Anda di halaman 1dari 18

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

FRAKTUR VERTEBRA

MAKALAH

Oleh :
Rodhiatam Miftahul Jannah
1810306094

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


FRAKTUR VERTEBRA

MAKALAH

Disusun oleh :

Rodhiatam Miftahul Jannah


1810306094

Untuk memenuhi tugas profesi Fisioterapi pada Stase Musculoskeletal


Program Studi Profesi Fisioterapi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Pembimbing : Deddy Herman Prasetijo, SST. Ft


Tanggal : 29 Januari 2019

Tandatangan :

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan makalah pada Stase Musculoskeletal yang berjudul
“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Fraktur Vertebra”. Tujuan pembuatan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas profesi pada Stase Musculoskeletal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Surabaya, 24 Mei 2019

Penulis

Rodhiatam Miftahul Jannah

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan………………………………………………….3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ............................................................................................ 4
B. Anatomi Fisiologi…...……..……………………..………………..4
C. Jenis Fraktur………………………………………………………..6
D. Patofisiologi .................................................................................... 7
E. Etiologi ............................................................................................ 8
F. Tanda dan Gejala............................................................................. 8
G. Intervensi Fisioterapi ....................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Vertebra……...……………………………………..5
Gambar 2.2 Kompresi Saraf Spinal Pada Lumbal…………………………5
Gambar 2.3 Ligament Pada Vertebra ..……………………………………6

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tulang belakang manusia adalah pilar/ tiang yang berfungsi menyangga
tubuh dan melindungi medulla spinalis. Pilar tersebut terdiri dari 33 ruas
tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas
tulang cervical, 12 ruas tulang thorakal, 5 ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang
sacrum yang menyatu dan 4 ruas tulang ekor. Setiap ruas tulang belakang
dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua sendi di daerah
posterolateral dan discus intervertebralis di anterior. Vertebra lumbalis
merupakan tulang terbesar dan terkuat dari semua tulang yang berada pada
tulang belakang. Vertebra ini dimulai dari lengkung lumbal yaitu,
persimpangan thorakolumbalis) dan meluas ke sacrum. Otot-otot yang
melekat pada vertebra lumbalis menstabilkan tulang belakang. Fraktur
vertebra lumbalis disebabkan oleh trauma beratatau keadaan patologis yang
melemahkan tulang.
Trauma yang diakibatkan oleh kecelakaan atau injury dapat
menyebabkan berbagai cedera antara lain pada tulang belakang dapat berupa
subluxation, dislokasi dan fraktur. Hal ini akan menyebabkan ketidakstabilan
pada columna veterbralis. Ketidakstabilan ini bisa berupa gangguan
neurology yang akut maupun tidak langsung. Fraktur sering disebabkan
trauma baik trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur patologis
sering terjadi pada orang tua disebabkan oleh osteoporosis, penderita tumor,
infeksi. Fraktur stres atau fatique fractur disebabkan peningkatan drastis
latihan pada atlet atau pada pemulaan aktivitas baru. Timbulnya fraktur
demikian bisa karena jatuh tertunduk, atau tanpa trauma apapun tapi tubuh
tampak semakin bungkuk. Jika mengalami osteoporosisnya berat, tulang
belakang akan sangat keropos, sehingga bersin atau batuk sedikit saja bisa
menyebabkan fraktur. Ada 30% fraktur kompresi atau kolaps tulang belakang
yang bahkan terjadi ketika berada di tempat tidur. Fraktur verterbra biasanya
tidak sampai harus dirawat di rumah sakit, tapi menimbulkan sakit dan perlu
tirah baring terus (Tandra, 2009). Pada trauma yang lebih berat pasien dapat
mengalami dislokasi fraktur, fraktur terbuka atau fraktur asimetris yang buka

1
2

hanya mengenai korpus veterbra tetapi juga elemen posteriornya (Harrison,


2008)
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih
dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3
juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang
memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah
sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur merupakan suatu
keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang. Penyebab terbanyaknya
adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti proses degeneratif dan
osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI,
2011).
Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan suatu keadaan
yang tidak di inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak.
Angka kejadian kecelakaan lalu lintas di kota Semarang sepanjang tahun
2011 mencapai 217 kasus, dengan korban meninggal 28 orang, luka berat 40
orang, dan luka ringan sejumlah 480 orang ( Polda Jateng, 2011).
Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor
patologik dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan
bertambah dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok,
sindrom emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan
avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal
union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan. (Price, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari fraktur vertebra?
2. Bagaimana anatomi fisiologi vertebra?
3. Bagaimana jenis fraktur pada fraktur vertebra?
4. Bagaimana patofisiologi dari fraktur vertebra?
5. Bagaimana etiologi dari fraktur vertebra?
6. Bagaimana tanda dan gejala dari fraktur vertebra?
7. Bagaimana intervensi fisioterapi terhadap kasus fraktur vertebra?
3

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari fraktur vertebra.
2. Mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi vertebra.
3. Mahasiswa mampu mengetahui jenis fraktur pada fraktur vertebra.
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari fraktur vertebra.
5. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari fraktur vertebra.
6. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala dari fraktur vertebra.
7. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi fisioterapi terhadap kasus
fraktur vertebra.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat
menambah pengetahuan penulis terkait dengan kasus fraktur vertebra
serta upaya dalam pencegahannya.
2. Manfaat bagi Intitusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi-institusi kesehatan agar
dapat lebih mengenali dan menambah pengetahuan tentang kasus fraktur
vertebra sehingga dalam penanganannya dapat ditangani secara optimal
dan tepat.
3. Manfaat bagi Pendidik
Dapat bermanfaat bagi dunia pendidik untuk lebih mengeambangkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman serta diharapkan menyebar luaskan
mengenai kasus fraktur vertebra.
4. Manfaat bagi Masyarakat
Diharapkan dengan adalanya karya tulis ini dapat memberikan
pengetahuan dan informasi bagi masyarakat tentang kondisi fraktur
vertebra sehingga masyarakat dapat melakukan upaya dalam pencegahan
serta mengetahui peranan fisioterapi pada kondisi tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus
1. Definisi
Fraktur vertebra adalah trauma kompresi hebat dapat menyebabkan
fraktur-dislokasi dengan ruputurnya diskus, jika terjadi fraktur kominuta,
rupturnya dua diskus (Setiati, siti, dkk. 2014).
Fraktur vertebra adalah gangguan kontinuitas jaringan tulang yang
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang diabsorsinya
yang terjadi pada ruas-ruas tulang pinggul karena adanya trauma/benturan
yang dapat menyebabkan tulang patah dapat berupa truma langsung atau
tidak (Mansjoer, 2014).
2. Anatomi Fisiologi
Tulang belakang adalah susunan terintegrasi dari jaringan tulang,
ligament, otot, saraf dan pembuluh darah yang terbentang mulai dasar
tengkorak (basis cranii), leher, dada, pinggang bawah hingga panggul dan
tulang ekor. Fungsinya adalah sebagai penopang tubuh bagian atas serta
pelindung bagi struktur saraf dan pembuluh-pembuluh darah yang
melewatinya.
Tulang-tulang tersebut berjajar dari dasar tengkorak sampai ke
tulang ekor dengan lubang di tengah-tengah setiap ruas tulang (canalis
vertebralis), sehingga susunannya menyerupai seperti terowogan panjang.
Saraf dan pembuuh darah tersebut berjalan melewati canalis vertebralis
dan terlindung oleh tulang belakang dari segala ancaman yang dapat
merusaknya.
Antar setiap ruas tulang belakang terdapat sebuah jaringan lunak
bernama discus intervertebra, yang berfungsi sebagai peredam kejut
(shock absorption) dan menjaga fleksibilitas gerakan tulang belakang,
yang cara kerjanya mirip dengan shock breaker kendaraan kita. Di setiap
ruas tulang belakang juga terdapat 2 buah lubang di tepi kanan dan kiri
belakang tulang bernama foramen intervertebra, yaitu sebuah lubang
tempat berjalannya akar saraf dari canalis vertebra menuju ke seluruh
4
5

tubuh. Saraf-saraf tersebut keluar melalui lubang itu dan mempersarafi


seluruh tubuh baik dalam koordinasi gerakan maupun sensasi sesuai
daerah persarafannya.

Gambar 2.1 Anatomi Vertebra

Gambar 2.2 Kompresi Saraf Spinal Pada Lumbal

Tulang belakang terdiri dari 4 segmen, yaitu segmen cervical


(terdiri dari 7 ruas tulang), segmen thoracal (terdiri dari 12 ruas tulang),
segmen lumbal (terdiri dari 5 ruas tulang) serta segmen sacrococygeus
(terdiri dari 9 ruas tulang). Discus intervertebra terletak mulai dari ruas
tulang cervical ke-2 (C2) hingga ruas tulang sacrum pertama (S1).
Di luar susunan tulang belakang, terdapat ligament yang menjaga
posisi tulang belakang agar tetap kompak dan tempat melekatnya otot-
otot punggung untuk pergerakan tubuh kita. Ligament dan otot tulang
belakang berfungsi sebagai coordinator pergerakan tubuh.
6

Gambar 2.3 Ligament Pada Vertebra

Posisi tulang belakang yang normal akan terlihat lurus jika di lihat
dari depan atau belakang. Jika dilihat dari samping, segmen cervical akan
sedikit melengkung ke depan (lordosis) sehingga kepala cenderung
berposisi agak menengadah. Segmen thoracal akan sedikit melengkung
ke belakang (kifosis) dan segmen lumbal akan melengkung kembali ke
depan (lordosis).
Kelainan dari susunan anatomis maupun perbedaan posisi tulang
belakang yang normal tersebut, dapat berakibat berbagai keluhan dan
gangguan yang bervariasi. Keluhan dan gangguan tersebut akan berakibat
terganggunya produktivitas dan kualitas hidup seseorang. Tidak jarang
keluhan tersebut berakibat nyeri yang hebat, impotensi, hilangnya rasa
(sensasi) hingga kelumpuhan (Aston. J.N, 2005 & Wibowo, Daniel S.
2013).
3. Jenis Fraktur
a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergaris dari posisi normal).
b. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari
garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit.
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai ke patah
tulang.
7

4. Patofisiologi
Trauma yang terjadi pada tulang vertebra lumbal bisa terjadi karena
trauma langsung (benturan langsung) dan trauma tidak langsung (jatuh
dan bertumpu pada orang lain), serta bisa juga terjadi karena proses
patologis misalnya osteoporosis, infeksi atau kanker. Akibat dari fraktur
lumbal adalah bisa terjadinya kerusakan pembuluh darah dan kortek pada
jaringan lunak serta dapat mengakibatkan penekanan pada fragmen tulang
lumbal. Penekanan tersebut akan menyebabkan kerusakan pada saraf
jaringan lunak di medulla spinalis sehingga menimbulkan nyeri.
Kerusakan pembuluh darah dan kortek pada jaringan lunak akan
menyebabkan adanya peningkatan tekanan yang berlebih dalam 1
ruangan sehingga menimbulkan sindrom kopartemen yang akan
menimbulkan nekrosis jaringan, luka baik terbuka maupun tertutup
sehingga dapat menimbulkan resiko infeksi.
Terjadinya fraktur pada vertebra lumbal 1 akan menyebabkan
terjepitnya semua area ekstremitas bawah yang menyebar sampai pada
bagian belakang sehingga penderita biasanya akan mengalami hemiparase
atau paraplegia. Vertebra lumbal 2 berhubungan dengan daerah
ekstremitas bawah, kecuali sepertiga atas aspek interior paha. Sehingga
kerusakan pada vertebra lumbal 2 akan menekan daerah kandung kemih
yang menyebabkan inkontinensia urin. Fraktur pada lumbal 3 akan
menyebabkan terjepitnya ekstremitas bagian bawah dan sadel, sehingga
penderita akan mengalami gangguan bowel. Kerusakan pada daerah
lumbal 4 akan mengganggu organ seks dan genetalia, sehingga akan
menyebabkan adanya penurunan libido. Sedangkan kerusakan pada
lumbal 5 akan menyebabkan sendi-sendi tidak dapat di gerakan karena
vertebra lumbal 5 berhubungan dengan pergelangan kaki, ekstremitas
bawah dan area sadel (Ross and Wilson, 2011).
8

5. Etiologi
Menurut Sjamsuhidajat tahun 2008, adalah :
a. Trauma langsung
Berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di
tempat itu. Misal benturan pada lengan bawah yang menyebabkan
patah tulang radius dan ulna.
b. Trauma tidak langsung
Bila mana titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
6. Tanda dan Gejala
Menurut Mansjoer, Arif tahun 2014 tanda dan gejala fraktur sebagai
berikut:
a. Deformitas (perubahan struktur dan bentuk) disebabkan oleh
ketergantungan fungsional otot pada kestabilan otot.
b. Bengkak atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh
darah, berasal dari proses vasodilatasi, eksudasi plasma dan adanya
peningkatan leukosit pada jaringan di sekitar tulang.
c. Spasme otot karena tingkat kecacatan, kekuatan otot yang sering di
sebabkan karena tulang menekan otot.
d. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang
meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian
fraktur.
e. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf,
dimana saraf ini dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.
f. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan
tulang, nyeri atau spasme otot.
g. Pergerakan abnormal.
h. Kreptasi, sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya.
9

7. Intervensi Fisioterapi
a. Breathing Exercise
Latihan pernapasan yang dilakukan dengan teknik deep
breathing dan chest expantion secara aktif. Tujuan dari latihan
pernapasan ini antara lain:
1) Menambah atau meningkatkan expansi thorak.
2) Memelihara ventilasi.
3) Mempertahankan kapasitas vital.
4) Mencegah komplikasi paru.
5) Relaksasi.
Pada teknik deep breathing, pasien diminta melakukan inspirasi
dan expirasi secara maksimal dengan kombinasi gerakan-gerakan
pada lengan secara bilateral sedangkan pada teknik chest expantion
dilakukan seperti latihan pernapasan biasa dengan diberi tahanan
manual. Latihan pernapasan ini dilakukan dengan pengulangan
sebanyak 3x atau sesuasi toleransi pasien (Smeltzer et al., 2008).
b. Change Position
Perubahan posisi sangat penting pada penderita fraktur dengan
tirah baring lama, perubahan posisi ini bertujuan untuk:
1) Mencegah decubitus.
2) Mencegah komplikasi paru.
3) Mencegah timbulnya batu kandung kemih.
4) Mencegah terjadinya thrombosis.
Change position dilakukan setiap 2 jam sekali (Long, 1999).
c. Active Exercise
Latihan gerak aktif yaitu latihan dengan menggerakan suatu
segmen pada tubuh yang dilakukan karena adanya kekuatan otot dari
bagian tubuh itu sendiri. Latihan gerak aktif terdiri dari :
(Luklukaningsing, 2009)
1) Free Active Movement
Free active movement yaitu gerakan yang dilakukan sendiri
oleh penderita tanpa bantuan, dimana gerakan yang dihasilkan
adalah kontraksi otot dengan melawan gaya gravitasi.
10

2) Resisted Active Movement


Resisted active movement yaitu gerakan aktif melawan tahanan
manual atau beban yang diberikan pada kerja otot untuk
membentuk suatu gerakan dan bisa dilakukan sebagai latihan
penguatan. Penguatan pada otot-otot anggota gerak atas dan otot-
otot perut perlu dilakukan karena untuk penglihan fungsi aktivitas
transfer dan ambulasi yang biasa dilakukan oleh kedua tungkai.
Selain itu, dapat juga memperbaiki postur dan memelihara LGS.
Penguatan akan memberikan hasil yang baik bila dilakukan secara
benar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur vertebra adalah trauma kompresi hebat dapat menyebabkan
fraktur-dislokasi dengan ruputurnya diskus. Tulang belakang terdiri dari 4
segmen, yaitu segmen cervical (terdiri dari 7 ruas tulang), segmen thoracal
(terdiri dari 12 ruas tulang), segmen lumbal (terdiri dari 5 ruas tulang) serta
segmen sacrococygeus (terdiri dari 9 ruas tulang). Discus intervertebra
terletak mulai dari ruas tulang cervical ke-2 (C2) hingga ruas tulang sacrum
pertama (S1). Tulang belakang terdiri dari 4 segmen, yaitu segmen cervical
(terdiri dari 7 ruas tulang), segmen thoracal (terdiri dari 12 ruas tulang),
segmen lumbal (terdiri dari 5 ruas tulang) serta segmen sacrococygeus
(terdiri dari 9 ruas tulang). Discus intervertebra terletak mulai dari ruas
tulang cervical ke-2 (C2) hingga ruas tulang sacrum pertama (S1). Etiologi
fraktur vertebra bisa karena trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Tanda dan gejala fraktur vertebra, yaitu: deformitas, bengkak, spasme otot,
nyeri, pergerakan abnormal dan krepitasi. Intervensi fisioterapi berupa
breathing exercise, change position dan active exercise.

B. Saran
1. Bagi Pasien
Bagi penderita diharapkan kerja sama yang baik dengan terapis
selama proses terapi berlangsung. Pasien diharapkan tetap selalu rutin
menjalani program-program terapi yang telah diberikan dan ditentukan
serta tetap menjalani home program seperti yang telah diedukasikan oleh
fisioterapis.
2. Bagi Keluarga
Kepada keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi kepada
pasien untuk latihan dan membantu dalam proses latihan dengan
kerjasama yang baik antara terapis, pasien dan keluarga pasien
diharapkan akan dapat tercapai keberhasilan terapi.

11
12

3. Bagi Fisioterapis
Fisioterapis hendaknya sebelum melakukan terapi kepada pasien
diawali dengan pemeriksaan dengan mencatat permasalahan pasien,
melakukan evaluasi dan memberikan edukasi pada pasien sehingga
memperoleh hasil yang optimal.
4. Bagi Masyarakat
Hendaknya masyarakat tetap memperhatikan kesehatannya demi
meningkatkan derajat kehidupan serta untuk segera melakukan
pengobatan pencegahan jika terjadi gejala seperti yang penderita alami.
DAFTAR PUSTAKA

Aston. J.N. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2011. Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral Kesehatan
Ibu dan Anak. Jakarta.

Long, Charles. 1999. Handbook of Physical Medicine Rehabilitation; Second edition,


USA, W.B. Saunders Company, hal 569-570

Luklukaningsih, Z. 2009. Sinopsis Fisioterapi, Untuk Terapi Latihan. Yogyakarta:


Mitra Cendekia Press.

Mansjoer, Arif. 2014. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC

Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H.,
Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Ross and Wilson, ed. Nurrahmah, Eli. 2011. Dasar-dasar anatomi dan fisiologi.
Jakarta: Salemba Medika

Setiati, Siti, dkk. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3 edisi 6. Jakarta:
Interna Publishing

Sjamsuhidajat. 2008. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: FKUI

Smeltzer S.C, Bare B.G, Hincle J.I, Cheever, K.H. 2008. Textbook of medical
surgical nursing; brunner & suddart. 7th Ed. Lipincott Williams & Wilkins, a
Wolter Kluwer Business.

Tandra H. 2009. Osteoporosis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Wibowo, Daniel S. 2013. Anatomi fungsional elementer dan penyakit yang


menyertainya. Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai