Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN AMPUTASI

TUGAS KELOMPOK MK: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Disusun Oleh:

Kelompok 5/ 2B

1. Klara Eksi Purnamasari (P3.73.20.1.21.066)


2. Lia Hamidah (P3.73.20.1.21.067)
3. Melinda Suci Paramita (P3.73.20.1.21.068)
4. Mutiara Zulkarnain (P3.73.20.1.21.069)
5. Nadiah Salwa (P3.73.20.1.21.070)

Pembimbing: Suratun, S.KM.,M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES


KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala nikmat dan
rahmat Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesikan makalah
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AMPUTASI” dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II, dan menambah
pengetahuan kami tentang kasus amputasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Suratun,S.KM.,M.Kep selaku dosen pembimbing pada mata kuliah ini atas bimbingannya selama
pengerjaan makalah ini.

Kami sebagai penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan
kelompok sendiri untuk menambah pengetahuan tentang asuhan pada kasus amputasi. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang bisa menjadi bahan acuan dan
pertimbangan bagi kami untuk kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.

Bekasi, 25 Januari 2022

Kelompok V
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain
seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan
yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan,
sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan
masalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan
produktifitas. Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi Tindakan amputasi dapat
dilakukan pada kondisi Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki,
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki, Gangguan vaskuler/sirkulasi
pada ekstremitas yang berat,Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota
tubuh lainnya,Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
Deformitas organ.
Adanya kecenderungan yang terus naik setiap tahunnya atas penderita kecacatan
yang mengalami amputasi di Indonesia Pada akhir tahun 2009 menunjukkan data terjadinya
kasus amputasi anggota gerak bawah kaki adalah sebesar 25% per tahunnya, yang terbagi
untuk amputasi kaki diatas lutut atau prothese jenis above knee amputation (AKA) sebesar
18% dan amputasi dibawah lutut atau prothese jenis below knee amputation (BAK) sebesar
7%. Sedangkan kejadian amputasi pada anggota gerak atas (tangan) sebesar 15%, yang
terbagi amputasi dibawah siku tangan atau prothese jenis below elbow amputation (BEA)
sebesar 10% dan amputasi diatas siku tangan atau prothese jenis above elbow amputation
(AEA) sebesar 5%.
Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati jakarta di ruang Orthopedi
periode Januari 2010 s/d Mei 2010 berjumlah 323 yang mengalami gangguan
muskuloskletel, termasuk yang mengalami amputasi berjumlah 31 orang (5,59%).

4
1
Di Sumatra utara selama periode bulan januari 2007 sampai 2009 telah datang kasus
patah tulang yang harus diamputasi ke RSUP HAM Medan. Jumlah 864 kasus dimana 463
(53,6%) kasus yang baru datang belum lewar satu minggu setelah kecelakaan. 401 (46,6%)
kasus lagi datang ke RS lebih dari satu minggu setelah kecelakaan semua golongan pada
kelompok kasus yang terlantar.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah adalah untuk menambah pengetahuan, informasi,
serta bahan pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada pasien amputasi.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang anatomi fisiologi, pengertian, penyebab, dan patofisiologi dari
amputasi.
2. Mengetahui manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan
komplikasi dari amputasi.
3. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan amputasi dimulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini, disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT PADA AMPUTASI
Bab ini berisi anatomi fisiologi, pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik,
pemeriksaan diagnosa, penatalaksanaan medik, dan komplikasi dari amputasi.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SECARA UMUM PADA PASIEN
DENGAN AMPUTASI
Bab ini berisi pengkajian data, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan (tujuan,
kriteria hasil, intervensi), dan evaluasi secara umum pada pasien dengan amputasi.
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AMPUTASI

5
Bab ini berisi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pada pasien dengan amputasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran pada kasus amputasi.
DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT PADA AMPUTASI

A. Anatomi Fisiologi
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem syaraf, sistem indera, sistem otot, dan lainnya.
Sistem-sistem tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam
menyokong kehidupan manusia. Sistem yang akan dibahas pada kesempatan kali ini adalah
sistem muskoloskeletal. Sistem muskoloskeletal terdiri dari: muskuler atau otot yang terdiri
dari otot, tendon, dan ligamen, serta skeletal atau rangka yang terdiri dari tulang dan sendi.
(Melti Suriya & Zuriyati, 2019)
a. Sistem Otot (Muscular System)
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu lunak berkontraksi. Terdapat lebih dari
600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian bedar otot-otot tersebut dilekatkan pada
tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah
permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler atau otot:
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler atau otot:
1. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.

7
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang
otot saat rileks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat Kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
Jenis-jenis otot:
1. Otot rangka, merupakan otot lurik, volunteer, dan melekat pada rangka.
2. Otot polos, merupakan otot tidak berlurik, dan involunter, biasa ditemukan pada
dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus.
3. Otot jantung, merupakan otot lurik, hanya terdapat pada jantung, bekerja terus
menerus tanpa henti kecuali saat berdenyut (istirahat).

b. Skeletal
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh kita
memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah tulang belakang.
Fungsi sistem skeletal:
1. Memproteksi organ-organ internal dan trauma mekanis.
2. Membentuk kerangka yang berfungsi untuk menyangga ubuh dan otot-otot.
3. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan
pembentuk darah.
4. Merupakan tempat penyimpanan bagi mineral seperti kalsium dari dalam darah.
5. Hemopesis, peristiwa pembuatan sel darah.
Struktur tulang:
1. Tulang terdiri dari sel hidup yang menyebar diantara material tidak hidup (matriks).
2. Matriks terdiri dari atas osteoblast (sel pembentuk tulang).
3. Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
4. Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblast baru akan dibentuk.
5. Jika tulang telah dibentuk, osteoblast akan berubah menjadi osteosit (sel tulang
dewasa).

8
6. Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusak tulang).

B. Pengertian Amputasi
Amputasi diartikan sebagai penghilangan anggota tubuh. Ini mungkin terjadi sebagai akibat
dari trauma (trauma amputasi) atau dalam upaya untuk mengendalikan penyakit atau
kecacatan (amputasi terapi) (Timby & Smith, 2010). Salah satu indikasi untuk dilakukan
amputasi adalah iskemia ireversibel yang disebabkan salah satu penyakit atau trauma
(Daniels & Nicoll, 2012b).
Lebih jelas lagi dijabarkan Amputasi merupakan pengangkatan bagian tubuh, sering pada
ekstremitas. Amputasi ekstremitas bawah sering diperlukan karena penyakit progresif
vaskular perifer (diabetes mellitus), fulminan gas gangren, trauma (crushing injury, luka
bakar, frostbite, luka bakar listrik, ledakan, luka balistik), cacat bawaan, osteomyelitis
kronis, atau tumor ganas. Dari semua penyebab tersebut, penyakit pembuluh darah perifer
menyumbang sebagian amputasi ekstremitas bawah. terjadi lebih jarang daripada
ekstremitas bawah dan paling sering diperlukan karena baik luka trauma atau tumor ganas
(Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever, 2010).

C. Penyebab Amputasi
Indikasi amputasi yang paling sering untuk ekstremitas bawah adalah penyakit pembuluh
darah perifer, lebih dari setengah dari amputasi dikaitkan dengan diabetes mellitus. Trauma
adalah penyebab utama amputasi pada populasi yang lebih muda dan lebih sering terjadi
pada pria karena paparan lebih tinggi terhadap bahaya kerja. Amputasi juga dapat
diindikasikan pada luka bakar termal ataupun listrik, frostbite yang parah, dan gangren.
Tumor ganas juga dapat menjadi penyebab amputasi, tetapi hal ini jarang terjadi karena
kemajuan dalam penyelamatan ekstremitas (Daniels & Nicoll, 2012b). Infeksi tulang dan
jaringan yang berlangsung lama (Timby & Smith, 2010).
a. Amputasi akibat cedera
Cedera ini bisa terjadi akibat sejumlah kondisi seperti berikut:
1. Bencana alam, misalnya tertimpa reruntuhan gedung saat gempa.
2. Serangan binatang buas.
3. Kecelakaan kendaraan bermotor.
4. Kecelakaan akibat pekerjaan yang melibatkan mesin atau alat berat.
5. Luka tembak atau ledakan akibat perang.
9
6. Luka bakar parah.
b. Amputasi akibat penyakit
Banyak penyakit yang dapat membuat seseorang harus menjalani prosedur amputasi,
antara lain:
1. Penebalan pada jaringan saraf (neuroma).
2. Frostbite, atau cedera akibat paparan suhu dingin yang ekstrem.
3. Infeksi yang tidak bisa diobati lagi, misalnya pada kasus osteomielitis atau
necrotising fasciitis yang parah.
4. Kanker yang sudah menyebar ke tulang, otot, saraf atau pembuluh darah.
5. Kematian jaringan (gangren), misalnya akibat penyakit arteri perifer atau neuropati
diabetic.

D. Patofisiologi Amputasi
Pada Peripheral Vascular Disease bagian kelompok otot yang terlibat (biasanya otot betis)
tidak menerima suplai darah arteri yang cukup baik karena obstruksi atau sumbatan. Pada
penderita diabetes mellitus, suplai darah yang tidak memadai ini disebabkan oleh
arteriosklerosis. Kekurangan darah akan menyebabkan iskemia irreversible. Dalam trauma,
setiap usaha dilakukan untuk menyelamatkan anggota badan, dengan satu-satunya indikasi
mutlak untuk amputasi sebagai cedera vaskular yang tidak dapat diperbaiki (Daniels &
Nicoll, 2012b).
a. Penyakit Peripheral Vaskular
Penyakit diabetes berdampak pada pembuluh darah secara keseluruhan. Perubahan
metabolisme berkaitan dengan kondisi hiperglikemia mengakibatkan perubahan struktur
dan fungsi arteri pada jaringan, sel, dan tingkat molekuler. Secara spesifik, DM
merupakan kondisi pro-inflamasi, terbukti dengan peningkatan C-reaktif protein (CRP),
baik yang berhubungan dengan DM ataupun PAD. Lebih dari inflamasi marker, CRP
mengikat reseptor sel endotel dan memiliki efek berbagai molekul, termasuk
menghambat endotel nitrit oksida sintase (eNOS), menstimulasi produksi tissue faktor,
dan meningkatkan produksi anti fibrinolitik faktor termasuk plasminogen activator
inhibitor (PAI) -1. Pada penderita diabetes, perubahan pada metabolisme NO terjadi
akibat hiperglikemia dan resistensi insulin. Akibat langsung dari suatu keadaan pro-
inflamasi yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan ateroma melalui jalur
molekuler dan seluler yang sudah mapan.
10
Arteri terdiri dari tiga lapisan Selaput tunika intima, media, dan adventitia. Tunika
intima adalah lapisan terdalam dengan sisi luminal yang terdiri dari satu lapisan sel
endotel. Lapisan berikutnya intima terdiri dari matriks jaringan ikat ekstraseluler
terutama terdiri dari proteoglikan dan kolagen. Di sekitar intima merupakan lamina
elastis internal yang terdiri dari sel-sel elastis yang bervariasi ketebalannya tergantung
pada ukuran pembuluh. Media tunika merupakan lapisan berikutnya yang terdiri dari
vaskular utama sel otot polos dan ini lapisan yang tebal dari pembuluh darah. Lapisan
ini dikelilingi oleh lamina elastis eksternal, yang memisahkan media tunika adventitia
dari tunika, lapisan terluar dari dinding pembuluh darah. Lapisan ini terutama terdiri
atas kolagen dengan diselingi fibroblas dan sel-sel otot polos pembuluh darah.
Perkembangan aterosklerosis yang berhubungan dengan diabetes sama halnya seperti
aterosklerosis pada pasien nondiabetes. termasuk cedera endotel, proliferasi sel otot
polos, perkembangan sel busa dan infiltrasi, aktivasi trombosit, dan meningkatnya
peradangan. lokasi lesi ditentukan oleh kekuatan perubahan hemodinamik dan sumber
eksternal cedera pada sel-sel endotel. Meningkatnya permeabilitas endotel menyebabkan
retensi yang merusak low-density lipoprotein (LDL) yang saling berinteraksi dengan
dasar matriks ekstraseluler (ECM). Interaksi tersebut mempertahankan LDL pada
dinding pembuluh di mana ia dapat mengalami oksidasi dengan reactive oxygen species
(ROS). LDL yang teroksidasi ini kemudian dapat merangsang sel-sel endotel atasnya
untuk upregulate molekul adhesi selular, protein chemotactic, growth factor, dan
menghambat produksi nitrat oksida (NO). Kegiatan ini merekrut monosit dan makrofag,
yang interaksi dengan kumpulan LDL teroksidasi tinggi untuk membentuk sel busa.
Pro-inflamasi memproduksi sitokin oleh makrofag aktif sehingga menstimulasi
proliferasi sel otot polos pada pembuluh darah. Sel-sel otot polos intima kemudian
menghasilkan ECM yang menimbulkan cap fibrosa. Pada akhirnya terjadi plak yang
kompleks sangat rentan terhadap ketidakstabilan ruptur, dan trombosis yang tumpang
tindih menyebabkan oklusi vaskular akut. Plak aterosklerotik dengan adanya diabetes
pada umumnya mengalami peningkatan pengapuran, core nekrotik, reseptor untuk
advanced glikosilasi produk akhir (RAGE), dan makrofag dan infiltrasi sel-T. Ada pula
tingkat kejadian plak pecah dapat sembuh dan remodeling vaskuler. Fitur tersebut dapat
berkontribusi untuk atherosclerosis lebih parah dan lebih tinggi insiden
komplikasi yang akut (Shrikhande & McKinsey, 2012).

11
E. Manifestasi Klinik Amputasi
Jika amputasi disebabkan penyakit kronis, riwayat kesehatan medis sebelumnya pasien
harus diperiksa untuk mengetahui penyebab amputasi atau amputasi yang akan terjadi. Jika
penyebabnya adalah penyakit peripheral vascular, pasien harus dikaji untuk riwayat
klaudikasio intermiten, yang meliputi nyeri (biasanya pada otot betis) nyeri berkurang saat
istirahat. Pasien harus ditanya tentang keberadaan nyeri pada jari-jari kaki dan kakinya pada
saat istirahat yang dapat membaik dengan menempatkan ekstremitas dalam posisi
tergantung. Lain halnya penyebabnya berasal dari trauma atau luka bakar, mekanisme
cedera diperoleh (Daniels & Nicoll, 2012b).
Penyakit pembuluh darah perifer menyebabkan iskemia jaringan distal seperti tungkai dan
kaki. Gangren dan amputasi bisa terjadi. Tanda-tanda gangguan sirkulasi arteri perifer di
kaki dan kaki mungkin termasuk yang berikut (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016):
a. Penurunan denyut nadi perifer
b. Nyeri atau parestesia
c. Warna kulit pucat
d. ekstremitas dingin
e. Penurunan distribusi rambut

F. Pathway Amputasi

12
G. Pemeriksaan Diagnosa Pada Amputasi

Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :


a. Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
b. CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /
perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan
setelahamputansi
d. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
e. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga
prosesinfeksi

H. Penatalaksanaan Medis Pada Amputasi

Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.tujuan
bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa tungkai
(puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk penggunaan prostesis
Ada 2 perawatan post amputasi yaitu :
1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi.
Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi atau

13
tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan jangan
sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung stump
serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah
oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera,
mobilisasi setelah 7 – 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3
minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid
dressing ini dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita,
tersedianya perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan
kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid
dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila
ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.
2. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut
steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup.
Harus diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan
konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat
tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak baik sebab
akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka diganti balutan dan drain
dicabut setelah 48 jam. Ujung stump ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien
diizinkan secepat mungkin untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya
jahitan dibuka pada hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut,
penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

I. Komplikasi Pada Amputasi


Hematoma, perdarahan dan infeksi adalah komplikasi yang berpotensi pada saat pasca
operasi. Termasuk osteomilitis kronis (setelah infeksi persisten), burning pain. Nyeri
disebabkan oleh neuroma stump, yang disebabkan terjepitnya ujung saraf karena adanya
proses pembentukan scar. Hal ini dapat diatasi dengan suntikan procain, anestesi lokal atau
re-amputasi (Timby & Smith, 2010).

14
Komplikasi dari referensi lain meliputi hemorrhage, infeksi, kerusakan kulit, phantom limb
pain, dan kontraktur sendi. Oleh karena pembuluh darah utama yang telah terputus,
perdarahan masif dapat terjadi. Infeksi merupakan resiko dengan semua prosedur bedah.
Risiko infeksi meningkat dengan luka terkontaminasi setelah amputasi traumatik. Iritasi
pada kulit disebabkan oleh prosthesis dapat mengakibatkan kerusakan kulit. Phantom limb
pain disebabkan oleh pemutusan saraf perifer. Joint Contracture ini disebabkan oleh
penentuan posisi dan suatu pola penarikan fleksi protektif yang terkait dengan rasa sakit dan
ketidakseimbangan otot (Smeltzer et al., 2010).
a. Neuroma
Gejala Neuromas seperti rasa terbakar, shooting atau nyeri listrik serta ambang
diturunkan untuk nyeri (hiperalgesia) dan nyeri pada sentuhan (allodynia) atau rasa
dingin yang ringan (intoleransi dingin). Cedera saraf perifer menyebabkan sejumlah
respon seluler. Cedera Akson distal mengalami degenerasi dan sel lokal Schwann dan
makrofag membersihkan tuba endoneurial bagian distal dari apoptotic debris. Hal ini
disebut Wallerian degeneration. Ujung akson terputus mulai tumbuh dalam waktu 24 jam
setelah cedera, dan akson individu dapat menghasilkan lebih dari satu tunas. Neurotropik
Faktor (yaitu BDNF, NGF), dirilis oleh makrofag dan sel Schwann, mengarahkan
regenerasi akson dan menginduksi maturasi akson dan perpanjangan kedalam selubung
endoneurial. Laju perkembangan akson adalah 1-5 mm / hari, dan, oleh karena itu,
mungkin memakan waktu beberapa bulan untuk regenerasi akson ke reinnervate target
bagian distal. Besarnya celah yaitu lebih 15-30mm, biasanya tidak dapat dijembatani
oleh akson. Proliferasi fibroblas dan jaringan parut yang baru terbentuk dapat
membentuk blokade fisik
b. Phantom Sensation dan phantom pain
Literatur yang diterbitkan secara rutin membedakan antara phantom "sensasi" dan
phantom "nyeri". Weinstein, misalnya, telah mengusulkan bahwa sensasi phantom dapat
dibagi menjadi 3 kategori: sensasi kinetik, komponen kinestetik, dan persepsi
exteroceptive. Sensasi kinetik adalah persepsi gerakan, dengan persepsi memperhatikan
kedua gerakan spontan dan berkemauan keras. Sebaliknya, komponen kinestetik
mengacu pada ukuran, bentuk, dan posisi bagian tubuh yang hilang, sedangkan persepsi
exteroceptive termasuk sentuhan, tekanan, suhu, rasa gatal, dan getaran. Weinstein
menjelaskan nyeri phantom sebagai jatuh di bawah kategori "persepsi exteroceptive," tapi

15
membedakan nyeri dari sensasi, menyatakan bahwa nyeri phantom memiliki intensitas
yang lebih besar dibandingkan sensasi phantom.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SECARA UMUM PADA PASIEN AMPUTASI
A. Pengkajian
1. Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :
Keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri, dan gangguan
neurosensori
2) Riwayat kesehatan masa lalu :
Kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma, dan fraktur), cara
penanggulangan dan penyakit (amputasi).
3) Pemeriksaan fisik : keadaan umum dan kesadaran, keadaan integument (kulit
dan kuku), hipertensi dan takikardi), neurologis (spasme otot dan
kesemutan), keadaan ekstremitas, keterbatasan rentang gerak dan adanya
kontraktur, dan sisa tungkai (kondisi dan fungsi)

3. Pengkajian fisik
Dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk
kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan
tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik
mungkin manakala merupakan trauma/tindakan darurat. Kondisi fisik yang harus
dikaji meliputi :
 Integumen : kulit secara umum. Lokasi amputasi : mengkaji kondisi umum
kulit untuk meninjau tingkat hidrasi. Lokasi amputasi mungkin mengalami
keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progresif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya
statis vena atau gangguan venus return.
 Sistem cardiovaskuler : cardiac reserve pembuluh darah. Mengkaji tingkat
aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai
salah satu indicator fungsi jantung. Mengkaji kemungkinan atherosclerosis
melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

16
 Sistem respirasi : mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai
adanya sianosis, riwayat gangguan nafas
 Sistem urinari : mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan
warna, BJ urine
 Cairan dan elektrolit : mengkaji tingkat hidrasi, memonitor intake dan output
cairan.
 Sistem neurologis : mengkaji tingkat kesadaran klien. Mengkaji sistem
persyarafan, khususnya sistem motoric dan sensorik daerah yang akan
diamputasi
 Sistem mukuloskeletal : mengkaji kemampuan otot kontralateral.
4. Riwayat Psikososial
Reaksi emosional, citra tubuh dan sistem pendukung. Disamping pengkajian secara
fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis (respon emosi) klien
yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien
terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan
dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi
itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi
terhadap nyeri yang mungkin timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran
diri klien dengan memperhatikan tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai
gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang
telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,
pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan
gangguan identitas. Adanya ganguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan
secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan
tindakan dan pemilihan koping konstruktif. Adanya masalah kesehatan yang timbul
secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jnatung dan sebagainya perlu
didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi
amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat
yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk
melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre
operatif.
5. Pemeriksaan diagnostik : rontgen (lokasi/luas), CT-Scan, MRI, arteriogram, darah
lengkap dan keratinin.
6. Pola kebiasaan sehari-hari : nutrisi, eliminasi dan asupan cairan

B. Diagnose Keperawatan (Nanda Insternational, 2014)


1. Pre operasi
1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen kerusakan fisik/biologi
2) Ansietas (00071) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif
2. Post Operasi
1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan post op amputasi

17
2) Resiko sindrom disuse (00040) berhubungan dengan penurunan mobilisasi
setelah amputasi
3) Gangguan perawatan diri (mandi (00108), pakaian (00109), makan (00102),
toileting (00110)) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh.
4) Berduka (00136) berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
5) Gangguan body image (00118) berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
6) Gangguan integritas kulit (00046) berhubungan dengan pembedahan
amputasi
7) Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan kehilangan
ekstermitas
8) Sindrom nyeri kronik (00255) berhubungan dengan phantom limb
9) Resiko infeksi (00004) berhubungan dengan luka operasi

C. Nursing Care Plan (Bulechek, Butcher, Dochterman, & wagner, 2013; Moorhead,
Johnson, Maas & Swanson, 2013)
1) Nyeri akut yang berhubungan dengan Post op amputasi
a) Tujuan :
Klien mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x
24 jam
b) Kriteria hasil :
Semua indicator outcome menunjukkan score 5
Nursing Outcome Classification (NOC) :
NOC : Level nyeri
NOC : Kontrol nyeri
c) Intervensi :
NIC : Manajemen nyeri
 Identifikasi nyeri pada klien melalui pengkajian pengalaman nyeri
secara teratur, meliputi : PQRST
 Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan
nyeri
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama
terjadi, dan tingkatan pencegahan
 Ajarkan teknik nafas dalam
 Anjurkan klien untuk melaporkan penglaman nyeri dan metode
menangani nyeri yang terakhir dilakukan
 Berikan analgesic sesuai dengan anjuran
 Evaluasi keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri
 Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
 Monitor perubahan nyeri
 Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri

18
NIC : Analgesik administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
pertama kali
 Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping)

2) Resiko infeksi yang berhubungan dengan Post op amputasi


a) Tujuan :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi setelah dilakukan tindakan
keperawatan 5 x 24 jam
b) Kriteria hasil :
Semua indicaor outcome menunjukkan score 5
Nursing Outcome Classification (NOC) :
NOC : Wound healing : Primary Intention
c) Intervensi :
NIC : Infection control
 Batasi pengunjung bila perlu
 Gunakan antimikroba untuk cuci tangan
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
NIC : Pengendalian infeksi
 Pantau tanda/gejala infeksi (suhu tubuh, denyut jantung,
penampilang luka, suhu kulit, keletihan, sekresi)
 Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia lanjut, tanggap
imun rendah, dan malnutrisi)
 Pantau hasil laboratorium (DPL, hasil-hasil yang berbeda, protein
serum, albumin)
 Amati penampilan praktik hygiene pribadi untuk perlindungan
terhadap infeksi
 Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk
dan meninggalkan ruangan pasien

3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan pembedahan amputasi


a) Tujuan :
Klien memiliki keutuhan dan kelengkapan struktur dan fungsi kulit setelah
dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam
b) Kriteria hasil :
Semua indicator outcome menunjukkan score 5
19
Nursing Outcome Classification (NOC) :
NOC : Integritas jaringan kulit
c) Intervensi :
NIC : Perawatan luka
 Buang debris dan bekas plester yang melekat
 Tempatkan area yang terkena pada bak khusus, jika diperlukan
lakukan pemijatan disekitar luka untuk merangsang sirkulasi
 Berikan perawatan ulkus, jika diperlukan
 Posisi untuk menghindari ketegangan pada luka, jika diperlukan

20
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS AMPUTASI

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn.F
Umur :34 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : islam
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Khasus
Pada tangggal 7 Agustus 2017 klien melakukan operasi amputasi kaki akibat
kecelakaan, lalu saat pada saat dipindahkan ke ruang perawatan, klien
mengatakan banyak pertanyaan yang harus di tanyakan, lalu klien juga
mengatakan merasakan nyeri pada bagian kakinya yang post oprasi yang
tidak kunjung sembuh , skala nyeri pasien 5, klien juga mengatakan tidak
bisa menggerakan putungnya, terlihat balutan pasien belum di ganti 3 hari,
lalu pasien bercerita jika dirinya malu karena kakinya hilang sebelah

B. Daftar Diagnosa Keperawatan


Nama Inisial Pasien : Tn.F
Usia : 34 thn
Ruang Rawat : R. Bedah

21
No Diagnosa Keperawatan Tanggal    Tanda Tangan
. Ditemukan Nama Jelas

1.  Gangguan harga diri/ citra diri, penampilan peran, Kelompok 4


perubahan berhubungan dengan factor bio fisikal ;
kehilangan bagian tubuh, antisipasi perubahan pola
hidup ; takut penolakan/ reaksi orang lain.

2.  Nyeri, (akut) berhubungan dengan cedera fisik/    

jaringan dan trauma saraf, dampak psikologi


Kelompok 4
terhadap kehilangan bagian tubuh.

3. Perfusi jaringan, perubahan ; perifer, resiko tinggi terhadap Kelompok 4


penurunan aliran darah vena/ arterial ; edema jaringan,
pembentukan hematoma.

4. Kelompok 4
Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan
pertahanan primer ( kulit robek, jaringan traumatik)
prosedur invasif ; terpajan pada lingkungan, penyakit
kronis, perubahan status nutrisi.

5. Kelompok 4
Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan
kehilangan tungkai (terutama ekstremitas bawah) ;
nyeri/ ketidaknyamanan, gangguan perceptual
perubahan rasa keseimbangan.

C. Rencana Keperawatan
Nama Inisial Pasien : Tn.F
Usia : 34 thn
Ruang Rawat : R.Bedah
22
NO Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
. Keperawa
Kriteria Hasil
tan
(SMART)

1. Gangguan a. Beri penguatan a. Memberikan


Menerima situasi informasi pasca
harga diri/ dengan realistis kesempatan untuk
operasi termasuk
citra diri, tipe/lokasi menanyakan dan
penampila amputasi, tipe mengasimilasi
Kriteria hasil : prospese bila tepat
n peran, informasi dan
Mengenali dan ( segera, lambat),
perubaha harapan tindakan mulai menerima
menyatu pasca operasi,
n perubahan
dengan termasuk control
berhubun nyeri dan gambaran diri dan
perubahan
gan rehabilitasi fungsi, yang dapat
dalam konsep
dengan b. Diskusikan membantu
diri yang akurat persepsi pasien
factor bio penyembuhan
tanpa harga diri tentang diri dan
fisikal ; hubungannya
negative. b. Membantu
kehilanga dengan perubahan
mengartikan
dan bagaimana
n bagian masalah
pasien melihat
tubuh, dirinya dalam pola/ sehubungan
antisipasi peran fungsi yang dengan pola hidup
biasanya.
perubaha sebelumnya dan
c. Dorong partisipasi membantu
n pola
dalam aktivitas
hidup ; sehari-hari. Berikan pemecahan
kesempatan untuk masalah.Sebagai
takut
memandang/ contoh, takut
penolakan merawat puntung
kehilangan
/ reaksi menggunakan
waktu untuk kemandirian,
orang lain.
menunjukan tanda kemampuan
positif bekerja dan
penyembuhan.
sebagainya
d. Dorong/berikan
kunjungan orang- c. Meningkatkan
orang yang telah kemandirian dan
diamputasi,
meningkatkan
khususnya seorang
perasaan harga diri.
23
yang telah Meskipun
diamputasi. penyatuan puntung
dalam gambaran
diri dapat
memerlukan waktu
berbulan-bulan
bahkan bertahun-
tahun melihat
puntung dan
mendengar
pernyataan positif
( dibuat dengan
cara, waktu yang
normal)

d. Teman senasib
yang telah melalui
pengalaman yang
sama bertindak
sebagai model
peran dan dapat
juga memberikan
pernyataan juuga
harapan
untukpemulihan
dan masa depan
normal.

2. Nyeri, Tujuan : a. Catat lokasi dan a. Membantu


1. Nyeri intesitas nyeri (skala dalam evaluasi
(akut) hilang/terkontrol 0-10) selidiki kebutuhan dan
Kriteria hasil : perubahan keektifan
berhubun
Menyatakan nyeri
karakteristik nyeri, intervensi.
gan hilang/terkontrol
Tampak rileks dan
contoh kebas, Perubahan
dengan kesemutan. dapat
mampu
cedera tidur/istirahat mengindikasika
b. Tinggikan bagian
dengan tepat. n terjadinya
fisik/ yang sakit dengan
komplikasi ,
24
jaringan meninggikan kaki contoh
tempat tidur atau nekrosis/infeksit
dan menggunakan itif.
trauma bantal/guling untuk
b. Mengurangi
amputasi tungkai
saraf, terbentuknya
atas.
dampak edema dengan
c. Berikan tindakan peningkatan
psikologi kenyamanan aliran balik
terhadap (contoh ubah vena,
posisi sering, menurunkan
kehilanga
pijatan kelelahan otot
n bagian punggung) dan dan tekanan
tubuh. aktivitas kulit/jaringan.
teraupetik.doron
c. Mengfokuskan
g penggunaan
kembali
teknik
perhatian,
manajemen
meningkatkan
stress (contoh
relaksasi, dapat
latihan nafas
meningkatkan
dalam,
kemampuan
visualisasi,
koping dan
pedoman
dapat
khayalan) dan
menurunkan
sentuhan
terjadinya nyeri
teraupetik.
fantom tungkai.
d. Berikan pijatan
d. Meningkatkan
lembutan pada
sirkulasi,
puntung sesuai
menurunkan
toleransi bila
tegangan otot.
balutan telah
dilepas. e. Menurunkan
nyeri/spasme
e. Berikan obat
otot.catatan:
sesuai indikasi, APD
contoh menentukan
obat tepat
analgesic, waktu yang
relaksan otot, mencegah
feluktuasi nyeri
intruksi pada
sehubungan
APD. denga
tegangan/spas
me.

25
3. Perfusi Tujuan : a. Lakukan a. Edema
Komplikasi tercegah
jaringan, atau minimal
pengkajian jaringan pasca
perubahan Kriteria hasil : neuro vaskuler operasi
Mempertahankan
; perifer, periodic, contoh pembentukan
perfusi jaringan
resiko adekuat dibuktikan sensasi, hematoma,
tinggi dengan nadi perifer
teraba dan kulit gerakan, nadi, atau balutan
terhadap hangat/ kering. warna kulit dan terlalu ketat
penurunan
suhu. dapat
aliran
mengganggu
darah b. Tekanan
sirkulasi pada
vena/ langsung pada
arterial ; puntung,
pendarahan
edema mengakibatkan
dapt diteruskan
jaringan, nekrosis
dengan
pembentuk jaringan.
penggunaan
an
balutan serat b. berikan
hematoma.
pengaman tekanan
langsung pada
dengan balutan sisi
elastis bila pendarahan,
bila terjadi
pendarahan
pendaran.
terkontrol. Hubungi dokter
dengan
c. Evaluasi tungkai segera.
bawah yang tak
dioperasi untuk c. Peningkatan
adnya inflamasi, insiden
tanda human
pembentukan
positif.
thrombus pada
d. Berikan cairan IV
/ produk darah pasien dengan
sesuai indikasi penyakit
vaskuler perifer
sebelumnya/
perubahan
diabetic.

26
d. Mempertahanka
n volume
sirkulasi untuk
memaksimalkan
perfusi jaringan

4. Tujuan : a. pertahankan a. Meminimalkan


Infeksi, teknik antiseptic kesempatan
resiko Mobilitas/ fungsi bila mengganti introduksi
ditingkatkan balutan/ merawat bakteri
tinggi
luka.
terhadap kembali atau b. Deteksi dini
b. Infeksi balutan terjadinya
ketidak dikompensasi.
dan luka, infeksi
adekuatan Kriteria hasil : perhatikan memberikan
karateristik kesempatan
pertahana Mencapai drainase. untuk intervensi
n primer penyembuhan tepat waktu dan
c. Pertahankan
( kulit mencegah
tepat pada potensi dan
kuomplikasi
robek, pengosongan
waktunya, lebih serius
alat drainase
jaringan (contoh,
bebas drainase secara rutin.
osteomielitis)
traumatik) purulen atau d. Tutup balutan
prosedur c. Hemov ac,
eritema ; dan dengan plastic
drain jakson-
invasif ; bila
tidak demam. pratt membantu
menggunakan
terpajan membuang
pispot atau bila
Menunjukkan drainase,
pada inkontinensia
keinginan meningkatkan
lingkunga e. Berikan antibiotic penyebuhan
berpartisipasi sesuai indikasi luka dan
n,
dalam aktivitas mnurunkan
penyakit resiko infeksi.
kronis,
d. Mencegah
perubahan kontaminasi
status pada amputasi
tungkai bawah
nutrisi.
e. Antibiotic
spectrum luas
dapat
digunakan

27
secara profilaktif
atau terapi
antibiotic
mungkin
disesuaikan
terhadap
organisme
khusus.

5. Tujuan : a. Bantu latihan a. Mencegah


Mobilitas rentang gerak
Mempertahank kontraktur,
fisik, khusus untuk
an posisi fungsi. area yang sakit perubahan
kerusakan
Kriteria hasil : dan yang tak bentuk, yang
berhubun sakit mulai
dapat terjadi
gan Menunjukkan secara dini pada
tahap pasca dengan cepat
dengan teknik atau
operasi. dan dapat
kehilanga prilaku yang
b. orong latihan memperlambat
n tungkai memampukan aktif/ isometric
penggunaan
(terutama tindakan untuk paha atas
dan lengan atas. prostese.
ekstremita aktivitas.
c. intruksikan b. Meningkatkan
s bawah) ;
pasien untuk
nyeri/ berbaring kekuatan otot
Menyatakan dengan posisi untuk
ketidakny
pemahaman tengkurap sesuai
amanan, membantu
toleransi
situasi pemindahan/
gangguan sedikitnya dua
individual, kali sehari ambulasi.
perceptual
program dengan bantal
perubaha dibawah c. Menguatkan
pengobatan, abdomen dan
n rasa
puntung otot ekstensor
dan tindakan
keseimba ekstremitas dan
keamanan.
ngan. bawah. mencegah
d. Berikan kontrakrur
gulungan untuk
paha sesuai fleksi pada
indikasi

28
e. Tunjukkan atau panggul
Bantu teknik
pemindahan dan d. Mencegah
penggunaan alat rotasi eksternal
mobilitas, contoh
trapeze, kruk puntung
atau walker. tungkai bawah

e. Membantu

perawatan
diri
dan

kemandirian

pasien.Teknik
pemindahan
yang dapat
mencegah
cedera abrasi
dari kulit
karena lari
cepat.

D. Tindakan Keperawatan
Nama Inisial Pasien : Tn.F
Usia : 34 thn
Ruang Rawat : R.bedah
Diagnosa ke-1
Tgl Pukul No. Catatan Keperawatan Respon/Hasil Tanda
Diagnosa Tangan

29
Nama Jelas

06/02/202 1 Memberi DS : Pasien KELOMPOK


2 penguatan mengatakan 4
informasi pasca banyak

operasi termasuk pertanyaan

tipe/lokasi setelah
tindakan
amputasi, tipe
operasi
prospese bila tepat
( segera, lambat), DO : pasien
harapan tindakan mengatakan

pasca operasi, mengerti dari

termasuk control yang


disampaikan
nyeri dan
perawat
rehabilitasi

06/02/202 DS : Pasien KELOMPOK


mendiskusikan
2 mengatakan 4
persepsi pasien
persepsi
tentang diri dan
dirinya pada
hubungannya
tubuhnya
dengan perubahan sedih
dan bagaimana
DO : Pasien
pasien melihat
melihat
dirinya dalam pola/
dirinya
peran fungsi yang
dengan sedih
biasanya.

06/02/202 DS : Pasien KELOMPOK


mendorong
2 sudah tidak 4
partisipasi dalam
mengeluh
30
kesulitan jika
aktivitas sehari-
ada bantuan
hari. Berikan
kesempatan untuk DO : Pasien
kopeeratif
memandang/
saat dibantu
merawat puntung
menggunakan
waktu untuk
menunjukan tanda
positif
penyembuhan.

Diagnosa ke-2
Tgl Pukul No. Catatan Keperawatan Respon/Hasil Tanda
Diagnosa Tangan
Nama Jelas

06/02/202 2 mencatat lokasi dan Ds: Pasien KELOMPOK


2 intesitas nyeri (skala mengatakan 4
0-10) selidiki nyeri pada

perubahan bagian

karakteristik nyeri, anggota


tubuh
contoh kebas,
tertentu
kesemutan.
disertai rasa
ngilu dengan
skala berat

Do:
Diketahui
nyeri dengan

31
skala 8

06/02/202 Ds: KELOMPOK


meninggikan bagian
2 4
yang sakit dengan Do: Pasien

meninggikan kaki mengikuti


arahan untuk
tempat tidur atau
meninggikan
menggunakan
bagian yang
bantal/guling untuk
sakit
amputasi tungkai
atas.

06/02/202 Ds: KELOMPOK


1. mem
2 4
berik Do: Paisien

an tampak
nyaman saat
tinda
diberikan
kan
Tindakan
keny
dan tidak
aman
stress
an
(cont
oh
ubah
posisi
serin
g,
pijata
n
pung
gung)
dan
32
aktivi
tas
terau
petik

2. doro
ng
peng
guna
an
tekni
k
mana
jeme
n
stres
s
(cont
oh
latiha
n
nafas
dala
m,
visual
isasi,
pedo
man
khay
alan)
dan

33
sentu
han
terau
petik.

06/02/202 Ds: KELOMPOK


memberikan pijatan
2 lembutan pada Do: Pasien 4
puntung sesuai
tampak
toleransi bila balutan
telah dilepas. tenang saat
dilakukan
pijatan

06/02/202 Ds: KELOMPOK


2 4
memberikan obat Do: Pasien
sesuai indikasi, meminum
contoh analgesic, obat yang
relaksan otot, diberikan
intruksi pada APD perawat

Diagnosa ke-3
Tgl Pukul No. Catatan Respon/Hasil Tanda
Diagnosa Keperawatan Tangan
Nama Jelas

06/02/202 3 melakukan Ds: KELOMPOK


2 pengkajian 4
Do: Pasien
neuro vaskuler kooperatif
periodic, saat
contoh sensasi, dilakukannya
gerakan, nadi, pengkajian
warna kulit dan
suhu.

34
06/02/202 Ds: KELOMPOK
memberikan
2 4
tekanan Do: Pasien

langsung pada tenang saat


diberikan
sisi
balutan pada
pendarahan,
area
bila terjadi
pendarahan
pendaran.
Hubungi dokter
dengan segera.

06/02/202 Ds: KELOMPOK


mengevaluasi
2 4
tungkai bawah Do: Pasien

yang tak tampak


kooperatif
dioperasi untuk
saat
adnya inflamasi,
dilakukan
tanda human
evaluasi
positif.
pada bagian
anggota
tubuh yang
lain

Ds: KELOMPOK
memberikan 4
Do: Pasien
cairan IV /
menerima
produk darah saat
sesuai indikasi diberikannya
cairan
IV/produk

35
darah

Diagnosa ke-4
Tgl Pukul No. Catatan Keperawatan Respon/Hasil Tanda
Diagnosa Tangan
Nama Jelas

06/02/202 4 mempertahankan Ds: KELOMPOK


2 teknik antiseptic bila 4
mengganti balutan/ Do: Pasien
merawat luka. tampak
kooperatif
saat diganti
balutan
dengan
antiseptic

06/02/202 3. Mengo Ds: KELOMPOK


2 bservas 4
i Infeksi Do: Pasien
balutan paham kalua
dan
saja terjadi
luka,
perhati infeksi
kan
karateri
stik
drainas
e.
4. Mempe
rtahank
an
potensi
dan
pengos
ongan
alat
drainas

36
e
secara
rutin.

06/02/202 KELOMPOK
2 5. Menut 4
up
balutan
dengan
plastic
bila
mengg
unakan
pispot
atau
bila
inkonti
nensia

6. Membe
rikan
antibio
tic
sesuai
indikasi

Diagnosa ke-5
Tgl Pukul No. Catatan Respon/Hasil Tanda
Diagnosa Keperawatan Tangan
37
Nama Jelas

06/02/202 5 membantu Ds; KELOMPOK


2 latihan rentang 4
Do: Pasien
gerak khusus tampak
untuk area yang mengikuti
sakit dan yang Gerakan
tak sakit mulai yang
secara dini pada diajarkan
tahap pasca
operasi.

06/02/202 Ds: KELOMPOK


mendorong
2 latihan aktif/ Do: Pasien 4
isometric untuk
melakukan
paha atas dan
lengan atas. Latihan aktif
pada
beberapa
bagian
anggota
tubuhnya

06/02/202 Ds: KELOMPOK


mengintruksikan
2 4
pasien untuk Do:Pasien

berbaring melakukan
yang
dengan posisi
berbaring
tengkurap sesuai
dengan
toleransi
posisi
sedikitnya dua
tengkurap
kali sehari
dengan bantal

38
dibawah
abdomen dan
puntung
ekstremitas
bawah.

06/02/202 Ds: KELOMPOK


memberikan
2 gulungan untuk Do: 4
Pada
paha sesuai
paha pasien
indikasi
diberikan
galungan

06/02/202 menunjukkan Ds: KELOMPOK


2 atau Bantu 4
Do: Pasien
teknik kooperatif
pemindahan dan saat dibantu
penggunaan alat pemindahan
mobilitas, atau
contoh trapeze, penggunaan
kruk atau alat
walker. mobilitas

E. Catatan Perkembangan (Evaluasi)


Nama Inisial Pasien : Tn.F
Usia : 34 Thn

39
Ruang Rawat : R. Bedah
Tgl Pukul No. Catatan Tanda Tangan
Diagno
(Subjektif, Objektif, Assessment, Planning) Nama Jelas
sa

1 S: klien mengatakan nyeri pada kaki kirinya sudah mulai Kelompok 4

berkurang.

O: klien tampak sudah mulai tenang skala nyeri 5 (sedang)

A: Masalah sebagian teratasi.


P: Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan

● Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena


● Evaluasi keluahan nyeri/ketidak nyamanan
● Dorong klien untuk mendiskusikan masalah dengan
cedera
● Berikan obat sesuai dengan indikasi ; narkotik dan
analgesik non narkotik (tramadol)

2 S:Klien mengatakan hanya mampu sedikit menggerakkan Kelompok 4


puntungnya. O:Kondisi baik dan mampu sedikit
menggarakkan puntungnya.

A:Masalah sebagian teratasi.

P:Rencana tindakan dilanjutkan oleh perawat ruangan.

● Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/


pengobatan dan perhatikan persepsi klien terhadap
imobilitas

● Intruksikan klien untuk bantu dalam rentang gerak


40
klien aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak
sakit

● Bantu / dorong peran diri/ kebersihan (contoh :mandi,


mencukur)

● Beri bantu dalam mobillitas dengan kursi roda, kruk,


tongkat, sesegera mungkin

● Awasi TD dengan melakukan aktifitas

3 Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan Kelompok 4


pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi
ditandai dengan klien mengatakan kurang mengerti tentang
penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung dan sering
bertanya tentang penyakit yang dideritanya.

Masalah Teratasi

BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatic. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan post op amputasi di
perlukan proses perawatan yang komprehensif yang meliputi aspei hio, psiko,
sosial, spiritual dengan mengikutkan klien dan keluarga klien di dalamnya.

b. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman bagi perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan post op amputasi atas lutut
sinistra.
b. Bagi Institusi
41
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama di Akademi
Keperawatan, dan menjadi bahan tambahan bacaan dan pengetahuan bagi
mahasiswa/i Akademi Keperawatan.
c. Bagi Perawat
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat kontemporer saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang.Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.Perawat kontemporer
menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi
perawatan.
Perawat hendaknya perlu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan guna
mengembangkan hubungan interpersonal yang akrab dan terbuka antara
perawat, klien dan keluarga khususnya di ruang Rindu B-3 RSUP H. Adam
Malik Medan dan diharapkan kepada perawat memberikan health education
kepada klien dan keluarga tentang amputasi atas lutut sinistra.
d. Bagi Klien
Di harapkan pada Tn.F bisa melaksanakan semua intruksi dan anjuran dokter
dan perawat untuk kesembuhan penyakitn

42
43
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddath, 2002, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, edisi 3,
Jakarta: EGC

Doengoes E Marlyin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan. Jakarta: EGC

Jakart Laksmana, 2005, Kamus Kedokteran, djambatan, Jakarta:EGC

Mansjoer Arief,2000. Kapita selekta kedokteran, jakarta: Media Aesculapius

Pearce, C Evelyn,2000. Anatomi Fisiologi untuk Para Medis, Jakarta: EGC

Priharjo, Roberto, 2000.Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta: EGC

Syaifudin, 2000. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta:


EGC
Suriya Melti & Zuriyani, 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Pada Sistem Muskoloskeletal Aplikasi NANDA NIC & NOC, Padang:
Pustaka Galeri Mandiri.

Daniels, R., & Nicoll, L. (2012a). Contemporary Medical Surgical Nursing


(2nd ed.). Clifton Park: Delmar, Cengage Learning.

Daniels, R., & Nicoll, L. H. (2012b). Contemporary Medical Surgical Nursing


(2nd ed.). New York: Cengage Learning.

44

Anda mungkin juga menyukai