Anda di halaman 1dari 12

E

SINONIM : Premature ejaculation (PE), Ejakulasi praecox, zaoxie, early release, J


early ejaculation (EE), rapid ejaculation (RE). A
K
DEFINISI :
U
L
EJAKULASI : proses keluarnya cairan ejakulat (semen/mani) yang ditandai A
dengan keluarnya komponen komponen ejakulat, ejakulasi antegrad, S
penutupan sfingter uretra interna, pembukaan sfingter uretra eksterna, I
dan terjadi 2 10 menit dari dimulainya hubungan seksual.

D
I
N
I
EJAKULASI DINI :
E
1. ICD X : Ketidakmampuan pasangan seksual dalam mengendalikan
ejakulasi secara cukup untuk menikmati hubungan seksual, J
dimana terjadi ejakulasi sebelum/segera setelah aktivitas A
seksual dimulai (sekitar 15 detik). K
U
2. Second International Consultation On Sexual and Erectile Dysfunction : L
Ejakulasi dengan rangsang atau stimulasi minimal yang terjadi A
mendahului hasrat, keinginan, birahi, sebelum atau segera
S
setelah penetrasi , yang menyebabkan ketidaknyamanan atau
penderitaan , sedangkan penderitanya sedikit atau tidak I
memiliki pengendalian.

3. International Consultation On Urological Disease : D


Ejakulasi yang menetap atau berulang dengan sedikit stimulasi / I
rangsangan sebelum, saat, atau segera setelah penetrasi dan
N
sebelum penderita menghendakinya.
I
4. International Society for Sexual Medicine : E
Ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi sekitar 1 menit J
sebelum atau di dalam vagina saat penetrasi dan ketidakmampuan
A
untuk menunda di (hampir) semua penetrasi.
K
5. Ejakulasi tak terkendali dengan ciri khas berupa orgasme berulang atau U
menetap dengan sedikit rangsangan seksual sebelum, saat, atau L
setelah penetrasi dan sebelum seseorang menginginkannya. A
S
6. Keadaan seorang pria sudah mengalami orgasme dan berejakulasi I
sebelum ia sengaja menghendakinya.

ASPEK ED :
1. Saat berejakulasi (short time interval between penetration and ejaculation ). D
2. Ketidakmampuan mengendalikan atau menunda ejakulasi (lack of control I
over ejaculation). N
3. Konsekuensi / akibat negatif dari ED (distress by one or both partners). I
EPIDEMIOLOGI
E
Disfungsi seksual pria : ejaculatory dysfunction, ejakulasi dini, disfungsi ereksi, J
penurunan libido. A
ED : 14 30% berusia lebih dari 18 tahun, 30 40% pria yang
K
aktif secara seksual.
U
PENYEBAB : L
A
Faktor Psikologis : efek pengalaman dan pengkondisian seksual pertama kali, terburu- S
buru ingin mencapai klimaks atau orgasme, teknik seksual, I
frekuensi aktivitas seksual, rasa bersalah, cemas, penampilan
seksual, problematika hubungan, penjelasan psikodinamika.
D
Faktor Biologis : ketidaknormalan kadar hormon seks dan kadar neurotransmitter,
ketidaknormalan aktivitas refleks sistem ejakulasi, permasalahan I
tiroid tertentu, peradangan dan infeksi prostat atau saluran kemih, N
ciri yang diwariskan, teory evolutionary, sensitivitas penis, I
reseptor dan kadar neurotransmitter pusat, degree of arousability,
kecepatan refleks ejakulasi.
Faktor lain : impotensi, kerusakan sistem saraf akibat pembedahan atau trauma,
E
ketergantungan narkotika dan obat (trifluoperazin) untuk
J
mengobati cemas dan gangguan mental lainnya, infeksi saluran
kemih, konflik antar pasangan, gangguan neurologis. A
K
SIKLUS RESPONS SEKSUAL U
L
1. Fase kehendak / libido seksual (sexual desire) A
2. Fase perangsangan seksual (sexual excitment, arousal)
S
3. Fase plateau
I
4. Fase orgasme
5. Fase resolution (reflection, satisfaction)

PROSES EJAKULASI D
I
Terdiri dari fase emission (pemancaran) dan expulsion (pengeluaran). N
Serabut saraf sensorik n. pudendus di glans penis mengirim informasi menuju sacral
I
cord dan bagian otak korteks serebral sensorik.

Neurotransmitter 5 hidroksitriptamin (5 HT, serotonin) terlibat pada


pengendalian ejakulasi.
Pendekatan Patofisiologis
E
J
Respon ejakulasi dipicu oleh stimulasi genital dan kortikal.
A
penis bagian dorsal dan n. pudendus K
Glans penis reseptor taktil medulla spinalis U
segmen sacral L
A
Saraf simpatis yang terlibat berasal dari intermediolateral columns medulla spinalis
S
(T10 L2).
I
Pendekatan Neurobiogenesis

serabut aferen n. pudendus D


Stimulasi reseptor sensoris mukosa glans penis S4 dan I
N
informasi sensoris
I
Pleksus hipogastrik di ganglia simpatetik T10 L2 otak (3 pusat
ejakulasi, 2 di hipotalamus dan 1 di midbrain).
Tahap tahap ejakulasi :
E
1. Kontraksi otot polos prostat, seminal vesicles, vas deferens dan epididymis. J
2. Kontraksi ritmis dasar panggul dan otot bulbo-ischiocavernosus. A
3. Orgasme.
K
U
GAMBARAN KLINIS L
A
Secara umum dibagi 2 : S
I
1. Generalized : terjadi pada semua situasi seksual dan dengan semua pasangan
2. Situational : terjadi pada situasi tertentu atau dengan pasangan tertentu
D
I
N
I
Menurut Bernhard Schapiro :
1. Primer (lifelong, selamanya) :
Gangguan ejakulasi neurobiologis dan berhubungan dengan gangguan
neurotransmisi serotonergik (5 Hidroksitriptamin [5 HT]) system E
saraf pusat. J
Ciri khas : - ejakulasi terlalu cepat, baik sebelum penetrasi atau 12 menit
A
setelahnya, dengan intravaginal ejaculation latency time
(IELT) 0 2 menit. K
- ejakulasi terjadi dalam waktu 1 menit setelah penetrasi. U
L
2. Sekunder (acquired, didapat) : A
Onset bertahap atau mendadak, berkembang setelah sebelumnya S
memiliki hubungan seksual memuaskan. I
Ciri khas : waktu ejakulasi pendek tapi biasanya tidak secepat ejakulasi
primer.

3. Prematur like ejaculatory dysfunction : D


Persepsi subyektif penderita bahwa dia cepat mengalami ejakulasi, I
meskipun kenyataannya waktu ejakulasi normal, 3 6 menit atau lebih. N
I
4. Natural variable premature ejaculation :
ED tidak teratur dan tidak tetap, mewakili variasi normal dalam
penampilan seksual.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
E
Alat diagnosis berupa kuesioner : J
A
1. Intravaginal Ejaculation Latency Time (IELT) K
2. Kombinasi IELT dengan Patient Reported Outcome (PRO) U
3. Premature Ejaculation Diagnostic Tool (PEDT) L
4. Premature Ejaculation Profile (PEP)
A
5. Index of Premature Ejaculation (IPE)
6. Male Sexual Health Questionnaire Ejaculatory Dysfunction (MSHQ EjD) S
7. Chinese Index of Premature Ejaculation (CIPE) I
8. Arabic Index of Premature Ejaculation (AIPE)

D
I
N
I
PENANGANAN

Kombinasi antara terapi behavioural dan medikasi. E


J
1. Strategi behavioural dan psikologis : A
- Stop start (semans) K
- Teknik pencet / squeeze (masters dan johnson)
U
2. Konseling psikologis : meningkatkan rasa percaya diri, tapi tidak efektif
untuk ED primer L
3. Anestetik topical : A
- Krim lidocaine prilocaine, dioleskan 20 30 menit sebelum coitus, S
dikombinasi dengan sildenafil 50 mg sebelum coitus. I
- Severance secret (SS) cream, dioleskan 1 jam sebelum coitus.
- Lignocaine spray, 5 15 menit sebelum coitus.
4. Terapi obat :
D
SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
- Paroksetin 10 40 mg/hari atau 20 mg 3 4 jam sebelum coitus. I
- Sertralin 25 200 mg/hari atau 50 mg 4 8 jam sebelum coitus. N
- Fluoksetin 10 60 mg. I
- Dapoksetin 30 60 mg 1- 3 jam sebelum coitus.
Efek samping : lelah, mengantuk, mual, muntah, mulut kering, diare,
berkeringat, libido berkurang, anorgasmia, anejaculation, disfungsi ereksi.
Antidepresan trisiklik
E
Klomipramin 25 50 mg/hari atau 25 mg 4 24 jam sebelum coitus. J
Efek samping : bibir kering, sulit buang air besar, merasa berbeda, mual,
A
gangguan tidur, letih, sensasi berputar, sensasi panas.
K
Phosphodiesterase type 5 inhibitors (penghambat PDE5) U
L
Sildenafil 50 mg sebelum coitus. A
S
Herbal, dari Cina : LongGu MuLi, JinYingZi QianShi.
I
Ramuan herbal muirapuama dan ginkgobiloba menunjukkan respon
yang baik.

D
I
N
I

Anda mungkin juga menyukai