Anda di halaman 1dari 21

de Quervain Tenosynovitis

Rita Juwita, Muhammad Ilyas, Junus Baan, Isqandar Mas’oud

I. PENDAHULUAN

de Quervain tenosynovitis dikenal juga de Quervain’s syndrome


disesuaikan dengan nama penemu penyakit ini yaitu Fritz de Quervain (1868-
1940), seorang ahli bedah Swiss. 1
Awalnya, Fritz de Quervain mendeskripsikan penyakit ini dengan apa
yang kita kenal sebagai tenovaginitis yaitu proliferasi jaringan fibrosa retinakulum
otot-otot ekstensor dan tendon sheath dari otot ekstensor polisis brevis dan otot
abduktor polisis longus. Beberapa tahun kemudian, terjadi stenosis tenosynovitis
dari kedua tendon tersebut (kompartemen dorsal pertama) hingga kemudian
penyakit ini dikenal dengan nama de Quervain tenosynovitis. 2
de Quervain tenosynovitis merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah
prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor
polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal. Pasien biasanya
datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral dari pergelangan tangannya dengan
nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah bagian lateral. 2
de Quervain tenosynovitis biasanya terjadi pada umur 30-40 tahun, dan
lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Sehingga de Quervain
tenosynovitis sebagai washerwoman’s sprain. Pada kebanyakan kasus
dihubungkan dengan penggunaan ibu jari yang berlebihan (sekretaris, juru tulis),
pekerjaan rumah tangga. 3

1
II. LAPORAN KASUS

a. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 56 thn

b. Anamnesis
Keluhan utama : nyeri pada ibu jari dan pergelangan tangan kanan

c.Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien perempuan, 56 tahun, datang ke poli neurologi RS UnHas dengan


keluhan nyeri pada ibu jarI dan pergelangan tangan kanan. Nyeri terutama saat
menggunakan tangan dan menggerakkan ibu jari sejak 1 tahun yang lalu.
Nyeri dirasakan bertambah sejak 1 bulan sebelum ke RS dan semakin
lama semakin memberat. Pasien menyangkal pernah terjatuh dengan
menyangga pada tangannya atau pergelangan tangannya terbentur sesuatu.
Pasien juga menyangkal jari-jari tangannya nyeri atau terasa tebal.

d..Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat trauma : disangkal


 R.Penyakit DM : disangkal
 R.Penyakit hipertensi : disangkal

e..Riwayat Pengobatan

 Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk


sakit yang dideritanya saat ini

2
f. Riwayat Kebiasaan

 Pasien adalah seorang pembantu rumah tangga. Sehari-hari


pekerjaannya adalah mencuci, memasak, dan berbagai pekerjaan
rumah lainnya.

g. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis
 Keadaan Umum : Cukup, kesadaran composmentis (GCS E4V5M6).
 Tensi : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x / menit, reguler, isi cukup
 Pernafasan : 24 x /menit, regular
 Suhu : 37,0oC

2. Status Lokalis (Ektremitas)

Regio Radialis Dextra


 Look
Defotmitas (-), luka (-), posisi jari-jari yang tidak normal (-)
 Feel
Pulsasi arteri radialis teraba (+), nyeri tekan setempat (+), , penonjolan
tulang (-), Sensibilitas (+) nervus radialis, ulnaris dan medianus dalam
batas normal, Allen test (+) normal.
 Move
Gerakan aktif dan pasif digiti I terhambat (+), gerakan rotasi digiti I
terhambat (+), nyeri bila digerakkan (adduksi) (+), ekstensor wrist dan
digitorum (+), fleksi wrist dan digitorum (+), finkelstein test (+),
tinnel sign (-)

3
h. Pemeriksaan Radiologik

Foto wrist joint dextra AP/Lateral :

- Alignment pembentuk wriat joint dextra intak, tidak tampak dislokasi


- Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
- Mineralisasi tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik
- Jaringan lunak sekitar kesan baik

Kesan  tidak tampak kelainan radiologik pada foto wrist joint dextra ini.

4
USG wrist joint dextra :

 penebalan retnaculum, penebalan tendon APL dan EPB (kompartemen I),


dengan echo texture yang berubah disertai cairan bebas sekitarnya sesuai dengan
gambaran de Quervain Tenosynovitis

i. Terapi

- Injeksi steroid
- Ranitidin 2 x1
- Meticobal 3x1

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di antara


orang-orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-
ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. 3
de Quervain tenosynovitis lebih banyak diderita oleh orang dewasa
dibanding pada anak-anak. Biasanya terjadi pada umur 30-40 tahun. Lebih banyak
pada wanita di bandingkan pria.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang
dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan
langsung melekat pada tulang. 7,8
Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor
dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang
karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari
retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian
lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen
jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan
satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon
sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.
7,8,9

6
Gambar 1. Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan transversal tendon
sheath

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang


terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis
longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis
brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu
tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot
ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah
tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot
7,8,9,14
ekstensor karpi ulnaris.

7
Gambar 2. Pembagian kompartemen I-VI

de Quervain tenosynovitis adalah stenosis pada tendon sheath


kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari
tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis.

Gambar 3. Kompartemen dorsal pertama

8
Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan
ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi
sebagai pergerakan abduksi pada polluks. 7,8
Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai
sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada kompartemen ini akan merangsang
terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis. 7,8

C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang terjadi
berhubungan dengan gesekan yang berlebihan/berkepanjangan anara tendon dan
pembungkusnya. Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan
kontribusi terhadap perkembangan penyakit de Quervain’s tenosynovitis.
Aktivitas-aktivitas yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan
tangan termasuk faktor pekerjaan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau
permainan olahraga yang menggunakan raket11

D. PATOFISOLOGI
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk
pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan
tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini
umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk
kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat terjadi
sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif). 10
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada
jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon
sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas
cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan
otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi
sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak
sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan
tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon

9
sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal
ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut
akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini
merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan
nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada
penderita penyakit ini. 11
Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor
polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius. 10

E. DIAGNOSIS
Kelainan ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Gejala yang
timbul berupa nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua otot
tersebut yaitu bila menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktor polisis
longus dan otot ekstensor polisis brevis. Perlu ditanyakan juga kepada pasien
riwayat terjadinya nyeri. Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya
nyeri dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak
menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin menghebat.
Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa pekerjaan mereka karena hal
tersebut akan memberikan kontribusi sebagai onset dari gejala tersebut khususnya
pada pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti
pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula deformitas dan kesulitan
menggerakkan ibu jari. Pada kasus-kasus dini, nyeri ini belum disertai edema
yang tampak secara nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema
terutama pada sisi radial dari polluks. 11,12

Gambar 4. Tampak kompartemen dorsal pertama pada daerah stiloid radius menonjol.

10
Pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus
stiloideus radius, kadang-kadang dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat
penebalan pembungkus fibrosa pada sedikit proksimal prosesus stiloideus radius,
serta rasa nyeri pada adduksi pasif dari pergelangan tangan dan ibu jari. Bila
tangan dan seluruh jari-jari dilakukan deviasi ulnar, penderita merasa nyeri oleh
karena jepitan kedua tendo di atas dan disebut uji Finkelstein positif. 4
Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervain’s syndrome adalah
tes Finkelstein positif. Cara melakukannya adalah dengan menyuruh pasien untuk
mengepalkan tanganya di mana ibu jari diletakkan di bagian dalam dari jari-jari
lainnya. Si pemeriksa kemudian melakukan deviasi ulnar pasif pada pergelangan
tangan si pasien yang dicurigai dimana dapat menimbulkan keluhan utama berupa
nyeri pergelangan tangan daerah dorsolateral. 4
Lakukan tes Finskelstein secara bilateral untuk membandingkan dengan
bagian yang tidak terkena. Hati-hati memeriksa ”the first carpometacarpal (CMC)
joint” sebab bagian ini dapat menyebabkan tes Finskelstein positif palsu.

Gambar 5. Tes Finkelstein, si pemeriksa melakukan


deviasi ulnar pasif pada pergelangan tangan pasien3

11
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk menunjang
diagnosis penyakit ini. Kadang dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat
adanya faktor rheumatoid untuk mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini
juga tidak spesifik karena beberapa penyakit lain juga menghasilkan faktor
rheumatoid di dalam darahnya. 9,13
Pemeriksaan foto polos tidak spesifik untuk mendiagnosis de Quervain.
karena pada de Quervain pembengkakan disebabkan oleh pembengkakan
tenosynovium sehinggga tidak akan tampak apa-apa pada pemeriksaan roentgen.
Namun dari penelitian adanya kelainan lokal pada styloid os radial ada korelasi
yang signifikan dengan de quervain seperti : erosi kortikal, sklerosis, atau
periosteal bone apposition. 13

a b

Gambar 6. a. Pasien wanita umur 29 tahun denagn De Quervain tenosynovitis. Pada foto polos
menunjukan adanya periosteal bone apposition (panah)
b. Pasien laki-laki 75 tahun dengan De Quervain tenosynovitis. Pada foto polos menunjukan
periosteal bone apposition dengan erosi cortical.

12
Gambar 7. Pasien wanita 70 tahun dengan De Quervain tenosynovitis. A. Foto polos menunjukan
eroi cortical dan sclerosis (panah panjang) dengan pembengkanan jaringan lunak di dekatnya
(panah pendek) . B Foto polos kontralateral pada pasien yang sama menunjukan gambaran normal.

USG adalah metode pencitraan yang cocok untuk tendon pergelangan


tangan, karena cepat dan relatif murah dan juga memiliki kelebihan menawarkan
kemampuan untuk memeriksa pasien dalam kondisi gerakan dinamis dan
menargetkan lokasi yang tepat dari rasa sakit atau gejala karena tendon pertama
superfisial, probe dapat langsung ditempatkan di atas tendon, sehingga
memperoleh resolusi dan detail anatomi yang sangat baik.15
Gambaran USG yang didapat oedematous tendon penebalan APL dan
EPB pada tingkat styloid radial (bandingkan dengan sisi kontralateral)
peningkatan cairan dalam tendon tendon kompartemen tendon ekstensor pertama
penebalan retinakulum di atas dan selubung sinovial edema subkutan
peritendinous menghasilkan tanda halo hipoechoic hiperemi subkutan
peritendinous pada pencitraan Doppler penting untuk menilai septum
intertendinous yang biasanya dapat diidentifikasi jika ada.
USG sering digunakan untuk memandu suntikan kortikosteroid ke
dalam kompartemen tendon untuk mengobati kondisi tersebut.
MRI juga menyediakan gambar berkualitas tinggi dari tendon, dengan
keuntungan tambahan mendeteksi kelainan lain dari tulang atau tulang rawan.
Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat adanya penebalan pada tendon sheath
tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis longus.

13
MRI sangat sensitif dan spesifik dan berguna untuk mendeteksi penyakit
ringan di mana USG mungkin samar-samar. Adanya atau tidak adanya septum
intertendinous dapat dinilai. Temuan termasuk: tenosynovitis peningkatan cairan
dalam selubung tendon (T2 tinggi, T1 menengah rendah) puing-puing dalam
selubung (sinyal T1 menengah) menebal retinakulum edema edema subkutan
peritendinous peningkatan kontras subkutan peritendinous tendinosis pembesaran
tendon maksimal di radial styloid dan sering lebih besar pada aspek medial tendon
sedikit meningkat sinyal T1 dan T2 intratendinous dibandingkan dengan tendon
lainnya Lurik penampilan tendon karena beberapa slip diperbesar robekan tendon
longitudinal sinyal T2 tinggi linear karena cairan di dalam perpecahan lebih
umum di APL15

Gambar 8. Gambaran USG de Quervain adanya penebalan retinaculum

14
Gambar 9. Diagram skematik USG de Quervain

Gambar 10. De Quervain tenosynovitis pada pasien wanita 42 tahun. (a) MRI T1 potongan axial
menunjukan pelebaran dan irregular tendon APL dan EPB pada compartemen pertama (panah).
Tendon hypointens tidak homogen. (b) T2WI fat sat menunjukan edema hiperintens (C) US
transversal (d) potongan longitudinal menunjukkan echogenic normal tendon APL (*), pada kasus
ini dikelilingi dengan echgenic synovitis (panah)

15
Gambar 11.
A. MRI potongan Axial T2WI Fat Sep menunnjukan hiperintens (panah) yang mengelilingi
tendon sheat compartemen extensor pertama pada tingkat scaphoid
B. MRI potongan sagital T2WI Fat Sep menunjukan adanya cairan (panah) yang menyusup
diantara dan sekitar tendon extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus di
dalamtndon sheatnya dan edema jaringan lunak sekitarnya (kepala panah)

F. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding yang harus disingkirkan untuk menegakkan diagnosis de
Quervain tenosynotivis adalah :
a. Osteoarthritis Carpo-metacarpal joint (CMCJ) I
Pada umumnya nyeri yang terjadi pada OA CMCJ I berlokasi pada sisi
volar pergelangan tangan. Pada pemeriksaan finkelstein, OA CMCJ I
dapat positif, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan lainnya yaitu Grind
Test. Tes ini dilakukan dengan mendorong ibu jari dengan kuat ke arah
sendi CMC sambil melakukan gerakan sedikit memutar sehingga tampak
seperti gerakan menggiling. Tes ini negatif pada de quervain dan positif
pada OA CMCJ I.
Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan tambahan berupa foto roentgen
untuk menyingkirkan diagnosis OA CMCJ I. Pada OA akan tampak
tanda-tanda khas berupa penyempitan spatium kartilago, peningkatan
densitas tulang subchondral dan adanya osteofit.

16
b. Intersection syndrome
Tenosynovitis terjadi pada tendon dari kompartemen dorsal pertama
(tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis longus)
sampai ke tendon dari kompartemen dorsal kedua (otot ekstensor karpi
radialis longus dan otot ekstensor karpi radialis brevis) dengan gejala
nyeri dan inflamasi pada bagian distal pada daerah dorsolateral dari
lengan bawah. Nyeri pada penyakit ini lebih kurang di daerah lateral
dibandingkan pada de Quervain tenosynovitis

17
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan tatalaksana de Quervain tenosynovitis adalah untuk meringankan
rasa sakit yang disebabkan iritasi dan pembengkakan. Tatalaksana yang
dilakukan adalah dengan terapi konservatif dan intervensi bedah. Pada terapi
konservatif kasus-kasus dini, sebaiknya penderita menghindari pekerjaan yang
menggunakan jari-jari mereka. Hal ini dapat membantu penderita dengan
mengistirahatkan (immobilisasi) kompartemen dorsal pertama pada ibu jari agar
edema dapat dicegah. Idealnya, immobilisasi ini dilakukan sekitar 4-6 minggu.
Kompres dingin pada daerah edema dapat membantu menurunkan edema
(cryotheraphy).
Pada tahap awal diberikan analgetik atau injeksi lokal kortikosteroid serta
mengistirahatkan pergelangan tangan, tetapi kadang-kadang penyembuhan hanya
bersifat sementara. Operasi dilakukan pada penderita yang resisten atau untuk
meredakan nyeri secara permanen dengan membuka bagian sarung tendon yang
sempit. 5

H. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pada kasus-kasus dini, biasanya
berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan pada kasus-kasus lanjut
dan tidak memberikan respon yang baik dengan terapi konservatif, dilakukan
tindakan bedah untuk dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari
pergelangan tangan. Umumnya berlangsung dengan baik, morbiditas dapat terjadi
jika terjadi komplikasi pasca operasi misalnya adhesi tendo atau subluksasi volar
tendon. 5

18
IV. DISKUSI
de Quervain tenosynovitis stenosis pada tendon sheath kompartemen
dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari tendon otot
abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis
Wanita 56 tahun datang ke poli Neurologi RS UnHas tanggal 3 Januari
2018 dengan keluhan utama nyeri pada ibu jari tangan kanan sampai lengan
bawah yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan bertambah parah sejak 1 bulan
sebelum ke RS. Riwayat trauma disangkal
Penegakkan diagnosis pasien ini berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan radiologi foto polos X-Ray
tidak tampak kelainan radiologik. Dilakukan pemeriksaan radiologik karena
untuk menyingkirkan diagnosis banding, namun pada beberapa kasus dapat
ditemukan adanya kelainan lokal pada styloid os radial ada korelasi yang
signifikan dengan de quervain seperti : erosi cortical, sclerosis, atau periosteal
bone apposition. Pada USG wrist joint dextra didapatkan penebalan retinaculum,
penebalan tendon APL dan APB (kompartemen I), dengan echo texture yang
berubah disertai cairan bebas sekitarnya sesuai dengan gambaran de Quervain
tenosynovitis

19
DAFTAR PUSTAKA

1. NN, Biography of Fritz de Quervain, available at


http://www.whonamedit.com/doctor.cfm, 1994-2001.
2. Foye, PM, de Quervain’s Tenosynovitis, available at
http://www.emedicine.com/pmr/topic36.htm,.
3. StrollerDw,Tiurman PF, Bredella MA, Diagnostic Imaging, Orthopaedics,
Amirsys Inc (2004)
4. Witt.J.Pees.G.Gelberman RH. Treatment of de Quervain tenosynovitis. J
Bone Joint Surgery Am :991 : 73 : 219-222
5. Harvey FJ. Harvey,PM. Horsley M.W de Quervain disease: surgical or non
surgical treatment. J Hand Surgery AM 1950 :15 : 83-87
6. Chien AJ, Jacobson JA Martel W et –al. Focal radial styloid abnormality as a
manifestation of de Quervain tenosynovitis.AJR Am J Roentenol.2001:177
7. Chase, RA, Anatomy in Atlas of Hand Surgery, Stanford University School
of Medicine, W.B. Saunders Company, California, 1973. page : 3-20.
8. Weinsten, SL et all, The Wrist and Hand in Turek’s Orthopaedics, Fifth
Edition, JB Lippincott Company, Philadelphia, 1992. page : 428-30.
9. Gulf, MD, de Quervain’s Disease, available at
http://www.gulfmd.com/deQuervain’sdisease.grd.drt.
10. Bunnel S.,Stenosing Tenosynovitis at Radiostyloid Process (de Quervain
diease) in Surgery of the hand.Third Edition, Pitman medical
Publising.CO,LTD,London,1992 page 774-5
11. Natarajan, M, Wrist and Hand in Text Book of Orthopaedics, MN
Orthopaedic Hospital, Tamil Nadu, India, 1985. page : 163-6.
12. McRae, Ronald, The Wrist in Clinical Orthopaedic Examination, Third
Edition, Churchill Livingstone, Edinburgh London Melbourne and New
York, 1990. page : 71-86.

20
13. Schwartz, SI, et all, Tendon Entrapment Syndrome of First Extensor
Compartment (deQuervain’s Disorder) in Principles of Surgery, Fifth
Edition, McGraw-Hill Information Services Company, USA, 1989. page :
2066-7.
14. Wright, PE, Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing Tenosynovitis in
Campbell-Operative Orthopaedics, 10th Edition, 2004. Part XVIII, chapter
73
15. Diop AN, Ba-Diop S, Sane JC et-al (Role of US in the management of de
Quervain”s tenosynovitis: review of 22 cases) Radiol.2008;89 (9 Pt
1):1081-4)

21

Anda mungkin juga menyukai