Anda di halaman 1dari 3

HIPOESTESIA

Definisi
Hipoestesia adalah berkurangnya sensitivitas atau penurunan sensasi normal
terhadap sentuhan atau raba (Dorland, 2010; Moon et al., 2012).

Etiologi
Pada umumnya hipoestesi disebabkan oleh adanya gangguan dari asal saraf.
Hipoestesi juga merupakan gejala dari penyakit seperti diabetes atau multiple
sklerosis, tumor atau stroke. Hal tersebut dapat mempengaruhi berbagai jenis
kepekaan, seperti panas atau nyeri, atau kepekaan mendalam Moon et al., 2012).
Hipoestesi adalah salah satu gejala sensorik terkait dengan gangguan sensorik
pada kulit (cutaneous sensory disorder / CSD). Tidak ada diagnosis medis yang
jelas terkait gejala tersebut (Gupta, 2013). Hipoestesi juga merupakan salah satu
manifestasi klinis yang sering muncul pada penyakit dekompresi (DCS).
i. Gangguan pada sistem saraf (pusat dan
perifer)
ii.Neuropati
iii. Penyakit polineuropati (Lyme disease)
iv. Pada pasien diabetes

Patofisiologi
Trauma cedera pada medulla spinalis trauma dibawah segmen cervical
terganggunya distribusi persarafan pada otot yang dipersarafi gangguan
sensorik pada region yang dipersarafi oleh segmen yang cidera.
Gangguan motoric :
Kerusakan sel saraf medulla spinalis  gangguan arcus reflek dan flaccid paralisis dari
otot yang dipersarafi sesuai dengan segmen medulla spinalis yang cidera.

Serabut saraf atau kerusakan pembuluh darah di sekitar saraf membuat hematoma
yang menekan serat saraf Moon et al., 2012).

Saraf sensorik
Stimulus (sentuhan, tekanan, nyeri, suhu) reseptor  saraf tepi susunan saraf
pusat di sumsum tulang belakang  thalamus cerebral cortex
Impuls somatosensorik dari perifer  serabut saraf aferen badan sel neuron di
ganglia radiks dorsalis (ganglion spinale)  system saraf pusat thalamus
cerebral cortex somatosensorik di gyrus post centralis di lobus parietalis.

Reseptor : mekanoreseptor (raba dan tekanan), termoreseptor (hangat dan dingin),


nosireseptor (nyeri).

Saraf tepi/ perifer


-Serabut aferen dan eferen
-kumpulan serabut (akson) yang berfungsi sebagai penghantar

Pleksus saraf dan radiks posterior


-Radiks spianalis terbagi menjadi 2 :
1. radiks spinalis posterior : terdapat saraf aferen yang memasuki medulla spinalis
2. radiks spinalis anterior : terdapat saraf eferen yang keluar dari medulla spinalis

Ganglion radiks dorsalis


-penonjolan di radiks posterior tepat di proksimal tempat pertautan dengan radiks
anterior
-neuron pseudounipolar : menghantarkan impuls dan reflek

Deficit sensorik akibat lesi radikuler


-sesuai dermatom
-dermatom untuk raba memiliki daerah tumpeng tindih yang lebih luas disbanding
dengan nyeri dan suhu deficit rasa raba dermatomnya sulit ditentukan

Deficit sensorik akibat lesi saraf tepi


-lebih menunjukkan deficit motoric
Gupta, M. A.; Gupta, A. K. (2013). "Cutaneous sensory disorder". Seminars in cutaneous medicine
and surgery. 32 (2): 110–8

Moon, R. E. (2014). "Hyperbaric oxygen treatment for decompression sickness". Undersea &
hyperbaric medicine : journal of the Undersea and Hyperbaric Medical Society, Inc. 41 (2):
151–7.

Sungjoo Moon, SeungJong Lee, Euiseong Kim, Chan-Young Lee*


v.37(4); Nov 2012 232-235.

Restor Dent Endod


Moon S, Lee SJ, Kim E, Lee CY. Hypoesthesia after IAN block
anesthesia with lidocaine: management of mild to moderate nerve
injury. Restor Dent Endod. 2012 Nov;37(4):232-235

Anda mungkin juga menyukai