Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apoteker merupakan bagian dari masyarakat indonesia yang
dianugrahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang
kefarmasian, yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi manusia,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga
negara Republik Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Ikatan Apoteker Indonesia merupakan satu-satunya organisasi
profesi Apoteker di Indonesia, yang merupakan perwujudan dari hasrat
murni dan keinginan luhur para anggotanya yang menyatakan untuk
menyatukan diri dalam upaya mengembangkan profesi luhur Kefarmasian
di Indonesia pada umumnya dan bermartabat.
Berkat Tuhan Yang Maha Esa dengan keinginan suci nan luhur dari
para anggota untuk menumbuhkembangkan Organisasi dan Profesi
Kefarmasian , serta berbkati pada nusa dan bangsa, maka para Apoteker
dengan ini mendirikan :
Pasal

: Organisasi ini bernama Ikatan Apoteker Indonesia yang

disingkat menjadi IAI.


Pasal 2 : Ikatan Apoteker Indonesia berkedudukan di dalam wilayah
Negara Republik

Indonesia dan Organisasi Tingkat Pusat berkedudukan

di Ibu Kota Negara.


Pasal 3

: nama Ikatan Apoteker Indonesia ditetepkan Kongres Nasional

ISFI XVIII pada tanggal 8 desember 2009 di Jakarta yang merupakan


kelanjutan dari nama Ikatan Apoteker Indonesia yang di tetapkan dalam
Kongres VII Ikatan Apoteker Indonesia di Jakarta pada tanggal 26 februari
1965 yang juga merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker Indonesia
yang didirikan pada tanggal 18 juni 1955 , untuk jangka yang tidak di
tentukan.
IKATAN APOTEKER INDONESIA

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia
( IAI ) ?
2. Bagaimanakah sejarah dan struktur Organisasi Ikatan Apoteker ?
3. Bagaimanakah peraturan peraturan Organisasi Ikatan Apoteker ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui Organisasi Ikatan Apoteker
Indonesia ( IAI )
2. Mengetahui sejarah Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia ( IAI )
3. Mengetahui

peraturan-peraturan Organisasi

Ikatan

Apoteker

Indonesia ( IAI )

IKATAN APOTEKER INDONESIA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Ikatan Apoteker Indonesia


Pada tahun 1955, beberapa apoteker di Jakarta mulai merasakan
perlunya suatu organisasi apoteker yang dapat memperhatikan dan
memperjuangkan kepentingan-kepentingan farmasi pada umumnya dan
kepentingan-kepentingan apoteker pada khususnya.
Sehubungan dengan keinginan di atas, pada 20 april 1955
dibentuklah

suatu

panitia

persiapan

untuk

mempersiapkan

dan

melaksanakan pembentukan perhimpunan apoteker nasional. Anggota


panitia persiapan tersebut adalah Drs. E. Looho, Drs. Liem Tjae Ho (Wim
Kalona) , Drs. Kwee Hwat Djien , dan Drs. Ie Keng Heng. Tugas dari panitia
tersebut ialah menyiapkan Rancangan Anggaran Dasar, nama organisasi
dan lambangnya, Rancangan Anggaran Rumah Tangga, dan menyiapkan
urgensi program untuk diajukan pada muktamar I.
Muktamar

I.

Para

Apoteker

Indonesia

berhasil

melaksanakan

Muktamar I pada tanggal 17-18 Juni 1955 dengan mengambil tempat


Gedung Metropole ( Gedung Megaria, red ).

Hasil dari kongres I itu

ialah :

IKATAN APOTEKER INDONESIA

a. Pengesahan nama organisasi Ikatan Apoteker Indonesia yang


disingkat IKA.
b. Pengesahan lambang IKA
c. Pengesahan Anggaran IKA
Menetapkan

Urgensi

Program

Penyusunan

Daftar

Kebutuhan

Obat,

mengatur distribusi obat dan mempersiapkan industri farmasi.


Pemilihan Anggota Pengurus Besar Utama adalah :
Ketua

: Drs. E. Looho

Sekretaris : Drs. Moh. Kamal


Bendahara : Drs. Tio Tiang Hoey
Anggota

: Drs. Yap Tjwan Bing, Drs. Liem Tjae Ho, Drs. Kho Han Yao,
dan Drs Zakaria Raib

Alamat sekretariat : Jl. Teuku Umar 66, Jakarta Muktamar II. Muktamar ke
II IKA berlangsung di Jakarta tahun 1956 dengan mengambil tempat di
Gedung PB IDI , Jl. Sam Ratulangi.
Pada muktamar tersebut dilakukan pengesahan Anggaran Rumah
Tangga yang tidak sempat disahkan dalam Muktamar I. Muktamar juga
berhasil memilih Pengurus Baru, yakni : Drs. E Looho, Drs. M. Kamal
( penulis ), Drs. Tio Tiang Hoey ( bendahar I ), Drs. Liem Oie Yam Djien
(bendahara II), Drs, Zakaria Raib ( anggota ), dan Drs. Liem Tjae Ho
(anggota ). Sekretariat masih di Jl. Teuku Umar 66, Jakarta ( Rumah Drs.
M. Kamal ).
Muktamar

III.

Muktamar

ke

III

IKA

dilangsungkan

digedung

Perhimpunan Ilmu Pengetahuan Alam, Jl. Surapati No. 1, Bandung, pada


31 agustus 2 september 1957.

Pada Muktamar tersebut

dilakukan pengesahan Laporan Tahunan 1956-1957, pengesahan Laporan


Keuangan, pembentukan Panitia Verifikasi, menetapkan Muktamar ke IV di
Jawa

Tengan

pada

tahun

1958

dan

memindahkan

Redaksi

dan

administrasi Majalah Suara Farmasi dari Jakarta ke Bandung di bawah

IKATAN APOTEKER INDONESIA

pimpinan DR. Poey Seng Bouw. Muktamar ke III IKA ini menghasilak
pengurus baru sebagai berikut :
Drs. Zakaria Raib ( ketua ), Drs. Soemartojo ( wakil ketua ), Drs. Agus
Garmana ( penulis ), Drs. Liem Oie Yam Djien (bendahara), Drs. M. Kamal
(anggota), Drs. Liem Tjae Ho (anggota), dan Drs. Ruskanda ( anggota ).
Alamat Sekretariat pengurus IKA pindah ke Jl. Tebah III no.25, Blok E,
Kebayoran Baru, Jakarta.
Muktamar IV. Muktamar ke IV IKA diselenggarakan di Salatiga Jawa
Tangah Tahun 1958. Tidak ada dokumen tnentang hasil keputusannya.
Muktamar V. Muktamar V IKA dan Lustrum I IKA dilangsungkan di
Cipayung pada 19 sampai dengan 22 agustus 1960. Pada acara tersebut
di tetapkan program kerja di bidang Organisasi, Pendidikan, Produksi dan
Distribusi Obat, Undang Undang Farmasi, Farmakope Indonesia dan
Penyebaran tenaga apoteker. Muktamar berhasil memilih pengurus baru
sebagai berikut :
Drs. Zakaria Raib ( ketua ), Drs. E Looho ( wakil ketua ), Drs. Purnomo
Singgih ( penulis ), Drs Tjoa Kian Kie ( bendahara ), Drs. Liem Tjae Ho
(anggota), Drs. Sri Sugati Sjamsuhidajat ( anggota ), Drs. Goei Tjong Tik
( anggota ), dan Drs. Surastomo Hadisumarno ( anggota ). Juga ditetapkan
tempt Muktamar ke IV : Jawa Timur.
Muktamar VI. Muktamar ke IV dilangsungkan di Murnayati
Lawang ( Jawa Timur ) pada 31 agustus 4 september 1961, dan memilih
pengurus besar baru yang terdiri dari Drs. Zakaria Raib ( ketua ), Drs. E
Looho ( wakil ketua ), Drs. Purnomo Singgih ( penulis ), Drs Tjoa Kian Kie
(

bendahara

),

Drs.

Liem

Tjae

Ho

komisaris

umum

).

Muktamar juga mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga yang baru dan menetapkan tempat berlangsungnya Muktamar ke
VII / Perayaan Windon ke I pada tahun 1963 di Jawa Barat.
Muktamar VII. Muktamar ke VII ini mempunyai arti khusus karena
karena tidak lagi menggunakan sebutan Muktamar IKA melainkan Kongres

IKATAN APOTEKER INDONESIA

Nasional Sarjana Farmasi. Pada Kongres ini diputuskan beberapa hal


penting yaitu :
1. Mengubah nama, bentuk dan sifat organisasi para apoteker dari
Ikatan Apoter Indonesia (IKA) menjadi Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia (ISFI)
2. Keanggotan ISFI terdiri atas Sarjana farmasi, Apoteker dan Sarjana
Farmasi Non Apoteker
3. Membentuk Koprs Sarjana Farmasi menurut bidangnya masingmasing : Korp Sarjana Farmasi Produksi , Korp Sarjana Farmasi
Distribusi, Korp Sarjana Farmasi Rumah Sakit, Korp Sarjana Farmasi
ABRI ( TNI, red), dll.
Muktamar ke VII ini juga telah memilih Drs. Purnomo Singgih sebagai
ketua umum ISFI. Beberapa bulan kemudian terjadi perubahan dalam
pengurus dimana Drs. Heman diangkat sebagai ketua sementara BPP ISFI.
Karena kesibukan dalam pekerjaannya tidak memungkinkan Drs. Heman
mencurahkan seluruh perhatiannya bagi organisasi, Drs. Heman kemudian
digantikan oleh Drs. Soerastomo Hadisoemarno. Kemudian jabatan ketua
sementara ini dipindahkan lagi kepada Drs. Soekaryo hingga dilaksakan
Kongres Nasional ISFI VIII di Jakarta , tanggal 30 Oktober hingga 3
Nopember 1967.
Kongres Nasional ke VIII di Jakarta ini mempunyai arti penting
karena dilaksanakan ketika permulaan era kepemimpinan orde baru.
Banyak keputusan dan Rekomendasi yang dihasilkan antara lain adalah
dipilihnya Drs. Soekaryo terpilih sebagai ketua Umum.
Semenjak itu pula lewat beberapa kongres berkali-kali Drs. Soekaryo
terpilih sebagai ketua umum BPP ISFI, jabatan ini di pegangnya terus
sampai kini. ( di kutip oleh Ahmad Subagio dari buku Profil Sarjana Farmasi
Indonesia 1981 ).

IKATAN APOTEKER INDONESIA

Pada Kongrea XVIII Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia di Jakarta pada


tanggal 07-09 Desember 2009 , nama Organisasi Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia ( ISFI ) berubah menjadi Ikatan Apoteker Indonesia ( IAI ).

2.2 Visi dan Misi Ikatan Apoteker Indonesia


Visi
Menjadi Organisasi Profesi Apoteker yang percaya diri, mandiri,
terpercaya dan profesional serta dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian
bagi seluruh lapisan masyarakat Kalimantan Barat khususnya, masyarakat
Indonesia pada umumnya.
Misi
1. Menyiapkan Apoteker yang berbudi luhur , profesional, memiliki
kesejawatan yang tinggi, dan inovatif , serta berorientasi ke masa
depan
2. Membina, menjaga dan meningkatkan profesionalisme Apoteker
sehingga

mampu

menjalankan

praktek

kefarmsian

secara

bertanggung jawab
3. Memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggota dalam
menjalankan praktek profesinya
4. Mengembangkan kerja sama dengan dengan organisasi profesi
lainnya baik nasional maupun internasional.

2.3 Fungsi Ikatan Apoteker Indonesia


Untuk mencapai visi dan misi tersebut, maka Ikatan Apoteker
Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Meningkatkan inovasi anggota dalam upaya pelayanan kefarmasian,
upaya penggalian, penelitian, dan pengujian pengembangan dan
produksi obat-obatan dan obat tradisional

IKATAN APOTEKER INDONESIA

2. Meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan anggota dalam


bidang kefarmasian kepada masyarakat luas
3. Mengadakan dan membina hubungan dan kerjasama dengan
organisasi nasioanal dan internasioanl yang berkaitan dengan
kefarmasian, kedokteran dan organisasi internasional yang serupa
4. Mengadakan serta menyelenggarakan program kegiatan melalui
pertemuan/seminar

ilmiah

yang

bersifat

lokal,

nasional,

dan

internasional
5. Memantapkan peran anggotan dalam usaha :
1. Melindungi masyarakat terhadap pencemaran profesi, bahaya
narkotika dan penyalahgunaan obat.
2. Pengawasan
pengamanan

kesehatan

obat,

lingkungan,

makanan,

minuman,

pemanfaatan
kosmetika

dan

dan
obat

tradisional
a. Memberikan

advokasi

kepada

anggota

berkaitan

dengan

masalah yurisprudensi
b. Mengadakan berbagai kegiatan lain dipandang perlu untuk
mencapai visi dan misi organisasi.

2.4 Keanggotaan , Kewajiban dan Hak Keanggotaan


A. Keanggotaan
1. Keanggotaan Ikatan Apoteker Indonesia terdiri atas :
1) Anggota
2) Anggota Luar Biasa
3) Anggota kehormatan
2. Ketentuan tentang keanggotaan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga
B. Kewajiban dan Hak Keanggotaan
1. Setiap anggota, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan
berkewajiban untuk menjunjung tinggi nama dan kehormatan
Organisasi
2. Setiap anggota berkewajiban untuk :
IKATAN APOTEKER INDONESIA

a. Memegang teguh Kode Etik Apoteker Indonesia, Anggaran


Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi
b. Aktif melaksanakan Program Organisasi
c. Ikut membela dan memajukan Organisasi
3. Setiap anggota mempunyai hak untuk mendapatkan pembinaan dan
perlindungan dalam menjalankan profesinya
4. Ketentuan tentang kewajiban dan hak anggota diatur lebih lanut
dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peraturan Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia


Untuk melakukan registrasi keanggotaan yang lebih maksimal
perlu adanya peraturan organisasi yang mengatur tentang mekanisme
registrasi anggota yang lebih efesian dan menitikberatkan pada peranan
Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang. Untuk maksud tersebut diatas
perlu ditetapkan suatu Peraturan Organisasi tentang Registrasi Anggota ,
dengan Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
A. HEREGISTRASI
1. Ditujukan kepada apoteker ang sudah terdaftar sebagai anggota Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia sampai dengan tanggal 8 desember 2009
dan yang belum terdaftar sebagai anggota Ikatan Apoteker Indonesia
2. Bagi semua apotker yang dimaksud pada ayat (1) diwajibkan untuk
segera melakukan heregistrasi dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
dalam setelah peraturan ini ditetapkan.
3. Pemohon engajukan permohonan kepada Pengurus Daerah melalui
Pengurus Cabang setempat dengan melampirkan :
a. Fotocopi

ijazah

Pendidikan

Program

Profesi

Apoteker yang

dilegalisir
IKATAN APOTEKER INDONESIA

b. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk


c. Pas foto berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar
d. Surat Pernyataan Kesediaan untuk melaksanakan Sumpah / Janji
Apoteker, Kode Etik Profesi , Peraturan Perundang-undangan
dibidang farmasi dan Peraturan Organisasi
4. Pemohon membayar uang iuran tahunan anggota sebagai mana diatur
dalam peraturan Organisasi tentang Iuran Anggota
5. Heregistrasi ini tidak berlaku bagi apoteker yang sedang terkena sangsi
oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia / Ikatan Apoteker Indonesia.

B. REGISTRASI BARU
1. Registrasi ini ditujukan bagi apoteker yang baru lulus dan yang
belum terdaftar sebagai anggota Ikatan Apoteker Indonesia
2. Pemohon mengajukan permohonan secara perorangan atau kolektif
kepada Pengurus Daerah setempat dimana

Perguruan Tinggi

Farmasi berada , dengam melampirkan :


a.

Fotocopy Ijazah Pendidikan Sarjana Farmasi yang dilegalisir

b.

Fotocopy Ijazah Pendidikan Program Profesi Apoteker yang


di legalisir

c.

Fotocopy Surat Sumpah Apoteker yang dilegalisir

d.

Fotocopy Surat Tanda Penduduk

e.

Pas photo berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar

3. Pemohon membayar uang pangkal pendaftaran sebesar Rp. 50.000


(lima puluh ribu rupiah).
4. Pemohon membayar uang iuran tahunan anggota sebagaimana
diatur dalam peraturan Organisasi tentang Iuran Tahunan Anggota

IKATAN APOTEKER INDONESIA

10

5. Pemohon mengikuti pembinaan Organisasi yang dilakukan oleh


Pengurus Daerah setempat sesuia dengan Peraturan Organisasi
tentang pembinaan Organisasi.

3.1.1 Peraturan Organisasi tentang Iuran Tahunan Anggota


1. Penarikan iuran tahunan anggota dilakukan oleh Pengurus Daerah
melalui Pengurus Cabang
2. Iuran Tahunan anggota bersifat wajib bagi setiap anggota
3. Besarnya iuran tahunan anggota adalah Rp. 150.000 dan akan
ditinjau lagi secara periodic
4. Besaran alokasi iuran anggota untuk masing-masing pengurus
adalah sebagai berikut :
a. Pengurus Pusat sebasar 15 %
b. Pengurus Daerah sebesar 35 %
c. Pengurus Cabang sebesar 50 %
5. Pengalokasian

iuran

tahunan

anggota

kepada

masing-masing

pengurus dilakukan oleh Pengurus Cabang


6. Pengurus

Cabang

memberikan

laporan

penarikan

dan

pendistribusian iuran tahunan anggota setiap 6 bulan sekali kepada


Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah
7. Bagi anggota yang lalai dalam membayar iuran tahunan anggota
akan diberikan sanksi sesuai dengan Peraturan Organisasi

3.1.2 Peraturan Organisasi tentang Kartu Tanda Anggota


1. Kartu

Tanda

Anggota

diberikan

kepada

anggota

yang

telah

melakukan heregistrasi atau registrasi


2. Kartu Tanda Anggota dikeluarkan oleh Pengurus Daerah dengan
masa berlaku 5 (lima) tahun dan melakukan rgistrasi ulang setiap 1
(satu ) tahun sekali

IKATAN APOTEKER INDONESIA

11

3. Format Kartu Tanda Anggota dan Nomor Registrasi ditetapkan oleh


Pengurus Pusat
4. Kartu Tanda Anggota harus dikembalikan kepada Pengurus Daerah
atau dapat melalui Penguru Cabang apabila :
a. Mengajukan surat keterangan lolos butuh
b. Mengundurkan diri

3.1.3 Peraturan Organisasi Tentang Status dan Kewenangan


Pengurus Daerah
1. Status Pengurus Daerah dibentuk berdasarkan keberadaan provinsi
yang ada di wilayah NKRI
2. Sekretariat Pengurus Daerah berada di ibukota propinsi atau atas
pertimbangan tertentu selain di ibu kota propinsi setempat
3. Pengurus Daerah memiliki kewenangan untuk :
a. Mencetak / mengeluarkan Kartu Tanda Anggota
b. Menarik Kartu Tanda Anggota
c. Mengusulan pemberhentian Keanggotaan
d. Mengkoordinasikan

kegiatan

Pengurus

yang

berada

diwilayahnya dengan pengurus pusat


e. Menindaklanjuti Surat Kesepakatan Bersama ( SKP ) Ikatan
Apoteker Indonesia dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi
Indonesia (APTI) pada tingkat daerah
f. Membina Anggota, Pengurus Cabang dan Himpunan Seminat
yang berada diwilayah kerjanya
g. Mengeluarkan Surat Keterangan Lolos Butuh antar propinsi
h. Menandatangani Surat Sumpah Apoteker lulusan Perguruan
Tinggi Farmasi diwilayah kerjanya
4. Pengurus daerah berhak :
a. Bertindak atas nama organisasi IAI di tingkat daerah di dalam
dan di luar pengadilan
IKATAN APOTEKER INDONESIA

12

b. Mengelola iuran anggota untuk kepentingan organisasi dan


anggota
c. Mengikuti

kegiatan

Kongres

Nasional

Ikatan

Apoteker

Indonesia
d. Mengikuti kegiatan rapat kerja Nasional Ikatan Apoteker
indonesia
e. Mengikuti

kegiatan

lain

dalam

lingkuporganisasi

Ikatan

Apoteker Indonesia sesuai dengan AD/ART dan Peraturan


Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia

3.1.4 Peraturan Organisasi Tentang Status dan Kewenangan


Pengurus Cabang
1. Kabupaten atau Kota dapat membentuk Kepengurusan Cabang
Ikatan Apoteker Indonesia apabila memiliki minimal 6 orang
apoteker

atas

persetujuan

Pengurus

Daerah

Ikatan

Apoteker

Indonesia setempat
2. Kabupaten atau kota yang memiliki kurang dari 6 orang apoteker
dapat bergabung dengan Pengurus Cabang di Kabupaten / Kota
terdekat
3. Sekretariat Pengurus Cabang berada di Ibukota Kabupaten atau Kota
setempat
4. Pengurus cabang memiliki kewenangan untuk :
a. Membina anggota
b. Mengikuti kegiatan Konferda, Rakerda, Kongres nasional dan
Rakernas Ikatan Apoteker Indonesia
c. Mengeluarkan Surat Keterangan Lolos Butuh antar Kabupaten
/Kota dalam satu propinsi
d. Mengeluarkan rekomendasi untuk Surat Ijin Praktek atau Kerja

IKATAN APOTEKER INDONESIA

13

e. Melakukan

advokasi

mengkoordinasikannya

ke

instansi

dengan

Pengurus

terkait

dan

Daerah

sesuai

kebutuhannya.

5. Pengurus Cabang berhak mengikuti kegiatan:


a. Konferda Pengurus Daerah setempat
b. Rakerda Pengurus Daerah setempat
c. Kongres Nasional IKATAN APOTEKER INDONESIA
d. Rapat Kerja Nasional IKATAN APOTEKER INDONESIA

3.1.5

Peraturan

pengambilan

suara

dalam

Ikatan

Apoteker

Indonesia
Menurut UU Pasal 21 ayat 2 tentang Pengambilan keputusan dalam
IAI pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin secara musyawarah untuk
mufakat dan apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan di ambil
berdasarkan
mengambil

suara

terbanyak.

keputusan

tentang

dalam

hal

pemilihan

kongres

atau

kepemimpinan,

konferensi
sekurang

kurangnya 2/3 dari jumlah peserta harus hadir.

3.2 Susunan Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia


Susunan pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Masa Bakti 20092013
1. Ketua Umum : Drs. M. Dani. Pratomo, MM, Apt
2. Ketua Kehormatan : Prof. DR. Haryanto Dhanutirto. DEA. Apt
3. Drs. Nurul Falah EP. Apt

( sekretaris )

4. Drs. Nunut Robbyanto, Apt

( wakil sekjen )

5. Drs. Noffendri, Apt

( wakil sekjen )

6. Drs. Sus Maryati, Apt, MM

( wakil sekjen )

7. Drs. Chusun, Apt, M. Kes

( wakil sekjen )

IKATAN APOTEKER INDONESIA

14

8. Drs. Ita Hutagalung, Apt

( bendahara )

9. Drs. Eddyaningsih, Apt

( wakil bendahara )

10.

Drs. Yetty Hersunaryati, Apt

11.

Drs. Saleh Rustanti, Apt

( wakil bendahara )
( wakil ketua apoteker

komunitas )
12.

Drs. Masrial Mahyudin, Apt

( wakil ketua apoteker

rumah sakit )
13.

Drs. Pre Agusta Siswantoro , Apt

( wakil ketua apoteker

distribusi )
14.

Drs. Djoko Suwono, Apt

15.

Drs. Meinarwati, Apt

( wakil apoteker industri )


( wakil ketua hubungan

antar lembaga )
16.

Drs. DR. Dahrianus, Apt

(wakil ka. Pengembangan

SDM & DIKLIT)


17.

Drs. Bambang Triwara, Apt

( wakil ketua organisasi )

18.

Drs. Zurbandi, Apt, MM

19.

Drs. Sukiman Said Umar, Apt ( wakil ketua kesejahteraan dan

( wakil ketua ventura )

pengabdian masyarakat)
20.

Drs. Wahyudi U. Hidayat, Apt, M. Sc( wakil ketua penerbitan &

kegiatan ilmiah )

IKATAN APOTEKER INDONESIA

15

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ikatan Apoteker Indonesia atau Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia adalah satu satunya organisasi profesi kefarmasian di
indonesia yang di tetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 41846/KMB/121 tertanggal 16 september 1965.
Nama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia di tetapkan dalam kongres
VII Ikatan Apoteker Indonesia di jakarta pada tanggal 26 februari
1965 dan merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker Indonesia
yang di dirikan pada tanggal 18 juni 1955, untuk jangka waktu yang
tidak di tentukan.
Demokrasi dalam Ikatan Apoteker Indonesia salah satunya adalah
pengambilan suara atau keputusan. Menurut UU Pasal 21 ayat 2
tentang Pengambilan keputusan dalam IAI pada dasarnya
diusahakan sejauh mungkin secara musyawarah untuk mufakat dan
apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan di ambil berdasarkan
suara terbanyak. dalam hal kongres atau konferensi mengambil
keputusan tentang pemilihan kepemimpinan, sekurang kurangnya
2/3 dari jumlah peserta harus hadir.

IKATAN APOTEKER INDONESIA

16

4.2 Saran
Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia perlu dipelajari lebih seksama
untuk

lebih

memahaminya.

Namun,

semoga

dengan

adanya

makalah ini dapat membantu para pembaca untuk mengetahui


sejarah, visi misi, fungsi, peraturan serta susunan kepengurusan
dalam IAI.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/about-iai/all-about-iai/3sejarah-organisasi-ikatan-apoteker-indonesia.html
https://wanprabu.wordpress.com/tag/pengambilan-suara/
http://nurlinda08.blogspot.com/2012/12/ikatan-apotekerindonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Apoteker

IKATAN APOTEKER INDONESIA

17

Anda mungkin juga menyukai