BUKU SAKU
OSTEARTHRITIS LUTUT
ACHMAD ZAKI
Diterbitkan oleh:
Celtics Press
Jalan Wijaya No.5 Lembang, Bandung 40391
0856 2434 2230 / 0812 90 76 76 26
Penulis:
dr. Achmad Zaki, M. Epid., SpOT.
Ilustrator:
Abdilla Apriyandi, S.Seni
HR Ahmad 21920
KATA PENGANTAR
4
Kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya buku saku ini. Khususnya pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendukung baik moral maupun materiil sehingga
dapat diterbitkannya buku saku Osteoarthritis Lutut edisi
pertama ini. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) UIN Jakarta bertujuan mencetak dokter muslim yang
paripurna. Penyakit terkait sistem muskuloskeletal termasuk
didalamnya Osteoarthritis lutut, dapat mengakibatkan
terganggunya pelaksanaan ibadah seorang muslim sebagai
tujuan dari penciptaan manusia.
Wa’alaikumsalam wr.wb,
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... 4
DAFTAR ISI....................................................................................... 6
PENDAHULUAN...............................................................................7
BAB I.................................................................................................. 9
DEFINISI.................................................................................................... 9
ANATOMI ............................................................................................... 11
FISIOLOGI SENDI LUTUT......................................................................... 12
INSIDEN.................................................................................................. 17
ETIOLOGI................................................................................................ 18
KLASIFIKASI OA....................................................................................... 18
PATOFISIOLOGI....................................................................................... 21
GEJALA DAN TANDA KLINIS.................................................................... 26
DIAGNOSIS BANDING............................................................................. 32
INDEX.............................................................................................. 64
6
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit peradangan sendi
yang paling sering ditemukan. Diperkirakan 15% dari
seluruh populasi terkena dampak penyakit ini. OA dianggap
merupakan suatu kondisi kegagalan organ (sendi sinovium)
dibandingkan suatu kondisi penyakit kartilago atau tulang.
Saat ini OA merupakan salah satu dari 10 penyakit penyebab
disabilitas di negara berkembang. Insiden dan prevalensi OA
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
7
yang tergolong dalam kategori Complementary and Alternative
Medicine (CAM). Namun tentunya seorang klinisi harus
berpedoman pada Evidence Based Medicine (EBM) dalam
memberikan terapi. Dalam hal ini, cara pandang seorang
klinisi dalam penatalaksanaan OA, baik pencegahan,
diagnostik dan terapi adalah hal yang penting.
Daftar pustaka
8
BAB
1
1. DEFINISI
9
10
1 Gambar 1. Anatomi Sendi Lutut (Properti Pribadi)
1
Kata Kunci :
• OA adalah penyakit gangguan sendi tersering
• Merupakan kondisi kronik dari sendi sinovium
yang menyebabkan nyeri dan kaku dan kadang
dengan inflamasi dan pembengkakan
• Hasil dari hilangnya kartilago dan termasuk juga
struktur dari sendi
2. ANATOMI
11
1
5.
Kapsula : bagian lapisan luar, mengelilingi dan
menyokong ujung kedua tulang pada orientasi yang
tepat; penebalan pada kapsul (ligamentum kapsular)
menjaga stabilitas sendi
Kartilago
12
1
juga dapat menahan beban tubuh dalam proporsi yang besar.
Sendi lutut dikatakan sebagai sendi engsel karena struktur
dan lingkup gerak sendi yang menyerupai engsel.
13
1
bagian posterior, dan masuk di belakang proksimal tibia.
Lingkup gerak sendi lutut berkisar 0-140°.
14
1
Ekstensi tungkai pada paha merupakan hasil kerja otot
quadriceps femoris. Sedangkan gerakan fleksi dihasilkan
oleh kerja otot biceps femoris, semitendinosus, dan
semimembranosus, yang dibantu kerja otot gracilis,
sartorius, gastrocnemius, popliteus, dan plantaris. Gerakan
rotasi eksternal dapat terjadi karena otot biceps femoris,
dan rotasi internal disebabkan oleh otot popliteus,
semitendinosus, semimembranosus, sartorius, dan gracilis.
Otot popliteus bekerja terutama pada permulaan gerakan
fleksi sendi lutut. Karena kontraksi otot tersebut, tungkai
akan bergerak rotasi internal, atau apabila tibia dalam posisi
terkfiksasi, paha akan bergerak rotasi eksternal.
15
1
Stabilitas sendi lutut bergantung pada kekuatan otot dan
ligamen yang menyusunnya. Dari kedua organ tersebut,
otot merupakan faktor yang lebih penting. Apabila otot
quadriceps femoris terbentuk baik, maka fungsi sendi
lutut akan terjaga meskipun ada cedera ligamen. Ligamen
memberikan kekuatan dan stabilitas pada sendi lutut.
16
1
sebagai shock-absorber dan mengurangi friksi. Bursa sendi
juga memiliki fungsi untuk mengurangi friksi saat sendi
lutut bergerak.
Daftar Pustaka
1. Gray, Henry. Anatomy of the Human Body. 20th
Edition. New York: Bartleby.com, 2000.
2. Ellis, Harold. Clinical Anatomy. 11th Edition. Oxford:
Blackwell Publishing Ltd, 2006.
3. Chai, Huei-Ming. The Knee Complex. Downloaded
from http://www.pt.ntu.edu.tw/hmchai/Kines04/
KINlower/Knee.htm (September 29th,2013).
4. Quinn, Elizabeth. Knee Anatomy and Physiology.
Downloaded from http://sportsmedicine.about.
com/od/kneepainandinjuries/a/Knee_Anatomy.htm
(September 29th,2013).
5. Anonymous. Anatomy of the Knee and Its
Function. Downloaded from http://pain.com/
librar y/2011/11/10-anatomy -knee- function/
(September 29th,2013).
4. INSIDEN
17
1
5. ETIOLOGI
6. KLASIFIKASI OA
18
1
kaki. Jika OA primer melibatkan beberapa sendi, maka dapat
disebut sebagai OA generalisata primer.
Masalah Kasus
Kelainan kongenital • clubfeet
pada sendi • displasia sendi panggul
Infeksi dari sendi • septik artritis, TBC sendi
Inflamasi non-spesifik • artritis rheumatoid
pada sendi • ankylosing spondylitis
Artritis metabolik • gout, pseudogout
Hemartrosis berulang • Hemophilia
19
1
Faktor Patogenik Osteoartritis
20
1
7. PATOFISIOLOGI
Kartilago Artikular
21
1
berakselerasi dan bagian vertikal dalamnya berpisah, dengan
konsekuensinya terjadi fissuring dan fibrillation.
22
1
endokondral lapisan dalam kartilago) di bagian perifer.
Kejadian demikian akan memperparah inkongruenitas sendi
dan siklus degenerasi.
23
1
24
1
dan memberikan gambaran viskositas yang meningkat.
Kapsul fibrosa akan menebal dan fibrotik, yang akan
menyebabkan keterbatasan gerak sendi.
Daftar Pustaka
25
1
2. Salter, Robert B. Textbook of Disorders and Injuries
of the Musculoskeletal System. 3rd Ed. Lippincott
Williams & Wilkins, 1999.
Gelaja klinis
Nyeri sendi adalah gejala yang paling sering timbul. Rasa nyeri
tersebut dapat terlokalisir, diffuse, atau bahkan referred pain
di tempat yang jauh, misalnya nyeri pada OA sendi panggul
juga dapat dirasakan hingga sendi lutut. Nyeri biasanya timbul
perlahan-lahan dan memberat dalam dalam hitungan bulan
ataupun tahun. Rasa nyeri tersebut bertambah berat dengan
26
1
aktivitas fisik dan membaik dengan istirahat. Pada stadium lanjut,
nyeri yang hebat bahkan dapat dirasakan saat istirahat. Sumber
rasa nyeri dapat berasal dari radang pada sinovium, periosteum,
ligamen, atau otot, ataupun tekanan pada tulang subkondral
akibat kongesti vascular akibat dan hipertensi intraosseus. Nyeri
tidak berasal dari tulang rawan karena struktur tersebut avaskuler
dan sangat sedikit mendapat suplai saraf.
27
1
Tanda Klinis
28
1
h. Sendi-sendi lain harus selalu diperiksa, untuk mencari
tanda-tanda kelainan sistemik. Pemeriksaan terhadap
sendi lain juga membantu untuk mengetahui apakah
adanya problem tambahan terhadap sendi utama yang
mengalami OA (misalnya adanya lumbar stiffness, atau
instabilitas sendi lutut yang memperberat kondisi OA
pada sendi panggul).
29
1
Tabel 1. Etiologi Nyeri Sendi pada pasien dengan
osteoarthritis (OA)
30
1
Tabel 2.1 Kellgren-Lawrence Grading Scales untuk
penilaian derajat OA
31
1
9. DIAGNOSIS BANDING
32
1
Instabili- Kadang-kadang; Tidak Sering
tas menekuk/instabilitas
sendi berakibat
menurunnya ROM
dan jatuh.
33
1
Algoritma Penilaian pasien dengan nyeri sendi
34
BAB
2
TINDAKAN
PREVENTIF
1. PENCEGAHAN PRIMER
35
2 TINDAKAN PREVENTIF
1. Obesitas
2. Cedera/ operasi
3. Cedera stress repetisi
4. Gangguan mekanik akibat adanya kondisi
yang melatarbelakangi (pasca trauma,
displasia sendi, pekerjaan, densitas tulang,
obesitas, terkait pekerjaan dengan beban
berat, obesitas, dll)
Daftar Pustaka:
36
TINDAKAN PREVENTIF 2
2. PENCEGAHAN SEKUNDER
Sumber:
37
B 3
BA
PENGOBATAN
KOMPREHENSIF
Sampai saat ini belum ada terapi spesifik untuk penyakit
sendi degeneratif. Hal ini dikarenakan lesi patologisnya
berkaitan dengan proses penuaan dan cenderung progresif
dan permanen. Tata laksana OA tergantung dari sendi yang
terlibat, stadium penyakit, tingkat keparahan gejala, usia
pasien dan kebutuhan fungsi keseharian pasien.
38
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
Sampai saat ini, belum ada obat-obatan yang dapat mengobati
efek dari OA. Tata laksana yang diberikan bertujuan
simtomatik. Secara garis besar, tata laksana OA bertujuan
untuk: (1) menjaga kemampuan bergerak dan kekuatan otot;
(2) melindungi sendi dari overload beban; (3) menghilangkan
nyeri; dan (4) modifikasi aktivitas sehari-hari.
Secara garis besar, tata laksana OA dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu tata laksana non-operatif dan operatif.
Jenis tata laksana OA sangat beragam dan dapat dilihat pada
Tabel 1.
39
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
Edukasi
40
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
(1) terapi latihan fisik harus disesuaikan secara individu
dan terpusat pada pasien dengan mengingat faktor usia,
komorbiditas, dan mobilitas keseluruhan; (2) agar efektif,
program latihan harus meliputi edukasi untuk mendukung
perubahan pola hidup positif dengan peningkatan aktivitas
fisik; (3) latihan fisik berkelompok atau individual terhitung
sama efektif, tergantung kenyamanan pasien; (4) kepatuhan
merupakan prediktor utama outcome jangka panjang; (5)
strategi untuk meningkatkan dan menjaga kepatuhan
harus digunakan; dan (6) peningkatan kekuatan otot dan
proprioseptif karena program latihan dapat memperlambat
progresi OA
Mengurangi Beban
41
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
Obat-Obatan Analgesik
42
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
Tabel 3. Obat anti-inflamasi non-steroid.
Waktu
NSAID Dosis Paruh
(jam)
Asam Karboksilat
Asam Asetilsalisilat 2.4-6 gram/24 jam dalam 4 – 15
4-5 dosis terbagi
43
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
1. Gastrointestinal
a. Mual, muntah, dispepsia, diare, konstipasi.
44
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
b. Iritasi mukosa lambung, erosi superfisial, ulkus
peptikum, adanya darah pada feses.
c. Perdarahan gastrointestinal mayor.
d. Erosi usus halus; induksi pembentukan
diafragma pada usus halus.
e. Hepatotoksisitas, hepatitis.
2. Renal
a. Glomerulopati, nefritis interstisial, perubahan
aliran plasma renal yang menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus;
mempengaruhi natriuresis yang diinduksi
diuretik; menghambat pengeluaran renin;
menyebabkan edema.
b. Perubahan fungsi tubuler.
3. Sistem saraf pusat
a. Sakit kepala, confusion, halusinasi, reaksi
depersonalisasi, depresi, tremor.
b. Meningitis aseptik, tinitus, vertigo, neuropati,
ambliopia toksik, deposit tranparan kornea
transient.
4. Hematologi
a. Anemia, depresi sumsum tulang.
b. Penurunan agregasi platelet.
5. Hipersensitivitas
a. Asma, urtikaria, ruam, fotosensitivitas,
sindrom Stevens-Johnson.
6. Lain-lain
a. Interaksi obat: obat anti diabetik oral, warfarin,
diuretik.
45
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
Terapi Intra-Artikuler
46
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
3. Untuk memfasilitasi program terapi fisik dan
rehabilitatif atau prosedur orthopaedi korektif.
4. Untuk mencegah laksitas kapsuler dan ligamen (efusi
lutut masif).
5. Untuk memberikan efek sinovektomi medis.
6. Untuk mengobati pasien yang unresponsif atau
intoleran terhadap terapi sistemik oral.
7. Untuk mengobati efusi akut yang timbul karena
deposisi kristal.
47
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
48
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
Apabila tata laksana OA non-operatif tidak mampu untuk
mengatasi nyeri dan fungsi lutut terganggu, intervensi
operatif dapat dipertimbangkan. Penentuan waktu dan jenis
prosedur yang akan dilakukan membutuhkan keterampilan
dan kooperasi yang baik antara pasien dan dokter. Pasien
dengan OA simtomatik lanjut dengan keluhan nyeri yang
tidak dapat diatasi oleh terapi medis dan aktivitas sehari-
harinya terbatas secara progresif sebaiknya dipertimbangkan
untuk terapi operatif.
49
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
Artroskopi
50
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
Osteotomi
Artroplasti
51
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
Artrodesis
52
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
• latihan fisik aerobik low-impact dan kekuatan
otot;
• edukasi neuromuskular;
• aktivitas fisik yang sesuai dengan pedoman.
2. Untuk pasien dengan osteoarthritis lutut simtomatik
dan indeks massa tubuh ≥25, disarankan untuk
mengurangi berat badan.
3. Penggunaan modalitas tata laksana berikut untuk
pasien dengan osteoarthritis lutut simtomatik tidak
disarankan:
a. Akupuntur
b. Agen fisik, termasuk modalitas elektro-
terapeutik
c. Terapi manual
4. Penggunaan valgus directing force brace (medial
compartment unloader) untuk pasien dengan
osteoarthritis lutut simtomatik belum
direkomendasikan.
5. Penggunaan sol sepatu yang lebih tebal di sisi
lateral untuk pasien dengan osteoarthritis lutut
kompartemen medial simtomatik tidak disarankan.
6. Penggunaan glukosamin dan kondroitin untuk
pasien dengan osteoarthritis lutut simtomatik tidak
direkomendasikan.
53
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
1. Penggunaan Analgetik
a. Penggunaan obat anti inflamasi non-steroid
(OAINS/NSAID; oral atau topikal) atau
tramadol untuk pasien dengan osteoarthritis
lutut simtomatik sangat direkomendasikan.
b. Penggunaan asetaminofen, opioid, atau
plester penghilang nyeri pada pasien dengan
osteoarthritis lutut simtomatik belum dapat
direkomendasikan.
54
PENGOBATAN KOMPREHENSIF 3
pasien dengan diagnosis primer osteoarthritis lutut
simtomatik tidak direkomendasikan.
6. Menisektomi parsial per-artroskopi pada pasien
dengan osteoarthritis lutut dan robek meniskus
belum dapat direkomendasikan.
7. Osteotomi tibia proksimal untuk membentuk valgus
pada pasien osteoarthritis lutut kompartemen
medial simtomatik boleh dilakukan oleh tenaga
medis dengan persyaratan tertentu.
8. Berdasarkan konsensus, penggunaan alat
interposisional free-floating (un-fixed) pada pasien
osteoarthritis lutut kompartemen medial simtomatik
tidak perlu dilakukan.
Referensi
55
3 PENGOBATAN KOMPREHENSIF
56
BAB
4
SUPLEMENTASI
UNTUK
OSTEOARTRITIS
57
4 SUPLEMENTASI UNTUK OSTEOARTHRITIS
Glukosamin
58
SUPLEMENTASI UNTUK OSTEOARTHRITIS 4
Glukosamin oral akan diserap sebanyak 90%. Namun
setelah melalui metabolisme, bioavailabilitas yang didapat
hanya 25%. Sedangkan jika melalui akses intravena akan
didapatkan bioaktivitas 96%. Glukosamin dapat dikonsumsi
dalam bentuk sulfat atau hidroklorida. Garam glukosamin
terionisasi di lambung, membuat glukosamin dapat
diabsorpsi di usus halus. Metabolit glukosamin diekskresikan
predominan melalui urin. Kadar glukosamin dalam plasma
akan mencapai puncak pada 4 jam setelah pemberian dan
kembali ke baseline setelah 48 jam.
59
4 SUPLEMENTASI UNTUK OSTEOARTHRITIS
Kondroitin
60
SUPLEMENTASI UNTUK OSTEOARTHRITIS 4
kartilago artikuler. Kondroitin diketahui dapat membantu
menjaga viskositas sendi, menstimulasi perbaikan kartilago
dan menghambat enzim yang mendegradasi kartilago.
Secara klinis, hal ini dapat memberikan hasil berkurangnya
nyeri dan meningkatnya mobilitas sendi pada pasien OA dan
memperlambat destruksi sendi.
61
4 SUPLEMENTASI UNTUK OSTEOARTHRITIS
62
SUPLEMENTASI UNTUK OSTEOARTHRITIS 4
Referensi
63
INDEX
Akupuntur 53
Alat interposisional free-floating 55
Ambliopia toksik 45
American Academy of Orthopaedic Surgeons 52
Aminomonosakarida 57
Anemia 45
Ankylosing spondylitis 19
Aristocort Forte 48
Aristospan 48
Arthritis rheumatoid 19, 32
Arthritis septik 19
Arthro 9
Artrodesis 39, 49, 50,52
Artroplasti 39, 50, 51, 52
Artroplasti reseksi 39
Artroskopi 39, 49, 50, 54, 55
Asam asetilsalisilat 43
Asam asetilsalisilat dengan buffer 43
Asam enolic 44
Asam hialuronik 12
Asam karboksilat 43
Asam mefenamat 44
Asam proprionik 43
Asetaminofen 54
64
INDEX
Asma 45
Aspirin 44
Betamethasone acetate 48
Betamethasone sodium phosphate 48
Biceps femoris 15
Bone remodelling 29
Cairan synovial 11, 12, 24, 48, 61
Capsaicin 42
Cathepsin 22
Celecoxib 44
Celestone Soluspan 48
Chondromalacia 21
Clubfeet 19
Complementary and Alternative Medicine 8
Confusion 45
COX-2 selective inhibitors 42
Debridement 39, 49, 50, 54
Depomedrol 48
Diatrodial 11
Diflunisal 43
Diklofenak 43
Displasia sendi panggul 19
Eburnasi 22
Ekstensor 14
Etodolac 44
Evidence Based Medicine 8, 52
Fenoprofen 43
Fibrillation 22
65
INDEX
Fisioterapi 40
Fissuring 22
Fleksor 14
Flurbiprofen 43
Fusi sendi 52
Gastrocnemius 14, 15
Genu valgum 19
Genu varum 19
Glikosaminoglikan 57, 58, 60
Glomerulopati 45
Glukosamin 42, 53, 57-62
Gout 19, 33
Gracilis 14
Hamstring 14
Hemophilia 19
Hepatitis 45
Hepatotoksisitas 45
Hialin 12, 23
Hydrocortisone tebutate 48
Ibuprofen 43
IL-1 50, 59
Implantasi kondrosit autologus 39
Indometasin 33, 43
Inhibitor metalloproteinase 42
Kapsula 11, 12, 30
Kartilago 7, 9,11, 12, 21-24, 32, 35, 41, 49, 50, 51,
57, 58, 60, 61, 62
Kartilago tags 50
Kenalog 48
66
INDEX
Ketoprofen 43
Kholin magnesium trisalisilat 43
Khondroitin sulfat 42
Kista subchondral 29
Kolagenase 12, 22, 59, 61
Kolkisin 33
Kondilus 13, 15
Kondilus femoral medial 13
Kondilus lateral 13
Kondroitin 53, 57, 60-62
Krepitasi 28
Kristal birefingrent 33
Kriteria Kellgren-Lawrence 30, 31
Lavage 39, 50, 54
Ligamen kolateral lateral 16
Ligamen kolateral medial 16
Ligamen krusiatum anterior 14, 16
Ligamen krusiatum posterior 16
Load-bearing joint 9
Loading impact 40
Loose bodies 24, 49, 50
Lumbar stiffness 29
Medial compartment unloader 53
Meklofenamat 44
Menisektomi 55
Meniskus 12, 13, 15, 16, 55
Metaloproteinase 22
Methylprednisolone acetate 48
67
INDEX
Microenvironment 19
Nabumetone 44
Naphthylkanones 44
Naproksen 43
Nefritis interstisial 45
Neuropati 45
Non-Steroid Anti-Imnflammation Drugs 7
Nuclear factor kB 59
Nutraceuticals 42
Nyeri tekan lokal 28
Obese 41
Osteo 9
Osteoarthritis 9
Osteofit 9, 27-32, 50
Osteoporotik 22
Osteotomi 39, 49, 50, 51, 55
Osteotomi realignment 37
Overweight 41
Parasetamol 42
Piroxicam 44
Popliteus 13, 14
Prostaglandin E2 59
Proteinase 12
Proteoglikan 21, 22, 50, 58, 59, 61, 62
Pseudogout 19
Quadriceps femoris 14
Range-of-movement 42
Rektus femoris 14
68
INDEX
Rotator medial 14
Salisilat dengan lapisan enteric 43
Salsalat 43
Sartorius 14
Semimembranosus 14
Semitendinosus 14
Shock-absorber 16, 17
Sindrom Stevens-Johnson 45
Sinovektomi 47
Sinovitis 9, 32, 46, 47, 48
Sinovium 7, 9, 11, 27, 30, 33, 50
Sklerosis 9, 29
Sklerotik 22
Sulindac 43
Synovial 11, 12, 28, 33, 61
Synovium 11
Tell-tale scars 28
TGF-alfa 50
Tibial plateau 16
Tinitus 45
TNF-alfa 50
Tolmetin 43
Total knee replacement 39, 50
Tramadol 42
Transplantasi meniscal allograft 39
Triamcinolone acetonide 48
Triamcinolone diacetate 48
Triamcinolone hexacetonide 48
69
INDEX
70