PENDAHULUAN
Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Infeksi adalah blok ke-7 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Di dalam blok ini diajarkan mengenai prinsip-prinsip
ilmu kedokteran dasar, khususnya di bidang sistem pertahanan tubuh sebagai dasar
keilmuan yang diperlukan dalam pemahaman ilmu kedokteran serta konsep
penyakit yang diakibatkan oleh adanya infeksi virus, bakteri, jamur, maupun
parasit. Studi kasus skenario tutorial C di Blok VII ini memaparkan kasus Bayi
Cinta, perempuan usia 2 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas karena timbul
benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu saat ibu memakaikan
pakaian. Keluhan tidak disertai demam, kejang disertai demam, kejang, batuk dan
pilek. Tidak ada luka di lengan kanan. Ibu Bayi Cinta mengatakan 3 minggu yang
lalu, Bayi Cinta baru mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas. Riwayat
imunisasi sebelumnya, Bayi Cinta sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B0 dan
Polio 0. Riwayat kontak TBC disangkal.
Pemeriksaan fisik:
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas:
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
PEMBAHASAN
Tessa Maretha
Peraturan tutorial :
“Derita Cinta”
Pemeriksaan fisik:
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas:
Regio aksilaris dextra tampak benjolan ukuran 2x2cm, mobile, lunak, merah (+),
teraba panas.
No 1
Bayi Cinta, perempuan usia 2 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas karena timbul
benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu saat ibu memakaikan
pakaian.
Alasan: untuk memastikan apakah benjolan tersebut merupakan akibat dari infeksi
atau KIPI.
Jawab:
Maknanya, benjolan tersebut adalah limfadenitis dimana hal ini terjadi akibat pasca
imunisasi BCG yang merupakan kejadian ikutan pasca imunisasi ringan. Faktor
resiko timbulnya limfadenitis BCG diantaranya karena viabilitas dari vaksin, usia
saat vaksinasi, dan keahlian tenaga. Timbulnya limfadenitis BCG menyerupai
infeksi alamiah TB dimana terjadi pula pembentukan komplek primer. (Hartawan,
I.N Budi, dkk, 2008)
Jawab:
1. Infeksi
a. Infeksi virus
- Influenza Virus
- Ebstein Barr Virus (EBV)
- Rubela
- Hepatitis Virus
- Varicella-Zooster Virus
b. Infeksi bakteri
- Mycobacterium tuberculosis
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus pyogenes
- Bacillus anthracis
- Corynebacterium diphtheriae
2. Keganasan
- Limfoma
- Leukemia
- Neuroblastoma
- Rhabdomyo-sarkoma
Jawab:
Antigen -> masuk ke dalam tubuh -> melalui pembuluh limfe -> ke kelenjar getah
bening -> terjadi infeksi di kelenjar getah bening -> limfosit menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk melawan antigen tersebut -> kelenjar
getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) dapat berasal
dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KGB itu sendiri seperti
limfosit, sel plasma, monosit, dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel
peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di KGB. (Subekti, Nike Budhi,
2007)
2. Keluhan tidak disertai demam, kejang, batuk dan pilek. Tidak ada luka di
lengan kanan.
a. Apa makna keluhan tidak disertai demam, kejang, batuk dan pilek?
Jawab:
Maknanya berarti infeksi yang terjadi pada bayi cinta tidak sampai mempengaruhi
atau menyerang pusat thermostat (pengaturan suhu) serta sistem pernapasan atas,
sehingga tidak terjadi demam ataupun pilek dan tidak kejang karena pada bayi
kejang akan terjadi apabila demam lebih dari 40 derajat celcius.
Jawab:
3. Ibu Bayi Cinta mengatakan 3 minggu yang lalu, Bayi Cinta baru mendapatkan
imunisasi BCG di Puskesmas.
a. Apa makna Ibu Bayi Cinta mengatakan 3 minggu yang lalu, Bayi Cinta
baru mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas?
Jawab:
Maknanya bayi cinta sudah memenuhi salah satu jadwal pemberian vaksin untuk
bayi usia 2 bulan yaitu vaksin BCG yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit Tuberculosis BCG (Bacillus Calmette Guerin) serta bayi cinta juga sudah
memenuhi syarat pelaksanaan imunisasi yaitu di puskesmas yang merupakan salah
satu unit pelayanan imunisasi.
Jawab:
Terdiri atas :
- Imunisasi dasar, merupakan imunisasi yang diberikan kepada bayi sebelum usia 1
tahun. Imunisasi ini terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit:
a. hepatitis B
b. poliomyelitis
c. tuberkulosis
d. difteri;
e. pertusis
f. tetanus
h. campak.
a. anak usia bawah dua tahun (Baduta); terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis
yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.
c. influenza
e. gondongan (mumps)
g. demam tifoid
h. hepatitis A
j. Japanese Enchephalitis
k. herpes zoster
l. hepatitis B pada dewasa
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Jawab:
1. Persiapan pasien
- Menilai HALO Pasien
Factor Healt (Kesehatan Pasien)
Faktor Age (Umur)
Faktor Lifestyle (Pola Hidup)
Faktor Occupation (Pekerjaan)
- Kontrol nyeri
- Kontrol infeksi
1. Vaksin BCG, disuntikkan secara intrakutan dengan dosis 0,05 ml, sebanyak
1 kali di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan
menggunakan ADS 0,05 ml.
2. Vaksin DPT-HB, disuntikkan secara intramuscular pada anterolateral paha
atas dengan dosis 0,5 ml.
3. Vaksin Hepatitis B, disuntikkan secara intramuskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha osis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID sebanyak 3 kali. Dosis
pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1
bulan).
4. Vaksin Polio Oral {Oral Polio Vaccine (OPV)}, diberikan secara oral
(melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
5. Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV), disuntikkan secara intramuscular
atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dari usia 2 bulan, 3
suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu atau dua
bulan. IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO, bagi orang dewasa yang belum diimunisasi
diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan interval satu atau dua bulan.
6. Vaksin Campak, disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml pada usia 9–11 bulan.
7. Vaksin DT, disuntikkan dengan cara intra muskular atau subkutan dalam,
dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun.
8. Vaksin Td, disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml.
9. Vaksin TT, disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis 0,5 ml. (Kemenkes, 2014)
f. Bagaimana jadwal pemberian imunisasi?
Jawab:
1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar (untuk bayi usia 0-11 bulan)
9 bulan Campak.
24 bulan Campak.
1 SD DT dan campak
2 SD Td
3 SD Td
Jawab:
- Efek samping imunisasi BCG, 2-6 minggu setelah imunisasi BCG akan
timbul bisul kecil pada daerah bekas suntikan (papula) yang semakin
membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian
menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan
diameter 2-10 mm.
- Efek samping imunisasi DPT, reaksi lokal yang bersifat sementara, seperti
bengkak, nyeri dan kemerahan pada daerah bekas suntikan. Kadang
terdapat reaksi berat, seperti demam tinggi, irrabilitas (rewel) dan
menangis dengan nada tinggi yang dapat terjadi dalam 24 jam pasca
pemberian imunisasi.
- Efek samping imunisasi Hepatitis B, reaksi lokal yang bersifat sementara
seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan, biasanya hilang setelah 2 hari.
- Efek samping imunisasi Polio, biasanya terjadi muntah dalam 30 menit
namun jarang terjadi, apabila terjadi segera diberi dosis ulang.
- Efek samping imunisasi Campak, hingga 15% pasien dapat mengalami
demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi setelah 8-12
hari setelah diimunisasi.
- Efek samping imunisasi DT, mengalami gejala-gejala seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi bekas penyuntikan yang bersifat sementara,dan
kadang-kadang gejala demam.
- Efek samping imunisasi TD, terdapat nyeri pada lokasi penyuntikan serta
demam.
- Efek samping imunisasi TT, mengalami lemas dan kemerahan pada lokasi
bekas penyuntikan yang bersifat sementara, kadang-kadang gejala demam
namun jarang terjadi. (Kemenkes, 2014)
h. Bagaimana mekanisme imunisasi dalam tubuh?
Jawab:
Vaksin masuk kedalam tubuh sebagai antigen, berasosiasi dengan MCH ->
mempresentasikan sel ke sel T helper dengan melewati reseptor CD4 dengan
bantuan IL-1 -> sel T helper diaktivasi -> sel T helper 1 (intraseluler) dan sel T
helper 2 (ekstraseluler)
Sel T helper 1 (intraseluler) dibantu dengan IL-2 -> sitokin, berpoliperasi -> sel T
memori
Sel T helper 2 (ekstraseluler) -> sel B yang mengandung Ig, berpoliperasi -> sel
plasma -> antibodi -> terbentuk kompleks imun sel B, berpoliperasi -> sel B
memori.
Jawab:
Imunisasi BCG berisi bakteri Mycobacterium bovis yang telah dilemahkan.
Tempat penyuntikan vaksin BCG ini adalah pada lengan kanan atas, pada saat
setelah penyuntikan umumnya terjadi benjolan. Karena vaksin BCG merupakan
mengandung bakteri hidup, sehingga penyuntikan vaksin tersebut menyerupai
infeksi alamiah, maka tubuh akan melakukan respon imun dengan timbulnya
benjolan.
Jawab:
KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa
reaksi vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur, konsiden
atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. (Kemenkes RI, 2013)
Jawab:
Dampak dari imunisasi BCG adalah timbulnya Scar. Dimana scar tersebut
merupakan tanda yang membekas pasca penyembuhan luka atau proses patologis
lainnya. Scar dari imunisasi BCG mengandung bakteri hidup, menyebabkan tubuh
mengalami infeksi alamiah. Dimana tubuh melakukan respon imun dan terbentuk
bisul. Jika anak yang belum pernah terpapar kuman TB, maka reaksi bisul tersebut
akan timbul dalam kurun waktu 2-12 minggu. Jika bayi atau anak yang sudah
terpapar kuman TB, maka bisul tersebut akan timbul pada kurun waktu <1 minggu.
(Probandari, A. Natalia. 2013)
Jawab:
Maknanya adalah imunisasi yang didapatkan oleh Bayi Cinta belum lengkap,
karena seharusnya untuk bayi 2 bulan harunsya sudah mendapatkan imunisasi
Hepatitis B0 (HB 0), BCG, Polio1, DPT-HB-Hib1 dan Polio2. (Kemenkes, 2014)
Tujuan pemberian imunisasi Hepatitis B0 adalah untuk mencegah bayi yang baru
lahir tertular penyakit Hepatitis B yang berasal dari ibunya pada saat proses
persalinan. Penyakit Hepatitis B sangat berbahaya, karena dapat menyerang organ
hati. Sedangkan tujuan pemberian imunisasi Polio 0 adalah untuk mencegah
penyakit polio atau kelumpuhan.
Jawab:
Jawab:
5. Pemeriksaan fisik:
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas:
Regio aksilaris dextra tampak benjolan ukuran 2x2cm, mobile, lunak, merah (+),
teraba panas.
Jawab:
Jawab:
Benjolan:
Antigen -> masuk ke dalam tubuh -> melalui pembuluh limfe -> ke kelenjar getah
bening -> terjadi infeksi di kelenjar getah bening -> limfosit menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk melawan antigen tersebut -> kelenjar
getah bening membesar. (Subekti, Nike Budhi, 2007)
Merah:
Kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada saat mengalami
peradangan. Ketika reaksi peradangan mulai timbul maka arteri yang mensuplai
darah ke daerah tersebut melebar, oleh karena itu darah mengalir lebih banyak ke
dalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini
dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut. Timbulnya hiperemia merupakan permulaan reaksi peradangan
yang telah diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat mediator seperti histamin.
(Price & Wilson, 2006)
Panas:
Panas merupakan reaksi pada permukaan tubuh yakni kulit yang terjadi bersamaan
dengan kemerahan akibat peradangan. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih
panas dari sekelilingnya. Hal ini terjadi karena darah dengan suhu 37o C lebih
banyak disalurkan ke permukaan daerah yang terkena radang lebih banyak
dibandingkan ke daerah normal. (Price & Wilson, 2006)
Jawab:
Cara mendiagnosis pada kasus yakni dengan cara melihat keluhan yang dipaparkan
oleh ibu bayi cinta saat anamnesis. Kemudian juga dapat diperhatikan pada hasil
pemeriksaan fisik yakni pada saat ditemukan adanya benjolan pada region aksilaris
dextra dengan ukuran 2x2 cm, mobile, lunak merah (+) dan teraba panas.
Jawab:
- Limfadenitis
- Limfoma
- Struma Difusa
8. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Jawab:
Jawab:
- Tes Mantoux, sebuah tes yang dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan
tuberkulin (protein kuman TB) secara intrakutan (dibawah kulit). Setelah proses
penyuntikan, biasanya akan didiamkan 48-72 jm untuk memperoleh hasilnya.
10. Bagaimana tatalaksana pada kasus?
Jawab:
Jawab:
- Syok anafilatik
- Sepsis
- Lupus Vulgaris
- Pembentukan abses
- Selulitis
- Fistula
12. Bagaimana prognosis pada kasus?
Jawab:
Dubia ad bonam
Jawab:
Jawab:
Dari Amr bin Maimun r.a mengatakan bahwa rasulullah SAW bersabda pada
seorang laki-laki yang dinasehatinya: “Rebutlah lima perkara sebelum lima perkara
muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, senang sebelum
sibuk dan hidup sebelum mati. Hadist ini mengingatkan bahwa kita harus
mempersiapkan hal yang mungkin terjadi dimasa depan, sehat sebelum sakit
imunisasi termasuk kedalam usaha pencegahan agar tubuh kita tidak mudah
terinfeksi suatu penyakit.
2.7 Kesimpulan
Bayi Cinta, perempuan usia 2 bulan mengalami benjolan di regio axillaris dextra
karena limfadenitis e.c KIPI BCG.
Respon imun
seluler dan
humoral berlebih
KIPI
Benjolan di regio
axillaris dextra
Limfadenitis