Anda di halaman 1dari 52

l::=t:.

f
61~ . I
·> UJil

f
C-f

lf••••«•lutl_
.......... ~ as Fumasi 'UGM
BebB I·

Oteh:

Siti Sua.claft

Mufrod

Dlbiayalz

Kegiatan Proyek Bantuan Pel.alcsanaaR -Peaelitltul (01D3.1}


P.-oyelc OpN-asl daft Pera-watan Fll.liitkas UGM{OPF - UGI\4)
Tahun Angp.ran 1992/1993

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAY AAN


. UN1VERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS FARMASI
1992

......... ···~ ......... . . :;

··. .~,·;\
' ...1

,.., ~
...........
\

.... ··~ .. ~ ....


Puji syukur kehadirat 'Allah "swT '~re_na karunia dan
' .......
petunjukNya telah dapat .. dise·les.aikan tugas penelitian de-
ngan judul : "Formulasi Kloram.fenikol tetes mata dengan
derivat selulosa, pengaruh sterilisasi terhadap viskosi-
tas".
Penyakit mata banyak diderita masyarakat, sehingga
sediaan obat tetes mata masih sangat dibutuhk.an. Kloram-
fenikn;,l· merupakan an tibio•tika yang sering digunakan dalam
sediaaa tetes mata untuk mengo,bati mata .yang luk.a (terin-
feksi), untuk keadaan iai mutlak diperlulmn syarat s·te:-r
rilitas.
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menge-
tahui pengaruh sterilitas terhadap viskosita-s tetes mata
kloramfenikol yang menggunakan derivat selu~osa.
-
Atas terlaksananya penelitian ini penulis ucapkan
terima kasih yang setinggi-tingginya ke:s;)ada :

1. Ketua Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas , UGM tahun


anggaran 1992/1993 yang telah membeayai penelitian ini.
2. Dekan i'akultas Farmasi UGM dan Ketua Jurusan Farmaseti-
ka yang telah memberi izin dan fasilitas laboratorium.
3. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian
ini.
Sebagai penutup, walaupun masih banyak kekurangannya

ii
iii

semoga laporan penelitian ini ada meafaatnya bagi ilmu


pengetahuan dalwa bidang farmasi.

Yoe;yakarta, Agustus 1992


Ketua Proyek

Dra. Siti Sundari, SU, Apt.


DAFTAR lSI

Halaman
JUDUL • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • i

PRAKATA • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 1i
DAFTAR lSI . . . . . . . . . .'. . . . . . . . . iv
DAFTAR TABEL • • • • • • • • • • • • • • • • • • • v
INTI SARI • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • vi
BAB I. PENGANTAR • • • • • • • • • • • • • • • • 1

A. -Latar Belakang • • • • • • • • • • • • 1
B. Tujuan Penelitian •••••••• ~ • 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . . . . ., . . . . . . . 4
A. Tinjauan Pustak.a • •
• • • • • • • • • 4
B. Hipotesis . . . . . . . . . . . . •· . 25
c. Rencana Penelitian • • • • • • • • • • 26
BAB- III-. CARA PENELITIAN • ·• • • • • • • • • • • • 27
A. Bahan-bahan • • • • • • • • • • • • • • 27
-B. Ala t-alat • • • • • • • • • • • • • • .27
c. Jalannya Penelitian • • • • • • • • •• 28 :

D. Analisis Basil • • • • • • • • • • • • 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN P»>BAHASAN • • • • • 33
BAB V. KESIKPUliAN • . . • . . . . . +. • . • . • 43
DAFTAR PUSTAKA • • • • • • • • • • • • • • • • • • 44
LAMPIRAN • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 45

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I. Kejernihan larutan tetes mata kloramfen1-


kol dengan derivat selulosa • • • • • • • 33
II. Adanya partikel asing larutan tetes •ta
kloramf'eniko.l dengan deri vat selulosa • • 33
III·. Vi~kositas larutan metil selulosa pada su-
hu 20°C • • • • • • • • • • • • • • • • 35
IV. Viskos1tas (cps) larutan derivat selulosa
sebelum dan sesudab ster1lisas1 pada suhu
20 0 C dan 250 C • • • • • • • • • • • • • • •
v. Viskositas tetes mata dengan larutan metil
selulosa pada suhu· 20 0 C • • • • • • • • • 37
VI. Viskositas tetes mata dengan larutan metil
selulosa pada suhu 25°C • • • • • • • • • 38
VII. V1skos1tas tetes mata dengan larutan HPMC
pada suhu 20°C • • • • • • • • • • • • • 39
VIII. Viskositas tetes mata dengan larutan HPMC
pada suhu 25°C • • • • • • • • • • • • • 39
IX. Viskositas tetes mata dengan larutan CMC
pada suhu 20°C • • • • • • • • • • • • • 40
x. Viskositas tetes mata dengan larutan CMC
pada suhu 25°C • • • • • • • • • • • • • 40

v
INTI SARI

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh sterili-


sasi terhadap visk.ositas larutan tetes mata kloramfenikol
yang menggunakan derivat selul~a.
Derivat selulosa yang digunakan adalah metil selulo~
sa, hidro.k.si propil metil selulosa (HPMC) dan karboksi ·me-
til selulosa (CMC) dengan kadar 0~55%. ~etes mata dibuat
dengan menggunakan larutan derivat selulosa (0,55%) dengan·
kadar 1 ,.00,.6; 2,.5%; 5,00,6 dan 1 0,0:,.6 dari jumlah larutan sedi-
aan yang dibuat. Pembuatan larutan tetes mata dilakukan
secar.a aseptis dan penggunaan sterilisasi dengan panas
(uap) otoklaf pada suhu 115°C· 30 menit dan ~p air
mengalir 100°C 30 menit. Terhadap larutan derivat selulo-
sa dilakukan uji viskasitas sebelum dan sesudah. dilakukan
sterilisasi dan terhadap larutan tetes mata yang dibuat
dilakukan uji kejernihan, adanya partikel asing dan vis-
kasitas pada suhu 20°C dan 25°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa viskositas deri-
va.t selulosa mengalami penurunan karena panas (uap) ste-
rilisasi. Larutan tetes mata klor~mfenikol dengan deri~at
s.elulasa dapat memenubi persyaratan kejernihan dan tida~
adanya partikel asing.
Viskasitas larutan tetes mata kloramfenikol mengalami pe-
nurunan karena penggunaan panas (uap) sterilisasi. Visko-
sitas tetes mata kloramfenikol dengan derivat selulosa
sangat dipengaruhi oleh metode pembuatan dan sterilisasi
yang digunakan.

vi
BAB I
PENGANTAR

A. La tar .Belakang

Mata merupakan salah satu organ tubuh yang amat


peting sehingga perlu dijaga dan ~ilindungi. Infeksi
yang terjadi pada mata dapat menimbulkan keadaan yang
membahayakan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Pen.ya-
kit mata banyak diderita masyarakat. Oleh sebab itu se-
diaan obat mata sangat dibutuhkan masyarakat. Salah sa-
tw· bentuk sediaan untuk mata adalah obat tetes mata.
Berdasar penggunaannya, terdapat dua macam obat tetes
mata yaitu o,bat tetes mata untuk mata utuh dan obat te-
tes mata untuk mata terluka.
Syarat larutan tetes mata yang baik antara lain
harus jernih dan tidak meni•bulkan rasa sakit (iritas~)

pa~a saat digunakan.


:

Untuk dapat memberikan efek terapi yang dikehen-


daki, obat·dalam sediaan tetes mata harus dapat kontak
lama dengan tempat penggunaannya (mata). Hal ini dapat
· dicapai apabi~a larutan tetes mata di dalam pembuatan~
,,
nya ditambahkan zat pengental untuk menaikkan viskosi-
tasnya.
Derivat selulosa seperti metil selulosa sering di-
gunakan dalam formula.tetes mata untuk menaikkan visko-

2

~itas, sedangkan derivat selulosa yang lain seperti bi-


droksi propil metil selulosa (HPMC) dan karboksi metil
selulosa ( CMC) belum· pernah dijumpai. Hidroksi" · propil

.
metil selulosa mengembang dalam air dan membentuk la-

rutan yang lebih jernih dari metil selulosa. Karboksi


metil selulosa larut dalam air pada berbagai suhu mem-
bentuk larutan jernih.
Kloramfenikol merupakan antibiotika yang. ser~g

digunakan dalam sediaan tetes mata untuk mengobati mata


yang luka (terinfeksi). Untuk keadaan ini mutlak diper-
lukan syarat sterilitas. Tetes mata yang tidak steril
dapat membahaya:kan mata· yang terluka karena dapat ter-
jadi infeksi yang lebih parah bahkan dapat menyebabkan
kebutaan.
Untuk men.dapatkan gambaran tentang pengaruh panas
sterilisasi terhadap viskositas, maka terhadap larutan
tetes mata kloram.fenikol selain dilakukan secara asep-
tis juga dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas.
Namun sterilisasi yang menggunakan panas akan menimbul-
kan permasalahan terhadap viskasitas larutan yang meng-
gunakan derivat selulosa. Viskositasnya tersebut akan
turun dengan adanya panas. Tingginya suhu dan lamanya
pemanasan s~mpai terjadinya penurunan viskositas akan
berbeda-beda tergantung panjan.g rantai po.limer.
Berdasar. hal-hal ter.sebu t di a tas maka permasalahan
3

.Yang tim.bul adalah : sampai seberapa jauh pengaruh meto-


de sterilisasi (panas) terhadap visk.ositas larutan tetes
mata yang aenggunakan derivat selulosa.
Dari basil penelitian ini diharapkan dapat diguna-
k.an untuk men.dapatkan formula kloram·fenikol tetes mata
yang menggunakan derivat selulosa, sehingga didapat ba-
sil yang baik mengenai sifat-sifat fisikanya.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menge-


tahui sam,pai seberapa jauh pengaruh metode sterilisasi
terhadap viskositas larutan tetes mata yang menggunakan
derivat selulosa.

:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Dalam memenuhi kebutuhan aasyarakat ~kan obat, in-


dustri-industri farmasi banyak meabuat bermacam-macam
bentuk sediaan, misalnya bentuk padat dan bentuk cair.
Tetes mata merupakan sediaan farmasi bentuk cair ya~g ba-
nyak digunakan karena memberikan beberapa keuntungan d1-
banding sediaan obat mata bentuk salep dan suspensi. Ke-
un·tungan yang_ dimiliki oleh tetes mata meliputi •udah d.i-
gunakan, tidak mengbalangi penglibatan pada pemakaiannya
serta cepat memberikan efek (Chien, 1982).
Tetes.mata adalah sediaan steril berupa larutan
atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara aenetes-
kan·obat pada selaput lendir mata d1 sekitar kelopak mata
dan bola mata (Anonim, 1979).
· Tetes mata dapat mengandung satu atau lebih obat/
zat aktif. ·pada umumnya, obat-obat yang digunakan untuk
mata ~tbagi dalam beberapa kategori :
1. miotik
2. midriatik
3. anti inflamasi
4. anti inteksi : antibiotik, antivirus, antibakteri.
5. obat yang digunakan dalam operasi mata
6. diagnosis.
4

Besarnya.aktivitas, obat mulai beretek yang diperlu-


kan dan waktu durasi, serta kondisi pasien dan keadaan pe-
nyakit akan meaentukan macam obat atau ko•b1Das1 obat yang
digunak.an, termasuk bentuk sediaan dan rute penggunaannya
(Hecht !! ~. 1979).

Anatomi dan fisiologi .ata

Pupil
chamber
---..-....;;;..;;-.;;.;;..

Iris Kornea
Poe terior cbaa-
ber-
CililarYDUlSCle

Gambar 1. Penampang membujur bola mata yang aenunjukkan


struktur dalam mata dan aliran darah (Chien,
1982).
6

--
Beberapa anggota anatomi mata (Hecht et al, 19?9) :

. 1 • Konjungtiva

.kantong konjungtiva bawab


kantong konjungtiva atas
2. Kornea
epitel
selaput Bowman
.stroma
selaput Descemet
endotel
3· Anterior chamber
angle g! anterior chamber
4· Iris
!Ua
posterior chamber
len sa
vitreus humor
retina :

ciliary body

Kornea, len sa dan vi t·rous body adalab media trans-


paran tanpa memiliki pembulub darah, kebutuhan okeigen
dan mak.anan diangku ~ ke dalam jaringan tanpa pembuluh
darah ini oleb aqueous humor. Aqueous humor ini mempu-
nyai tek.anan oksigen tinggi clan aempunyai tekanan osaose
yang sama dengan darah.
7

Kornea juga memperoleh sebagian oksigen dari at-


mosfere dan apabila oksigen ini dikeluarkan akan aenye-
babkan terjadi metabolisme anaerob dengan meningkatnya
konsentrasi asam laktat intrac()rneal. Kond1s1 ini dapat
menyebabkan terjadinya edema, menyebabkan bilangnya si:!-·
fat transparansi kornea dan kadang-kadang dapat aeng-
ganggu penglibatan.
Keadaan ini dapat terjadi jilts. lensa kontak ;yang
dipakai mengbalangi pertukaran oksigen atmosfir atau ji-
ka terganggu oleh persediaan darah kapiler pada daerah
tepi.
Kornea ditutupi oleh suatu lapisan epitel yang ti-
pis yang dihubungkan dengan konjungtiva pada Cornea-
sclerotic. Bagian utama dari kornea ini dibentuk oleh
lapisan-lapisan silang menyilang d~ri kolagen dan diba-
tasi oleh lapisan elastik pada dua permukaan depan dan
belakang. Permukaan belakang ditutu~i oleh suatu lapisan
enelotel. Kornea yang transparan dilanjutkan ke ~gian

belakang menjadi sklera putih keruh yang terdiri dari


jaringan berserat yang liat. Kornea dan sklera ini aena-
han tekanan intraocular yang dipertahankan konstan di
dalam mata.
Mata secara terus menerus dicuci dan dibasahi oleh
bagian mata yang· terdiri dari empat struktur yaitu kelen-
jar air mata, saluran air mata, kantong air mata dan ~­

solacrimal duct.
-
8

Cairan mata dtsekresikan oleh kelenjar air •ta


dan diealurkan pada permukaan konjungtiva dari bagian
atas kelopak mata pada kecepatan .!. 16% per menit.
Cairan mata mencuci seluruh bola mata dan peaba-
eahan secara merata oleb kedipan kelopak JData. Otot-otot ·
yang berhubungan dengan reflek kedipan menekan kantong
air mata. Pada saat- otot-otot ini relaksasi, kantong
tersebut akan mengeabang dan menarik cairan uta dari
ujung-ujung kelopak sepanjang saluran mata ke dalaa kan-
tong-kantong air mata. Sebaliknya gaya gravitasi akan
menggerakkan cairan turun ke nasolacrimal duct aengalir
ke dalam inferior meatus dari hidung. Dengan deaild.an
bola mata selalu dibasahi dengan aliran yang terus .aene-
rus oleh cairan air uta sehingga dapat mencegali •ta
menjadi kering dan inflamasi.
Pada umumnya jualah cairan mata yang selalu ter-
bentuk dengan seringkali terjadinya kedipan secara be-
bas hanyalah cukup untuk menjaga kenyamanan uta. Pem- :
bentukan dan sekresi cairan mata yang berlebihan atau
lakrimasi akan terbentuk jika ada benda asing atau irri-
tan masuk ke dalam mata, sinar terang yang menyilaukan
mata atau pada keadaan tekanan emosional.
Cairan mata pada manusia mempunyai volume normal
'
sekitar 7 Ul dan merupakan larutan isotonik dari bikar-
1
/

bonat dan sodium klorida (PH 7,4), yang berfungsi untuk


mengencerkan irritan atau membersihkan partikel asing
9

keluar dar1 kantong konjungtiva. Cairan aata aeagandung


lysozY!e, yang mempunyai aktivitas bakterisida sebingga
dapa t mengurangi jwalah bakteri di dalam kantong konjung-
tiva.
Kecepa.tan kedipan sangat bervariasi dari satu indi-
vidu ke'individu yang lain; yang berkisar antara lima s~m­

pai lima puluh gerakan kedipan per menit, atau rata-rata


karang lebih 20 kali kedipan per menit. Pada setiap kali
kedipan, kelopak mata akan menutup untuk periode waktu
yang pendek (kurang lebih 0,3 d~tik).

Ag ueous humor pada manusia kurang lebih sebanyak


.300 ul dan aengisi anterior chamber mata (bagian mata
yang terletak bagian de pan lensa). Aqueous humor disekre-
si cleh proses ciliary dan dialirkan ke luar dari !!!!-
.!:!.2! chamber pada kecepatan kurang lebih 1% per menit.
Sistem pengaliran dari anterior chamber bukan proses ·~­

kaais: ·yang spesifik. Kecepatan pengaliran sebanding'de-


ngan kecepatan produksi, dengan demikian dapat memperta-
hankan tekanan intraocular konstan dari 25 - 30 mmHg pa-
da manusia. Tekanan·tersebut sedikit naik bila terjad1
kontraksi otot-otot ocular external dan pada lterlingan.
Telah diketahui babwa mekanisme focusing mata tergantung
pada adanya tekanan intraocular yang cukup konstan.
Jika tekanan terlalu tinggi, misalnya pada glaukoma
karena tidak efektifnya cairan mengalir keluar, otot-otot
siliaris tidak mampu mengadakan akomodasi. Tekanan intra
ocular yang tinggi juga dapat aenyebabkan hambatan pada
sirkulasi retina sebingga dapat terjadi kerusakan pada
retina. Sebaliknya pengurangan yang berlebiban pada te-
kanan intra ocular dapat mengendorkan ikat sendi penun-
jang lensa dan dapat ~~enyebabkan bengkak (Chien, 1982).

Absorbsi obat ~ ~

Pada.umumnya dianggap bahwa obat-obat yang diguna-


kan secara topikal pada mata adalah cepat dan diabsorbsi
total dan dapat diberikan/tersedia pada tempat yang di-
ingini pada bola mata untuk dapat memberika.n efek terapi.
Sebenarnya, pada umuanya tidak demikian.
Ada be berapa faktor yang dapa t mempengarahi ke·ter-
sediaan obat yang terkandung dalam jumlah bentuk sed1aan
segera setelah obat diberikan pada mata, yaitu :

1 • Hilangnya efektifi tas oba t yang tersedia dari


celah ·pada kelopak 1111ta. Hal ini terjadi karena obat di-
tumpahkan dari Illata dan dib_uang lewat apparatus nasola~ .
crimal. Volume normal dari air mata manusia kurang lebih
7 pl, dan jika tidak terjadi kedipan, mata manusia dapat
menampu~g sampai volume 30 ul tanpa tumpab dari celah pa-
da kelopak mata. Bila volume tetesan 50 ul maka diperk1-
rakan bahwa 70% dari volume dua tetesan akan dituapabkan
l~wat aliran yang ~erlebiban. Bila terjadi kedipan, ma-
ka masih terdapat sisa volume 10%, in1 menunjukkan bahwa
11

90% dari volume 2 tetesan yang dipakai dikeluarkan.

. -
2. Mengalirnya tetes mata yang digunakan lewat na-
soc~omal system masuk ke dalam saluran gastro intestinal,
dimulai segera setelah penggunaan tetes aata. Hal ini
terjadi bila refleks pengeluaran air mata menyebabkan vo-
lume cairan di dalam celah pada kelopak uta melebihi vo-
lume lacrimal normal yaitu 7 - 10 ul. Volume cairan yang
lebih masuk ke dalam superior dan inferior lacrimal punc-
~. melewati saluran penghubung masuk ke dalam kantong
cairan mata, dan kemudian masuk ke dalam saluran gastro
intestinal.

3. Mekanisme ketiga (pengaruh ketiga} adanya kompe-


tisi absorpsi obat ~~ dalam mata.yaitu antara absorpsi
superfisial dari obat ke dalam kelopak mata dan bulbar
konjungtiva dengan pembuatan egrat yang terjadi bersaaaan
dari jaringan ocular oleh aliran darah periferal. Bagian
yang terlatak di bawah membran mukosa konjungtiva adalah
sklera dengan sistem sirkulasinya, merupakan bagian putib
dari mata, dan suatu penutup yang liat, yang dengan kornea
membentuk lapisan pelindung luar dari mata.
Obat-obat yang larut dalam air ak.an segera menetra-
si ke dalam sklera, sedangkan obat-obat yang kurang larut
dalam air dan lebih larut dalam lipid tidak segera m~ne­

trasi ke dalam sklera.


Ketiga mek.anisme pembuangan obat .dari celah pada
12

kelopak mata berkompetisi dengan absorpsi transcorneal,


yaitu rute yang efektif untuk aembawa obat ke bagiaa an-
terior mata lewat absorpsi.
Kornea adalah suatu bagian yang mempunyai peabulah
darah dan dengan lapisan air 11ata precorneal merupalran
mekanisme retraksi pertama yang berperan dalam proses
fis1olog1 penglihatan.
Kornea terdiri dari tiga lapisan umum :
1. Epitel, kaya dengan lipid
2. Stroma, sedikit lipid
3• Endotel, kaya dengan lipid.
Dari beberapa penelitian yang berbeda terbadap kanduagan
relatif li~i~ dari ketiga jaringan tersebut aenunjukkan
bahwa epi tel dan endotel kornea masing-maaing mengandung
lipid lturang le bib 1 00 kali kandungan lipid pada stroma
kornea.
Hal ini merapakan faktor fisi~logi utama yang ae•~

pengaruhi penetrasi oba t melalui kornea dan selanjutn)'


ke dalam aqueous humor. Suatu obat yang digunabn secara
topikal, untuk masuk ke dalam kornea utuh yang muncul da-
lam agueous · hum.or, maka obat harus memiliki. dua kelarut-
an yang berbeda. Karakteristik kelarutan yang b.erbeda
ini merupakan sifat dari suatu molekul obat yang 11en7e-
babkan obat tersebut tergantun~ pada pH lingkungan, da-
pat berada dalam kesetimbangan dengan bentuk ionnya.
13

Molekul obat yang tidak terionkan atau berada secara ber-


lebiban sebagai spesies ionnya pada pH tisiologi banya
sedikit menetrasi kornea utub atau tidak sama sekali •

...

Ko r n e a

Air mata Epitel Stroma Endotel ruueous


pH..;? ,4 pH-7,4 pH-7,4 pH-7,4 a or
pk-7,4
+ R NB+
j( , j(NH+ - R NH+ I_..._
R NR+
Jf J(
RN RN .. R N RN
3 3 3 3

Gambar 2. Penetrasi alkaloid melalui kornea utuh berda-


sarkan perbedaan kelarutan (Hecht !! !,!, 1919).

Penetrasi ke dalam kornea oleb molekul obat yang me-


miliki dua kelarutan yang berbeda dapat diterangkan de-
ngan menggunakan contob suatu alkaloid,.-llisalnya piloka.r-
- . .

pin (R N) dan bentuk ion yang larut dalam;air (R NH+).


3 3
Bila suatu larutan pilokarpin hidroklorida diteteskan pa-
da mata maka ia akan masuk ke dalam lapisan air mata pre-
corneal yang pada pH sekitar 7,4 menyebabkan terjadinya
kesetimbangan dengan bentuk base bebas yang tak ~rionkan

(R N). Bentuk yang tak terionkan dari obat dapat segera


3

masuk ke dalam epitel kornea yang kaya kandungan lipid.
Bentuk yang tak terionkan ini tidak dapat segera masuk ke
14

dalaa stroma, kornea karena sitat lipotilaya, aka·n te-


tapi' setelah ·pilokarpin terionkan karena pengaruh pH
stroma (?,4), bentuk ionnya (R NH+) akan menetrasi. Sela-
3
ma pilokarpin dalam bentuk ion meninggalkan epitel masuk
ke dalam stroma, jumlah pilokarpin tak terionkan yang
menjadi bentuk.ion akan bertambah di dalam epitel untuk
mengembalikan keseimba..ngan yang terganggu .. Proses ini
akan berlangsung terus menerus dan kecepatannya tergan-
tung pada hukum aksi massa. Apabila konsentrasi pilokar-
pin bentuk ion dalam stroma meningkat, akan terjadi kea-
daan seimbang dengan bentuk tak terion yang akan segera
masuk ke dalam endotel kornea, kemudian segera terjadi
bentuk ion karena karakteristik keseimbangan dan bentuk
ion ini akan meninggalkan endotel masuk ke dalam agueous
hu11.0r.
Obat-obat yang diabsorbsi melalui kornea dan ~uk

ke dalam aqueous humor dengan mekanisme ·tersebut di atas


meliputi pilokarpin, atropin, homatropin, epinefrin, tro-
pikomida dan siklopentolat. Dari aqueous humor oba.t-obat
tersebut kemudian mencapai dan masuk ke dalam jaringan
sasaran.
Beberapa obat digunakan dalam bentuk tunggal untuk
mendapatkan efek topikal. Sulfonamida-sulfonamida dan
antibiotik, misal kloramfenikol, sering digunakan untuk
15

1nfeksi a1lpe~t1s1al atau inflamasi ·dari ·konjungtiYa c:ian


akan usuk . ke dalam kornea · pada derajat tertentu
tergantung pada strukturnya (Hecht~ !!1, 1979).

Persyaratan tetes mata

Mata termasuk organ tubuh yang sangat penting kare-


na fungsi dan· kedudukannya dalam tubuh manusia, maka or-
gan ini sering dan mudah terkontaminasi atau terkena ben-
da asing sehingga menyebabkan mata mudah terinfeksi atau
terluka.
Tetes mata J-ang baik harus memenuhi beberapa persya-
ratan (Gunn, 1965; Raw~ins, 1977) :

1. Harus steril (pada saat digunakan).


Berdasarkan penggunaannya, terdapat dua macam obat te-
tes mata yaitu o,bat tetes mata. untuk mata utuh dan
obat tetes mata untuk mata terluka. Untuk mata yang
utuh obat tetes mata agar steril, tetapi untuk mata
luka obat tetes mata mutlak harus steril dan hanya di-
gunakan untuk seorang pasien. Tetes mata yang tidak
steril dan telah terko.ntaminasi oleh · mikroorganisme,
misal Pseudomonas euro.genosa bila digunakan pada mata
yang luka dapat menyebabkan keadaan/kerusakan yang,le-
bih berat bahkan dapat terjadi kebutaan.

2. Bebas dari partikel.


16

Larutan tetes mata harus bebas dari partikel-partikel


·asing baik berupa serpihan gelas/wadah atau saat dari
saringan maupun berupa partikel pengotor dari serbuk
O;bat atau bahan pem.bantu lainnya. Partikel-partikel
padat yang tidak larut dapat mengganggu penggunaan
obat tetes pada mata.

3. Tidak menimbulkan iritasi.


Tetes mata sebaiknya tidak menimbulkan iritasi pada
penggunaan.nya karena hal ini dapat menimbulkan keru-
gian bag:iL pemakai (pasien). Larutan tetes mata yang
mengiri.tasi mata dapat merangsang keluarnya air ma-
ta dalam jumlah lebih ban yak. · Keluarnya air mata yang
banyak ini dapat menyebabkan obat yang diteteskan
ikut terbuang,~engan demikian pengobatan menjad~ ku-
rang efektif.

4. Men~andung pengawetfpreservative) yang sesuai untuk


mencegah pertumbuhan mikroorganisma.
Tetes mata yang dibuat untuk begerapa kali penggunaan
bagi mata yang utuh harus mengandung pengawet untuk
mencegab pertumbuhan mikroorganisme selama penggunaan.
Untuk mata y~:ng luka, tetes Q!ata tidak bo-leh mengan-
dung pengawet, sehingga untuk sediaan.larutan tetes
.
mata ini harus betul-betul dibuat steri1.
Penggunaan pengawet di dalam sediaan tetes mata
ini sangat penting untuk men~egah pertumbuhan mikro-
17

organisme, terutama jenis Pseudomonas aeruginosa yang


dapat menyebabkan kerusakan berat pada mata babkan
dapat menyebabkan kebutaan.

5. Tetes mata dengan pelarut air sebaiknya isotonis de-


ngan sekresi/cairan lakrimal.
Larutan tetes mata yang isotonis dengan sekresi la-
krimal ak.an menim.bulkan rasa nyaman (enak} pada peng-
gunaannya, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit atau
iritasi pada mata. Zat yang biasa digunakan untuk
membuat_larutan isotanis antara lain sodium klorida.

6. Mem-punyai pH yang sesuai untuk obat tertentu, daa se-


baik.nya tidak j.auh dari pH netral.
Pengaturan pH larutan tetes mata ini perlu diperhati-
kan dengan tujuan menjamin stabilitas obat yang digu-
nakan dan kenyam:anan penggunaan obat tetes mata ter-
sebut.

? .. Stabil secara kimia.


Obat yang dibuat dalam bentuk tetes mata harus1stabil
secara kimia. Ketidakstabilan obat kadang-kadang da-
pat dilihat secara visual dengan adanya perubahan
warna larutan. Perubahan atau kerusakan obat dapat
menimbulkan efek yang tidak dibarapkan. Untuk menge-
tahui· stabilitas kimiawi obat tetes mata dapat dila-
kukan dengan beberapa macam perlakuan.
18

Pembuatan t:etes uta

Beberapa cara dape.t dilakukan untuk pembuatan tetes


mata. Tetes mata dalam bentuk larutan harus memenuhi be-
berapa persyaratan antara lain jernih dan stabil baik
secara fisika maupun kimia. Untuk bentuk suspensi maka
partikel-partikel obat dan bahan lain harus dalam keada-
an yang halus dan stabil tidak mudah mengenap.
Secara umum The British Pharmaceutical Codex aenge-
mukakan· beberapa cara pelllbu.a.tai!t tetes·mata sebaga1 beri-
kut · (Anonim, 1963) :

1• Bahan obat dilarutkan dalam pembawa air yang mengan-


dung bahan anti mikrGba. Larutan dijernihkan dengan
~ara filtrasi, kemudian dimasukkan ke dalam bGtGl/wa-
dah akh:ir, ditu.tup rapat dan disterilkan dengan oto-
clave.

2. Bahan o,ba t di_laru tkan dalam pembawa air yang mengan-


dung baha:n anti mikraba. Larutan disterilkan dengan
cara filtrasi dan dikemas ke dalam. wadah akhir steril
secara aseptis, kemudian ditu.tup kedap.

3. Bahan o.bat dilarutk.an dalam pem..bawa air yang mengan-


dung bahan anti mikroJba. Larutan dijernihkan dengan
qifiltrasi, dimasukkan ke dalam wadah akbir, ditutup
rapat. Kemudian disterilkan pada suhu 98°C - 100°C
selama 30 menit.
19

Sterilisasi ·tetes mata

Untuk mendapatkan sediaan yang baik dan tidak ter-


kontaminasi mikroba, maka tetes mata dibuat dalam kon-
disi bebas dari kontaminasi mikroba dan pada tahap akhir
bila perlu disterilkan.
Ada beberapa cara sterilisasi yang dapat dipakai untuk
mensterilk:an tetes. mata.
The British Pharmaceutical Codex 1963, memuat be-
berapa cara sterilisasi untuk tetes mata, yaitu :

Metode A1 • Sterilisasi dengan filtrasi·diikuti


dengan penuangan ke
dalam wad~h dengan cara aseptis.

Metode A2 • Sterilisasi cara panas dengan otoklaf


se te lab disaring dan dikemas ra.pa t dalam wadah akhir.

Metode B. .sterilisasi dengan pemanasan pada suhu


.98.0 - 100°C selama ,?0 menit, setelah sebelurrmya difil-
trasi dan dik~mas rapat dalam wadah akhip. Larutan ha-
rus dibuat baru:

Metode c. Pembuatan dengan cara aseptis m.engguna-


kan aquadest steril, alat-alat dan wadah yang disteril-
kan. Tetes mata harus dibuat baru.

Metode D. Pembuatan dengan cara aseptis bila di-


gunakan pelaru t/pembawa minyak •. Ala t-alat dan wadah da-
lam keadaan steril. Tetes mata tidak perlu dibuat baru.
( Gunn, ,.1 965 J.
20

Menurut USP XIX ada lima metode sterilisasi untuk


obat tetes mata yaitu (Anonim, 1975)

1 • Sterilisasi dengan uap pada 121°C

2. Sterilisasi panas kering


3. Sterilisasi dengan filtrasi
4· Sterilisasi gas (etilen;oksida; propilen oksida)
5. Sterilisasi dengan radiasi pengion ( ra.diotsotop).

Zqt tambahan dalam sediaan tetes mata

Tetes mata yang baik harus mem.punyai beberapa sifat,


khas sehingga memberikan rangsarigan serta keajegan peng-
gunaan selama pengobatan. Sifat khas tersebut antara la-
in
1. nyaman dipakai, tidak menimbulkan iritasi atau rasa
sakit pada mata;
2. tetap stabil baik secara fisika maupun ki.mia;
3. dapat memberikan efek terapi.
Untuk dapat memenuhi ketiga sifat di atas maka da-
lam. pembuatan tetes mata sering ditambahkan bahan-bahan
lain seperti (Hecht et ~' 1979)

1 • Pengawet (preservatives)
Beberapa bahan dapat digunakan se~agai preser-
vatives dalam pem.buatan tetes mata yang berfungsi un-
tuk mencegah pertumb~han mikroba dalam sediaan tetes
21

mata selama digunakan. Pengawet yang digunakan di da-


',

lam, sediaan"obat tetes mata antara lain fenil raksa


(II) nitrat atau fenil raksa (II) asetat o.oo2% b/v,
benzalkonium klorida 0,01% b/v dan klorheksidina ase-
tat o.01% b/v, yang pemilihannya didas~rkan atas ke-
tercampuran zat pengawet dengan obat yang terkandung
di dalam.nya selama tetes mata itu dimungkinkan untuk
digunakan (Anonim, 1979).

2. Bahan pembuat isGtonis

Bahan ini ditambahkan dalam pembuatan tetes ma-


ta_bila digunakan aquadest sebagai pelarut. Dengan ·
penambahan sejumlah tertentu, larutan tetes mata di-
buat isOito.nis (mempunyai tekanan osmose yang sama)
dengan air mata atau eekresi lakrimal sehingga dapat
memberikan kenyamanan pada saat dipakai karena tidak
menimbulkan rasa sakit atau iritasi. Bahan peabuat
isator"is· yang sering digunakan an:tara ·lain sodium
klorida.

3. Anti oksidan
Bahan o:bat yang digunakan dalam pembuatan tetes
mata kemungkinan bersifat mudah teroksidasi yang me-
nyebabkan obat cepat mengalami kerusakan. Untuk men-
gah hal ini dalam pembuatan tetes mata sering ditam-
bahkan anti oksidan, misalnya Sodium metabisulfit.
22

4. Viskositas

Tetes mata adalah tipe bentuk sediaan yang mu-


dah digunakan tetapi dapat mengalami kerugian kare-
na sebagian besar obat segera diencerkan oleh air
mata begitu tetes mata digunakan, kemudian segera
dialirkan dari rongga mata oleh aliran air mata yang
konstan yang btasanya diproduksi lebih banyak pada
keadaan inflamasi dibanding mata normal.
Dengan demikian maka hanya sekitar 1,2% obat yang
diabsorbsi o.leh jaringan t~rget, misal aqueous humor.
Untuk !Jlemperoleh efek terapi yang diinginkan·
diperluk.an konsentrasi yang lebih pekat. Dari pene-
litian para ahli di bidang sediaan mata dan perkem-
bangannya, diketahui bahan efektivitas dan kemanjur-
an terapi dengan obat mata (bentuk sediaan untuk ma-
.
ta) dapat di~eroleh dengan mempertahankan kontak yang
lama a~tara o.bat/tetes mata dengan permukaan kornea.
Keadaan s~macam ini bisa dicapai d·engan penambaban
zat yang mena1kkan viskositas mi.salnya metil selulo-
sa. Penambahan zat tersebut disamping dapat menyebab-
kian kontak lama dengan mata juga dapat menghambat
mengalirnya larutan tetes mata dan menaikkan bioavai-
labilitas (Chien, 1982; Hecht; l i ,al, 1979) •
Penambahan zat yang dapat menaikkan viskositas tidak
boleh menyebabkan terhalangi!Lya penglinatan mata, jadi
23

larutan harus tetap jernih. Viskositas sekitar 25 cps


biasa digunakan dalam formula te·tes mata dengan metil
selulosa {Anonim, 1966).

Penilaian ~ t~tes mata

Beberapa cara sering dilakukan untuk menguji obat


tetes mata, antara lain meliputi :

1 • Kejernihan
Pengujian ini dilakukan secara visual terbadap
larutan tetes mata yang ditempatkan dalam botol/wadah
transparan. Perubaha~ warna yang terjadi dapat meru-
pakan indikasi adanya perubahan fisika dari tetes ma-
ta. Perubahan warna ini bisa diikuti dengan degradasi
obatnya (Turco dan ~ing, 1979).

2. Adanya partikel asing


Parti~el asing dalam tetes mata dapat diamati
secara visual di bawah l~pu neon dengan latar bela-
kang putih dan gelap dalam. suatu kotak khusus. Latar
belakang putih untuk melihat partikel berwarna yang
mungkin berasal dari kotoran obat/bahan tambahan atau
dari kertas saring ,· sedangkan latar belakang gelap un-
tuk melihat partikel jernih/transparan, misalnya par-
tikel kaca (Turco dan King, 1979).

3. Viskositas
24

3. Viskositas
Viskositas sediaan tetes mata dapat diuji dengan
menggunakan viskometer-stormer. Kekeritalan suatu zat· da-
pat diketahui dengan menghitung lamanya waktu (t, detik)
jarum berputar dari angka 0- 100 dengan beban tertentu.
Dengan diket?-huinya waktu (t), maka dengan persamaan (V=
at + b) yang diperoleh dengan menggunakan 2 (dua) cairan
standard, maka kekentalan (viskositas) tetes mata d.apat
diketahui •.

Derivat.selulosa
Derivat selulosa merupakan suatu hidrokoloid yang me-
rupakan polime.r rantai panjang di mana gugus R-nya telah
tereterifikasi pada gugus hidroksilnya. Viskositasnya ter-
gantung pada tingkat polimerisasi atau panjang rantai. Pa-·
da umumnya viskositas derivat sel:ulosa akan tu~un dengan
adanya pemanasan. Tingginya suhu dan lamanya waktu pe~~anas­

an santpai terjadinya ,penurunan viskositas berbeda-beda 'ter-


gantung panjang rantainya (Todd, 1968).

Metil selulosa -(Todd, 1968)


Serbuk sedikit higroskopis, tidak berasa dan tidak ber-
bau, berwarna putih atau putih-krim. Larutan dalam air ber-
sifat netral. Viskositas larutan dapa.t menurun karena naik-
nya suhu. Apabila suhu dinaikkan terus dapat menyebabkan pe-

ngendapan metil selulosa, meskipun pada pendinginan akan la-
rut kernbali dan viskositas naik. Pemanasan yang lama akan
me~yebabkan kehilangan viskositas yang bersifat permanen.
25
So~iua karboksi metil selulosa (CMC-Na)
Serbuk putih atau krim, tidak berbau. Larutan 1%
dalam air mempunyai pH 6 - 8. Larutan Sodium CMC yang
disterilkan dengan autoclave pada suhu 125°C selama 15
menit, kemudian dibiarkan dingin, viskositasnya menurun
sampai sekitar 25%. Oleh sebab itu jumlah CMC harus se-
lalu d~perhitungkan yang akan digunakan bila sediaan
akan disterilkan dengan otoklaf . (Todd, 1968) •

Hidroksi propil metil selulosa


Berupa granul halus atau fibrous berwarna putih,
mengembang dalam air dan menghasilkan larutan jerni~

atau kaloid kental (Todd, 1968) •.

B. Hipotesis

Viskasitas larutan derivat selulosa dapat dipenga-


ruhi oleh suhu. Sterilisasi panas (uap) Q.iduga dapat
:

berpengaruh terhadap viskositas tetes mata kloramfeni-


k!.o.l yang menggunakan deri vat selulosa.

C. Rencana Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap seba-


gari berikru.t :
1. Sterilisasi alat-alat yang digunakan untuk pem-
26

buatan larutan tetes mata.


2. Sterilisasi bahan-bahan yang digunakan untuk pem-
bua tan laru:tan tetes ma ta secara aseptis.
3. Pembuatan larutan metil selulosa dengan berbagai
macam kadar untuk mendapatkan larutan yang mempunyai vis-
kositas lebih kurang 25 cps.
4. Pemeriksaan viskositas larutan metil selulosa.
5. Pembuatan larutan hidrok.si propil metil selulosa
(HPMC) dan karboksi metil selulosa (CMC) dengan kadar
yang sama dengan kadar larutan metil selulosa.
6. Pemeri~aan viskositas larutan HPMC dan CMC.
7. Pembuatan larutan tetes mata kloramfenikol de-
ngan menggunakan larutan metil selulosa, HPMC dan CMC
dengan berbagai macam kadar.
8. Pemeriksaan viskositas larutan tetes ma.ta.
9. Sterilisasi larutan tetes mata yang dibuat d~­

ngan panasuap air mengalir 100°C selama 30 menit dan


otoklaf 1r5°C selama 30 meni t.
10. Pemeriksaan terhadap larutan tetes mata yang
dibuat secara aseptis maupun yang dilakukan sterilisasi
mengenai kejernihan larutan dan viskositas.
BAB III
CARA PENELlTIAN

A. Bahan-bahan

Kloramfeniko-1 (kualitas farmasi}


Metil selulosa (kualitas farmasi}
· Hidraksi pro.pil metil selulosa (kualitas farmasi)
Karboksi metil selulosa (kualitas farmasi}
Asam borat (kualitas farmasi)
Sodium klorida (kualitas farmasi)
Gliserin _ (~litas farmasi)
Air (bila tidak disebutkan spesifikasinya berarti air
suling.
Kertas saring Whatman No.42.

- B. Alat-alat

Viskosimeter Kaneko tipe Stormer


Oven (Reraew)
Otoklaf
Cleen bench (Ogawa, Seiko Co.)
Alat sterilisasi uap air mengalir
Alat uji kejernihan larutan
Stapwatch Hanhart (Felix).

27
28

C. Jalannya Penelitian

Sterilisasi alat dan bahan

Se~elum dilakukan pembuatan larutan tetes mata, alat-


alat yang digunakan untuk pembuatan larutan tetes mata
dan wadah untuk menyimpan larutan tetes mata disterilkan
terlebih dahulu dengan pemanasan kering dalam oven pada
suhu 150°C selama 1 jam, sedangkan bahan-bahan yang khu-
sus digunakan untuk pembuatan secara aseptis (asam borat
dan so:dium: klorida) disteril pada suhu 1 00°C selama satu
jam.
-
1. Pembuatan larutan metil selulosa

Dibuat larutan metil selulosa dalam air dengan ber-


bagai macam kadar untuk mendapatkan larutan yang mempu-
nyai viskositas lebih kurang 25 cps. Metil selulosa di-
taburkan di atas air hangat sebagian dari air· yang ter-
sedia dan didiamkan agar m~ngembang dan ·aiaduk. Terakhir
ditambahkan air dingin si~anya. Viskositas larutan diten-
tukan dengan alat Viskosimeter stormer yang sebelumnya
telah dikalibrasi dengan menggunakan larutan standar air
dan gliserin pada suhu 20°c~ Larutan standart tersebut
viskositasnya pada suhu tertentu ~udah diketabui (Weast,
t977J.
Vis~ositas larutan aetil selul.asa dapat dihi tung dengan
menggunakan rumus :
V = at + b
29

v = viskositas
t = waktu yang dibutuhkan jarum untuk berputar dari ska-
la 0 - 100 pada alat viskosimeter stormer.
a = viskositas stan dar gliserin
b = viskositas standar air.
Dengan demikian dapat diketahui pada kadar berapa
larutan selulo.sa mempunyai viskositas lebih kurang 25 cps.

2. Pembuatan larutan bidroksi pro,pil metil selulosa (HPMC)


dan karboksi metil selulosa (CMC).

Dibuat larutan HPMC dan CHC dengan kadar yang sama


dengan kadar larutan metil selulosa yang me~punyai vis-
kositas lebih kllrang 25 cps. Viskositas larutan netil se-
lulosa HPMC dan CMC pada suhu 20°C dan 25°C ditetapkan
dengan alat Viskosimeter Starmer sebelum dan sesudah di-
sterilisasi.

3. Pembuatan larutan tetes mata


Formula klo.ramfenik.ol tetes mata yang digunakan me-
nurut Formularium Indonesia formula tetes mata- kloramfe-
niko'l :L (Anonim, 1966)
Kloramfenikol 0,025
Asam borat o, 1
Metil selulosa 25 cps
dalam larutan fisiologi steril sampai 25 ml.
Larutan derivat selulosa (metil selulosa, HPMC dan CMC)
30

digunakan dalam pembuatan kloramfenikol tetes mata de-


ngan kadar 1 ,00,.6; 2,5%, 5,0% dan 1O,O%.

Cara pembuatan larutan tetes mata

a. Dibuat larutan fisiologi yang mengandung 0,~% sodium


klo,rida dengan cara sodium klorida dilaru tkan dalam
sebagian air.
b. Asam borat dilarutkan dalam air hangat dan selanjut-
nya kloramfenikol dilarutkan ke dalamnya sedikit de-
mi sedikit dengan dihangatkan.

Bagian a) dimasukkan ke dalam bagian b) dan dicam-


pur sampai homogen. Ke dalam c~puran tersebut dimasuk-
kan laru tan me til selulosa, HPJ.VIC dan CMC masing-masing
dengan kadar 1~, 2r5%, 5,0% dan lOrO% dan diaduk sampai
homogen. Terakhir dita~bahkan air sisanya dan disaring
dengan menggunakan kertas saring Whatman. Untuk pembuat-
an larutan tetes mata dengan cara aseptis seluruhnya di-
lakukan di dalam· alat cleen bench dengan sistem laminair
air flow untuk menjaga sterilitasnya.

Pemeriksaan viskositas larutan tetes mata

Larutan tetes mata kloramfenikol yang dibuat dila-


kukan pemeriksaan viskositas dengan alat Viskosimeter
Stormer (sebelum dilakukan sterilisasi).
31

Sterilisasi larutan tetes mata

Sterilisasi dilakukan terhadap larutan tetes mata


dengan cara menggunakan panas uap air mengalir pada suhu
100°C selama 30 menit dan otoklaf 115°C selama 30 menit
dan tanpa menggunakan panas (pembuatan secara aseptis).

Pemeriksaan sifat-sifat fisika larutan tetes -.--


mata

Pemeriksaan kejernihan. Pemeriksaan dilakukan seca-


ra visual terhadap larutan tetes mata yang ditempatkan
di dalam bo.to1/wadab yang transparan.

Pemeriksaan adanya partikel asing. Terbadap larutan


tetes mata yang dibuat dilakukan pemeriksaan secara vi-
sual di bawah lampu neon dengan latar belakang putih dan
gelap dalam suatu kotak khusus.

Pemeriksaan viskositas. Dilakukan pemeriksaan vis-


kositas terhadap larutan tetes mata kloramfenikol sete-
lah dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas uap
air mengalir pada suhu 100°c selama 30 menit dan otoklaf
115° selama 30 menit. Viskositas larutan tetes mata dila-
kukan pada suhu 20°C dan 25°C.

D. Analisis Hasil

Untuk mengetahui pengaruh sterilisasi panas (uap)


terhadap viskositas larutan derivat selulosa dilihat
32

viskositasnya sebelum dilakukan sterilisasi dan sesudah


sterilisasi.
Kejernihan dan adanya partikel asing dari larutan
tetes mata· kloramfeniko,l dilihat secara visual. Viskooi-
tas larutan tetes mata d~ngan derivat selulosa yang dibu-
at secara aseptis dan disterilisasi dengan panas (uap)
dibandingkan. Diana lis is pengaruh met ode pem.bua tan/ste-
rilisasi penggu.naan panas (uap) terhadap viskositas l,.a-
rutan tetes mata.
.BAB IV
HASIL PEN ELI TIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang kejernihan dan adanya par-


tikel asing larutan tetes mata kloramfenika·l yang meng-
gunakan derivat selulosa hasilnya dapat dilihat pada ta-
bel I dan II di bawah ini.

Tabel I. Kejernihan larutan tetes mata kloramfenikol


dengan derivat .selulosa

~=======================================================

Mac am Kadar (%)


derivat selulosa
1 2,5 5 10

Me_til selulosa +++ +++ +++ +++


HPMC +++ +++ +++ +++
CMC +++ +++ +++ +++
========================:===============================
Keterangan :
+++ = baik

Tabel II. Adanya partikel asing larutan tetes mata klo,_


ram.fenikol dengan deri vat se lulosa
========================~===============================
Macara Kadar (%)
derivat selulosa 2,5 5 10

Metil selulosa
HPMC
CMC

~=======================~======:======== =======-======:
Keterangan :
--- = tidak ada partikel asing.
33
34

Dari hasil penelitian tentang kejernihan seperti


terlihat pada tabel I di atas dapat dilihat bahwa ketiga
macam· larutan tetes mata kloramfenikol yang menggunakan
derivat selulasa metil selulosa, hidroksi propil metil
selulosa (HPMC) dan karboksi metil selulosa (CMC) semua-
.
nya menunjukkan larutan yang jernih dalam arti tidak ter-
jadi kekeruhan dan tidak terjadi perubahan warna yang
dilihat secara visual terhadap larutan tetes mata yang
ditempatkan dalam botol/wadah yang transparan (bening).
Pengamatan tentang adanya partikel asing terhadap larut-
an tetes mata kloramfenikol yang hasilnya dapat dilihat
pada tabel II menunjukkan bahwa semuanya tidak terdapat
adanya partikel asing baik yang berasal dari kotoran
obat/bahan tambahan, serabut kertas saring maupun parti-
kel kaca. Dengan demikian dapat diketahui bahwa larutan
tetes mata kloramfenikol yang menggunakan derivat selu-
losa sem:uanya dapat memenuhi persyaratan tetes mata ten-
tang kejernihan dan tidak adanya partikel asing.
Penetapan viskositas larutan metil selulosa untuk
mendapatkan viskositas lebih kurang 25 cps pada suhu 20°C
dilakukan dengan menggunakan ~erbagai kadar metil selu-
losa yang hasilnya dapat dilihat pada tabel III.
35

Tabel III. Viskositas larutan metil selulosa pada


suhu 20oc.
--------------------------------------------------------
Kadar (%) Viskositas (cps)

1 '0 t 06,55
0,.9 89,52
0,,8 65,20
0 ,.7 40,36
0,6 28,38
0,.55 25,.22
0,5 20,70
========================================================

Hasil penelitian mengenai viskositas larutan metil


selulosa seperti terlihat pada tabel III di atas, terli-
hat bahwa pada kadar yang lebih tinggi viskositas larut-
annya juga semakin tinggi. Namun kenaikan viskasitasnya
tida~ seband~ng dengan kenaikan kadar metil selulooa
yang d:ii.gunakan.
Dari hasil viskositas larutan metil selulo~a di atas
dapat dilihat bahwa larutan yang memberikan viskositas
lebih ku~ang 25 cps (25,22 cps pada suhu 20°C) terdapat
pada kadar metil selulosa. sebesar 0,55%. Dengan demikian
metil selulosa dengan kadar 0,55% digunakan di dalam for-
mula tetes mata kloramfenikol. Dibuat juga tetes mata klo-
ramfenikol yang menggunakan hidroksi pro·pil metil selulo-
sa (HPMC) dan karboksi metil selulosa (CMC) dengan kadar
yang sama (0,55%).
36

Pemeriksaan viskositas larutan metil selulosa, HPMC


dan CMC pada awal pembuatan (sebelum dilakukan sterilisa-
si) dan setelah sterilisasi dengan menggunakan panas uap
air mengalir 100°"C selama 30 menit dan otoklaf 115°C se-
lama 30 menit hasil dapat dilihat pada tabel IV di uawah
ini.

Tabel IV. Viskositas (cps) larutan derivat selulosa sebe-


lum dan sesudah sterilisasi pada suhu 20°C dan
25°C
==========-=--===-====-=-------·
Sebelum. ste-
----------- -----------
Uap air
Mac am dan kadar Otok:laf men_galir
derivat selulosa rilisasi
20°C 25°C 20°C 25°C 20°C 25°C
- '
Me til selulosa 25,22 24,10 22,30 17 '70. 22,56 14,90
0,55%
HPMC 0,55% 44,66 40,38· 29,.00 26,24 37,29 15,83
CMC 0,55% 4.1 '28 36,60 26,53 22 "1 0 34,72 19,57
-------------------------- ----- ----------- ----- -----
--------------------------------------------------------
Dari data pada tabel IV di atas terlihat bahwa keti-
ga macam derivat selulopa· visk:asitasnya mengalami penu-
runan setelah dilakukan sterilisasi dengan panas uap air
mengalir dan otoklaf dibandingka.n dengan viskositasnya
sebelum dilakuk.an sterilisasi. Penurunan viskositas k-e-
tiga mac:am derivat selulosa tersebut semuanya bersifat
irreversibel (tidak dapat k-embali sperti semula) selama
waktu pengamatan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
adanya panas dapat merusak rantai polimer dari selulosa
yang mengakibatkan visko.sitasnya menjadi turun.
37

Penurunan viskositas yang terbesar terlihat pada larutan


HPMC yang dilakukan sterilisasi dengan otoklaf.. Pada
umumnya penggunaan sterilisasi dengan otoklaf akan me-
nyebabkan penurunan viskositas yang lebih besar apabila
dibandingkan dengan sterilisasi dengan uap air mengalir.
Hal ini disebabkan karena pada sterilisasi dengan oto-
ldaf ' digunakan tekanan, sehingga dihasilkan energi pa-

nas yang lebih tinggi daripada uap air mengalir sehingga


kemampuan untuk merusak rantai polimer selulosa lebih be-
sar. Dengan demikian penurunan viskooitasnya juga lebih
besar.

Tabel V. Viskositas tetes mata 0 dengan larutan metil


selulosa pada suhu 20 C.

Metil selulosa
1 '0 1 ,310 1 ,002 1 ,002
2,5 4,134 1 ,002 1 ,002
5,0 4 ,.134 1 ,002 1,310
1 0 ,.o 5,055 4,134 1 ,371

===============================~=:====================
38

--------------------------------------------------------
Metode pembuatan/
sterilisasi Viskositas (cps)
Kadar (%) lJap air
Aseptis Otoklaf mengalir

Metil selulosa
1 ,o 1 '187 0,890 o.890
2,5 1.941 1 t 591 0.910
5,0 2,291 1 '941 1 ,310
10,0 2,992 2,291 1 ,591
-------------------------- -------- ---------- ---------
---------------------------------------------~----------

Hasil penetapan viskositas tetes mata klora.mfenikol


dengan larutan metil selulosa yang dibuat secara aseptis
dan setelah dilakukan sterilisasi dengan panas (uap) pa-
da suhu 20°C dan 25°C dapat dilihat pada tabel V dan VI.
Terlihat pada tabel V dan VI bahwa viskositas larutan
tetes ~ta mengalami penurunan setelah dilakukan sterUi-
sasi dengan :-otoklaf 115° selama 30 menit maupun uap· air
:

mengalir 100°C selama 30 menit dibandingkan dengan pembu-


atan secara aseptis (tanpa panas).
Tetes mata pada penggunaan larutan metil selulosa
1%, 2y5% dan 5% yang disterilisasi_dengan .ocoklaf dan
1%, 2r5% dengan uap air mengalir viskositasnya pada suhu
.
20°.>c mengalami penurunan menjadi sama dengan viskosi tas
air (1 ~002 cps) seperti terlihat pada tabel V. Pada suhu
25°C, viskositas larutan tetes mata terlihat mengalami
39

penurunan menjadi sama dengan viskositas air (0,890) pa-


da penggunaan larutan metil selulosa 1%.

Tabel VII. Viskositas tstes mata dengan larutan HPMC


pada suhu 20 C.

~======================================='
at~n/
asJ.
Viskvsitas (cps)
A t·16 Uap air
sep Otoklaf · mengalir

HPMC

1 '0 4 ,,134 1 ,831 2~292


2,5 5,055 3,125 3,225
5,0 5,.976 4,125 4., 134
10 ,.o 6,897 5,976 6,897
========================== =============================-

Tabel VIII. Viskositas tstes mata dengan larutan HPMC


pada su.hu 25 C.

---------------=====================~=======--==-=====-=
uat~n/ · Viskositas (cps)
sasJ.
. Uap air
AseptJ.s Otoklaf mengalir

HPMC

1 ,.o 1 '591 0,890 1 ,310


2,5 2 ,,992 0,890 1 '591
'5,,0 3,342 1,672 2,292
1 0,0 ' 5,055 3,342 3,673
.
----===-===-=-====-=-===:====================~=========-
40

Dari hasil penelitian mengenai viskositas tetes ma-


ta dengan HPMC pada suhu 20°C dan 25°C seperti terlihat
pada tabel VII dan VIII ternyata viskositasnya juga meng-
alami penurunan setelah dilakukan sterilisasi dengan pa-
nas (uap). Sterilisasi yang menggunakan .otoklaf akan
menyebabkan penurunan viskositas yang lebih besar diban-
dingkan dengan penggunaan uap air mengalir.

Tabel IX. Viskosi~as tetes mata dengan larutan CMC pada


suhu1 20 C.
-------------------------------------------------------
------------------------- -----------------------------
Metode pembuatan/ Viskositas (cps)
sterilisasi Uap al.r
Aseptis Otoklaf. meR.galir
CMC
1 ,.0 4,134 2,292 4,134
2,5 5,055 3,342 4,414
5,-0 5,9?6 4,134 5,816
10 ,.0 . 7 ,818, 5,055 7,818
=========================-=========-~========-%=========

Tabel X. Viskosibas tetes mata dengan larutan CMC pada


suhu 25 c.
========================================================
uatan/ · Viskositas (cps)
sasi .
Aseptis Otoklaf ~~g:~r
CMC
1 '0 1 ,310 0,890 0,890
2,5 1 '591 0,890 0~890
5,0 2,.992 1 ,310 1,310
1 o,o 3,342 2,992 3,342
===================================~=========~=========-
41

Viskositas larutan tetes mata dengan CMC seperti ter-


lihat pada tabel IX dan tabel X juga terlihat adanya pe-
nurunan viskositas pada tetes mata yang disterilisasi di-
bandingkan dengan pembuatan seeara aseptis (tanpa panas}.
Dari basil penelitian ten.tang viskositas tetes mata
dapat dilihat dari ketiga macam larutan tetes mata klo-
ram,fenikol yang m.enggunakan derivat selulo:Sa (metil selu-
losa, HPMC dan CMC-Na) viskositasnya semuanya mengalam·i
penurunan setelah dilakukan sterilisasi dengan panas (uap)
otoklaf dan uap air mengalir dibandingkan dengan visko-
sitas larutan tetes mata yang dibuat secara aseptis (tan-
pa pan:as) • Penurunan vis kosi tas terse but dise babkan kare-
na rusaknya (putwsnya) rantai po;limer derivat selulosa
yang merupaka.n salah satu bahan penyusun larutan tetes ma-
ta tersebut yang dapat menyebabkan turunnya harga visk.o-
sitasnya. Penurunan visk:ositas tersebut semuanya bersifat
irreversibel (tidak dapat kembali seperti semula). Dengan
demikian .aa·pat diketahui bahwa viskositas larutan tetes
mata yang menggunakan derivat selulosa sangat dipengaruhi
oleh adanya panas (uap) dari penggunaan sterilisasi. Pada
umumnya penurunan viskcisitas larutan tetes mata yang di-
sterilisasi dengan otoklaf lebih besar daripada penggu-
naan panas dengan uap air mengalir. Hal ini diseb~bkan ka-
rena pada penggunaan otokla f dengan menggunakan tekanan
yang dapat menghasilkan energi panas yang lebih tinggi
42

sehingga kemampuan merusak rantai poli.mer selulosa lebih


besar. Dengan demikian penurunan viskositasnya juga le-
bih besar.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari basil peneli-


tiall! ini adalah

1 • Larutan metil selulasa dengan kadar 0,55% mempunyai


viskositas lebih kurang 25 cps (25,22 cps pada suhu
20°-c dan 24,10 cps pada suhu 25°C).
2. Sterilisasi dengan panas (uap) dapat menyebabkan penu-
runan viskositas larutan derivat selulosa.
3. Laru tan tetes -ma ta kloram..feniko,l yang me~ggunakan de-
rivat selulooa dapat memenuhi persyaratan tetes mata
mengenai ~ejernihan dan tidak adanya partikel asing.
4. Visk:osi tas laru tan tetes ma ta k.loramfenikol pada suhu
20°b dan 25°"'C mengalami . penurunan karena peng~unaan
panas (uap) sterilisasi.
Viskositas larutan tetes mata klora~fenik_ol yang meng-
gunakan derivat selulasa sangat dipengaruhi oleh meto-
de pembuatan dan sterilisasi yang digunakan.

43
DAFTAR PUSTAKA

Ano,nilll, 1963, .[3ritish Pharmaceutical Codex, 1353-1357, The


Council of the Pharmaceutical Society o.f Great Britain,
The Pharmaceutical Press, London.
Anonim, 1966, Formularium Indonesia, 28, Departemen Kese-
hatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1975, The United States Pharmacopeia, 19th Ed.,
702-703, U.S. Pharmacopeia Convention, Rockville,
fvlaryland.
Anonim, 1 979, Farmakope Indonedia Ed. III, 9-1 0, De parte-
men Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Chien, Y.W., 1982, Ocular controlled-release drug adminis-
tration dalam No.vel Drug Delivery Systems, Vol. 14,
13-15, Marcel Dekker Inc., New York and Basel.
Gunn, Cta 1965, Dispersing for-Pharmaceutical Students,
11 ed., 184-193, Pitman Medical and Scientific Pu-
blishing Co. Ltd., London.
Hecht, G., Roehrs, R.E., dan Shively, C.D., 1979, Design
and evaluation of Opthalmic Pharmaceutical Products
dalam ~1ode·rn Pharmaceutics, Bankes, S.G. dan Rhodes,
C.T.(editor), 485-509, Marcel Dekker, Inc., New York
and Basel.
Rawlin ~~
8 E.A., 1977, Bentl!'s Textbook of Pharmaceutics,
ed., 358-364, Bai licre Tindalr: Landon.
Todd, R.G. fgditar), 1968, ;Extra Pharmacapoeia, Martinda-
le, 25 ed., 942-946, The Pharmaceutical Press, Lon-
don.
Turco, s., dan King, R.E., ~979, Sterile Dosage Forms, 2nd
Ed., 77, 357-370, Lea & Febiger, Philadelphla.
Weast, Hobertthc., 1977, Hand book of Chemistry and Phy-
sics, 57 Ed., CRC Press, Clevelan.
45
LAMPI RAN

Lam.piran 1• Con toh Kalibrasi Visk.ometer Stormer

Kalibrasi viska.eter stormer dilakukan dengan zat


standar gliserin dan air (akuades) pada suhu 20°c dan 25°C.

Waktu t (detik.) yang dibutuhkan jarum untuk berputar


d:$i skala 0 - 100 alat Viskometer Stormer pada subu
20 c
====================================================
Gliserin Air
-------------------------------------------~--------
86 4,8
85 4.9
86 4.6
86 4,&
85 4,9
86 4,8
t rata-rata = 85,66 4,63
======================================~=============

Viskositas standar gliserin. (20°C) = 1490 cps (Weast,1977)


Viskositas standar air (20°C) = 1,002 cps(We~t,t9?7).
Persamaan : V = at + b

dari data di atas dipero•leh


1 490 = 8 5, 66 a + b
1 ,002 = 4,83 a + b

1486,998 = 80,83 a
a = 18,421
b = -87,971
dipero1eh persamaan untuk mendapatkan visk.ositas
v = 18 '421 t - 87 '971
di mana V = viskositas dalam cps
t = waktu yang diperlukan jarum untuk berputar dari
skala 0 - 100 dengan beban tertentu pada alat
Viskometer Stormer (detik).
46

Lampiran 2. Contoh perhitungan viskositas pada suhu 209c

------------------------------------------------
·No. t (detik)
·------------------------------------------------
1 5,0
2 5,0
3 5,05
4 5,0
5 4,95
_________ §________________ 2~9 __________________ _
t rata-rata = 5,0
------------------------------------------------
Persamaan viskositas
v = 18 ,421 t - 87 '971

vt = 4,134 cps

v2 = 4,134 c·ps

v3 = 5,055 cps

v4 = 4,134 cps

v5 = 3,213 cps
v6 = 4,.134 cps.

Viskositas rata-rata : v = 4,134 cps.

Anda mungkin juga menyukai