Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kejadian de quervain tenosynovitis syndrome di USA saat ini relatif

sering, terutama terjadi pada orang – orang yang menggunakan tangannya untuk

suatu pekerjaan yang berulan seperti pekerjaan sebagai sekretaris.1 Beberapa

morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri

progresif dimana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan

tangan yang terkena. De quervain tenosynovitis syndrome lebih banyak diderita

oleh orang dewasa dibanding pada anak-anak De quervain tenosynovitis syndrome

merupakan syndrome dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi

kronik pembungkus tendon otot abductor polisis longus dan ekstensor polisis brevis

setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut.Kompartemen dorsal

I pada pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor

polisis longus dan tendon otot ekstensor polisis brevis. Pasien dengan kondisi yang

seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorso lateral dari pergelangan

tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari atau lengan bawah bagian

lateral. Beberapa penyebab de quervain tenosynovitis syndrome adalah idiopatik

atau tidak diketahui, tetapi penggunaan sendi yang berlebihan atau overuse

(terutama pada ibu jari) sering memunculkan de quervain tenosynovitis syndrome.

Kebanyakan penyebab lain adalah pemakaian otot yang berlebihan, umumnya

terjadi di sekitar pergelangan tangan, misalnya terlalu banyak menulis, mengetik,

pekerjaan seperti mengrajin, dan sebagainya yang dapat memicu. Gejala dan

keluhan yang dapat ditimbulkan oleh sindrom ini antara lain rasa nyeri saat

menggerakkan pergelangan tangan, timbul bengkak sekitar pergelangan tangan,


2

spasme m.abdductor policis longus dan m.ekstensor policis brevis, serta ada nyeri

tekan sekitar processus styloideus radii.2

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana definisi, tanda dan gejala, diagnosa serta rehabilitasi medik dari

de quervain tenosynovitis syndrome?

1.3 Tujuan

Mengetahui definisi, tanda dan gejala, diagnosa serta rehabilitasi medik dari

de quervain tenosynovitis syndrome


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Wrist

Terdapat lima otot pada pergelangan tangan otot-otot yang mengatur

gerakan di dalam pergelangan tangan) tiga ekstensor dan fleksor, tiga letaknya di

bagian radial, sedangkan dua terletak di bagian ulnar, yang terdiri aras M.ekstensor

carpi radialislongus, M. ekstensor carpi radialis brevis, M. ekstensor ulnaris, M.

fleksor carpi ulnaris, dan M. fleksor carpi radialis.1

Tendon merupakan bagian dari otot yang digunakan untuk menggerakkan

tulang. Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor

dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang

karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari

retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian

lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen

jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan

satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon

sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang

terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis

longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis

brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu

tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot

ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon
4

otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot ekstensor

karpi ulnaris. 1,2

Gambar 2.1. Anatomi Wrist1

Gambar 1. Anatomi Wrist

Gambar 2.2 Anatomi Wrist1

2.2 Definisi

De quervain tenosynovitis syndrom merupakan suatu bentuk peradangan

disertai nyeri dari selaput tendon yang berada di penutup sinovial, yang

menyelubungi otot extensor pollicis brevis dan otot abductor pollicis longus. Istilah

De Quervain’s syndrome diperkenalkan pertama kali, setelah ahli bedah dari Swiss

Fritz de Quervain, membuat laporan tentang syndrome ini pada awal tahun 1895.

Tenosynovitis merupakan iritasi yang terjadi pada tendon dan juga lapisan sinovial.

Resiko tendinitis meningkat dengan bertambahnya usia.2


5

Gambar 2.3. De quervain tenosynivitis syndrome2

2.3 Epidemiologi

Beberapa sumber memperlihatkan rasio terjainya de quervain tenosynovitis

syndrome lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8:1; pekerjaan

rumah tangga yang melibatkan penggunaan ibu jari dan pergelangan tangan, seperti

mencuci, memeras pakaian juga dikaitkan dengan kondisi tersebut. Prevalensi

tertinggi terjadi pada usia 30-55 tahun.2

Angka kejadian di USA untuk syndrome ini relatif sering, terutama orang-

orang dengan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti

sekretaris. Sebuah survei di Inggris yang dipublikasikan pada tahun 2004

mengatakan bahwa lebih dari 6000 orang dewasa yang menjadi sampel, ditemukan

kurang lebih 52% dari responden tersebut mengalami nyeri di ekstremitas atas.

Ketika persentase tersebut di spesifikkan menjadi kelainan di ekstremitas atas, de

quervain tenosynovitis syndrome terjadi sekitar 0.5% pada laki-laki dan 1.3% pada

wanita. .2,3
6

2.4 Etiologi

Penyebab sindrom de quervain tenosynovitis syndrome belum diketahui

pasti. Beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab yaitu4 :

1. Overuse

Gerakan berlebihan dan terlalu membebani sendi carpometacarpal I dapat

menyebabkan ruptur dan peradangan akibat gesekan, tekanan, dan iskemia

daerah persendian

2. Trauma langsung

Trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor pollicis longus dan

extensor pollicis brevis dapat merusak jaringan serta menyebabkan

peradangan yang bisa menimbulkan nyeri.

3. Radang sendi

Kerusakan sendi akibat proses radang mengakibatkan erosi tulang pada

bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat resorbsi

osteoklas. Kemudian pada tendon terjadi tenosinovitis disertai invasi

kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendon.

2.5 Patofisiologi

Adanya gerakan dan beban berlebihan pada sekitar sendi carpometacarpal I

dapat menimbulkan gesekan, tekanan, dan iskemia, 5-7 apabila terus menerus akan

menimbulkan peradangan dan mengakibatkan bengkak serta nyeri.6 Terjadinya

inflamasi pada daerah ini umumnya terjadi karena penggunaan tangan dan ibu jari

untuk kegiatan berulang atau repetitif. De quervain tenosynovitis syndrome timbul

akibat mikrotrauma kumulatif (repetitif). Pada trauma minor yang bersifat repetitif
7

atau penggunaan berlebih pada jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi

dari pembungkus tendon, pembungkus tendon akan mengalami penurunan

produksi dan kualitas cairan sinovial.6 Cairan sinovial berfungsi sebagai lubrikan,

sehingga jika terjadi adanya gangguan produksi dan kualitas cairan sinovial dapat

mengakibatkan gesekan antara otot dan pembungkus tendon. Proses gesekan yang

terus-menerus akan mengakibatkan inflamasi pembungkus tendon, diikuti

proliferasi jaringan ikat fibrosa. Proliferasi jaringan ikat fibrosa akan memenuhi

hampir seluruh pembungkus tendon, menyebabkan pergerakan tendon menjadi

terbatas, terjadilah stenosis. Stenosis atau penyempitan pembungkus tendon

tersebut akan mempengaruhi pergerakan otot - otot abductor pollicis longus dan

extensor pollicis brevis. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon

dengan pembungkusnya. Gesekan otot - otot ini akan merangsang saraf di sekitar

otot, sehingga menimbulkan nyeri saat ibu jari digerakkan, nyeri ibu jari merupakan

keluhan utama penderita De quervain tenosynovitis syndrome 6-8 Proses peradangan

ini juga bisa mengakibatkan timbulnya bengkak serta penurunan lingkup gerak

sendi akibat nyeri. 6-8

2.6 Penegakan Diagnosis

Diagnosis dari de quervain tenosynovitis syndrome ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik, sering didapatkan keluhan seperti berikut :

- Rasa nyeri sekitar ibu jari. Jenis nyerinya adalah nyeri pegal dan akan

terprovokasi ketika melakukan aktivitas yang berat secara berulang - ulang

dengan melibatkan gerak fleksi atau rotasi ibu jari yang terus-menerus.

- Bengkak pergelangan tangan sisi ibu jari


8

- Rasa tebal sekitar ibu jari

- Krepitasi saat menggerakkan ibu jari

- Sendi ibu jari terasa kaku saat bergerak

- Penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal

Dari pemeriksaan fisik inspeksi dapat ditemukan eritema dan edema pada

lokasi lapisan pembungkus tendon, pada saat palpasi dapat ditemukan adanya nyeri

di atas pangkal ibu jari serta teraba penebalan selubung sinovial. Pemeriksaan tes

Finkelstein dapat dilakukan untuk menentukan adanya tenosinovitis tendon

abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis. Tes Finkelstein dirancang

oleh Harry Finkelstein (1865-1939) ahli bedah Amerika Serikat pada tahun 1930.

Cara tes ini adalah ibu jari difleksikan hingga menempel telapak tangan diikuti

fleksi keempat jari dalam posisi mengepal dan ibu jari berada di dalam kepalan.7

Pemeriksa menggerakkan tangan pasien deviasi ke arah ulna. Nyeri hebat sepanjang

radius distal akan menunjukkan adanya de quervain tenosynovitis syndrome. Rasa

nyeri saat tes Finkelstein dikarenakan adanya keterbatasan tendon otot abductor

pollicis longus dan extensor pollicis brevis pada kompartemen yang menyempit

karena penebalan retinakulum ekstensor tendon otot abductor pollicis longus dan

extensor pollicis brevis. Tes Finkelstein dilakukan bilateral untuk membandingkan

dengan bagian yang tidak nyeri. Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik yang

menunjang diagnosis de quervain tenosynovitis syndrome. Pemeriksaan radiologi

secara umum juga tidak ada yang spesifik. Pada pemeriksaan ultrasonografi dapat

didapatkan penebalan dan edema pembungkus tendon. Pada pemeriksaan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) terlihat penebalan pembungkus tendon otot abductor


9

pollicis longus dan extensor pollicis brevis. Pemeriksaan radiologis lain hanya

digunakan untuk kasus-kasus trauma akut atau diduga karena fraktur. 11

Gambar 4. Tes Finkelstein11

2.7 Diagnosis Banding11

1. Carpal Tunnel Syndrome : Pada carpal tunnel syndrome, nyeri meluas ke

pergelangan tangan.

2. Degenerative arthritis sendi radioscaphoid, cervical radiculopathy terutama

segmen C5 atau C6

3. Fraktur scaphoid: nyeri daerah snuff box pada kompartemen dorsal pertama
10

2.8 Tatalaksana

Prinsip penatalaksanaan de quervain tenosynovitis syndrome meliputi terapi

konservatif dan terapi pembedahan, yang bertujuan untuk mengatasi peradangan

pada kompartemen dorsal I pergelangan tangan.

Tatalaksana Konservatif

1. Farmakoterapi

Dapat diberikan anti-inflamasi oral atau injeksi. Nonsteroidal anti-in-

ammatory drug (NSAIDS) seperti ibuprofren merupakan obat pilihan (drug

of choice) untuk nyeri. Ibuprofen bekerja dengan cara menghambat sintesis

prostaglandin. Dosis ibuprofen untuk pasien dewasa 200-800 mg, untuk

anak-anak usia 6-12 tahun 4-10 mg/kgBB/hari. Kontraindikasi obat ini

adalah adanya riwayat hipersensitif terhadap ibuprofen, ulkus peptikum,

pendarahan gastrointestinal atau perforasi, dan insufisiensi ginjal. Selain

Nonsteroidal anti-inammatory drug NSAID pilihan lainnya dapat diberikan

Kortikosteroid, Kortikosteroid dapat menekan migrasi sel-sel

polimorfonuklear dan mencegah peningkatan permeabilitas kapiler. Untuk

injeksi digunakan campuran 1 mL (10 mg) triamcinolone acetonide dan 1

mL lidokain hidroklorida 1%.13 Lokasi penyuntikan bisa di satu titik di atas

lapisan tendon ataupun dua titik di antara tendon abductor pollicis longus

dan extensor pollicis brevis. Triamcinolone acetonide merupakan steroid

lipofobik, yang mampu bertahan di pembungkus otot lebih lama

dibandingkan steroid lainnya. Efek farmakologi triamcinolone acetonide

bertahan dua minggu hingga satu bulan setelah injeksi. Injeksi


11

kortikosteroid dapat diulangi apabila pasien gagal menunjukkan perbaikan.

Injeksi steroid maksimal dilakukan tiga kali, dengan jeda tiap injeksi dua

minggu.13,14 Komplikasi injeksi steroid antara lain: infeksi lokal pada lokasi

penyuntikan, depigmentasi kulit, atrofi lemak subkutan, dan ruptur

tendon.16-18

Gambar 2.4. Injeksi Kortikosteroid16

2. Rehabilitasi Medik

a. Terapi Modalitas Fisik

- Kompres Dingin

Dapat dilakukan kompres dingin untuk membantu mengurangi edema.

- Ultrasonografi (US)

Ultrasonografi terapeutik adalah modalitas yang digunakan untuk berbagai

cedera muskuloskeletal yang bertujuan untuk meningkatkan ekstensibilitas

jaringan, membantu menghilangkan rasa sakit, serta membantu

penyembuhan luka, tendon, dan tulang melalui penggunaan "gelombang

suara frekuensi tinggi" frekuensi 3 MHz biasanya yang digunakan untuk de

quervain tenosynovtis syndrome. Terdapat dua klasifikasi ultrasonik

terapeutik yaitu termal (ultrasonik kontinu) atau non-termal (ultrasonik


12

berdenyut atau intensitas rendah), biasanya untuk de quervain tenosynovtis

syndrome yang digunakan terapi non-termal untuk efek penyembuhan

cedera tendon dan regenerasi jaringanIntensitas bervariasi dari 0 hingga 2,0

W / cm14

- Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) bermanfaat untuk

menurunkan rasa nyeri yaitu karena adanya rangsangan arus listrik untuk

merangsang saraf periferal untuk menghambat transmisi pusat informasi

nyeri. Pada kasus de quervain tenosynovitis syndrome intensitas TENS yang

digunakan adalah intensitas rendah karena digunakan untuk mengurangi

rasa nyeri dengan mekanisme segmental dengan menghambat rasa nyeri

melalui efek kontra-iritasi yang menyebabkan terhambatnya impuls perifer.

penurunan nyeri dengan TENS menggunakan teori Gate Control,

mekansismenya yaitu karena adanya rangsangan terhadap serabut

nosiceptor yang menyebabkan substansi gelatinosa tidak aktif sehingga

membuka gerbang yang memungkinkan diteruskannya impuls noksius ke

sentral sehingga sensasi nyeri terasa. 14

Gambar 2.5 TENS14


13

b. Latihan

Terapi latihan dilakukan pada fase kronis untuk merehabilitasi penderita

cedera atau gangguan syndrome agar dapat mengembalikan fungsi tubuh

seperti atau mendekati fungsi semula.14

1. Menempatkan telapak tangan yang sakit di atas meja, dibantu dengan

menggunakan tangan yang sehat, menggerakkan atas bawah ibu jari

yang sakit dari meja, ulangi 5 - 10 kali setiap 2 jam.

2. Meletakkan tangan yang sakit di atas meja menggunakan tangan yang

sehat, mengerakkan ibu jari yang sakit dari jari-jari, ulangi 5 - 10 kali

setiap 2 jam14
14

3. Menambahkan penguatan pergelangan tangan dan latihan penguatan

dengan menggunakan karet, pertama dengan cara meletakkan karet di

jari dan ibu jari lalu menggerakkan ibu jari dengan melawan hambatan

karet, ulangi gerakan sampai 10 kali14

c. Terapi Orthesa

- Kinesio taping

Kinesio taping yang direkatkan pada de quervain tenosynovitis syndrome

terutama bertujuan untuk menginhibisi aktivasi otot yang mengalami

gangguan nyeri. Prosedur pemasangan taping pada de quervain

tenosynovitis syndrome yaitu: daerah atau kulit yang akan dipasang taping

harus bersih, kering dan bebas dari minyak, ukur taping sesuai area yang

dibutuhkan, diukur dari ibu jari sampai tengah antara medial radius dan

elbow dengan bentuk taping “I”. Posisi pasien adalah siku semi fleksi IP 1

fleksi, pergelangan ulnar deviasi (posisi terulur). Taping dipasang dari distal

ke proksimal dengan tarikan kurang lebih 15 %. Untuk aplikasi kedua,

bentuk taping “I” dipasangkan pada medial pergelangan tangan dengan

posisi melingkar kearah ulnar dengan tarikan 35 %. Taping diganti setelah

2 hari atau lebih.14

Gambar 2.6. Kinesiotapping


15

- Penggunaan Thumb Splint

Pasien juga disarankan menggunakan thumb splint untuk mengurangi nyeri

dan membatasi pergerakan atau imobilisasi ibu jari dan sendi pergelangan

tangan. Penggunaan thumb splint efektif untuk imobilisasi dan

mengistirahatkan tendon otot extensor pollicis brevis dan abductor pollicis

longus, sehingga dapat mencegah gesekan yang mungkin terjadi di dalam

sendi.14

Gambar 2.7. Thumb Splint

d. Edukasi

Edukasi menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan.12

Pasien dianjurkan untuk mengistirahatkan (imobilisasi) kompartemen

dorsal pertama ibu jari untuk mencegah edema lebih lanjut. Idealnya,

imobilisasi sekitar 4-6 minggu.12

Tatalaksana Pembedahan

Pembedahan diperlukan bila terapi non-pembedahan tidak efektif lagi, terutama

pada kasus-kasus lanjut telah terjadi perlengketan pembungkus tendon16 atau pada

pasien yang memiliki prognosis kurang baik dengan terapi non-pembedahan

seperti:17,18
16

1. Pasien dengan nyeri hebat (VAS/ Visual Analogue Scale >8/10) dan inflamasi

sepanjang nervus radialis atau kompartemen ekstensor I

2. Pasien yang tidak mentoleransi NSAIDS, sehingga proses penyembuhan sangat

lambat

3. Pasien tidak mampu memahami edukasi selama masa pengobatan seperti

pembatasan gerak ibu jari

4. Pembengkakan hebat pada bagian dorsal kompartemen ekstensor I pergelangan

tangan

Pembedahan dilakukan dengan anestesi lokal dan menggunakan torniket dengan

cara yang pertama insisi kulit sepanjang 3 sentimeter pada area kompartemen dorsal

I pergelangan tangan, dimulai dari dorsal ke volar dengan arah transversal oblik

sejajar lipatan kulit melewati daerah lunak kompartemen dorsal I. Tindakan diseksi

tajam hanya sampai lapisan dermis dan tidak sampai ke lapisan lemak subkutaneus,

menjauhi cabang-cabang nervus radialis superfisialis.16 Setelah menarik tepi kulit,

gunakan diseksi tumpul untuk lemak subkutaneus. Kemudian cari dan lindungi

cabang-cabang sensoris nervus radialis superfisialis, biasanya terletak di bagian

dalam vena-vena superfisialis, mencari tendon proksimal sampai penyempitan

ligamen dorsal dan pembungkus tendon, kemudian membuka kompartemen dorsal

I pada sisi dorsoulnar. Dengan ibu jari abduksi dan pergelangan tangan fleksi,

mengangkat tendon otot abductor policis longus dan otot extensor policis brevis

dari tempatnya. Kemudian menutup insisi kulit. Diperlukan rehabilitasi setelah

operasi. Rehabilitasi pasca-operasi meliputi monitoring status luka operasi,

monitoring pembengkakan dan peradangan, latihan range of motion (ROM) aktif


17

dan pasif, dan remodelling skar. Pascaoperasi pasien disarankan menggunakan

splint thumb spica selama 1-2 minggu untuk imobilisasi ibu jari. Kemudian 10-14

hari pascaoperasi, splint dilepas setelah jahitan dilepas.18

Gambar 2.8. Surgical release

2.9 Prognosis

Prognosis umumnya baik, biasanya berespon baik pada terapi non

pembedahan. Pada kasus-kasus lanjut dan tidak merespons baik dengan terapi non-

pembedahan, maka dilakukan pembedahan dekompresi kompartemen dorsal I

pergelangan tangan. Pasien de quervain tenosynovitis syndrome perlu menghindari


18

aktivitas yang repetitif pada pergelangan tangan atau ibu jari hingga tercapai

pengobatan adekuat.18
19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

De quervain tenosynovitis syndrome adalah suatu bentuk

peradangan disertai nyeri dari selaput tendon yang berada di

pembungkus sinovial, yang menyelubungi otot extensor pollicis brevis

dan otot abductor pollicis longus. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik serta dengan pemeriksaan Finkelstein

test. berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti rasa nyeri

sekitar ibu jari, bengkak pergelangan tangan sisi ibu jari, rasa tebal

sekitar ibu jari, krepitasi saat menggerakkan ibu jari, sendi ibu jari terasa

kaku saat bergerak, penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal.

Penatalaksanaan de quervain tenosynovitis syndrome dapat melalui

pembedahan dan non- pembedahan. Tatalaksana bedah diperlukan bila

terapi non-pembedahan tidak efektif lagi terutama pada kasus-kasus

lanjut telah terjadi perlengketan pada pembungkus tendon.

3.2 Saran

Berdasarkan studi literatur ini tatalaksana perlu dilakukan

secara rutin serta perlu adanya dukungan yang baik dari keluarga guna

mempermudah proses kesembuhan dari pasien.


20

DAFTAR PUSTAKA

1. Kit Braun. De Quervain’s A Cousin to Carpal Tunnel Syndrom.

Journal of Court Reporting. 2001

2. De quervain syndrom. American Society for Surgery of the Hand.

2012

3. Wright PE. Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing

Tenosynovitis in Campbell-Operative Orthopaedics. 2004

4. Papa JA. Conservative management of de Quervain’s stenosing

tenosynovitis: A case report. JCCA. 2012;56:112-20

5. Moore JS. De Quervain’s tenosynovitis. Stenosing tenosynovitis of

the first dorsal compartment. J Occup Environ Med.

1997;39(10):990–1002

6. Borg-Stein J, Dugan SA. Musculoskeletal disorders of pregnancy,

delivery, and postpartum. Phys Med Rehabil Clin N Am.

2007;18:459-76

7. Fedorczyk JM. Tendinopathies of the elbow, wrist, and hand:

histopathology and clinical considerations. J Hand Ther.

2012;25(2):191–200

8. Wolf JM, Sturdivant RX, Owens BD. Incidence of de Quervain’s

tenosynovitis in a young, active, population. J Hand Surg.

2009;34(1):11

9. Ast M, Schaffer AA, Thoder J. De Quervain tenosynovitis of the

wrist. J Am Acad Orthop Surg. 2008;15(12):757–64.


21

10. McAuliffe JA. Tendon disorders of the hand and wrist. J Hand Surg

Am. 2010;35(5):846–53. quiz 853

11. Ilyas AM, Ast M, Schaffer AA. De Quervain tenosynovitis of the

wrist. J Am Acad Orthop Surg. 2007;15:757-64

12. Richie CA, Briner WW. Corticosteroid injection for treatment of de

Quervain’s tenosynovitis: A pooled quantitative literature

evaluation. JABFP. 2003;16:102-6

13. Kwon BC, Choi SJ, Koh SH, Shin DJ, Beek GH. Sonographic

identification of the intracompartmental septum in de Quervain’s

disease. Clin Orthop Relat Res. 2010; 468(8):2129–34.

14. Ilyas A. Nonsurgical treatment of de Quervain’s tenosynovitis. J

Hand Surg. 2009;34A:928–9

15. Sawaizumi T, Nanno M, Ito H. De Quervain’s disease: Eficcacy of

intra-sheath triamcinolone Injection. Springer. 2007;31:265-8

16. Mehdinasab SA, Alemohammad SA. Methylprednisone acetate

injection plus casting versus casting alone for the treatment of de

Quervain’s tenosynovitis. Arch Iran Med. 2010; 13(4):270–4.

17. Peters-Veluthamaningal C, van der Windt DA, Winters JC,

Meyboom-de Jong B. Corticosteroid injection for de Quervain’s

tenosynovitis. Cochrane Database Syst Rev. 2009; (3):CD005616.

18. Scheller A, Schuh R, Honle W. Long-term result of surgical release

of de Quervain’s stenosing tenosynivitis. Springer. 2009;33:1301-3

Anda mungkin juga menyukai