Anda di halaman 1dari 14

ORGANISASI DALAM FARMASI

TUGAS MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Blok Farmasi Ulul Albab yang dibina oleh apt. Abdul
Hakim, M.P.I., M.Farm

Oleh :

Amila Dzaky Rahma 200703110114

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
SEPTEMBER 2020
A. Latar Belakang
Bidang ilmu kefarmasian merupakan salah satu poin penting dalam cabang ilmu
kesehatan di Indonesia. Tanpa adanya farmasi, tidak akan lahir sesosok apoteker yang
ahli. Serta akan sulit tentunya dalam memproses suatu obat yang akan diberikan
kepada pasien. Untuk mewadahi para penggiat ilmu bidang kefarmasian, maka
dibuatlah organisasi farmasi yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Isi
 Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)

SEJARAH

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia adalah satu-satunya Organisasi Profesi Kefarmasian


di Indonesia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
41846/KMB/121 tertanggal 16 September 1965.Nama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Apoteker Indonesia di Jakarta pada tanggal 26 Februari
1965 dan merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker Indonesia yang didirikan pada tanggal
18 Juni 1955, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pada tahun 1955, beberapa apoteker di Jakarta mulai merasakan perlunya suatu organisasi
apoteker yang dapat memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan farmasi
pada umumnya dan kepentingan-kepentingan apoteker pada khususnya.

Sehubungan dengan keinginan di atas, pada 20 April 1955 dibentuklah suatu Panitia
Persiapan untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembentukan perhimpunan apoteker
nasional. Anggota Panitia Persiapan tersebut adalah Drs. E. Looho, Drs. Liem Tjae Ho (Wim
Kalona), Drs. Kwee Hwat Djien dan Drs. Ie Keng Heng. Tugas dari panitia tersebut ialah
menyiapkan Rancangan Anggaran Dasar, nama organisasi, dan lambangnya, Rancangan
Anggaran Rumah Tangga dan menyiapkan urgensi program untuk diajukan pada Muktamar I.
MUKTAMAR I.
Para apoteker Indonesia berhasil melaksanakan Muktamar I pada tanggal 17-18 Juni 1955
dengan mengambil tempat Gedung Metropole (Gedung Megaria, red). Hasil dari Kongres I
itu ialah : - Pengesahan nama organisasi "Ikatan Apoteker Indonesia" yang disingkat IKA. -
Pengesahan lambang IKA. - Pengesahan Anggaran Dasar IKA. - Menetapkan Urgensi
Program : Penyusunan Daftar Kebutuhan Obat, mengatur distribusi obat dan mempersiapkan
industri farmasi. - Pemilihan anggota

Pengurus Besar Pertama, yakni :


Ketua : Drs. E. Looho.
Sekretaris : Drs. Moh. Kamal.
Bendahara : Drs. Tio Tiang Hoey.
Anggota : Drs. Yap Tjwan Bing, Drs. Liem Tjae Ho, Drs. Kho Han Yao, Drs. Zakaria Raib.
Alamat sekretariat : Jl. Teuku Umar 66, Jakarta.

MUKTAMAR II.
Muktamar ke II IKA berlangsung di Jakarta tahun 1956 dengan mengambil tempat di Gedung
PB IDI, Jl. Sam Ratulangi. Pada Muktamar tersebut dilakukan pengesahan Anggaran Rumah
Tangga yang tidak sempat disahkan dalam Muktamar I. Muktamar juga berhasil memilih
Pengurus Baru, yakni : Drs. E. Looho (Ketua), Drs. M. Kamal (Penulis), Drs. Tio Tiang Hoey
(Bendahara I), Drs. Liem Oei Yam Djien (Bendahara II), Drs. Zakaria Raib (anggota), dan
Drs. Liem Tjae Ho (anggota). Sekretariat masih di Jl. Teuku Umar 66 (Rumah Drs. M.
Kamal).

MUKTAMAR III.
Muktamar ke III IKA dilangsungkan di gedung Perhimpunan Ilmu Pengetahuan Alam, Jl.
Surapati No. 1, Bandung, pada 31 Agustus - 2 September 1957. Pada Muktamar tersebut
dilakukan pengesahan Laporan Tahunan 1956 - 1957, pengesahan Laporan Keuangan,
pembentukan Panitia Verifikasi, menetapkan Muktamar ke IV di Jawa Tengah pada tahun
1958 dan memindahkan Redaksi dan administrasi Majalah Suara Farmasi dari Jakarta ke
Bandung di bawah pimpinan DR. Poey Seng Bouw. Muktamar ke III IKA ini menghasilkan
pengurus baru sebagai berikut : Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. Soemartojo (Wakil Ketua),
Drs. Agus Garmana (Penulis), Drs. Liem Oey Jam Djien (Bendahara), Drs. M. Kamal
(anggota), Drs. Liem Tjae Ho (anggota), dan Drs. Ruskanda (anggota). Alamat Sekretariat
pengurus IKA Pindah Ke Jl. Tebah III no. 25, Blok E, Kebayoran Baru, Jakarta.

MUKTAMAR IV.
Muktamar ke IV IKA diselenggarakan di Salatiga Jawa Tengah tahun 1958. Tidak ada
dokumen tentang hasil keputusannya.

MUKTAMAR V.
Muktamar V IKA dan Lustrum I IKA dilangsungkan di Cipayung pada 19 sampai dengan 22
Agustus 1960. Pada acara tersebut ditetapkan Program Kerja di bidang Organisasi,
Pendidikan, Produksi dan Distribusi Obat, Undang Undang Farmasi, Farmakope Indonesia
dan penyebaran tenaga apoteker. Muktamar berhasil memilih pengurus baru sebagai berikut :
Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. E. Looho (Wakil Ketua), Drs. Purnomo Singgih (Penulis),
Drs Tjoa Kian Kie (Bendahara), Drs. Liem Tjae Ho (anggota), Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat
(anggota), Drs. Goei Tjong Tik (anggota) dan Drs. Surastomo Hadisumarno (anggota). Juga
ditetapkan tempat Muktamar ke VI : Jawa Timur.

MUKTAMAR VI.
Muktamar ke VI ini dilangsungkan di Murnayati - Lawang (Jawa Timur) pada 31 Agustus - 4
September 1961, dan memilih Pengurus Besar baru yang terdiri dari Drs. Zakaria Raib
(Ketua), Drs. E. Looho (Wakil Ketua), Drs. Purnomo Singgih (Penulis), Drs Tjoa Kian Kie
(Bendahara) dan Drs. Lim Tjae Ho (Komisaris Umum). Muktamar juga mengesahkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru dan menetapkan tempat
berlangsungnya Muktamar ke VII / Perayaan Windon ke I pada tahun 1963 di Jawa Barat.

MUKTAMAR VII.
Muktamar ke VII ini mempunyai arti khusus karena tidak lagi menggunakan sebutan
Muktamar IKA melainkan Kongres Nasional Sarjana Farmasi. Pada Kongres ini diputuskan
beberapa hal penting antara lain : - Mengubah nama, bentuk dan sifat organisasi para
apoteker dari Ikatan Apoteker Indonesia (IKA) menjadi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
(ISFI). - Keanggotaan ISFI terdiri atas Sarjana Farmasi - Apoteker dan Sarjana Farmasi Non
Apoteker. - Membentuk Korps Sarjana Farmasi menurut bidangnya masing-masing : Korps
Sarjana Farmasi Produksi, Korps Sarjana Farmasi Distribusi, Korps Sarjana Farmasi Rumah
Sakit, Korps Sarjana Farmasi ABRI (TNI, red) dan lain-lain. Muktamar ke VII ini juga telah
memilih Drs. Purnomo Singgih sebagai Ketua Umum ISFI. Beberapa bulan kemudian terjadi
perubahan dalam pengurus dimana Drs. Heman diangkat sebagai Ketua Sementara BPP ISFI.
Karena kesibukan dalam pekerjaannya tidak memungkinkan Drs. Heman mencurahkan
seluruh perhatiannya bagi organisasi, Drs. Heman kemudian digantikan oleh Drs. Soerastomo
Hadisoemarno. Kemudian jabatan Ketua Sementara ini dipindahkan lagi kepada Drs.
Soekaryo hingga dilaksanakan Kongres Nasional ISFI VIII di Jakarta, tanggal 30 Oktober
hingga 3 Nopember 1967.

Kongres Nasional ke VIII di Jakarta ini mempunyai arti penting karena dilaksanakan ketika
permulaan era kepemimpinan orde baru. Banyak keputusan dan rekomendasi yang dihasilkan
antara lain adalah dipilihnya Drs. Soekaryo terpilih sebagai Ketua Umum.

Semenjak itu pula lewat beberapa kongres berkali-kali Drs. Soekaryo terpilih sebagai Ketua
Umum BPP ISFI, jabatan ini dipegangnya terus sampai kini. (dikutip oleh Ahmad Subagiyo
dari buku Profil Sarjana Farmasi Indonesia 1981)

Pada Kongres XVIII Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia di Jakarta pada tanggal 07-09
Desember 2009, nama organisasi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) berubah menjadi
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

HIMPUNAN
Di dalam Ikatan IYPG Apoteker Indonesia terdapat himpunan di dalamnya, yaitu
a. HISFARIN
b. HIMASTRA
c. HIASKOS
d. HISFARDIS
e. HISFARSI
f. HISFARMA
g. HISFARKESMAS

VISI dan MISI

VISI
Menghasilkan apoteker, apoteker Spesialis, apoteker advance dan tenaga kefarmasian lainnya
yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang tinggi sesuai dengan standar
regional maupun internasional, menjunjung tinggi etika serta berperan dalam pelayanan
kefarmasian yang berkualitas khususnya untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia.

MISI
Menghasilkan apoteker, apoteker spesialis, apoteker advanance tenaga teknis kefarmasian di
bidang pelayanan kefarmasian, antara lain:

1. Kepakaran (Expertise)
a. Memperlihatkan keterampilan praktik kefarmasian sebagai ttk, apoteker atau
apoteker spesialis.
b. Mencari dan mengikuti kemajuan informasi yang tepat dan relevan untuk
praktik kefarmasiannya.
c. Memberikan pelayanan konsultatif yang efektif sehubungan dengan
kewenangannya sebaga ttk,i apoteker atau apoteker klinis, edukasi dan
pendapat legal.

2. Komunikator
a. Membina hubungan dengan pasien dan sejawat dalam rangka praktek
kefarmasiannya.
b. Menghasilkan dan mensintesis riwayat yang relevan dari pasien / kolega /
lingkungan, dengan mendengar dan melakukan wawancara yang efektif.
c. Memberikan informasi yang sesuai kepada pasien / tim keluarga dan sejawat
profesi kesehatan lain.
d. Mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan unsur-unsur
yang terlibat dalam praktek kefarmasiannya.

3. Kemampuan Bekerja Sama (Kolaborator)


a. Berkonsultasi dengan efektif dengan profesi kesehatan lain.
b. Memberikan kontribusi yang efektif terhadap kegiatan-kegiatan
timinterdisiplin.

4. Manager
a. Menggunakan dan memanfaatkan sumber daya secara efektif guna menunjang
praktek kefarmasian yang optimal
b. Mengalokasikan sumber/ sarana yang terbatas secara bijaksana.
c. Bekerja secara efektif dan efisien dalam suatu tim profesi kesehatan.
d. Menggunakan teknologi informasi untuk mengoptimalkan sumber daya untuk
menunjangv optimalisasi praktek kefar masiannya, pembelajaran yang
berkesinambungan dan kegiatan-kegiatan lain.

5. Advokasi Kesehatan
a. Mengidentifikasi determinan kefarmasian yang penting yang mempengaruhi
kerja obat dan pengobatan.
b. Memberikan kontribusi yang efektif untuk memperbaiki kesehatan
masyarakat.
c. Mengenal dan menjawab permasalahan dimana advokasi tepat untuk
dilaksanakan.

6. Ilmuwan (Scholar)
a. Mengembangkan, mengimplementasikan dan memantau strategi pendidikan
untuk diri sendiri yang berkelanjutan.
b. Menilai secara kritis sumber-sumber informasi medik.
c. Memfasilitasi pembelajaran pasien, mahasiswa farmasi dan tenaga
professional lain.
d. Berkontribusi terhadap pengembangan ilmu baru.

7. Professional
a. Memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dengan integritas, kejujuran, dan
empati.
b. Memperlihatkan perilaku-perilaku personal dan interpersonal yang baik.
c. Menjalankan praktik kefarmasian yang etis dan sesuai dengan kewenangan ttk,
apoteker atau apoteker spesialis
 Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia

SEJARAH
Dilandasi oleh pemikiran yang berkembang pada Kongres Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
(ISFI) di Jakarta pada tahun 2000, dan didukung oleh Forum Komunikasi Perguruan Tinggi
Farmasi Negeri se-Indonesia, maka disepakati pembentukan Asosiasi yang mewadahi seluruh
lembaga pendidikan tinggi farmasi yang ada di Indonesia.

Dengan dihadiri oleh wakil-wakil dari institusi pendidikan tinggi farmasi Universitas
Airlangga, Universitas Surabaya, Universitas Widya Mandala, Universitas Gajah Mada,
Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Pancasila, Universitas
Tujuh Belas Agustus 45, Universitas Indonesia, Institut Sain dan Teknologi Nasional, Institut
Teknologi Bandung, Universitas Andalas, dan Universitas Hasanuddin, dibentuklah Asosiasi
Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) pada tanggal 29 Agustus 2000 pada saat rapat
forum komunikasi di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Badan hukum APTFI disahkan
di Jakarta oleh Notaris Ny. Endang S. Antariksa, SH No. 4, tanggal 5 Desember 2000, yang
kemudian disempurnakan dalam Akta Notaris No. 686, tanggal 22 Juli 2013. Pengesahan
status hukum APTFI oleh Kementerian Hukum dan HAM RI melalui Keputusan Menteri
Hukum dan HAM RI No. AHU-191.AH.01.07 Tahun 2013 pada tanggal 24 September 2013.

Saat ini, selain didukung oleh Komisi Pengembangan Pendidikan, Komisi Organisasi dan
Pendanmpingan, dan Komisi Kerjasama dan Hukum, untuk mengefisienkan komunikasi
sesama anggota, APTFI memiliki 5 Forum Wilayah (ForWil), yaitu (1) Sumatera, (2) Jawa
Barat-Banten-DKI-Kalimantan Barat, (3) Jawa tengah-DIY-Kalimantan Selatan, (4) Jawa
Timur-Bali, Nusa Tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur, dan (5) Kalimantan Timur-
Kalimantan Utara-Sulawesi, Maluku-Maluku Utara-Papua-Papua Barat.
APTFI adalah salah satu Asosiasi Institusi Pendidikan (AIP) pendiri Lembaga Akreditasi
Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes), dan anggota Lembaga
Pengembangan Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan (LPUK Nakes).

PENGURUS APTFI 2019- 2023


Ketua : Prof. Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc., Apt
Sekretaris : Prof. Dr. Ajeng Diantini, Apt.
Bendahara : Prof. Dr. Shirly Kumala, M.Biomed., Apt
Wakil Ketua Bidang Pendidikan : Prof. Dr. Umi Athiyah, MS, Apt.
Wakil Ketua Bidang Penunjang Pendidikan : Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, Apt.

INSTITUSI ANGGOTA MAJELIS

 Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

 Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung

 Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

 Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga

 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin

 Fakultas Farmasi, Universitas Andalas

 Fakultas Farmasi, Universitas Kristen Widya Mandala

 Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia

 Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila

 Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

 Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara

 Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma

 Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan

 Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

 Jurusan Farmasi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

 Jurusan Farmasi Universitas Syiah Kuala

 Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dien

 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau (STIFAR)

 STIFI Perintis Padang

 STIFarm Padang

 Fakultas Farmasi & Sains, UHAMKA


 Fakultas Farmasi, UTA’45 Jakarta

 Prodi Farmasi, FKIK UIN Syarif Hidayah Jakarta

 Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon

 Prodi Farmasi FK Universitas Tanjungpura

 Fakultas Farmasi, UMP Purwokerto

 Fakultas Farmasi, Univ. Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang

 Prodi Farmasi, FMIPA UNS Solo

 Prodi Farmasi, FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

 Prodi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Malang

 Fakultas Farmasi, Universitas Jember

 Prodi Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Kediri

 Prodi Farmasi Universitas Mataram

 Prodi Farmasi STIKes Citra Husada Mandiri Kupang

 Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman Samarinda

 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA) Makassar

 Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

 Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Tadulako Palu

 Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo Kendari

 Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Hisfarsi)

SEJARAH
Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi bekal
ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang kefarmasian, yang dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat,
bagi pengembangan pribadi warga negara Republik Indonesia, untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan
paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu
kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma
tersebut dapat diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para
Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Memperhatikan perkembangan di atas, Kongres Nasional Ikatan Sarjana Farmasi (ISFI) XV
tahun 1996 di Semarang merekomendasikan pembentukan Himpunan Seminat Farmasi
Rumah Sakit Indonesia. Rekomendasi tersebut dibahas dan disepakati oleh beberapa
Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit di berbagai wilayah Indonesia pada Pan Pacific
Congress 1997 di Bali untuk membentuk Organisasi bernama Himpunan Seminat Farmasi
Rumah Sakit Indonesia yang disingkat menjadi HISFARSI, kemudian ditindak lanjuti dengan
menyelenggarakan Kongres HISFARSI I di Jakarta pada tanggal 25 – 27 April 2005.
Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Indonesia adalah merupakan bagian integral dari
Ikatan Apoteker Indonesia dan merupakan satu-satunya organisasi para Apoteker Seminat
Farmasi Rumah Sakit, yang merupakan perwujudan dari hasrat murni dan keinginan luhur
para anggotanya, yang menyatakan untuk menyatukan diri dalam upaya mengembangkan
profesi luhur kefarmasian rumah sakit di Indonesia pada umumnya dan martabat anggota
pada khususnya.
Dalam Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia (AD-IAI) dinyatakan bahwa Himpunan
adalah kelompok seminat apoteker berdasarkan praktik; Himpunan dapat dibentuk sesuai
dengan kebutuhan di tingkat pusat dan daerah; Himpunan di tingkat daerah berkolaborasi
secara nasional; Himpunan nasional sebagaimana dimaksud diatas merupakan kelengkapan
Pengurus Pusat; Ketentuan mengenai Himpunan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

VISI dan MISI


Visi :
Menjadi organisasi profesi yang mewadahi para apoteker di rumah sakit dalam mewujudkan
pengelolaan instalasi farmasi yang profesional di indonesia yang bertaraf internasional
Misi :
Meningkatkan profesionalisme para apoteker di rumah sakit dalam pengelolaan perbekalan
farmasi yang efisien
Meningkatkan profesionalisme para apoteker di rumah sakit dalam menempatkan diri sebagai
bagian dari tenaga kesehatan dalam penentuan terapi pasien berorientasi kepada efektifitas
dan keselamatan pasien
Melindungi anggota dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan bidang pekerjaan
di instalasi farmasi
Menjalin kerja sama dengan organisasi terkait di bidang farmasi baik di dalam dan luar
negeri, serta dengan para pemangku kepentingan yang terkait dengan pelayanan farmasi RS

 Himpunan Seminat Farmasi Industri (Hisfarin)

Latar Belakang
Quality Risk Management (QRM) atau Manajemen Risiko Mutu adalah suatu proses
sistematik untuk menilai, mengendalikan, mengkomunikasikan, dan mengkaji risiko terhadap
kualitas produk. Ini dapat diterapkan antara proactive dan retrospective. Dalam CPOb 2012,
QRM diatur dalam aneks 14 Manajemen Risiko Mutu yang menuntut industri farmasi agar
dapat menerapkan kajian risiko mutu produk jadi sepanjang siklus produk tersebut.
Kenyataannya tidak semuanya pelaku di industri farmasi dapat menerapkan QRM karena
membutuhkan pelatihan berkelanjutan dan pelatihan terapan.
Sedangkan pengetahuan mengenai desain atau rancangan laboratorium yang dikorelasikan
dengan unsur K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) sehingga menciptakan keamanan
maupun kenyamanan analis bekerja juga belum sepenuhnya dipahami oleh pelaku di industri
farmasi.
Untuk mengakomodasi kepentingan di atas, HISFARIN Jawa Timur mengadakan Workshop
dan Pelatihan QRM maupun Laboratory Design, dimana kegiatan ini juga merupakan bagian
kerja dari Rapat Kerja Daerah HISFARIN Jawa Timur.

Tujuan
Setiap Industri Farmasi, Kosmetik dan Obat Tradisional dapat mempunyai kemampuan dan
pemahaman tentang QRM maupun konsep desain laboratorium dari segi K3 sehinga dapat
diterapkan di sarananya masing- masing.

Sasaran
Seluruh anggota Apoteker di bidang Industri Farmasi, Kosmetik mauun Obat Tradisional se
Jawa Timur.
 Himpunan Seminat Farmasi Kesehatan Masyarakat

HISFARKESMAS adalah seminat baru yang dibentuk oleh IAI untuk mewadahi apoteker
yang melakukan praktek di Puskesmas.
HISFARKESMAS merupakan inisiatif dari PD IAI Sumatera Barat, digagas oleh H.Zulkarni
R, Ssi, MM, Apt (Ketua PD) pada tahun 2014, yang melihat bahwa peran dan posisi apoteker
pada era JKN sangatlah strategis.

VISI dan MISI

VISI
Apoteker puskesmas ada dan terpercaya untuk setiap upaya kesehatan di masyarakat

MISI
1. Melakukan advokasi untuk pemenuhan tenaga apoteker di Puskesmas
2. Meningkatkan kompetensi apoteker dalam pelayanan kefarmasian sesuai standar mutu
3. Mendorong lahirnya inovasi dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas
4. Mengoptimalkan peran apoteker dalam upaya promotif dan preventif kesehatan
masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
https://farmasiindustri.com/tag/hisfarin
https://hisfarsi.org/index.php/sejarah-hisfarsi/
https://aptfi.or.id/
http://iai.id/kifi/vissionmission
https://hisfarkesmas.id/

Anda mungkin juga menyukai