Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN DAN DAFTAR TILIK

TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR


KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI 1
(Pemeriksaan Kesadaran, Tanda Rangsang Meningeal & Saraf Kranial)

Program Studi S1 Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

1. Judul Keterampilan Pemeriksaan Fisik Neurologi 1 (Pemeriksaan


Kesadaran, TRM & Kranial)
2. Pendahuluan Pada pemeriksaan fisik neurologi 1 mahasiswa akan
mempelajari dan melakukan pemeriksaan untuk
mengetahui tingkat kesadaran berdasarkan
pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS), tanda
rangsang meningeal, dan fungsi saraf kranialis.
Pemeriksaan tingkat kesadaran sangatlah penting
untuk mengevaluasi kesadaran seseorang akibat
gangguan fungsi otak akibat proses yang terjadi
intrakranial maupun penyebab ekstrakranial.
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda rangsang meningeal yang dilakukan untuk
mengetahui tanda iritasi meningeal dengan
melakukan pemeriksaan kaku kuduk, Brudzinsky
Neck Sign dan Brudzinsky Contralateral Reflex Sign,
tanda Laseque dan tanda Kerniq.
Pemeriksaan selanjutnya berupa pemeriksaan
fungsi saraf kranial yaitu N II, III, IV, V, VI, VII, IX, X,
XI, XII. Untuk pemeriksaan N VIII akan diberikan
pada modul lain yaitu penginderaan. Pemeriksaan
saraf kranial ini sangat penting untuk mengetahui
dan mengenal adanya kelumpuhan saraf kranial
yang terjadi pada pasien
3. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan
Keterampilan pemeriksaan status kesadaran, tanda rangsang
meningeal, dan fungsi saraf kranialis
4. Metode Pembelajaran Pemberian materi secara lisan dan praktek
melakukan ketrampilan ke Pasien Standard (PS)
5. Alat dan bahan yang Penlight (2 buah), kapas, dan spatula lidah disposible,
diperlukan tusuk gigi.
6. Rujukan Buku Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis (Umum),
2018 – Kolegium Neurologi Indonesia
William W Campbell. De Jong’s The Neurologic
Examination. 2012
7. Daftar Tilik Terlampir
8. PJ Keterampilan dr. Taufik Mesiano, SpS(K)
9. PJ KKD untuk Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM
keterampilan ini
Daftar Tilik

Judul Keterampilan : Pemeriksaan Fisik Neurologi 1 (Pemeriksaan Kesadaran, TRM & N.Kranial) Hari/Tanggal :________________
Nama Tutor : __________________________________ Kelompok : ________________

Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment

No. Keterampilan MHS 1 MHS 2 MHS 3 MHS 4 MHS 5 MHS 6 MHS 7 MHS 8 MHS 9 MHS
10
1 Memperkenalkan diri, dan
memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan
serta meminta ijin
PEMERIKSAAN KESADARAN
Glasgow Coma Scale (GCS)
Kemampuan membuka kelopak mata (Eye/E)
2 Pemeriksa menilai kemampuan
membuka mata pasien secara
spontan (E4)
3 Bila pasien tidak dapat membuka
mata secara spontan, tetapi membuka
mata dengan rangsang suara
(memanggil nama pasien dan
meminta membuka mata)  E3
4 Apabila tidak respon dengan
rangsang suara berikan rangsang
nyeri pada kuku (nail tip) jari tangan
selama maksimal 10 detik. Rangsang
nyeri diberikan dengan intensitas
bertahap dari rendah hingga tinggi.
Jika pasien membuka mata  E2
5 Apabila dengan rangsang nyeri
tersebut tetap tidak membuka mata
 E1
Pasien yang tidak dapat membuka
mata misal karena edema palpebra
atau trauma wajah, komponen E tidak
dapat diperiksa secara akurat  NT
(not testable)
Respons motorik (M)
6 Pemeriksa menilai respons motorik
dengan meminta pasien melakukan
dua gerakan berurutan (two-step
action), yaitu menggenggam dan
melepaskan
tangan pemeriksa. Pada pasien
dengan kelumpuhan ekstremitas
dengan meminta pasien membuka
mulut dan menjulurkan lidahnya.
Bila dapat melakukan gerakan sesuai
perintah  M6
7 Bila tidak dapat mengikuti perintah,
berikan rangsang nyeri dengan
mencubit otot trapezius.

Tangan kiri pemeriksa diletakkan


pada bahu kanan pasien. Ibu jari
berada di sisi anterior dan keempat
jari lainnya di posterior bahu,
kemudian berikan tekanan pada otot
trapezius di atas tulang klavikula
selama maksimal 10 detik dengan
intensitas nyeri bertahap hingga
muncul respon motorik terbaik.

Jika belum ada respons motorik


pemeriksa dapat memberikan
rangsang nyeri pada takik
supraorbita maksimal 10 detik
dengan intensitas bertahap.

Jika belum ada repons motorik, dapat


diberikan rangsang nyeri di sternum.
Jika pasien dapat melokalisasi nyeri
dengan menggerakkan tangannya
melewati klavikula  M5
8 Jika dengan rangsang nyeri pasien
dapat menggerakkan siku (gerakan
fleksi cepat) tetapi tidak melewai
klavikula dan mejauhkan lengan dari
tubuh (fleksi normal)  M4
Bentuk fleksi normal bisa bervariasi
9 Jika dengan rangsang nyeri terjai
gerakan fleksi abnormal: dekortikasi,
gerakan fleksi siku terjadi dengan
lambat. Gerakan fleksi ini disertai
rotasi lengan bawah, ibu jari
mengepal, dan ekstensi dorsum pedis.
Bentuk gerakannya juga akan tetap
sama jika pemeriksaan diulang-ulang
(stereotipik).  M3
10 Jika dengan rangsang nyeri respons
berupa ekstensi ekstensi lengan 
M2
11 Tak ada gerakan yang terlihat dari
pasien walaupun dengan rangsang
nyeri yang cukup kuat M1
Pasien dengan keterbatasan motorik
misal dalam pengaruh pelumpuh otot
M not testable.
Respons Verbal (V)
12 Pemeriksa menilai kemampuan
berbicara, menanyakan nama pasien,
tempat saat ini berada dan waktu saat
ini. Jika pasien mampu menjawab
dengan benar  V5
13 Jika pasien masih dapat menjawab
pertanyaan namun orientasi terhadap
orang, tempat atau waktu terganggu
 V4
14 Apabila pasien tidak menanggapi
pembicaraan pemeriksa
(inapropriate words) , atau hanya
mengucapkan dalam bentuk kata bila
diberi rangsang nyeri  V3
15 Apabila pasien hanya merintih/
mengerang jika diberi rangsang nyeri
 V2
16 Jika sama sekali tidak ada respons
verbal dengan rangsang nyeri  V1
Pasien dengan keterbatasan verbal
misal dengan trakeostomi  V not
testable
Rangsang nyeri pada komponen V
sama seperti pada komponen M
17 Pemeriksa menjumlahkan total
skor yang didapat dari hasil respon
penderita dengan nilai tertinggi 15
dan skor terendah 3
PEMERIKSAAN
TANDA RANGSANG MENINGEAL
18 Pasien diminta berbaring terlentang
tanpa bantal
19 Pemeriksa meletakkan tangan kirinya
pada bagian belakang kepala pasien.
Tangan kanan pemeriksa menahan
dada pasien
20 Leher pasien kemudian difleksikan ke
arah dada
21 Pemeriksa merasakan ada atau
tidaknya tahanan (Kaku kuduk)
22 Saat melakukan memfleksikan leher
pasien diamati adanya fleksi pada
sendi panggul dan lutut kedua
tungkai (Brudzinski Neck Sign )
23 Apabila didapatkan kaku kuduk
lakukan pemeriksaan untuk
menyingkirkan adanya kaku leher
pada pasien dengan cara merotasikan
leher atau mengangkat bahu pasien
24 Melakukan fleksi pada sendi panggul,
dengan posisi tungkai lurus atau
ekstensi (Lasegue)
25 Bila timbul nyeri atau tahanan pada
saat melakukan fleksi < 700 
Lasegue positif
26 Melakukan fleksi pada sendi panggul
90o, dengan posisi fleksi pada sendi
lutut, setelah tungkai atas dalam
posisi vertikal, melakukan ekstensi
pada sendi lutut (Kernig). Bila
ekstensi tidak mencapai sudut < 135o
 Kernigue positif
27 Pemeriksa memfleksikan sendi
panggul dan lutut salah satu tungkai
pasien. Perhatikan fleksi dari sendi
panggul dan lutut tungkai
kontralateral  Brudzinski
Contralateral Reflex Sign
PEMERIKSAAN NERVUS III, IV, VI
Pupil
28. Meminta pasien memandang lurus
jauh ke depan. Pemeriksa melakukan
inspeksi terhadap bentuk, posisi,
kesimetrisan, dan ukuran pupil
pasien (dengan menggunakan cahaya
senter dari bawah ke arah hidung)
29. Berikan cahaya dengan senter dari
bawah ke arah hidung (terang cahaya
cukup untuk menilai pupil). Ukur
besar pupil pasien kiri dan kanan.
Bentuk pupil, kesamaan kiri dan
kanan, posisi pupil, dan reflek cahaya.
30. Pemeriksaan refleks cahaya langsung.
Pasien diminta melihat jauh ke depan.
Pemeriksa menyorotkan cahaya ke
arah pupil dan mengamati perubahan
diameter pupil yang terjadi.
31. Pemeriksaan refleks cahaya tidak
langsung. Pemeriksa mengamati
perubahan diameter pupil pada mata
yang tidak disorot cahaya ketika mata
lainnya masih mendapat sorotan
cahaya langsung.
32. Pemeriksaan refleks akomodasi.
Pemeriksa menggerakkan jari
telunjuknya dari jarak yang agak jauh
dari wajah pasien mendekat ke arah
wajah pasien. Pasien
diminta mengikuti gerakan jari
pemeriksa tersebut. Perhatikan
perubahan ukuran pupil yang terjadi
(respons normal pupil akan miosis)
Gerakan Bola Mata
33. Pemeriksa melakukan inspeksi posisi
bola mata (perhatikan apakah
kedudukan
bola mata simetris)
34. Pasien diminta mengikuti gerakan jari
pemeriksa yang digerakkan
mengikuti bentuk huruf H serta ke
arah atas dan bawah. Pemeriksa
mengamati ada tidaknya hambatan
gerakan bola mata selama pasien
mengikuti gerakan jari pemeriksa.
35. Pemeriksaan konvergensi. Pemeriksa
menggerakkan jari telunjuknya dari
jarak yang agak jauh dari wajah
pasien mendekat ke arah wajah
pasien. Pasien diminta mengikuti
gerakan jari pemeriksa tersebut.
Perhatikan gerakan konvergensi
kedua mata pasien (pemeriksaan ini
dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan akomodasi)
Kelopak mata
36. Pemeriksa mengukur lebar celah
mata (fisura palpebralis) kanan dan
kiri
37. Lihat apakah ada ptosis, enoftalmus,
blefarospasme, eksoftalmus,
proptosis dll.
38. Pasien diminta untuk melakukan
gerakan menutup dan membuka mata
tanpa disertai tahanan dan pemeriksa
mengamati ada tidaknya ptosis
selama pemeriksaan
PEMERIKSAAN N. V
Pemeriksaan sensorik N. Trigeminus
39 Pasien dijelaskan terlebih dahulu
prosedur yang akan dikerjakan
40 Pasien diminta untuk menutup
matanya
41 Berikan rangsangan raba atau nyeri
pada setiap distribusi sensorik
cabang N.V
oftalmikus (dahi), maksilaris (rahang
atas, sudut nasolabialis), dan
mandibularis
(area dagu di bawah bibir) sisi kanan
dan kiri wajah. Untuk sensasi raba
dapat
menggunakan kapas dan sensasi
nyeri menggunakan tusuk gigi
42 Tanyakan kepada pasien “Apakah
sensasi pada kedua sisi wajah sama?”
43 Pemeriksa menyimpulkan hasil
pemeriksaan
Pemeriksaan refleks kornea
44 Pemeriksa berdiri di samping atau
belakang pasien
45 Sentuhlah kornea mata pasien
dengan kapas dari arah lateral.
Respon normal
berupa kedipan pada kedua mata.
46 Pemeriksa menyimpulkan hasil
pemeriksaannya
Pemeriksaaan motorik N. Trigeminus
47 Pemeriksa meraba otot maseter dan
pterigoid bilateral
48 Pasien diminta untuk menggigit atau
mengunyah. Rasakan kontraksi otot
tersebut dan bandingkan kiri dan
kanan
49 Pasien diminta untuk membuka
mulut, amati ada tidaknya deviasi
rahang. Mintalah pasien
menggerakkan rahang bawah ke arah
depan dan belakang (maju
mundur) dan pemeriksa mengamati
kesimetrisan rahang
50 Pasien diminta menggigit spatula
lidah dengan gigi gerahamnya dengan
sekuat mungkin kemudian pemeriksa
mencoba menarik spatula lidah
tersebut.
51 Bandingkan kekuatan kiri dan kanan.
Bandingkan juga bekas gigitan pada
spatula lidah antara geraham kanan
dan kiri
Pemeriksaan Nervus VII
52 Pemeriksa mengamati otot-otot
wajah pasien pada keadaan istirahat
dan saat berbicara. Pada saat inspeksi
perlu diperhatikan kesimetrisan
wajah, tonus otot,
trofi otot maupun gerakan involunter.
Diperhatikan juga kerutan dahi pada
saat istirahat.
53 Pasien diminta mengerutkan dahinya.
Amati kerutan dahi yang terlihat
54 Mintalah pasien untuk memejamkan
mata sekuat mungkin. Perhatikan
apakah kedua mata dapat tertutup
rapat
55 Berikan tahanan pada m. Orbikularis
okuli dengan mendorong area alis ke
arah
atas dengan jari telunjuk. Perhatikan
kekuatan otot dan bandingkan kiri
dan kanan
56 Mintalah pasien untuk tersenyum
lebar, perhatikan kesimetrisan sudut
bibir pasien dan sulkus nasolabialis.
57 Pasien diminta menggembungkan
kedua pipinya. Pemeriksa menekan
kedua pipi pasien dengan jari
telunjuk secara bersamaan
hingga udara keluar dari mulut
pasien. Perhatikan apakah terdapat
kebocoran udara pada salah satu sisi/
sudut mulut
58 Pasien diminta mengatupkan rahang
atas dan bawah dan menarik sudut
bibirnya
untuk memunculkan m. platysma.
PEMERIKSAAN NERVUS. IX DAN X
Komponen motorik
59 Pasien diminta untuk membuka
mulut. Lakukan inspeksi pada area
palatum dan faring. Perhatikan
apakah terdapat deviasi garis tengah
palatum maupun uvula
60 Mintalah pasien untuk mengucapkan
“aaaaaaaaah”
Perhatikan lengkung palatum dan
posisi uvula. Lidah pasien dapat
ditekan dengan
spatula lidah untuk visualisasi yang
lebih baik
Gag Refleks
61 Meminta pasien untuk membuka
mulut. Pemeriksa memperhatikan
lengkung langit-langit dan posisi
uvula.Lidah pasien dapat ditekan
dengan spatula lidah untuk visualisasi
yang lebih baik
62 Sentuhlah bagian lateral orofaring,
uvula, dasar lidah, dinding faring
posterior atau palatum mole dengan
spatula lidah, stik aplikator, atau alat
lain yang serupa
63 Perhatikan respons refleks muntah
yang timbul. Pemeriksaan dilakukan
pada kedua sisi
PEMERIKSAAN NERVUS XI
Muskulus Trapezius
64 Pemeriksa berdiri di belakang pasien.
Amatilah leher, punggung dan bahu
pasien. Diamati kesimetrisan, ukuran
dan bentuk otot-ototnya.
65 Berikan tahanan dengan menekan
kedua bahu pasien ke bawah dan
mintalah pasien untuk mengangkat
kedua bahunya ke atas dengan sekuat
mungkin.
66 Bandingkan kekuatan bahu kiri dan
kanan
Muskulus Sternokleidomastoideus
67 Pasien diminta untuk menolehkan
kepalanya ke satu sisi hingga
maksimal
68 Pemeriksa berdiri di belakang pasien
dan memberikan tahanan pada dagu
pasien. Selanjutnya pasien diminta
untuk menoleh kembali ke arah
depan sambil melawan tahanan yang
diberikan oleh pemeriksa.
69 Tangan pemeriksa lainnya melakukan
palpasi pada otot
sternokleidomastoideus
Lakukan pemeriksaan pada kedua
arah dan bandingkan kekuatan otot
pasien
PEMERIKSAAN N.XII
70 Pasien diminta membuka mulutnya.
Pemeriksa mengamati trofi, gerakan
dan posisi lidah pasien
71 Mintalah pasien untuk menjulurkan
lidahnya lurus ke depan. Perhatikan
apakah lidah terdeviasi ke salah satu
sisi, perhatikan juga apakah terdapat
atrofi papil, fasikulasi ataupun
tremor.
72 Pasien diminta menekan dinding
dalam pipi dengan menggunakan
ujung lidah, lalu melawan tekanan
yang diberikan pemeriksa dari sisi
luar pipi dengan jari atau spatula
lidah. Bandingkan kekuatan motorik
lidah sisi kanan dan sisi kiri.
*beri tanda v bila mahasiswa melakukan; beri tanda x bila mahasiswa tidak melakukan
Tanda Tangan Tutor

________________________
(Nama Jelas dan Lengkap)

Anda mungkin juga menyukai