IAI
PD IAI JAWA TENGAH
2 AD/ART IAI
44 Peraturan Organisasi
1
SEJARAH IAI
Sejarah IAI
• Pada tahun 1955, beberapa apoteker di Jakarta mulai merasakan
perlunya suatu organisasi apoteker yang dapat memperhatikan dan
memperjuangkan kepentingan-kepentingan farmasi pada umumnya dan
kepentingan-kepentingan apoteker pada khususnya.
• Sehubungan dengan keinginan di atas, pada 20 April 1955 dibentuklah
suatu Panitia Persiapan untuk mempersiapkan dan melaksanakan
pembentukan perhimpunan apoteker nasional. Anggota Panitia
Persiapan tersebut adalah Drs. E. Looho, Drs. Liem Tjae Ho (Wim
Kalona), Drs. Kwee Hwat Djien dan Drs. Ie Keng Heng. Tugas dari panitia
tersebut ialah menyiapkan Rancangan Anggaran Dasar, nama organisasi,
dan lambangnya, Rancangan Anggaran Rumah Tangga dan menyiapkan
urgensi program untuk diajukan pada Muktamar I.
Sejarah IAI
• MUKTAMAR I (1955)
Para apoteker Indonesia berhasil melaksanakan Muktamar I pada tanggal 17-18 Juni
1955 dengan mengambil tempat Gedung Metropole (Gedung Megaria, red). Hasil
dari Kongres I itu ialah : - Pengesahan nama organisasi "Ikatan Apoteker Indonesia"
yang disingkat IKA. - Pengesahan lambang IKA. - Pengesahan Anggaran Dasar IKA. -
Menetapkan Urgensi Program : Penyusunan Daftar Kebutuhan Obat, mengatur
distribusi obat dan mempersiapkan industri farmasi. - Pemilihan anggota
• Pengurus Besar Pertama, yakni :
Ketua : Drs. E. Looho.
Sekretaris : Drs. Moh. Kamal.
Bendahara : Drs. Tio Tiang Hoey.
Anggota : Drs. Yap Tjwan Bing, Drs. Liem Tjae Ho, Drs. Kho Han Yao, Drs. Zakaria
Raib.
Alamat sekretariat : Jl. Teuku Umar 66, Jakarta.
Sejarah IAI
• MUKTAMAR II (1956)
Muktamar ke II IKA berlangsung di Jakarta tahun 1956 dengan
mengambil tempat di Gedung PB IDI, Jl. Sam Ratulangi. Pada Muktamar
tersebut dilakukan pengesahan Anggaran Rumah Tangga yang tidak
sempat disahkan dalam Muktamar I. Muktamar juga berhasil memilih
Pengurus Baru, yakni : Drs. E. Looho (Ketua), Drs. M. Kamal (Penulis),
Drs. Tio Tiang Hoey (Bendahara I), Drs. Liem Oei Yam Djien (Bendahara
II), Drs. Zakaria Raib (anggota), dan Drs. Liem Tjae Ho (anggota).
• Sekretariat masih di Jl. Teuku Umar 66 (Rumah Drs. M. Kamal).
Sejarah IAI
• MUKTAMAR III (1957)
Muktamar ke III IKA dilangsungkan di gedung Perhimpunan Ilmu Pengetahuan Alam,
Jl. Surapati No. 1, Bandung, pada 31 Agustus - 2 September 1957. Pada Muktamar
tersebut dilakukan pengesahan Laporan Tahunan 1956 - 1957, pengesahan Laporan
Keuangan, pembentukan Panitia Verifikasi, menetapkan Muktamar ke IV di Jawa
Tengah pada tahun 1958 dan memindahkan Redaksi dan administrasi Majalah Suara
Farmasi dari Jakarta ke Bandung di bawah pimpinan DR. Poey Seng Bouw. Muktamar
ke III IKA ini menghasilkan pengurus baru sebagai berikut : Drs. Zakaria Raib (Ketua),
Drs. Soemartojo (Wakil Ketua), Drs. Agus Garmana (Penulis), Drs. Liem Oey Jam
Djien (Bendahara), Drs. M. Kamal (anggota), Drs. Liem Tjae Ho (anggota), dan Drs.
Ruskanda (anggota).
• Alamat Sekretariat pengurus IKA Pindah Ke Jl. Tebah III no. 25, Blok E, Kebayoran
Baru, Jakarta.
Sejarah IAI
• MUKTAMAR IV (1958)
Muktamar ke IV IKA diselenggarakan di Salatiga Jawa Tengah tahun 1958. Tidak ada
dokumen tentang hasil keputusannya.
MUKTAMAR V (1960)
Muktamar V IKA dan Lustrum I IKA dilangsungkan di Cipayung pada 19 sampai
dengan 22 Agustus 1960. Pada acara tersebut ditetapkan Program Kerja di bidang
Organisasi, Pendidikan, Produksi dan Distribusi Obat, Undang Undang Farmasi,
Farmakope Indonesia dan penyebaran tenaga apoteker. Muktamar berhasil memilih
pengurus baru sebagai berikut : Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. E. Looho (Wakil
Ketua), Drs. Purnomo Singgih (Penulis), Drs Tjoa Kian Kie (Bendahara), Drs. Liem Tjae
Ho (anggota), Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat (anggota), Drs. Goei Tjong Tik (anggota)
dan Drs. Surastomo Hadisumarno (anggota). Juga ditetapkan tempat Muktamar ke
VI : Jawa Timur.
Sejarah IAI
• MUKTAMAR VI (1961)
Muktamar ke VI ini dilangsungkan di Murnayati - Lawang (Jawa Timur)
pada 31 Agustus - 4 September 1961, dan memilih Pengurus Besar baru
yang terdiri dari Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. E. Looho (Wakil Ketua),
Drs. Purnomo Singgih (Penulis), Drs Tjoa Kian Kie (Bendahara) dan Drs.
Lim Tjae Ho (Komisaris Umum). Muktamar juga mengesahkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru dan menetapkan tempat
berlangsungnya Muktamar ke VII / Perayaan Windon ke I pada tahun
1963 di Jawa Barat.
Sejarah IAI
• MUKTAMAR VII (1965)
Muktamar ke VII ini mempunyai arti khusus karena tidak lagi menggunakan sebutan Muktamar IKA
melainkan Kongres Nasional Sarjana Farmasi. Pada Kongres ini diputuskan beberapa hal penting
antara lain : - Mengubah nama, bentuk dan sifat organisasi para apoteker dari Ikatan Apoteker
Indonesia (IKA) menjadi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). - Keanggotaan ISFI terdiri atas
Sarjana Farmasi - Apoteker dan Sarjana Farmasi Non Apoteker. - Membentuk Korps Sarjana Farmasi
menurut bidangnya masing-masing : Korps Sarjana Farmasi Produksi, Korps Sarjana Farmasi
Distribusi, Korps Sarjana Farmasi Rumah Sakit, Korps Sarjana Farmasi ABRI (TNI, red) dan lain-lain.
Muktamar ke VII ini juga telah memilih Drs. Purnomo Singgih sebagai Ketua Umum ISFI. Beberapa
bulan kemudian terjadi perubahan dalam pengurus dimana Drs. Heman diangkat sebagai Ketua
Sementara BPP ISFI. Karena kesibukan dalam pekerjaannya tidak memungkinkan Drs. Heman
mencurahkan seluruh perhatiannya bagi organisasi, Drs. Heman kemudian digantikan oleh Drs.
Soerastomo Hadisoemarno. Kemudian jabatan Ketua Sementara ini dipindahkan lagi kepada Drs.
Soekaryo hingga dilaksanakan Kongres Nasional ISFI VIII di Jakarta, tanggal 30 Oktober hingga 3
Nopember 1967
Sejarah IAI
• Tahun 1965
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia adalah satu-satunya Organisasi Profesi Kefarmasian
di Indonesia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
41846/KMB/121 tertanggal 16 September 1965.Nama Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Apoteker Indonesia di Jakarta pada
tanggal 26 Februari 1965 dan merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker Indonesia
yang didirikan pada tanggal 18 Juni 1955, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Sejarah IAI
• Kongres ISFI VIII
Kongres Nasional ke VIII di Jakarta ini mempunyai arti penting karena
dilaksanakan ketika permulaan era kepemimpinan orde baru. Banyak
keputusan dan rekomendasi yang dihasilkan antara lain adalah
dipilihnya Drs. Soekaryo terpilih sebagai Ketua Umum.
Semenjak itu pula lewat beberapa kongres berkali-kali Drs. Soekaryo
terpilih sebagai Ketua Umum BPP ISFI, jabatan ini dipegangnya terus
sampai kini. (dikutip oleh Ahmad Subagiyo dari buku Profil Sarjana
Farmasi Indonesia 1981)
Sejarah IAI
• Kongres XVIII ISFI
Pada Kongres XVIII Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia di Jakarta
pada tanggal 07-09 Desember 2009, nama organisasi Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) berubah menjadi Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI)
Legalitas IAI sebagai Organisasi Profesi
Apoteker di Indonesia (Bab III Psl 6 AD)
2
AD / ART IAI
AD IAI BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Pasal 9
Ikatan mempunyai maksud untuk mewujudkan apoteker yang profesional, sehingga mampu
meningkatkan kualitas hidup sehat bagi setiap manusia.
TUJUAN
Pasal 10
Ikatan mempunyai tujuan:
a. Menyiapkan apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berbudi luhur, profesional, memiliki
semangat kesejawatan yang tinggi, dan inovatif, serta berorientasi ke masa depan;
b. Membina, menjaga dan meningkatkan profesionalisme apoteker sehingga mampu
menjalankan praktik kefarmasian secara bertanggung jawab;
c. Memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggota dalam menjalankan praktik profesinya;
d. Mengembangkan kerjasama dengan organisasi profesi lainnya baik nasional maupun
internasional.
AD IAI BAB V TUGAS POKOK DAN FUNGSI
TUGAS POKOK
Pasal 11
Pasal 27
(1) Pengurus Cabang adalah organ Ikatan yang melaksanakan tugas-tugas kepengurusan Ikatan di tingkat
Kabupaten atau Kota.
(2) Pengurus Cabang dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dalam Konferensi Cabang.
(3) Susunan Pengurus Cabang diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
(4) Apabila dipandang perlu, Pengurus Cabang dapat membentuk tim atau panitia untuk mendukung
tugas dan fungsi pengurus
(5) Kewajiban, hak, tugas, tanggungjawab dan wewenang Pengurus Cabang diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS CABANG
Pasal 46
Pengurus Cabang memiliki tugas dan wewenang meliputi:
a. Menyusun dan melaksanakan program kerja tahunan
b. Membuat kebijakan dalam rangka melaksanakan amanat konfercab
c. Melaksanakan peraturan organisasi
d. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kerja
e. Menggali sumber-sumber keuangan untuk membiayai kegiatan Ikatan
f. Meningkatkan motivasi anggota dalam menjalankan praktik kefarmasian
g. Menjaga dan meningkatkan kompetensi Anggota
h. Menjalin dan membina hubungan dan kerjasama dengan organisasi lain yang terkait
di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional berkoordinasi dengan Pengurus
Pusat melalui pengurus daerah
i. Mengadakan serta menyelenggarakan kegiatan pertemuan/ seminar ilmiah di tingkat
lokal, regional, nasional dan internasional
j. Memantapkan peran anggota dalam upaya :
i. melindungi masyarakat dari tindakan pencemaran nama baik profesi
ii. melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan obat
iii. memelihara kesehatan yang bersifat preventif dan promotif
iv. memanfaatkan dan ikut mengamankan obat, pangan olahan, kosmetika dan obat
tradisional
KEWAJIBAN PENGURUS CABANG
Pasal 49
Pengurus Cabang berkewajiban untuk:
a. Melakukan pembinaan, perlindungan, pembelaan, pendidikan keilmuan dan
keprofesian dalam
menjalankan profesinya
b. Memfasilitasi anggota dalam menyalurkan aspirasi untuk mendapatkan hak nya
c. Menyampaikan laporan kinerja dan keuangan tahunan pada Rapat Kerja Cabang.
d. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban pengurus secara tertulis didalam
Konferensi Cabang.
MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
Pasal 28
(1) Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat menjadi
MEDAI, untuk selanjutnya dalam
Anggaran Dasar ini cukup disebut dengan Majelis.
(2) Majelis terdiri dari:
a. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat
b. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Daerah
Majelis bertugas untuk:
a. membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh
Anggota biasa
maupun oleh anggota yang menjadi Pengurus serta menjaga, meningkatkan dan
menegakkan disiplin apoteker Indonesia.
b. membuat putusan terkait permasalahan Etik dan Disiplin Apoteker oleh Anggota
untuk ditindaklanjuti
oleh Ketua Ikatan sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
c. memberikan pendapat dan/atau mediasi konflik pelaksanaan peraturan-peraturan
Organisasi terkait profesi berdasarkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Kode Etik Apoteker
Indonesia.
Struktur MEDAI Pusat
Terdiri dari:
a. Ketua merangkap anggota
b. Wakil Ketua merangkap anggota
c. Sekretaris merangkap anggota
d. Anggota
Setiap pengurus, baik tingkat pusat, daerah atau cabang berhak untuk:
a. Memperoleh pendidikan dan pelatihan keorganisasian yang berkelanjutan
b. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan hukum dalam melaksanakan tugas
Ikatan
c. Mendapatkan penghargaan sesuai dengan prestasi dan kemampuan Ikatan.
d. Penghargaan yang dimaksud pada butir 3 akan diatur dalam Peraturan Organisasi
3 ORGANISASI DAN PROGRAM
KERJA
STRUKTUR ORGANISASI
MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN KETUA
APOTEKER INDONESIA DAERAH
WAKIL KETUA
DEWAN-DEWAN
SEKRETARIS
BADAN-BADAN WAKIL SEKRETARIS
BENDAHARA
WAKIL BENDAHARA
KETUA HIMPUNAN
KOORDINATOR WILAYAH KETUA BIDANG SEMINAT
Kualitas Perundang-
undangan, Pelaksanaan dan
Penegakkan
5 Pilar Strategis
Pendidikan Calon
Apoteker
Branding Apoteker
Kualitas Organisasi
Apoteker Praktek
Bertanggungjawab
Dewan Kehormatan
Dewan Pengawas
• AD IAI Pasal 30 ayat 4 & 5
4) Dewan Pengawas bertugas melakukan
pengawasan program guna mencapai
tujuan Ikatan sesuai tingkatannya
5) Dewan Pengawas berfungsi
memberikan masukan berupa nasihat,
kritik dan saran atas pelaksanaan
program Ikatan sesuai tingkatannya
Dewan Pakar
Fungsi Dewan Pakar