batas bunyi jantung kanan di RIC II LPSD dan batas jantung kiri di
RIC IV LMCS
Auskultasi : bunti jantung I dan II normal
10) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : perut normal dan tidak membuncit
Palpasi : tidak ada massa atau nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 5x
11) Neurologi
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E : 4, V : 5, M : 6)
12) Kulit
Warna kulit putih, adanya lessi dan jaringan pada kaki kanan klien, CRT 3 derik.
13) Ekstremitas
Adanya nyeri pada kaki kanan yang dioperasi.

4. Data Biologis

Pola Kehidupan sehari hari


Pola kehidupan sehari-
Sebelum sakit Sesudah sakit
hari
Intake nutrisi
- frekuensi 3x/hari 3x/hari
- jenis Nasi, Sayur, lauk pauk Nasi, Sayur, Lauk pauk
- porsi 1 porsi 1 porsi
- pantangan Tidak ada Tidak ada
- keluhan Tidak ada Tidak ada
Intake cairan
- frekuensi 7-8 gelas/hari + 300 cc/hari
- jenis Air putih infus RL 500 cc/8 jam
- pantangan Tidak ada Tidak ada
- keluhan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi fecal
18
- frekuensi 1x/hari Belum BAB
- Konsistensi Lembek -
- keluhan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi urine
- frekuensi 4-5x/hari Normal
- warna Kuning jernih Kuning jernih
- keluhan Tidak ada Tidak ada
Istirahat dan tidur
- kuantitas Tidur siang : tidak pernah Tidur siang : 2-3 jam
Tidur malam : 7-8 jam Tidur malam : 5-7 jam

-kualitas Baik Baik


- keluhan Tidak ada Saat Nyeri pada kakinya
timbul
Personal hygiene
-mandi 2x/hari Belum pernah (kulit klien
teraba lengket)
- keramas 1x/2hari Belum pernah
- gosok gigi 2x/hari Belum pernah (gigi klien
terlihat kotor)
- kebersihan kuku 1x/minggu Kuku panjang
- keluhan Tidak ada Klien tidak mampu
membersihkan tubuh secara
mandiri
-

Pola aktivitas
-olah raga Jalan-jalan pagi Klien tidak bisa melakukan
- rekreasi/refresing Nonton tv kegiatan/aktivitas seperti
biasanya

19
5. Data Pengetahuan

a) Pengetahuan tentang masalah yang dihadapi


Pasien merasa cemas akan masa depannya
b) Pengetahuan tentang cara menyelesaikan masalah
Pasien dan keluarga tidak tahu apa yang harus dilakukan

6. Data Penunjang

1. Diagnosa Medik : Amputasi


2. Foto kuat untuk identifikasi abnormalitas tulang
3. CT Scan mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, Resep hematoma
4. Angiografi dan pemeriksaan alirah darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /
perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan
jaringan setelah amputasi
5. Kultur luka identifikasikan adanya infeksi dan organisme penyebab
6. Biopsi ulangi diagnosa benigna / maligna
7. LED peninggian identifikasi respon inflamasi
8. Hitung darah lengkap deferensial peninggian dan perpindahan ke kiri di
menggali proses infeksi

7. Analisa Data

No. Data yang menyimpang Etiologi Masalah keperawatan


1. DS : Kurangnya pengetahuan Ansietas
 Klien merasa terkait prosedur
khawatir dengan pembedahan
akibat dari kondisi
yang dihadapi
 Klien mengatakan
cemas akan masa
depannya
DO :
 Klien sering terlihat
murung.
 Klien terlihat

20
gelisah.
2. DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut
 klien mengatakan (kondisi pembedahan)
masih merasa nyeri
pada bagian yang di
operasi
DO :
 klien terlihat murung
dan menangis
 klien terlihat sedih
ingin segera pulang
dari RS

B. Diagnosa keperawatan

a) Ansietas berhubungan dengan kurannya pengetahuan terkait prosedur pembedahan.


b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (kondisi pembedahan).
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh
(amputasi).

21
C. Rencana Tindakan Keperawatan

NO DIAGNOSA PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan
dengan kurangnya tindakan - Memberikan bantuan secara fisik dan - Secara psikologis
pengetahuan terkait keperawatan 4 x 24 psikologis, memberikan dukungan meningkatkan rasa aman dan
prosedur pembedahan, jam diharapkan moral. meningkatkan rasa saling
ansietas teratasi percaya.
dengan kriteria hasil: - Menerangkan prosedur operasi dengan - Meningkatkan/memperbaiki
- Kecemasan pada sebaik-baiknya. pengetahuan/ persepsi klien.
klien berkurang. - Mengatur waktu khusus dengan klien - Meningkatkan rasa aman dan
- Sedikit melaporkan untuk berdiskusi tentang kecemasan memungkinkan klien melakukan
tentang gugup atau klien. komunikasi secara lebih terbuka
cemas. dan lebih akurat.

- Mengungkapkan
pemahaman tentang
operasi.

22
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan
dengan agen pencedera tindakan - Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi - Sensasi panthom limb
fisik (kondisi pembedahan) keperawatan 4 x 24 panthom limb atau dari luka insisi. Bila memerlukan waktu yang lama
jam diharapkan nyeri terjadi nyeri panthom limb untuk sembuh daripada nyeri
akut teratasi dengan akibat insisi.
kriteria hasil: - Beri analgesik ( kolaboratif ). - Klien sering bingung
- nyeri hilang / membedakan nyeri insisi dengan
berkurang. nyeri panthom limb
- Menyatakan nyeri - Ajarkan klien memberikan tekanan - Untuk menghilangkan nyeri
hilang. lembut dengan menempatkan puntung - Mengurangi nyeri akibat nyeri
- Ekspresi wajah pada handuk dan menarik handuk panthom limb
rileks.
dengan berlahan.

3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan


berhubungan dengan tindakan
- Validasi masalah yang dialami klien - Meninjau perkembangan klien.
perubahan struktur/bentuk keperawatan 4 x 24
- Libatkan klien dalam melakukan - Mendorong antisipasi
tubuh (amputasi). jam diharapkan
perawatan diri yang langsung meningkatkan adaptasi pada
Gangguan konsep
menggunakan: perubahan citra tubuh.
diri dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
23
- Mendemontrasikan - Perawatan luka.
penerimaan diri pada - Mandi.
situasi yang baru - Menggunakan pakaian. - Meningkatkan status mental
- Menyatakan - Berikan dukungan moral. klien
penerimaan terhadap - Memfasilitasi penerimaan
penerimaan diri. - Hadirkan orang yang pernah amputasi terhadap diri.

- Membuat rencana yang telah menerima diri.


untuk melanjutkan
gaya hidup.

24
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Amputasi ialah keadaan hilang bagian tubuh dikarenakan kecelakaan atau


tindakan medis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Penyebab
amputasi yang utama ialah iskemia, trauma, kehancuran jaringan yang tidak dapat
diperbaiki, infeksi yang menyebar, adanya tumor yang tidak mungkin di terapi dan
yang terakhir deformitas organ. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir apabila
masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain, atau apabila kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain. Amputasi
ekstremitas bawah adalah prosedur pembedahan yang dihasilkan dari sebuah kondisi
medis yang serius seperti diabetes, trauma atau neoplasma, gangren, deformitas
kongenital.

Berdasarkan hasil pengkajian Nn.A berusia 18 tahun dengan amputasi tungkai


karena kecelakaan lalu lintas diperoleh data bahwa kondisi kaki kanannya sudah remuk
sehingga dilakukan prosedur amputasi, klien mengatakan masih merasa nyeri pada
bagian kaki yang dioperasi, klien mengatakan sedih ingin segera sembuh dan segera
pulang dari rumah sakit, klien tidak percaya diri karena kehilangan salah satu kakinya,
ia merasa cemas akan masa depannya, klien malu jika keadaannya sekarang menjadi
cacat. Klien menyatakan tidak mengerti mengapa Tuhannya memberikan cobaan
seperti ini, rasanya ingin marah, lebih baik mati saja, klien belum membutuhkan
rohaniawan, ia hanya membutuhkan orangtuanya. Klien terlihat murung dan menangis.

Pada tahap perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai dengan masalah


keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan dilihat dari kebutuhan
kondisi klien saat pengkajian.

Adapun rencana Tindakan keperawatan yang akan dilakukan antara lain


mengkaji nyeri secara komperhensif, wilayah nyeri yaitu kaki kanan yang telah
dioperasi. Selain mengkaji nyeri juga dilakukan Tindakan seperti memberi dukungan

25
moral, menghadirkan orang yang pernah diamputasi yang sudah menerima diri,
memberi analgesic dan memberi tahu tentang prosedur operasi.

8. Saran

Untuk perawat :
Hendaknya mendokumentasikan setiap memberi tindakan asuhan keperawatan
dengan baik dan benar serta jujur sesuai kenyataan untuk mempertanggung jawabkan
keadaan klien setelah dilakukan pemberina Tindakan keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. PPNI, tim pokja SDKI, 2016. Standar diagnose keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan : DDP: dewan pengurus pusat.
2. PPNI, tim pokja SIKI, 2016. Standar intervensi keperawatan Indonesia Jakarta
pusat : DDP: dewan pengurus pusat. PPNI.
3. PPNI, tim pokja SLKI, 2016. Standar luaran keperawatan Indonesia Jakarta pusat :
DDP: dewan pengurus pusat
4. Heather T. herdman & shigemi kamitsuru , 2015. Diagnosis keperawatan : definisi
& klasifikasi 2015-2017 edisi 10 terjemah Indonesia Jakarta : penerbit buku
kedokteran EGC.
5. Dada, D. I. K. A., & DADA, I. K. A. (2016). Amputasi Os radius-Ulna pada anjing
yang mengalami gangrene.
6. ROFI’AH, I. R. B. A. H. (2017). TERAPI LATIHAN POST AMPUTASI ATAS
LULUT UNILAREAL ( doctor dissertation, universitas airlangga)
7. Umar, I (2017). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
PEMBENTUKAN CITRA TUBUH REMAJA PENDERITA FRAKTUR
EKSTERMITAS BAWAH DI RSUD KAB. SAMPANG ( doctor dissertation,
university of Muhammadiyah malang
8. Saputra, A. N. (2015). Peran bimbingan rohani Islam dalam menangani kecemasan
pasien cacat fisik korban kecelakaan (studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran, Kabupaten Semarang) (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).
9. Wilananda, M. R. (2019). Pelatihan Berpikir Positif Untuk Meningkatkan
Kepercayaan Diri Pasien Yang Mengalami Amputasi (Doctoral dissertation,
Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

27

Anda mungkin juga menyukai