Anda di halaman 1dari 6

Lembar Tugas Mandiri PBL Modul Metabolik Endokrin

Nama : Shafira Nurul Annisa


NPM : 1606900070
Kelompok : KD-7

METABOLISME MIKRONUTRIEN
Pendahuluan
Mikronutrien adalah nutrisi yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil untuk dapat
melakukan aktivitasnya. Mikronutrien mencakup vitamin dan mineral. Mikronutrien
memiliki perbedaan dengan makronutrien dalam caranya dimetabolisme sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tubuh.

Pembahasan
1. Vitamin
1.1. Vitamin larut air
Vitamin larut air adalah jenis vitamin yang di dalam tubuh dapat larut di air.
Vitamin larut air mencakup vitamin B dan vitamin C. Vitamin B sendiri terdiri
atas vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, dan B12.
Vitamin merupakan kebutuhan esensial yang dapat diperoleh dalam kuantitas
kecil dari diet makanan dan minuman. Vitamin memiliki fungsi penting dalam
menjaga metabolisme, energi, diferensiasi, dan pertumbuhan sel secara normal.1
Vitamin B1 disebut juga thiamin dan berperan sebagai koenzim di berbagai
reaksi metabolisme energi.1 Thiamin banyak terkandung dalam sereal, daging
merah, susu, kentang, telur, flax seeds, dan beberapa sumber lain. Manusia juga
dapat memperoleh thiamin dari mikroflora di usus halus.
Thiamin dari diet umumnya dalam bentuk terfosforilasi sehingga di tubuh
diubah dulu oleh fosfatase menjadi thiamin bebas sebelum diabsorpsi di usus
halus proksimal, sedangkan thiamin dari bakteri ada yang sudah berbentuk bisa
diabsorpsi langsung.
Thiamin bebas diabsorpsi oleh tubuh di usus halus dan usus besar. Studi
menunjukkan dua mekanisme absorpsi. Mekanisme pertama adalah mekanisme
melibatkan carrier-mediated khusus untuk uptake thiamin. Mekanisme kedua
adalah transpor thiamin melewati domain membran individual dari enterosit
terpolarisasi melalui mekanisme carried-mediated elektroneural yang pH-
dependent. Protein transpor hTHTR-1 dan hTHTR-2 diketahui terlibat dalam
uptake thiamin di usus halus.1
Vitamin B2 atau riboflavin adalah vitamin yang berperan dalam metabolisme
pada reaksi kimia karbohidrat, asam amino, dan lipid, serta dalam konversi asam
folat dan vitamin B6 ke bentuk koenzim aktifnya.1 Vitamin B2 dapat diapat dari
bayam, tomat, kol, telur, jamur crimini, brokoli, raspberi, dan beberapa makanan
lain. Mikroflora usus besar juga dapat menghasilkan riboflavin dan diabsorpsi
lagi di area itu.1
Riboflavin dari sumber eksternal ada yang sudah dalam bentuk bebas dan
masih bentuk FMN dan FAD. FMN dan FAD dihidrolisis oleh fosfatase usus
halus menjadi riboflavin bebas untuk dapat diabsorpsi, sedangkan riboflavin
bakterial umumnya sudah dalam bentuk bebas.1
Absorpsi riboflavin melibatkan mekanisme carrier-mediated Na+-independent
spesifik untuk uptake di domain membran apikal usus halus. Diobservasi juga
proses keluarnya riboflavin dari enterosit terpolarisasi melalui mekanisme
carrier-mediated spesifik. Protein transpor hRFT-1 dan hRFT-2 merupakan yang
terlibat, dan belakangan ditemukan RFT-3 yang kemungkinan spesifik di otak.1
Vitamin B3 atau niacin atau asam nikotinik adalah prekursor koenzum NAD
dan NADP yang terlibat dalam reaksi metabolik dengan funsgi mempertahankan
status redox sel, mencakuo glikolisis dan shunt pentosa fosfat.1 Sumber eksternal
niacin adalah asparagus, kurma, tomat, wortel, almond, alpukat, dan lain-lain.
Sumber niacin eksternal biasanya baru dapat diabsorpsi tubuh jika sudah
dikonversi dari triptofan menjadi niacin. Sumber internal berasal dari kontribusi
mikroflora usus besar yang memiliki niacin di intrasel.
Mekanisme metabolisme niacin masih belum diketahui pasti. Ada studi yang
menyatakan bahwa prosesnya merupakan difusi sederhana, namun ada studi lain
yang mekontradisi degan menyatakan mekanismenya adalah carried-mediated
afinitas tinggi.1 Masih perlu dilakukan studi tambahan mengenai sistem uptake
niacin di usus halus manusia.
Vitamin B5 atau asam pantotenik memiliki fungsi dalam sistesis koenzim A
dan protein karier asil yang terlibat dalam metabolisme makronutrien. Asam
pantotenik didapat dari sumber eksternal berupa makanan dan sumber internal
berupa mikroflora usus besar.1 Sumber eksternal mencakup daging merah, madu,
susu, kuning telur, jamur, kuaci, ragi kering, jagung, dan makanan lain.
Asam pantotenik dari sumber eksternal mayoritasnya dalam bentuk koenzim A
yang perlu dihidrolisis ke bentuk asam pantotenik bebas untuk diabsorpsi di usus
halus. Mekanisme uptake adalah dengan carried-mediated Na+-dependent yang
juga disebut SMVT (sodium-dependent multivitamin transporter) karena ini
merupakan mekanisme uptake beberapa vitamin lain.1
Vitamin B6 atau piridoxin dan derivatnya yaitu piridoxal dan piridoxamin
berperan dalam kofaktor reaksi metabolik makronutrien. Bentuk paling aktifnya
adalah piridoal 5’ fosfat.1
Sumber eksternalnya adalah dari diet yaitu kacang-kacangan, gandum, telur,
sereal, susu, daging, dan sayuran hijau, sedangkan sumber internalnya dari
mikroflora usus besar. Vitamin B6 dari diet ada yang dalam bentuk terfosfolirasi
sehingga harus dihidrolisis ke bentuk bebas sebelum diabsorpsi. Mekanisme
uptake piridoksin menunjukkan mekanisme carrier-mediated pH-dependent
spesifik asam.1
Vitamin B7 juga disebut sebagai biotin atau vitamin H dengan peran sebagai
kofaktor lima karboksilase yang terlibat dalam reaksi metabolik mencakup
biosintesis asam lemak, glukoneogenesis, dan katabolisme beberapa asam amino
dan asam lemak; serta dalam regulasi ekspresi onkogen dan cGMP.1
Dalam tubuh manusua, biotin ada dalam bentuk bebas dan terikat protein.
Bentuk terikat dicerna oleh protease grastrointestial dan peptidase ke bentuk
biositin dan konjugat peptida pendek biotin sebelum dikonversi ke biotin bebas
oleh enzim biotinidase. Sistem absorpsinya SMVT dengan vitamin B5.1
Vitamin B9 atau folat berperan sebagai koenzim metabolisme karbon di sel
dan sintesis timidin dan purin. Folat didapatkan dari diet dan mikroflora usus
besar. Folat dari makanan ada dalam bentuk monoglutamat dan poliglutamat.
Bentuk poliglutamayang dihidrolasis ke bentuk monoglutamat sebelum bisa
diabsorpsi. Absorpsi dilakukan di usus halus dan kolon, spesifiknya di kolonosit.1
Vitamin B12 atau kobalamin didapat dari sumber makanan. Absropsi
dilakukan di ileum distal dengan cubilin-amnionless sebagai reseptornya. Uptake
dilakukan oleh transkobalamin yang mengikat kobalamin dan membawanya ke
jaringan di seluruh tubuh untuk di-uptake ke sel. Setelah diterima reseptor TCblR
di sel, kobalamin didegaradasi di lisosom menjadi kobalamin bebas. Enzim
reduktase mengubahnya menjadi metil-CBl dan ado-Cbl.2
Vitamin C atau askorbat didapat dari sumber eksternal karena tidak ada sekresi
oleh mikroflora. Vitamin C diabsorpsi lewat mekanisme carrier dependen Na+.
Dibawa ke darah dan masuk ke intrasel oleh protein hSVCT-1 dan hSVCT-2.1
1.2. Vitamin larut lemak
Vitamin larut lemak mencakup vitamin A, D, E, K.
Vitamin A dari makanan masih berada dalam bentuk ester retinil dan β-
karoten. Keduanya dicerna dan diabsirpsi melewati enterosit usus halus. Di
enterosit, retinol direesterifikasi ke ester retinil, lalu diikat ke kilomikron dari
sekresi sistem limfatik menjadi kilomikron-ester retinil agar dapat beredar di
darah. Di sirkulasi darah, ester retinil dibawa ke sel liver untuk dikonversi ke
retinol dan dilepas ke organ target, sisanya disimpan di liver. Vitamin A
ditranspor melalui protein RBP dan TTR untuk transportasi ekstraseluler.
Transpor intraseluler melibatkan pengikatan vitamin A dengan CRBP.3
Vitamin D dari sumber eksternal dalam bentuk 7-dehydrocholesterol. Di kulit
akan dikonversi ke pre-vitamin D3 di bawah efek radiasi UVB. Kelebihan Vpre-
vitamin D3 dikonversi ke lumisterol dan takisterol. Vd3 dihidroksilasi di liver
oleh enzim CYP450 membentuk 25-hydroxyvitamin D3. 25-OHD3 dihidroksilasi
di ginjal ke bentuk 1,25-dihydroxyvitamin D3 sebagai bentuk aktif vitamin D.
1,25-(OH)2D3 diaktivasi oleh VDR di berbagai organ target.3
Vitamin E dari diet dalam bentuk γ-tocopherol dan α-tocopherol diabsorpsi ke
enterosit intestinal. Di enterosit, γ-tocopherol dan α-tocopherol dan bentuk
vitamin E lain diikat ke kilomikron untuk bisa bersirkulasi di darah. γ-tocopherol
dan α-tocopherol dibawa ke sel liver, dan α-tocopherol diresekresi ke sirkulasi
karena pengikatan selektif protein transfernya, lalu ditranspor ke jaringan target
dengan lipoprotein VLDL dan LDL.3
Vitamin K dari diet ada dalam bentuk phylloquinone (K1) dan MK-7 yang
diabsorpsi di usus halus. Di lumen usus halus, keduanya dicampur dengan micelle
berisi garam empedu, lipolisis pankreas, dan lipid lain. Micelle di-uptake oleh
enterosit ke kilomikron agar vitamin K dapat beredar di darah. kilomikron
membawa vitamin K dibawa ke liver dan tulang. Di liver masuk ke hepatosit
lewat endositosis dimediasi reseptor, sedangkan di tulang ke osteoblas lewat cara
yang sama.4
2. Mineral
Mineral merupakan mikronutrier yang penting dalam pertumbuhan dan maintenans
tubuh. Dibagi menjadi major elements yaitu yang dibutuhkan >100mg/hari seperti
kalsium, klorida, magnesium, dan lain-lain; dan trace elements yang dibutuhkan
<100mg/hari seperti zinc, zat besi, mangan, dan lain-lain.5
Kalsium diabsorpsi di duodenum dengan protein carrier melawan gradien
konsentrasi sehingga membutuhkan energi. Kalsium dibawa ke sel-sel di jaringan target
untuk disimpan. Fungsinya dapat untuk pembentukan tulang dan gigi, kontraksi otot,
konduksi saraf, sebagai second messenger, dan lain-lain.6
Zat besi diabsorpsi di duodenum dalam bentuk Fe2+ dengan mengikat ke protein sel
mukosa DMT-1. Besi yang tidak terikat diekskresi. Fe2+ dioksidasi untuk menjadi
ferritin. Zat besi ferric dilepas, direduksi ke ferrous melewati membran sel. Di sirkulasi
direoksidasi ke ferric oleh ceruloplasmin. Besi ferric diikat oleh transferrin dan dibawa
ke jaringan.6
Sodium diabsorpsi di sistem gastrointestinal untuk dibawa ke sel-sel jaringan target.
Ekskresi di ginjal namun 99% direabsorpsi.6
Fosfor, potassium, fluor, iodin, zinc, tembaga, dan selenium diabsorpsi di duodenum
dan dibawa ke sel target untuk digunakan, sisanya diekskresi.6
Kesimpulan
Mikronutrien terdiri atas vitamin dan mineral yang memiliki cara absorpsi dan
metabolisme yang berbeda-beda, namun semuanya memiliki peran penting dalam
homeostasis tubuh.

Daftar Pustaka
1. Said HM. Intestinal absorption of water-soluble vitamins in health and disease. Biochem
J [Internet]. 2011 Aug [cited 2018 Nov 28];437(3):357-72. Available from: https://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4049159/
2. Quadros EV. Advances in the understanding of cobalamin assimilation and metabolism.
Br J Haematol [Internet]. 2010 Jan [2018 Nov 23]; 148(2):195–204. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2809139/
3. Albahrani AA, Graves RF. Fat-Soluble Vitamins: Clinical Indications and Current
Challenges for Chromatographic Measurement. Clin Biochem Rev [Internet]. 2016 Feb
[2018 Nov 28];37(1): 27–47. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC4810759/
4. Shearer MJ, Fu X, Booth SL. Vitamin K Nutrition, Metabolism, and Requirements:
Current Concepts and Future Research. Adv Nutr [Internet]. 2012 Mar [cited 2018 Nov
28];3(2): 182–195. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC3648719/
5. El-borosoly MS. Minerals metabolism [powerpoint]. University of Mansoura. 2016 Apr
[cited 2018 Nov 29]. Available from: https://www.slideshare.net/MohannadSoliman/
final-m-metabolism-61016965
6. Yadaf T. Mineral metabolism [powerpoint]. Nobel College Sinamangal. 2015 Oct [cited
2018 Nov 29]. Available from: https://www.slideshare.net/TapeshwarYadav1/mineral-
metabolism-54049341

Anda mungkin juga menyukai