Anda di halaman 1dari 67

obat susunan saraf otonom

Dr. Widy Susanti Abdulkadir M.Si.,Apt


sistem saraf vegetatif
sistem saraf vegetatif : sistem simpatis dan sistem
parasimpatis >>> memberikan efek fungsional
berlawanan

stimulasi terhdp sistem simpatik >> reaksi ergotrop


: aktivasi jantung, peredaran darah dan pernapasan,
perombakan cadangan lemak, mobilisasi cadangan
glikogen dll >> kenaikan tonus simpatis
memungkinkan kapasitas meningkat dlm situasi
tertentu mis : lari
stimulasi terhdp sistem parasimpatik >> Peristiwa
restitusi (reaksi trofotrop) seperti kenaikan
kapasitas sekresi kelenjar-kelenjar pencernaan,
peningkatan peristaltik usus, penurunan fungsi
peredaran darah dan pernapasan (merosotnya
penggunaan energi)

penghantaran rangsang dari neuron praganglion ke


pascaganglion dan selanjutnya ke sel2 efektor organ2
tujuan yg terlaksana dgn bantuan neurotransmitter
(asetilkolin dan noradrenalin), yg disimpan di ujung-
ujung saraf di dlm vesikel dan akn dibebaskan oelh
suatu potensial aksi
Organ Parasimpatik Simpatik

Mata Kontraksi pupil Dilatasi pupil

Trakea dan bronkiolus Konstriksi Dilatasi

Kontraksi detrusor; Relaksasi detrusor; Kontraksi


Ureter dan kandung kemih
Relaksasi sfingter sfingter

Kel lakrimalis Rangsang air mata

Kel liur Sekresi encer; banyak Sekresi kental; tebal

Jantung Denyut kurang Denyut menigkat

Peningkatan motilitas dan Penurunan motilitas dan tonus otot;


Saluran cerna
tonus otot kontraksi sfingter

Pembuluh darah otot Dilatasi

Genitalia wanita Relaksasi uterus

Genitalia pria Rangsang ereksi Rangsang ejakulasi


Farmakologi
sistem saraf
parasimpatik
Farmakologi sistem saraf
parasimpatik
transmisi ransang :impuls yg keluar dr ssp dikirim ke ganglia
parasimpatis >> ditmpt tersbt Ach meneruskan implus2 keserat2
pascaganglion>>ransangan pd ujung parasimpatis mengakibatkan
curahan Ach(eksositosis) dr dlm vesikel>>Ach menyebabkan
perangsangan reseptor pd organ sasaran

sintesis dan penyimpanan asetilkolin : didlm sinaps, Ach disintesis dri


kolin dan asetil-koenzim A dgn bantuan katalisator kolinasetiltransferase
dan disimpan dlm vesikel

penguraian asetilkolin (akhir dri efek farmakodinamik) : Ach


dinonaktifkan scr hidrolisis oleh asetilkolinesterase >> hasil reaksinya di
peroleh asam asetat dan kolin yg scr aktif ditranportasi lagi ke dalam
akson
Reseptor asetilkolin :

reseptor muskarinik (M-reseptor) terdapat pd :

sistem parasimpatik pascaganglion (organ sasaran)

SSP

reseptor nikotinik (N-reseptor) terdapat pada:

ganglia vegetatif

lempengan ujung saraf motorik dari otot2 lurik

SSP
Ingat : obat-obat yg bekerja pd ganglia, mempunyai efek “mirip
nikotin” dan obat-obat yg hanya bekerja pd reseptor parasimpatik
pascaganglion (organ sasaran) mempunyai efek “mirip
muskarinik”
Klasifikasi obat yang bekerja pada sistem parasimpatik

Parasimpatomimetik kerja-langsung : merangsang reseptor parasimpatik seperti


asetilkolin

Parasimpatomimetik kerja-tdk langsung : meningkatkan konsentrasi asetilkolin


pd sinaps dgn cara menghalangi peruraian asetilkolin (penghambat kolinesterase)

Parasimpatolitik : merupakan antagonis kompetitif pd reseptor asetilkolin tipe


muskarinik

Antiparasimpatotonik : mempengaruhi transmisi rangsang neuromuskular dgn


serangan prasinaps

• rintangan pembebasan asetilkolin oleh toksin botulinum

• hambatan pd pengambilan kembali kolin dengan demikian rintangan terhadap


sistesis asetilkolin di dlm sinaps = rintangan sistesis asetilkolin oleh hemikolin
Parasimpato
mimetik
zat-zat yang meniru
rangsang dari sistem
parasimpatik
muskarin nikotin asetilkolin

Prinsip struktur umum :


• nitrogen kuartener (untuk pengikatan pd “pusat anionik” dari
reseptor
• gugus ester (untuk ikatan pada “pusat esteratik” dari
reseptor)
klasifikasi
Parasimpatomimetik kerja langsung

Parasimpatomimetik kerja-tidak langsung

• Penggunaan terapi :

• Lokal : glaukoma sudut sempit (pilokarpin, fisostigmin, neosistigmin)

• sistemik untuk pengobatan :

• atoni usus dan kandung kemih

• miastenia gravis (penghambat kolinesterase)

• gangguan ritme jantung takikardia

• gangguan pd mukosa hidung dan sekresi air liur (karbakol, neostigmin)

• keracunan atropin, antidepresan trisiklik, derivat fenotiazin dan benzodiazepin (fisostigmin)

• intoksikasi dgn zat2 mirip kurare (neostigmin)


• Farmakodinamik :

• efek terhadap :

• jantung/peredaran darah : TD turun, bradikardia, inotrop negatif

• Lambung/usus : kenaikan tonus, motilitas dan sekresi

• kandung kemih : kontraksi muskulus detrusor

• kandung empedu : kontraksi musculus sphincter ampullae


hepatopancreticae

• bronkus : peningkatan sekresi, kontraksi otot2 bronkial

• mata : kontraksi muskulus sfinter pupil (miosis>>rabun dekat)

• kelenjar keringat :peningkatan sekresi


• kontraindikasi :

• insufisiensi jantung, takikardia, angina pektoris,


asma bronkial, hipertiroidisme, kejang2 yg
berhubungan dgn usus, produksi empedu dan
saluran kemih
Parasimpatomimetik kerja-langsung
karbakol, muskarin, arekolin, pilokarpin, oksotremonin

Yg digunakan untuk terapi :

• karbakol, suatu ester kolin (oral, im.sk):

• atoni usus pascaoperasi atau yg disebabkan oleh obat

• atoni kandung kemih, gangguan sekresi air liur

• takikardia parosimal

• pilokarpin, alkaloid utama dari daun jaborandi (2% dlm tetes mata):

• glaukoma sudut sempit untuk penurunan tekanan dlm bola mata (pelebaran
saluran lendir dan ruang fontana didlm sudut iris)

• diagnostik pd dugaan penggunaan efek diaforetik, untuk membuktikan kenaikan


kadar Na dlm keringan

• asetilkolin sendiri tdk memiliki efek terapeutik krn cepat terurai


farmakodinamik

• efek2 berlawanan dgn asetilkolin, hanya karbakol diuraikan sangat lambat oleh kolinesterase dan
terutama merangsang reseptor asetilkolin muskarinik

• pilokarpin merangsang reseptor asetilkolin pascaganglion, namun terhdap jantung(bradikardia,


inototrof negatif) menonjol lbh kuat, shg tdk memungkinkan penggunaan sistemik

efek samping

• gangguan fungsi jantung

• berkeringat, diare, mual, muntah

kontraindikasi

• insufisiensi jantung (bahaya gagal jantung)

• asma bronkial (timbul bronkospasme pd pemakaian lokal)

• hipertiroidisme

Perhatian : semua efek samping dpt dihilangkan dgn


atropin 0,5-1 mg iv
Parasimpatomimetik kerja-tidak langsung

Penghambat asetilkolinesterase

Reversibel : Fisostigmin, neostigmin,piridostigmin, distigmin

Penggunaan terapi :

• glaukoma sudut sempit

• atoni lambung dan usus

• atoni kandung kemih

• gangguan sekresi air liur dan selaput lendir hidung

• antidot pd keracunan atropin, antidepresi atau benzodiazepin

• untuk perbaikan penghantaran rangsang pd miastenia gravis

• meniadakan efek relaksan otot yg bersifat menstabilkan


Farmakodinamik

Mekanisme kerja : penghambat kolinesterase


mengurangi kecepatan penguraian asetilkolin dgn
cara blokade molekul2 kolinesterase >>
peningkatan kadar asetilkolin akan terjadi dan
pengaruh parasimpatikus bertambah, terutama pd
sinaps dgn reseptor muskarinik, efek kolinomimetik
ini akan nyata. pd dosis yg lbh tinggi, reseptor
nikotik (ganglian vegetatif, otot2 rangka) akan
terangsang
farmakokinetik

bioavaibilitas ikatan protein


T1/2 metabolisme eliminasi
oral plasma

setara 50% tak


neostigmin sedikit (1-2%) - +/_ 1,5 jam hepatik
berubah diginjal

+/- 14% pd
miastenia gratis 1,9 jam (iv) 80-90% diginjal
piridostigmin - -
turun hingga 3,7 jam (oral) 7% diempedu
3,3%

efek samping : = parasimpatomimetik kerja-langsung

kontraindikasi : = sda
Parasimpatoliti
k
umum

transmisi kolinergik dpt dihambat oleh berbagai zat :

penghambat ganglia di ganglia (heksametonium)

relaksan otot yg menstabilkan (kurare)

parasimpatolotik pd sinaps parasimpatik


pascaganglion
klasifikasi
alkaloid belladonna dan derivatnya (atropin, skopolamin)

parasimpatolitik (pirenzepin)

Penggunaan terapi :

• kejang otot polos

• gangguan ritme jantung bradikardia

• pramedikasi untuk anastesia

• terapi ulkus

• antidot pd intoksikasi dgn penghambat kolinesterase irreversibel


Farmakodinamik :

• Efek2 : asetilkolin, parasimpatolitik mempunyai afinitas tinggi untuk reseptor2


muskarinik, tetapi tidak mempunyai aktivitas intrinsik, krn tdk terjadi perangsangan.
Maka fungsinya adalah sbg antagonis kompetitif. Semua efek asetilkolin diperlemah
krn adanya hambatan ini

• intensitas tdk sama untuk semua organ tubuh, penurunan tonus parasimpatik
menyebabkan efek :

• percepatan frewensi jantung

• pelebaran pembuluh darah kulit

• relaksasi otot2 polos (bronki, uterus, lambung, usus, kandung kemih, saluran
empedu)

• midriasis dan gangguan akomodasi

• pengurangan sekresi lendir saluran pernapasan

• pengurangan sekresi air mata, keringat dan air liur dan jg sekresi kelenjar2 saluran
pencernaan
absorpsi efek sentral
Farmakokinetik :
zat dan N-tersier
cepat, baik ya
(mis atropin)

Kontraindikasi : zat dan N-kuartener


(mis N-
sedikit tidak ada efek
butilskopolaminbro
mida
• glaukoma

• pd sekresi koroner, dosis yg meningkatkan frekuensi


jantung dpt membahayakan jiwa

Kontraindikasi :

• amantadin, kinidin, disopiramid dan antidepresan


trisiklik memperkuat efek parasimpatolitik
Alkaloid Belladonna dan derivatnya : atropin, skopolamin,
ipratropiumbromida, butilskopolaminbromida

Penggunaan terapi :

• atropin :

• kejang otot polos sbg akibat penggunaan opiot

• pramedikasi pd anastesia

• antidot pd kasus intoksikasi dgn penghambat kolinesterase

• peningkatan midriasis untuk tujuan diagnosis

• skopolamin : midriatik, antiemetik pd mabuk perjalanan

• ipratropium bromida : peny. sal. pernapasan obstruktif, bradikardia

• butilskopolamininiumbromida : spasmolitik
Farmakodinamik : antagonis kompetitif pd reseptor
muskarinik

Efek2: sesuai dgn mekanisme kerjanya, semua efek


mirip muskarin diperlemah

Farmakokinetik : *lamanya efek(7-10 hari) pd pemakaian lokal di


mata disebabkan oleh ikatanikatan
pd protein
melanin di iris
absorpsi oral t1/2 metabolisme eliminasi
plasma
sampai 60%
atropin baik 14-22% 3-4 jam * sampai 50% diginjal
sampai 6% di
skopolamin baik - 2-3 jam * > 95% ginjal

ipratropiumbromida 3-6% - sampai 2 jam - -


Efek samping : (=parasimpatolitik). Pd skopolamin, efek pd
frekuensi jantung lbh lemah

Kontraindikasi, interaksi : = parasimpatolitik, masa menyusui


di KI untuk atropin

Keracunan atropin : wajah menjadi merah, selaput lendir


kering, denyut nadi naik, kesulitan menelan, pupil sangat lebar,
pd dosis tinggi terjadi hipertemia, eksitasi dan halusinasi
(skopolamin terjadi sedasi), kematian krn napas berhenti

Perhatian : Lebar terapeutik besar!


Parasimpatolitik, obat-obat ulkus

Pirenzepin

• Gastritis, gangguan lambung

• Profilaksis dan terapi ulkus lambung dan duodenum

farmakodinamik :

• efek kolinergik terhadap sekresi asam klorida dan pepsin serta pengosongan
lambung dihambat

• ada kemiripan kimiawi dgn antidepresan trisiklik (imipramin), namun sifat


lipofilnya lemah shg hampir tdk dpt menembus SSP >> tdk ada efek sentral

• tidak ada peningkatan kadar gastrin (berlawanan dgn H2-bloker) >> tdk ada
hipersekresi reaktif
ikatan
bioavaibilitas
protein t1/2 metabolisme eliminasi
farmakokinetik : oral
plasma
50%
diginjal
efek samping : pirenzepin <30% 10% 10-11 jam sampai 10%
(glomerular
)

• gangguan akomodasi, mulut kering, diare, obstipasi


(efek antikolinergik) : dlm dosis terapeutik dpt
diabaikan, Awas: gangguan mengemudi

• pirenzepin pd dosis terapeutik tdk menimbulkan


takikardia

• sakit kepala

• alergi
kontraindikasi :

• kehamilan trisemester pertama

• masa menyusui

• Awas : glaukoma sudut sempit dan gangguan


pengosongan kandung kemih

interaksi : suatu kombinasi dengan H2-antagonis


akan mengakibatkan efek hambatan sekresi asam
menjadi jauh lebih kuat
Farmakologi
sistem saraf
simpatik
langkah yg
menentukan kecepatan
adalah aktivitas
tirosinhidroksiklase.
Bila pembebasan NA
dari vesikel2
meningkat, aktivitas
enzin jg akan
meningkat

Pengakhiran efek
farmakodinamik :
• Pengambilan kembali dari
dalam celah sinaps ke
dalam vesikel prasinaps
• Penguraian enzimatik :
COMT (katekolamin-O-
metiltransferase) >>>
metilasi menjadi
normetanefrin;MAO
(monoaminoaksidase) >>>
deaminasi oksidatif
menjadi aldehid
adrenoseptor (subtipe
dan lokasinya
α1 (mis: pembuluh darah kulit, ginjal, limpa, hati,

α2 (pascasinaps di SSP, prasinaps pd neuron simpatik ke-2, trombosit)

β1 (jantung, ginjal >>> sel-sel jukstaglomerular, jaringan lemak)

β2 (otot-otot bronkial, uterus, pembuluh darah otot2 rangka, hati, sel2 mast

α2 reseptor prasinaps = hambatan pengeluaran NA (mencegah stimulasi yg


berlebihan)

reseptor dopamin terdapat di arteriola ginjal (D1) dan SSP (D2)


klasifikasi obat yang bekerja
pada sistem simpatik
simpatomimetik

simpatomimetik kerja langsung

α-simpatomimetik (lokal, dipakai sistemik)

β-simpatomimetik (β2-selektif, non selektif)

simpatomimetik kerja tak langsung

simpatolitik

α-simpatolitik (α1 selektif, nonselektif maupun β-agonis)

β-simpatolitik (β1-selektif, nonselektif)

antisimpatotonik
simpatomim
etik
zat-zat yang
mencetuskan reuksi
adrenergik
Prinsip struktur umum
struktur dasar feniletilamin ; gugus -
OH pd cincin dan dirantai ; substitusi
pd atom N
Hilangnya gugus OH >>(bioavaibilitas
oral yg lbh baik + daya tembus SSP
meningkat)
Besarnya gugus substituen pada N
menentukan selektivitas terhadap β
reseptor
Enansiomer R-(-) -20-50 kali lbh aktif
daripada bentuk S-(+)
daerah kerja
simpatomimetik
simpatomimetik kerja langsung

simpatomimetik kerja langsung berikatan dengan reseptor adrenergik sbg agonis dgn aktivitas
instrinsik

klasifikasi :

zat-zat terutama menunjukkan efek α-simpatomimetik

• zat-zat yg digunakan sistemik

• zat-zat yg digunakan lokal

zat-zat dengan efek α dan β simpatomimetik

zat-zat yang terutama menunjukkan efek β simpatomimetik

• zat-zat dengan efekβ1 dan β2 simpatomimetik

• zat-zat yg terutama menunjukkan efekβ2 simpatomimetik


α-simpatomimetik yg digunakan scr sistemik : Norfenefrin,
oksedrin, midodrin

pengunaan terapi : terapi gangguan darah hipotensi

farmakodinamik : kontraksi arterior meningkatkan resistensi perifer


shg menaikkan TD sistolik dan diastolik. Frekuensi jantung justru
turun krn regulasi parasimpatis yg berlawanan. Bioavalibilitas
oralnya sgt rendah -+ 20% shg efek terapinya yg murni msh
diragukan

efek samping : jantung berdebar, keluhan yg ada berkaitan dgn


angina pektoris dan aritmia ventrikuler

kontraindikasi : hipertiroidisme, feokromositoma, adenoma prostat


dgn pembentukan sisa urin, hipertensi yg sdh ada
α-simtomimetik yang digunakan lokal : derivat imidazol,
xilometazolin, nafazolin, finelefrin

penggunaan terapi : vasokontriksi lokal dan penciutan selaput


lendir yg bengkak, konjungtivitis alergik, sinusitus dan
nasofaringitis

farmakodinamik : kontraksi epitel selaput lendir menciutkan


pembengkakan

efek samping : zat2 ini mudah masuk dlm SSP krn sifat
lipofilinya tinggi dan terutama pd bayi mungkin ada kejadian
mirip koma, halusinasi pd balita (dilaporkan)

kontraindikasi : rinitis sicca, berbahaya pd glaukoma sudut


sempit
simpatomimetik kerja tidak langsung

simpatomimetik kerja tdk langsung bekerja dgn jalan membebaskan


Noradrenalin (NA) dan/atau dengan menghambat reinkorporase ke
dalam vesikel depotnya, dgn demikian titik tangkapnya adalah prasinaps
di retikulum terminal

prasyarat untuk dpt berefek :

• zat-zat situ hrs dpt jasuk ke dalam neuron

• NA hrs tersedia dalam jumlah yg cukup

apabila persediaan kosong mis reserpin, simpatomimetik kerja tak


langsung tdkdpt bekerja lagi.

suatu efek akan dicegah oleh zat-zat yg menghalangi masuknya


simpatomimetik kerja tak langsung (mis kokain, imipramin)
obat-obat : efedrin dan derivatnya, amfetamin, tiramin, ameziniummetilsulfat

penggunaan terapi :

• efedrin hanya digunakan untuk lokal untuk pembekakan mukosa (salep hidung, tetes hidung) dahulu
digunakan untuk bronkhitis dan asma bronkial

• derivat efedrin digunakan sbg pengendali napsu makan (sifat lipofil yg tinggi >> daya tembus SSP
tinggi)

• ameziniummetilsulfat >> antihipotensi

• amfetamin >> alasan kuat digunakan untuk terapi sindrom hiperkinetik pd balita

• tiramin >> tdk memiliki khasiat terapeutik

efek samping :

• gangguan tidur, kegelisahan motorik, mudah tersinggung, ketakutan, tremor

• usia lanjut >> miksi menjadi lbh sulit

interaksi :

• konsumsi makanan yg mengandung tiramin (keju, anggur merah)pd saat bersamaan dgn terapiobat
penghambat MAO (tranilipromin) >> krisis TD
simpatolitik
zat-zat yg berikatan scr
kompetitif pada
adrenoreseptor tanpa
merangsangnya
α-simpatolitik dibagi atas 2 golongan :

1.
klasifikasi
α1 dan α2 simpatolitik nonselektif

• alkaloid sekale yg terhidrogenasi

• fentolamin

• tolazolin
β simpatolitik dibagi sbg :
• fenoksibenzamin (zat penghambat
irreversibel)
1. bloker β reseptor
nonselektif
2. α1 simpatolitik selektif
2. bloker β1 reseptor
• prazosin nonselektif

• terazosin 3. bloker β reseptor dengan


aktivitas agonis parsial

• altuzosin

• doksazosin
α-simpatolitik

alkaloid sekale yg terhidrogenasi : dihidroergotamin,


dihidroergotoksin

penggunaan terapi :

• dihidroergotamin : untuk disregulasi ortostatik dan


profilaksi tromboso, migren

• dihidroergotoksin : penurunan TD pd hipertensi usia lanjut

farmakodinamik :

• efek penghambatan α terjadi pelebaran pembuluh2 darah


dan penurunan TD
dosis (oral) bioavailibilitas t1/2

+/- +/-
farmakokinetik : dihidroergotamin 2 mg/hari
0,5% 2 jam
+/- +/-
dihidroergotoksin 1-2 mg/hari
efek samping : 10% 2-4 jam

• mual dan muntah (efek domaminergik), gangguan gastrointestinal,


hidung kering, penurunan tekanan darah yg tdk dikehendaki, bradikardi

kontraindikasi :

• kehamilan, insufisiensi koroner berat

interaksi :

• dihidroergotamin : makrolida dan tetrasiklin meningkatkan efek


vasokonstriktor

• dihidrogotoksin : efek antikoagulan oral dan penghambat agregasi


trombosit diperkuat
Bloker α1 dan α2 reseptor : fentolamin, tolazolin, fenoksibenzamin

penggunaan terapi :

• fentolamin : terapi krisis hipertensi

• tolazolin : terapi lokal pd gangguan aliran darah di mata

• fenoksibenzamin :

• mengatasi krisis hipertensi dan profilaksis sebelum operasi pd tumor

• pd kenaikan patologis tonus sfinger kandung kemih

farmakodinamik :

• fenoksibenzamin menginhibisi α reseptor scr irreversibel dgn cara alkalisasi


shg menyebabkan efek relaksasi yg bertahan lama pd otot polos.
farmakokinetik Dosis (oral) Absorpsi t1/2

10-20
efek samping Fenoksibenzamin mg/hari
(individual)
20-30% +/- 24 jam

• takikardi reflektorik, miosis,

kontraindikasi

• kehamilan, masa menyusui, insufisiensi jantung


yg berat
Bloker α1 reseptor selektif : Prazosin, terazosin, alfuzosin, doxazosin

• α1-selektif dibandingkan dgn yg tdk selektif, ada kelebihannya : tdk


ada hambatan pd pengaruh arus balik negatif, krn tdk ada α2 reseptor
yg diblokir. NA dlm jumlah yg lbh banyak menyerang sinaps juga
dpat menduduki α2 reseptor shg ikut menekan pembebasan NA

penggunaan terapi :

• prasozin: terapi hipertensi esensial, gangguan sirkulasi perifer

• terazosin: terapi hipertensi esensial

• alfuzosin: pengobatan simtomatik hipertrofi prostat jinak

• doxazosin: terapi hipertensi esensial, pengobatan simtomatik hipertrofi


prostat jinak
bioavailibilat ikatan protein eliminasi
dosis t1/2 ginjal
as plasma empedu

0,5-20mg 3- 2-4
prazosin 50-60% 95% 90% <10%
4x/hari jam

terazosi 1-20mg, 8-14


95% 90-94% 56% 39%
farmakokinetik n 1x/hari jam

3x2,5mg/hari
(preparat 4-6
alfuzosin 64% 90% 75-90% 11%
retard jam
2x5mg/hari

doksazo 1- 12-20
69% 95-98% 63% 9%
sin 16mg,1x/hari jam
efek samping :

• hipotensi ortostatik yg kuat setelah dosis pertama

• retensi air dan natrium reflektoris (stimulasi β reseptor pd ginjal yg lbh kuat >> sekresi renin meningkat,
penambahan berat badan

• blokade α reseptor dimukosa hidung >> pembekakan mukosa (hidung tersumbat)

• gangguan ejakulasi (blokade α reseptordi duktus deferens)

• takikardia (jarang)

kontraindikasi:

• insufisiensi jantung kronis dgn hipertensi pulmonal yg berat

• anakanak <12 thn

• masa hamil dan menyusui

interaksi :

• obat2 yg menurunkan TD (mis diuretik, β bloker, vasodilator) memperkuat efek hipotensi


β simpatolitik (bloker β reseptor) >> zat yg terutama bersifat
antagonis kompetitif thd β-adrenoseptor

praponolol, oksprenolol, metoprolol, atenolol,nadolol, sotalol

keuntungan selektivitas β1 (“kardioselektif”) :


• pd penderita dgn toleransi glukosa yg terganggu atau diabetes melitus lebih
dikehendaki zat-zat yg β1 selektif

• efek tokolitik, mis dari β2 simpatomimetik (fenoterol) hampir tdk mengalami


gangguan
Penting : selektivitas β1 hanya relatif, artinya dlm kadar yg lebih tinggi β2 reseptor juga akan diblokir. Oleh krn
itu, berlaku kontraindikasi yg sama (mis penyakit jln pernapasan onstruktif, gangguan sirkulasi) seperti pd
bloker nonselektif
Keuntungan bloker β- reseptornon selektif

• pd terapi tremor (parkinson): blokade β2 adalah yg menentukan

• terutama terbukti pd glaukoma sudut lebar


penggunaan terapi untuk bloker β-reseptor

• indikasi utama: hipertensi, angina pektoris, infark miokard akut dan profilaksis
sekunder, berbagai aritmia takikardia, keadaan ketakutan, tremor, glaukoma

farmakokinetik

• profil efek suatu bloker β reseptor tergantung pd profil farmakokinetik berdasarkan


sifat lipofilnya
zat-zat yg terutama bersifat lipofil

propanolol β1/β2 non selektif

oksprenolol β1/β2 non selektif

metoprolol β1>β2 kardioselektif


setelah pemberian oral, obat diabsorpsi sempurna

mengalami metabolisme yg menonjol (sbgian sdh dlm dinding usus) >>


first pass effect yg kuat. Besar kecilnya efek tersebut sgt individual

bioavaibilitas yg kecil (disebabkan first pass effect yg kuat)

waktu paruh eliminasi yg relatif pendek (2-5 jam)

lama efek lebih panjang, krn sebagian metabolit msh aktif scr
farmakologi

menembus sawar darah otak >> efek samping dr persarafan sentral

eliminasi :hepatik

dosis diberikan beberapa kali dlm sehari


kuota absorpsi berkurang (atenolol 50%, nadolol 30%,
sotalol +/- 70%)

kadar plasma relatif konstan

waktu paruh eliminasi relatif panjang (5-25 jam)

eliminasi diginjal dlm bentuk tdk berubah (fungsi ginjal


berkurang >>penyesuaian dosis)

dosis : umumnya 1 x sehari


zat-zat yg terutama bersifat hidrofil

atenolol β1>β2 kardioselektif

nadolol β1/β2 non selektif

sotalol β1/β2 non selektif


• β simpatolitik (bloker β reseptor)

karvediol, labetalol,nebivolol

penggunaan terapi :

• karvedilot : hipertensi esensial, angina pektoris kronis stabil,


insufisiensi jantung kronis

• labetalol, nebivolol :hipertensi asensial

farmakodinamik :

• karvediol : β bloker nonkardioselektif

• labetalol : β bloker nonkardioselektif

• nebivolol : β bloker kardioselektif


farmakokinetik :

ikatan protein first pass


lipofilisitas bioavaibilitas t1/2 eliminasi
plasma effect

karvedilol tinggi 25% 99% 6-7 jam tinggi ginjal

labetalol rendah 18% 50% 5-8 jam tinggi ginjal

ginjal, feses
nebivolol tinggi 12% 98% 22 jam tinggi
kira2 1:1)

metoprolol
sedang 38% 11% 3-4 jam tinggi ginjal
(pembanding)
antisimpatot
onik
zat yg menurunkan tonus
simpatikus bukan dgn
jalan blokade, melainkan
dgn cara mereduksi di dlm
SSP sejumlah NA yg
tersedia dlm tmpt
prasinaps
klonidin, metildopa

penggunaan terapi : antisimpatotonik >> sbg antihipertensi

farmakodinamik :

• klonidin: serangan pd α2 reseptor di SSP >> stimulasi nervus vagus dan


hambatan sentral terhdp simpatikus

• metildopa di SSP dimetabolisme menjadi α-metilnoradrenalin

efek-efek :

• dilatasi arteriol >> resistensi perifer turun, volume sekuncup jantung


berkurang

• klonodin : menekan sentral, analgesik dan menekan simtomatik putus obat


pd adiksi opiat
farmakokinetik:

ikatan protein
bioavaibilitas t1/2 eliminasi
plasma

klonidin 95% 20% +/- 12 jam +/- 60% ginjal

metildopa 25-50% < 20% +/- 2 jam +/- 20% ginjal


efek samping :

• bradikardi (pengurangan dosis atau pemberian orsiprenalin)

• kenaikan TD sbg akibat stimulasi α1 reseptor (pemberian bloker α1 reseptor)

• sedasi, gangguan potensi

• penghentian mendadak, terjadi hipertensi reaktif berat (masa laten +/- 24 jam!)

kontraindikasi :

• klonidin : bradikardi, hipotensi

• metildopa : peny. hati kronis, insufisiensi jantung berat

interaksi :

• efek penurunan TD klonidin dan metildopa ditiadakan lagi oleh obat trisiklik
(neuroleptik, timoleptik) (blokade reseptor2 sentral).
waiting your summary for next week

Anda mungkin juga menyukai