Anda di halaman 1dari 35

PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR

FACILITATION (PNF)
Principle & Tehnique
Prinsip Dasar PNF
Prinsip Dasar PNF
1. Body positions and body mekanik
2. Visual feedback
3. Kontak manual
4. Tahanan optimal
5. Stimulasi verbal (aba-aba)
6. Traksi dan aproksimasi
7. Iradiasi
8. Penguatan ulang (Reinforcement)
9. Pola gerak
Body Positions & Body Mechanic
• Kemampuan terapis dalam menempatkan dirinya
serta pasien agar proses latihan menjadi ergonomis
• Terapis berdiri pada groove dan menghadap ke
pasien sehingga memungkinkan untuk selalu kontak
mata dengan pasien
• Memberikan tahanan hendaknya menggunakan berat
badan dan sedapat mungkin dilakukan dengan posisi
lengan lurus
• Gunakan tubuh dan otot-otot tungkai yang kuat
(posisi kuda-kuda)
Visual Feedback
• Usahakan agar pasien selalu melihat setiap
gerakan agar dapat mengikuti, mengontrol,
dan mengoreksi sikap dan gerakannya
Kontak Manual
• Sebagai rangsangan sensoris pada kulit serta sebagai
rangsangan pada propioseptor
• Agar dapat memfasilitasi, pasien harus sadar (bisa mengerti)
tentang derajat dan sifat kontraksi otot yang diminta
• Pegangan/tekanan tangan diberikan pada bagian samping,
tempat ke arah mana gerakan terjadi
• Dilakukan dengan dua tangan sehingga dapat dengan mudah
memberikan stretch, penekanan maupun tahanan
• Memberikan pegangan lumbrical grasp
• Kontak kulit tidak boleh menimbulkan rasa sakit/tidak
nyaman pada pasien
Tahanan Optimal
• Tahanan maksimal yang masih bisa dilawan
oleh pasien dengan baik sehingga
memungkinkan pasien untuk:
– Mempertahankan suatu posisi (kontraksi
isometrik)
– Melakukan kontraksi isotonik dengan gerakan
yang halus pada bidang/arah diagonal.
Stimulasi verbal (aba-aba)
• Rangsangan dengan suara bisa mengaktifkan
pergerakan karena bisa memacu semangat aktifitas
pasien
• Cara:
– Relaksasi  diberikan dengan nada rendah namun jelas
– Memacu kontraksi  instruksi diberikan dengan nada
tinggi dan lebih keras
• Memberikan aba-aba/instruksi harus melihat ke
wajah pasien, bukan ke anggota geraknya
Traksi & Aproksimasi
• Traksi  tarikan yang membuat kedua permukaan
tulang pembentuk suatu sendi saling menjauh,
terdapat peningkatan space pada sendi
• Aproksimasi  saling menekannya atau memberikan
penekanan pada kedua permukaan tulang
pembentuk sendi
Tujuan  keduanya bertujuan memberbaiki
stabilitas sendi, merangsang otot untuk kontraksi
secara isometrik, merangsang reseptor di dalam
sendi
Irradiasi
• Over flow : luapan impuls-impuls syaraf sehingga
menyebabkan respon yang lebih tinggi/kuat
• Respon dalam bentuk : rangsangan (stimulasi)
maupun inhibisi
• Tujuan :
– mengaktifkan sebanyak mungkin motor unit.
– Memperkuat impuls-impuls syaraf motorik dari grup
otot yang lain (sinergis) yang lebih kuat, untuk
berkontraksi.
Penguatan Ulang/Reinforcement
• Pengaruh respon suatu bagian tubuh ke
bagian tubuh yang lain
• Tujuan :
– Memperbesar respon
– Mencegah kelelahan
– Mengkombinasikan pola gerak yang fungsional
• Melalui:
– Iradiasi
Pola Gerak
• Pola gerak PNF: Pola-pola gerakan masa dan merupakan
karakteristik dari aktifitas motoris yang normal.
• Keadaan normal: Gerakan fungsional merupakan kombinasi
dari bermacam macam gerakan massal yang memerlukan
pemendekan dan pemanjangan dari banyak otot dengan
derajat yang bervariasi. Gerakan dapat optimal apabila
ditunjang dengan postural yang benar.

“Otak manusia tidak mengetahui kerja otot secara individu,


tetapi yang diketahui hanya gerakan yang tercipta dari
kontraksi otot secara kompleks”.
Pola Gerakan
Pola – pola gerakan ke arah spiral dan
diagonal sesuai dengan gerakan – gerakan
yang digunakan dalam aktifitas sehari-hari
Tiga Komponen Gerakan
1. Fleksi atau ekstensi
2. Gerakan ke arah dan melintasi dan menjauhi
garis tengah
3. Rotasi (endorotasi dan eksorotasi)
Atentions
Penulisan pola - pola fasilitasi:
• Gerakan ekstensi tetap disebut dengan ekstensi
• Gerakan fleksi tetap disebut dengan fleksi
• Gerakan ke arah garis tengah disebut adduksi
• Gerakan melintasi dan menjauhi garis tengah
disebut abduksi
• Gerakan supinasi dan inversi disebut eksternal rotasi
• Gerakan pronasi dan eversi disebut dengan internal
rotasi
Pola Gerak Pada Lengan
• Fleksi - abduksi - eksorotasi
• Fleksi - adduksi - exorotasi
• Fleksi - adduksi - endorotasi
Pola Gerak Pada Tungkai
• Fleksi - adduksi - exorotasi
• Fleksi - abduksi - endorotasi
• Fleksi - adduksi - exorotasi
• Fleksi - abduksi - endorotasi
Tehnik-tehnik PNF
Tehnik PNF
1. Fasilitasi atau inhibisi
2. Dalam satu/dua arah gerak
3. Untuk agonis maupun antagonis

Kontaksi grup otot berupa:


a. Isometrik  kontraksi otot yang ditandai dengan
peningkatan tonus tanpa disertai perubahan panjang
pendek otot (ROM)
b. Isotonik  kontraksi otot yang ditandai adanya
peningkatan tonus otot dan disertai dengan
pemanjangan/pemendekan otot sehingga terhadi
perubahan ROM
Tehnik dalam PNF
1. Rhytmical initiations (pumping –up)
2. Repeated contractions
3. Stretch reflex
4. Combination of isotonic
5. Timing for emphasis (Pivoting)
6. Hold-relax
7. Contract-relax
8. Slow reversal
9. Stabilizations
Rhytmical initiations (pumping - up)
• Merupakan suatu tehnik yang ditujukan pada agonis,
menggunakan gerakan pasif, aktif, dan resisted
• Cara:
– Terapis menggerakakan secara pasif
– Diikuti dengan perintah kepada pasien untuk mengikuti
gerakan tersebut.
– Pasien mengikuti gerakan tersebut secara aktif
– Kemudian melakukan gerakan melawan tahanan ringan
– Gerakkan dapat dilakukan pada pola agonis dan antagonis,
namun tidak dilakukan dalam waktu bersamaan
Rhytmical Initiations (pumping - up)
• Tujuan :
– Normalisasi kecepatan gerak
– Sebagai permulaan gerak/mengarahkan gerak
– Perbaikan koodinasi gerak dan persepsi gerak
– Rileksasi
– Belajar (re-learning) tentang gerak
• Indikasi
– Kesulitan memulai gerak akibat rigiditas, spastisitas berat, maupun
ataxia
– Irama gerak lemah
– Menurunnya persepsi gerak
– Keterbatasan gerak
Repeated Contraction
• Tehnik kontraksi isotonik yang ditujukan pada agonis, yang mana pada
lingkup gerak tertentu dilakukan restretch untuk meningkatkan kontraksi
• Cara:
– Pasien menggerakkan dengan arah diagonal (sesuai pattern)
– Pada lingkup gerak tertentu dimana kekuatan kontraksi pada arah diagonal
tersebut melemah, terapis memberi/melakukan restretch
– Pasien menjawab restrech tersebut dengan cara meningkatkan kekuatan
kontraksinya
– Terapis mengikuti gerakan tersebut dengan memberikan tahanan
– Tidak ada relaksasi pada saat dilakukan restrech
– Saat dilakukan restrech harus disertai aba-aba agar pasien bereaksi misalnya:
…………….. (dorong lebih kuat)
– Dalam melakukan gerak diagonal boleh dilakukan strech maksimal 4 kali
pengulangan.
Repeated Contraction
• Tujuan
– Meningkatkan tonus otot
– Perbaikan kekuatan otot dan daya tahan
– Menyamaratakan kekuatan otot yang seimbang
– Perbaikan lingkup gerak sendi secara aktif
– Menurunkan ketegangan/penguluran antagonis

• Kontraindikasi
– Kondisi orthopedik yang masih akut
– Fase awal post operasi
Stretch Reflex
• Suatu bentuk gerakan yang ditujukan untuk merangsang refleks
monosynapis sehingga mempunyai efek fasilitasi pada otot yang
terulur secara adekuat.
• Cara:
– Posisi anggota gerak pada elongaed state (pada satu pola gerak saja).
– Lakukan streching secara cepat dengan kekutan ringan dalam tiga arah.
– Setelah dilakukan streching, langsung berikan tahanan pada gerakan
yang terjadi.
– Biarkan gerakan terjadi dengan baik (di bawah pengaruh optimal
resisted)
– Aba-aba dan pemberian streching upayakan dalam timing yang tepat
– Aba-aba dapat berupa “dorong tangan saya”
Stretch Reflex
• Tujuan:
– Membuka/mengantar gerakan
– Mempercepat gerakan
– Belajar memahami gerakan
– Perbaikan kekuatan otot
– Meningkatkan mobilitas
– Menghindari kelelahan
– Meningkatkan relaksasi
Combination of Isotonic
• Suatu bentuk gerakan yang ditujukan pada agonis untuk
mengendalikan/mengontrol gerakan yang sulit
• Merupakan gerakan dengan kontraksi isotonik (konsentrik, maintained, maupun
eksentrik) dari pola gerak agonis tanpa diikuti fase rileks yang di kombinasikan
dengan ketenangan, terkoordinasi untuk mendapatkan gerak yang fungsional.
• Cara:
– Dari posisi duduk ke berdiri
– Konsentrik : dengan melawan tahanan pada crista iliaca pasien mengangkat
pantatnya.
– Maintained: diam dan bertahan untuk beberapa saat pada posisi pantat
terangkat (setengah berdiri/antara duduk dan berdiri)
– Eksentrik: melalui crista iliaca terapis mendorong kembali agar pasien duduk.
Pasien secara perlahan menurunkan pantatnya hinggga duduk (dengan
melawan tahanan yangg diberikan terapis)
– Urutan gerak dapat bervariasi
– untuk meningkatkan kekuatan pasien, dapat diberikan restretch
Combination of Isotonic
• Indikasi :
– Flaccid
– Muscle imbalance
• Tujuan :
– Belajar pola gerak
– Belajar gerak fungsional
– Perbaikan kekuatan otot pada pasien yang
mempunyai fase kelemahan pada suatu gerakan
– Belajar kontrakasi eksentrik dan isometrik.
Timing for Emphasis (Pivoting)
• Suatu bentuk gerakan dimana anggota gerak kuat memberi bantuan
serta stimulasi pada anggota gerak yang lemah
• Terbagi menjadi 2 bagian:
1. Bagian stabil /lebih stabil (bagian yang kuat)
2. Bagian yang bergerak (bagian yang lemah)
• Cara:
– Bagian yang kuat ditahan pada posisi tertentu
– Kemudian bagian yang lemah melakukan gerakkan. Titik gerak disebut
dengan (pivot).
– Dapat pula bagian yang lemah diberikan beban sebagai tumpuan
• Tujuan:
– Penguatan otot bagian dari suatu pola gerak
– Mobilisasi
Hold-Relax
• Suatu teknik menggunakan kontraksi
isometris yang optimal dari kelompok otot
antagonis yang memendek, dilanjutkan
dengan rileksasi otot tersebut.
• Tujuan
– Perbaikan rileksasi pola antagonis
– Perbaikan mobilisasi
– Penurunan nyeri
Contact-Relax
• Suatu tehnik menggunakan kontraksi isotonik
yang optimal dari kelompok otot antagonis
yang memendek, dilanjutkan dengan rileksasi
otot tersebut
• Tujuan
– Perbaikan relaksasi /penguluran antagonis
– Kontra indiksi bila ada nyeri.
Slow Reversal
• Suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isotonik bergantian antara
agonis dan antagonis, tanpa diikuti fase rileks
• Cara: gerakan dimulai pada pola gerak yang lebih kuat dengan
pemberian initial stretch
• Tanpa rileksasi, ganti dengan gerakkan pada pola gerak yang lebih lemah
• Tanpa relalsasi, ganti dengan gerakkan pada pola gerak yang lebih kuat
dengan diberi/melawan tahanan agar bertambah LGSnya
• Teknik ini selalu diakhiri pada pola gerak yang lebih lemah
• Gerakan pada pola agonis dan antagonis tidak harus dengan LGS penuh
• Aba- aba sangat penting misalkan “tarik tangan saya” “dorong tangan
saya”
• Tehnik ini bisa dilakukan dengan cepat.
Slow Reversal
• Tujuan :
– Perbaikan mobilisasi serta koordinasi
– Menaikkan tingkat rileksasi
– Memperbesar kekuatan kontraksi
– Belajar (re-learning) gerakan
– Meningkatkan daya tahan
• Perhatian
– Tonus ketegangan tidak boleh sampai hilang
– Tahanan perlahan di tingkatkan saat pergantian, demikian pula dengan
LGSnya.
• Kontra indikasi
– bila gerak aktif terdapat nyeri
• Catatan :
– Pada tungkai : Pegangan proksimal tetap/tidak berpindah, pegangan distal
berpindah tempat.
– Pada lengan : pegangan proksimal berpindah tempat diikuti oleh pegangan
distal.
Stabilizations
• Diberikan pada sendi yang mengalami penurunan
kemampuan stabilisasinya
• Diberikan pada beberapa sendi serta dalam berbagai
posisi
• Menggunakan tekanan pada sendi ke arah gerak
diagonal
• Pemberian tahanan secara perlahan hingga maksimum
dan secara berlahan pula dikurangai hingga nol
• Tahanan sekuat mungkin hingga stabilitas tidak goyah
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai