Pendidikan
Gallery
Berkas
Berita
Etik
Kontak
1.
2. Ikatan Dokter Indonesia (IDIOnline)
3.
4. Sejarah IDI
Sejarah IDI
Tahun 1926
Tahun 1940
VIG mengadakan kongres di Solo. Kongres tersebut menugaskan Prof. Bahder
Djohan untuk membina, dan memikirkan istilah baru dalam dunia kedokteran. Saat
itu telah berkumpul 3000 istilah baru dalam dunia kedokteran. Usaha VIG lainnya
adalah peningkatan gaji (upah) dokter ‘melayu’ agar mempunyai derajat yang sama
dengan dokter Belanda, yang berhasil mencapai 70% dari jumlah semula (50%).
Selain itu, pemberian kesempatan dan pendidikan bagi dokter ‘Melayu’ menjadi
asisten dengan prioritas pertama.
Tahun 1943
Dalam masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi
Hooko-Kai.
30 Juli 1950
PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) yang diketuai Dr. Abdoelrasjid dan DP-
PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) menyelenggarakan rapat.; Atas usul Dr. Seno
Sastromidjojo dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara
Indonesia (PMDWNI), yang diketuai Dr. Bahder Djohan. Panitia ini bertugas
menyelenggarakan ‘Muktamar Dokter Warganegara Indonesia’. Kegiatan ini
bertujuan untuk ‘mendirikan suatu perkumpulan dokter warganegara Indonesia yang
baru, dan merupakan wadah representasi dunia dokter Indonesia, baik dalam maupun
keluar negeri’.
Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang
kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta. (sekarang telah digusur)
Sebanyak 181 dokter WNI (62 diantaranya datang dari luar Jakarta) menghadiri
Muktamar tersebut. Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo (sekarang
Prof.) terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
24 Oktober 1950
Dr. Soeharto (pantia Dewan Pimpinan Pusat IDI waktu itu), atas nama sendiri, dan
atas nama pengurus lainnya, yakni Dr. Sarwono Prawirohardjo, Dr. R. Pringgadi, Dr.
Puw Eng Liang, Dr. Tan Eng Tie, dan Dr. Hadrianus Sinaga menghadap notaries R.
Kadiman untuk memperoleh dasar hokum berdirinya perkumpulan dokter dengan
nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’, yang dalam Anggaran Dasarnya pada tahun 1952
berkedudukan “sedapat-dapatnya di Ibukota Negara Indonesia” dan didirikan untuk
waktu yang tidak ditentukan”.
Kata ‘Ikatan” yang terdapat dalam nama perkumpulan ini merupakan usul yang
dikemukakan Dr. R. Soeharto. Dalam periode pengurusan IDI ini, Dr. Tan Eng Tie
(bendahara IDI enam kali berturut-turut) ditugaskan membeli gedung IDI (sekarang)
di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta dari seorang warga Negara Belanda seharga Rp
300.000. Sejak itulah, pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melayarkan
bahtera organisasinya ditempat tersebut.
Tahun 1951
IDI pertama kali menerbitkan Majalah Kedokteran Indonesia (MKI) yang kemudian
ditetapkan sebagai majalah ilmiah resmi IDI.
Tahun 1953
Tahun 1955-1956
Tahun 1956-1958
Tahun 1958-1960
Dr. H. R Soeharto untuk ketiga kalinya menjabat sebagai Ketua Umum PB IDI.
Tahun 1960-1970
Tahun 1969
IDI menyelenggarakan Musyawarah Kerja Sosial Kedokteran Indonesia.
Musyawarah ini berhasil menyusun dan mensahkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
(Kodeki).
Tahun 1970-1972
Prof. Dr. Sadatun Soerjohardjo menjabat sebagai Ketua Umum kedelapan PB IDI.
Tahun 1972-1974
Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo menjabat sebagai Ketua Umum kesembilan PB IDI.
Tahun 1974-1976
Untuk kelima kalinya, Dr. H. Amino Gondhohutomo mengisi jabatan Ketua Umum
kesepuluh PB IDI.
Tahun 1976
IDI menyelenggarakan Muktamar IDI di Semarang. Dalam Muktamar ini terpilih Dr.
Utojo Sukaton sebagai Ketua Umum kesebelas PB IDI.
Tahun 1979
Untuk pertama kalinya, IDI menerbitkan Berita Ikatan Dokter Indonesia (BIDI). BIDI
berkembang menjadi media komunikasi resmi IDI.
Tahun 1980
Tahun 1981
Tahun 1982
Tahun 1985
Tahun 1989
IDi menjadi tuan rumah Kongres Confederation of Medical Association and Oceania
(CMMAO). Kongres yang digelar di Jakarta menetapkan Dr. Azrul Azwar (Ketua
Umum PB IDI) sebagai presiden CMMAO.
Tahun 1990
Tahun 1991
IDI menggelar Rapat Kerja Nasional MKEK dan MP2A. Rapat kerja ini
berhasil menyempurnakan pedoman pelaksanaan Kodeki dan tata cara
pembelaan anggota.
IDI pertama kalinya aktif ikut melaksanakan kampanye HIV/AIDS dengan
melatih para dokter sebagai konselor HIV/AIDS.
Tahun 1994
Tahun 1995
Tahun 1996
Dr. Azrul Azwar, MPH terpilih sebagai Presiden WMA pada World Medical
Assembly ke-48 di Cape Town, Afrika Selatan.
IDI meluncurkan homepage IDI yang dapat diakses melalui www.idi.or.id
Tahun 1997
Tahun 1998
Oktober : IDI mendirikan Pusat Data dan Layanan Informasi IDI (Pusdalin IDI).
Lembaga ini bertujuan meningkatkan kinerja Kepengurusan IDI, dalam menghadapi
perkembangan zaman. Pusat data ini terbentuk berdasarkan SK PB No.
318/PBA4/10/2000.
Tahun 2001
PB IDI membentuk tim UU Kesehatan Pejabat Negara. Pembentukan tim ini untuk
memenuhi permintaan DPR RI yang akan menerbitkan RUU Kepresidenan.
Tahun 2002
Januari : PB IDI mengadakan satu Round Table Discussion (RTD) tentang obat
murah. Kegiatan ini berfungsi meluruskan berbagai isu yang menempatkan dokter
sebagai variable yang sangat menentukan terhadap tingginya harga obat.
Tahun 2008
IDI melaunching Kegiatan Dokter Kecil Award oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta,
sekaligus workshop Dokter Kecil.
Tahun 2009
Muktamar IDI ke XVII Palembang mensahkan Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad sebagai
Ketua Umum ke Sembilan Belas PB IDI.
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Muktamar ke VIII di Makassar mensahkan Dr. Zaenal Abidin, MH sebagai
Ketua Umum kedua puluh PB IDI. Dan mensahkan Prof. Dr. I Oetama
Marsis, Sp.OG (K) sebagai Ketua Terpilih IDI.
PB IDI telah merenovasi gedung utama maupun gedung belakang yang
digunakan untuk operasional dan meningkatkan pelayanan
PB IDI telah melakukan kajian dan menetapkan tarif dokter spesialis yang
digunakan untuk negosiasi dengan BPJS
Oktober : IDI menandatangani deklarasi Gerakan Dokter Selamatkan
Indonesia bersama Komnas Pengendalian Tembakau
Penandatanagan MoU antara IDI dengan Mabes Polri
PB IDI bekerjasama dengan Singapore Medical Association (SMA) membuat
kesepakatan terkait pedoman dan kode etik iklan layanan kesehatan dan
kegiatan ilmiah di kedua Negara.
Kerjasama dalam penilaian medis dan second opinion terhadap saksi/
tersangka/terdakwa yang perkaranya ditangani Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK)
Berdasarkan SK PB IDI nomor 2117/PB/A4/05/2012 tanggal 16 Mei 2012
diberikan Penghargaan Keteladanan Dokter Indonesia kepada Dr. Endang
Rahayu Soedyaningsih, MPH, DR. PH
I : Jakarta (1950)
II : Jakarta (1951)
IV : Surabaya (1953)
V : Semarang (1954)
VI : Medan (1956)
IX : Jakarta (1963)
X : Surabaya (1966)
XI : Bandung (1968)
XV : Yogyakarta (1976)
XX : Surabaya (1988)
Email :
pbidi@idionline.org
pusdalin@idionline.org
resertifikasi_bp2kb@idionline.org