OLEH
OLGA NURKHALIDA NASHRAH
PO714241151014
D.IV / III.A
3. Etiologi
Penyebab spesifik dari ALS belum diketahui. Sebanyak 5-10% penyebabnya
adalah ALS familial dan selebihnya adalah sporadik.
a. ALS Familial
Penyakit ini merupakan penyakit genetik yakni lebih sering terjadi pada
kasus dominan autosomal dibandingkan dengan resesif autosomal.
Sebanyak 10-20% kasus ASL familial ini disebabkan karena mutasi pada
gen SOD 1. Berikut merupakan tabel bentuk dari ALS Familial.(1)
b. ALS Sporadik
Hipotesis mengenai penyebab ALS sporadic yang paling banyak
diterima adalah adanya interaksi antara faktor genetik, lingkungan dan
faktor usia. Beberapa hipotesis telah diusulkan termasuk (1,9):
Toksisitas Glutamat
Stres Oksidatif
Disfungsi mitokondria
Penyakit autoimun
Penyakit Infeksi
Paparan bahan kimia beracun
Logam berat seperti timbal, merkuri, aluminium, dan mangan
Defisiensi kalsium dan magnesium
Metabolisme Karbohidrat
Defisiensi faktor pertumbuhan
4. Patofisiologi
ALS merupakan nama penyakit yang didasari oleh patofisiologinya.
Amyotrophy mengacu pada atrofi serat otot, yang mengalami denervasi
bersamaan dengan degenerasi sel tanduk anterior. Lateral sclerosis mengacu
pada pengerasan kolom anterior dan lateral dari sumsum tulang belakang
sebagai motor neuron di daerah ini berdegenerasi dan digantikan oleh astrosit
berserat (gliosis).(1)
Penelitian saat ini mengenai mekanisme terjadinya ALS jenis sporadis dan
familial telah difokuskan pada excitotoxicity. Hal ini dapat terjadi secara
sekunder akibat overactivation glutamate reseptor, proses autoimun pada
saluran ion kalsium, stres oksidatif yang dikaitkan dengan pembentukan radikal
bebas, atau bahkan kelainan cytoskeletal seperti akumulasi neurofilaments
pada intraselular. Apoptosis telah muncul sebagai faktor patogen yang
signifikan, dan bukti menunjukkan bahwa insufisiensi faktor pertumbuhan
pada endotel pembuluh darah juga dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya
ALS pada manusia. (1)
Namun, tidak ada mekanisme langsung terjadinya ALS yang dapat
diidentifikasikan dan sebagian besar peneliti dan dokter setuju bahwa berbagai
faktor penyebab, kemungkinan kombinasi dari beberapa atau semua proses di
atas, dapat menyebabkan perkembangan penyakit ALS.(1)
5. Gejala Klinis
ALS biasanya dimulai secara fokal dengan kelemahan ringan dan
pengecilan otot. Keterlibatan awal adalah asimetris, namun pengecilan otot dan
kelemahan secara bertahap menjadi bilateral dan luas. gangguan fungsi
mungkin pertama kali terlihat pada otot tangan atau kaki, atau dengan
perubahan dalam berbicara atau menelan.(9)
Gejala ALS bervariasi dari satu orang ke orang lain sesuai dengan
kelompok otot yang dipengaruhi oleh penyakit. Tersandung, menjatuhkan
barang, kelelahan abnormal pada lengan dan/ atau kaki, kesulitan dalam
berbicara, tertawa atau menangis yang tidak terkendali, kram otot dan berkedut
merupakan gejala ALS.
Gejala ALS biasanya muncul pertama kalinya di tangan dan akan
menyebabkan masalah dalam berpakaian, mandi, atau tugas-tugas sederhana
lainnya dan dapat mengenai sisi tubuh lainnya. Jika bermula pada kaki maka
berjalan akan menjadi sulit. ALS juga dapat bermula di tenggorokan yang
menyebabkan kesulitan menelan. (9)
Orang yang menderita ALS tidak kehilangan kemampuan untuk melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, ataupun fungsi seksual. Gangguan perilaku
yang ditunjukkan biasanya ringan, atau memang tidak ada.(9)
Tanda LMN harus jelas untuk diagnosis yang valid. Fasikulasi mungkin
terlihat pada lidah meskipun tanpa disartia. Jika terdapat kelemahan dan otot
tubuh yang mengecil fasikulasi biasanya sudah mulai terlihat. Refleks tendon
mungkin meningkat atau menurun. Kombinasi dari reflex yang berlebihan
dengan tanda Hoffman pada tangan dan lemah serta otot yang fasikulasi
sebenarnya merupakan tanda yang patognomonik dari ALS (kecuali untuk
sidrom motor neuropati). Tanda tegas kelainan UMN adalah babinsky dan
klonus. Kelainan berjalan yang spastic dapat terlihat tanpa tanda LMN pada
kaki, kelemahan pada kaki mungkin tidak ditemukan, tetapi inkoordinasi
terbukti dengan kecanggungan dan kejanggalan dalam penampilan ketika
bergerak.(10)
Tabel 2.2 Hubungan Antara Gejala Dengan Lokasi Kerusakan Saraf Motorik
Kelemahan Spastik
Traktus Lesi UMN Kekakuan
Kortikospinal Reflex meningkat
Kelemahan Flaccid
Sel Tanduk Fasikulasi otot
Anterior Lesi LMN Kelemahan otot
pernafasan
6. Penatalaksanaan Fisioterapi
PEMERIKSAAN SPESIFIK
2. PEMERIKSAAN BALANCE
1. Sitting to standing
2. Standing unsupported
3. Sitting with back unsupported but feet supported on floor or on a stool
4. Standing to sitting
5. Transfer
6. Standing unsupported with eyes close
7. Standing unsupported with feet together.
8. Reaching forward with unstretched arm while standing.
9. Pick up object from the floor from a standing.
10. Turning to look behind over left and right shoulder while standing.
11. Turn 360 degrees.
12. Placing alternate foot on step or stool while standing unsupported.
13. Standing on one leg.
3. PEMERIKSAAN REFLEKS
Biceps refleks
Patella refleks
Achilles refleks
Babinsky refleks
4. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
DIAGNOSA FISIOTERAPI
NB :
• Sekunder
– Atrofi otot
– Gangguan Psikis
– Fatigue
– Kontraktur
INTERVENSI FISIOTERAPI