Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 13

ISABELLA 18.052.AF

ISRAWATI ALIS 18.053.AF

JOVITA LESTARI PADANG 18.054.AF

NURUL MUTMAINNAH 18.079.AF

NURUL WAHDANIAH 18.080.AF

RISMA R 18.084.AF

AKADEMI FARMASI
YAYASAN MA’BULO SIBATANG MAKASSAR
202I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kepada sang illahi atas berkat dan

karunia Nya sehingga Laporan Praktek kerja Lapangan (PKL) dapat kami

selesaikan tepat waktu. Pada Unit kerja Apotek RS ISLAM Faisal Makassar.

Laporan ini adalah salah satu tugas yang diberikan pada kami sebagai bagian

pelengkap praktek kerja lapangan (PKL) karena praktek kerja lapangan (PKL)

merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Akademi

Farmasi Yamasi Makassar.

Dalam penyusunan laporan ini, kami sebagai penyusun menyadari akan

kekurangan baik dalam isi maupun dalam segi penulisannya, maka kritikan dan

yang bersifat kami menerima saran bersedia membangun untuk kesempurnaan

dan kelengkapan demi tercapainya tujuan yang kita inginkan, akhirnya kami

mengucapkan banyak terima kami telah membantu dalam yang kasih pada

semua pihak (PKL) ini sehingga dapat pelaksanaan praktek kerja lapangan

berlangsung sesuai dengan yang dikehendaki.

Semoga Allah Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk nya dan

laporan ini kiranya dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang dilaksanakannya PKL.

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat

derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Pemerintah telah

bersungguh-sungguh dan terus-menerus berupaya untuk

meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitasi. Peran tersebut pada dewasa ini dituntut

semakin akibat adanya perubahan-perubahan struktur epidemiologic

perubahan organisasi, penyakit perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, perubahan sosio- ekonomi masyarakat dan pelayanan yang

lebih efektif, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka.

Era reformasi yang sedang kita jalani, telah membawa 190

perubahan yang mendasar dalam berbagai bidang kehidupan

termasuk masalah pelayanan kesehatan.. Salah satu perubahan

mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah manajemen negara

yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis

daerah secara resmi perubahan manajemen ini diwujudkan dalam

bentuk Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah

daerah yang kemudian diikuti pedoman.


Melalui terciptanya masyarakat Bangsa dan Negara yang

ditandai dengan penduduk yang hidup dalam lingkungan sehat dan

dengan perilaku hidup yang sehat, serta memiliki kemampuan untuk

menjangkau layanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas secara

adil dan merata sesuai dengan kebijaksanaan umum dan strategi

pembangunan kesehatan.

Pada era globalisasi, dinamika kehidupan dunia usaha semakin

keras dan ketat termasuk di bidang layanan kesehatan. Dengan makin

tingginya tingkat pendidikan dan keadaan social ekonomi masyarakat,

maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan tampak

makin meningkat pula untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan

tersebut.

Pengembangan pendidikan tenaga ahli madya farmasi

merupakan bagian integrasi dari program pengembangan tenaga

Kesehatan diarahkan untuk kesehatan pada umumnya. mendukung

upaya mencapai target kesehatan masyarakat secara optimal Dalam

hal ini pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk

memperoleh tenaga kesehatan bermutu dan mampu

mengembangkan tugas untuk mewujudkan perubahan. Salah satu

institusi kesehatan yang menyediakan perubahan serta tenaga

kesehatan adalah Akademi Farmasi Yamasi Makassar.


Akademi Farmasi Yamasi Makassar menyelenggarakan

pendidikan untuk menghasilkan tenaga farmasi terampil, terlatih dan

dapat mengembangkan diri baik secara pribadi maupun sebagai

tenaga kesehatan profesional berdasarkan nilai-nilai yang dapat

menunjang upaya pengembangan di bidang kesehatan.

Untuk menghasilkan tenaga kesehatan khususnya tenaga

farmasi maka penyelenggaraan pendidikan perlu ditingkatkan secara

terus menerus baik kuantitas maupun kualitas, salah satu upaya dapat

dilakukan diantaranya adalah praktek kerja lapangan (PKL).

I.2 Tujuan PKL.

Pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) pada prinsipnya

mempunyai tujuan antara lain:

a. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk

memasuki dunia kerja yang sesuai dengan program pendidikan

yang ditetapkan.

b. Mengenal kegiatan penyelenggaraan kesehatan masyarakat

secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknik

maupun sosial budaya terutama dilingkungan apotek.

c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan lapangan kerja

yang nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan

kegiatan kesehatan dibidang farmasi.


d. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses

penyerapan teknologi baru dari lapangan kerja / unit praktek kerja

lapangan (PKL).

e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memasyarakat diri dari suasana sebenarnya.

I.3 Tujuan Pembuatan Laporan.

Pembuatan laporan merupakan rangkaian kegiatan

pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) di apotek, adapun tujuan

pembuatan laporan adalah:

a. Peserta praktek kerja lapangan (PKL) akan memahami,

mengingat, memantapkan, serta mengembangkan pelajaran

yang telah diperoleh dibangku kuliah dan diterapkan pada saat

praktek kerja lapangan (PKL).

b. Peserta praktek kerja lapangan (PKL) mampu mencari alternatif

pemecahan masalah yang ditemukan pada saat praktek kerja

lapangan (PKL).

c. Peserta PKL (praktek kerja lapangan) dapat mengumpulkan data

guna kepentingan institusi kependidikan maupun peserta didik

yang bersangkutan.

d. Dengan adanya praktek kerja lapangan (PKL) peserta praktek

kerja lapangan (PKL) dapat menambah perbendaharaan kampus


untuk menunjang peningkatan pengetahuan peserta didik yang

bersangkutan maupun angkatan berikutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Umum Rumah Sakit

II.1.1 Pengertian Rumah Sakit.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009

tentang Rumah Sakit, definisi rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

secara paripurna yang kesehatan perorangan menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Menurut WHO (World Health Organization), rumah

sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi social dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah

Sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan

dan pusat penelitian medik.

II.2 Personalia Rumah Sakit

JENIS TENAGA JUMLAH

Dokter Umum 17 Orang

Spesialis Interna 2 Orang


Sub Spesialis Interna 7 Orang

Spesialis Bedah 4 Orang

Sub Spesialis Bedah 5 Orang

Spesialis Kandungan 2 Orang

Spesialis Radiologi 3 Orang

Spesialis Anastesi 3 Orang

Spesialis Mata 2 Orang

Spesialis Bedah Thorax 1 Orang

Spesialis Bedah Ortopedi 2 Orang

Spesialis Anak 4 Orang

Spesialis Urologi 1 Orang

Spesialis Kulit Kelamin 3 Orang

Spesialis Kes. Jiwa 1 Orang

Spesialis Saraf 3 Orang

Spesialis Gizi 1 Orang

Spesialis Gizi & Mulut 3 Orang

Total 66 Orang

II.3 Tugas dan fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas

sebagaimana dimaksud diatas, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan, dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

II.4 Visi Rumah Sakit

Mewujudkan Rumah Sakit yang Profesional Menjadi Rumah

Sakit Pilihan Masyarakat.

II.5 Misi Rumah Sakit

a. Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Profesional.

b. Meningkatkan Ketersediaan SDM Serta Sarana dan Prasarana

Rumah Sakit.
c. Menyediakan Wahana Pelatihan Serta Penelitian Untuk

Pengembangan lImu Pengetahuan dan Teknologi yang Bersinergi

dengan Mutu Pelayanan.

d. Mengutamakan Kepuasan Pelanggan, Serta Penyelenggaraan

Rumah Sakit yang Berlandaskan Pada Ukhuwah Islamiah.

e. Meningkatkan Keterjangkauan Pelayanan

f. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan.

II.6 Motto Rumah Sakit

"Ihsan dalam Pelayanan, bekerja sebagai lbadah".


BAB III

URAIAN KHUSUS

III.1 Sejarah Rumah Sakit

Pada tahun 70-an masyarakat muslim di Indonesia khususnya

wilayah Makassar (Ujung Pandang saat itu) sangat menginginkan

adanya pelayanan rumah sakit yang dikelola oleh umat lslam sendiri

dengan didasari nilai-nilai syariat Islam.

Keinginan ini ternyata didengar dan mendapat sambutan dari

beberapa tokoh masyarakat Makassar ketika itu. Beberapa tokoh

masyarakat yang bersepakat dan memulai aktifitas pendirian Rumah

Sakit Islam yaitu H.Fedeli Luuran, Dr.H.M.Nazaruddin Anwar,

H.Ahmad Salama Tambo, H.Muhammad Daeng Petompo dan

Drs.H.Muhammad Jusuf Kalla.

Para tokoh-tokoh Makassar tersebut memulai tugas mulianya

dengan membentuk sebuah yayasan yang diberi nama "YAYASAN

RUMAH SAKIT ISLAM UJUNG PANDANG. Pendirian yayasan

tersebut dikukuhkan dalam Akta Notaris SITSKE LOMOWA, SH.

Dengan akta Nomor 19 tanggal 3 Maret 1976.

Setelah pendirian yayasan rampung, selanjutnya pada bulan

Maret 1976, para pengurus Yayasan secara intensif melakukan loby

mencari dukungan dari berbagai pihak termasuk Pemda Tk.I Sulawesi


Selatan, melalui Bapak Gubernur "HAndi Oddang", ketua DPRD Tk.l,

kepala Kanwil Depkes Sulawesi Selatan serta Walikota Ujung

Pandang "Bapak H.M.Daeng Patompo (Alm).

Dana yang terhimpun dari infaq, zakat, shadakah dan

sumbangan sampai bulan April 1976, Yayasan melakukan pembelian

lokasi di wilayah Panakukang, tempat RS Islam Faisal sekarang.

Ditengah kesibukan pencarian dana dalam rangka pembebasan lokasi

dengan modal dari para Muzakki/dermawan/donator.

Yayasan Rumah Sakit Islam ketika itu diketuai oleh H.Fadeli

Luaran (Alm), mencoba memanfaatkan kehadiran Duta Besar

Kerajaan Saudi Arabia SYEKH BAKR ABBAAS KHOMAIS dalam

rangka kunjungannya di Ujung Pandang pada tanggal 15 Februari

1978 dengan mengajukan proposal pembangunan RS Islam Ujung

Pandang yang ditujukan kepada Raja Saudi Arabia "Al-Malik Faisal

bin Abdul Aziz al-suud".

Sekitar satu bulan berikutnya, pengurus yayasan mendapat

surat dari Kedutaan KSA yang isinya menyampaikan bahwa

permohonan telah disetujui oleh Yang Mulia Raja, sehingga yayasan

diminta menyampaikan nomor Rekening Bank ke kedutaan untuk

pengiriman bantuan dana tahap pertama.

Bantuan dana tahap pertama dari Raja Faisal melalui Yayasan

Badan Wakaf Al-Malik Faisal pada bulan April tahun 1978 tersebut,
oleh Pengurus Yayasan RS Islam Ujung Pandang dimanfaatkan untuk

pembangunan 4 (empat) Unit Gedung Rumah Sakit dan

menyelesaikan pembebasan tanah lokasi RS Islam Faisal yang

luasnya mencapai 44.632 M2. Melalui SK Pengurus Yayasan RS

Islam Ujung Pandang No.039/YARSIN/1978, pada tanggal 1 Mei

1978, dilakukan Peletakan batu pertama Pembangunan RS Islam

Ujung Pandang oleh Duta Besar Saudia Arabia Syekh Bakr Abbas

Khomais.

Sekitar dua tahun pelaksanaan pembangunan berhasil

dirampungkan, RS Islam Faisal diresmikan penggunaannya pada

tanggal 24 September 1980 M/bertepatan dengan tanggal 15

Dzulqaidah 1400 H oleh Menteri Kesehatan Rl, Dr.Suwarjo

Surjaningrat. Tanggal 24 September inilah yang ditetapkan sebagai

hari ulang tahun "Milad" RS Islam Faisal Makassar.

III.2 Mitra RS Islam Faisal

a. PLN Wilayah Sulselbar

b. PDAM Kota Makassar

c. PT. TELKOM, Tbk

d. PT. Semen Tonasa

e. PT. Semen Bosowa

f. BPJS Kesehatan

g. BPJS Ketenagakerjaan
h. Jasa Raharja

i. Bank BRI

j. PT. TASPEN

k. Asuransi Inhealth

l. Asuransi BRIngin Life

m. Asuransi Manulife Indonesia

n. Asuransi Intensive Medicare Indonesia (l'M CARE)

III.3 Poliklinik Spesialis di RS Islam


Faisal

a. Poliklinik Penyakit Dalam (Interna)

b. Poliklinik Penyakit Paru

c. Poliklinik Penyakit Jantung

d. Poliklinik Bedah Umum

e. Poliklinik Bedah Digestif

f. Poliklinik Bedah Onkologi

g. Poliklinik Bedah Tulang

h. Poliklinik Bedah Plastik

i. Poliklinik Bedah Saraf

j. Poliklinik Penyakit Anak

k. Poliklinik Penyakit Saraf ( Neurologi )

l. Poliklinik Obstetri (Kandungan)

m. Poliklinik Penyakit Kulit dan kelamin

n. Poliklinik THT

o. Poliklinik Mata
p. Poliklinik Perjanjian

q. Poliklinik Gigi dan Mulut

III.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi adalah suatu proses yang

merupakan siklus kegiatan, yang dimulai dari perencanaan,

pengadaan/produksi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pemeliharaan, penghapusan, administrasi dan pelaporan terhadap

perbekalan farmasi yang diperlukan bagi pelayanan.

1. Perencanaan Perbekalan Farmasi

Perencanaan Perbekalan Famasi merupakan proses

kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan

farmasi dalam rangka pengadaan.

a. Tujuan

Untuk mendapatkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi

yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta

menghindari kekosongan perbekalan farmasi.

b. Pedoman perencanaan

1) DOEN-Formularium Ketentuan yang berlaku

2) Data dari penggunaan obat tahun sebelumnya

3) Anggaran yang tersedia (alokasi dana)

4) Penetapan prioritas (demand >> budget)

5) Siklus penyakit
6) Stok barang yang ada dan rencana pengembangan.

2. Pengadaan perbekalan farmasi

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi

kebutuhan yang telah ditetapkan/ disetujui dalam perencanaan

pelaksanaan dengan melaksanakan pelelangan atau tender.

Tender tersebut dilaksanakan satu kali dalam satu tahun.

Semua pengadaan barang diselenggarakan oleh panitia

pengadaan barang/jasa. Khusus untuk pengadaan perbekalan

farmasi selalu melibatkan seorang Apoteker (Instalasi farmasi)

menjadi salah seorang anggota sebagai penanggungjawab

teknis dalam kepanitiaan tersebut.

3. Penerimaan Perbekalan Farmasi

Merupakan kegiatan untuk menerima pembekalan farmasi

sesuai dengan pesanan yang tercantum dalam dokumen

pengadaan dan mendistribusikan sesuai dengan permintaan

pemakai barang.

Tujuan

a. Menyelenggarakan pengurusan barang agar setiap

penerimaan pembekalan farmasi dapat dilayani secara cepat

dan tepat dengan biaya yang efisien.


b. Menyelenggarakan penyimpanan dan penyaluran secara

aman dan benar dalam tertib administrasi yang memadai.

4. Penyimpanan Pembekalan Farmasi

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk

melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan

persediaan pembekalan farmasi di dalam ruang penyimpanan

(gudang farmasi) Pedoman penyimpanan

a. Menjamin agar mutu tetap baik

b. Memudahkan dalam pencarian

c. Mempermudah pengawasan persediaan/stok dan barang

kadaluarsa

d. Menjamin keamanan obat dari pencurian dan kebakaran

e. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan:

a. Suhu dan lokasi

1. Penyimpanan normal bersuhu 25°C (Tablet, Kapsul,

Injeksi, Cairan)

2. Penyimpanan dingin disimpan dalam lemari pendingin

(2-8°C)

3. Narkotika disimpan dalam lemari Narotika yang

mempunyai standard sesuai ketentuan


4. Barang mudah terbakar disimpan terpisah dari yang

lain dan tersedia alat pemadam kebakaran

b. Bentuk/jenis barang yang disimpan

1. Obat-obat disimpan terpisah dari bahan beracun

2. Bahan mudah terbakar disimpan terpisah dari yang lain,

sebaiknya disimpan pada gudang tahan api

3. Obat luar dipisah dari obat dalam

c. Pengaturan ruangan

d. Sistem Penyimpanan

1. Berdasarkan volume

2. Berdasarkan frekuensi penggunaan

3. Sistem FIFO/ FEFO

4. System Abjad

5. Pengamanan dan keselamatan

Pembuatan atau pengemasan kembali sediaan farmasi

merupakan salah satu merealisasi kebutuhan perbekalan farmasi

yang sukar didapatkan dipasaran, meliputi:

a) Obat yang tidak stabil dalam penyimpanan

b) Obat yang dikehendaki dalam bentuk tertentu atau

dengan formulasi dan konsentrasi khusus.


5. Distribusi Perbekalan Farmasi

Merupakan keggiatan permintaan kebutuhan obat dan

alat kesehatan habis pakai baik untuk menunjang pelayanan

medis maupun untuk pelayanan individu dalam proses terapi.

a. Distribusi perbekalan farmasi dalam menunjang

pelayanan medis. Pendistribusian perbekalan farmasi

dalam menunjang pelayanan medis dan pelayanan

penunjang RS. Islam Faisal Makassar menganut Sistem

Sentralisasi, dimana seluruh kebutuhan ruangan,

poliklinik, dan unit pelayanan lainnya, didistribusikan

langsung dari pusat pelayanan farmasi.

b. Distribusi perbekalan farmasi untuk Pasien Rawat Jalan

Pelayanan pendistribusian perbekalan farmasi untuk

semua jenis pasien rawat jalan (Umum, BPJs dan Askes)

di RS. Islam Faisal Makassar memakai system

pemesanan obat secara individual (resep) melalui apotek

instalasi Farmasi RS. Islam Faisal Makassar.

c. Distribusi Perbekalan farmasi untuk pasien Rawat Inap,

Pasien Okdan Kamar Bersalin. Pelayanan pendistribusian

perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap terdiri dari 2

jenis yaitu resep individual dan ODD (One Day Dosis).

pelayanan ODD hanya diperuntukan bagi pasien ASKES.

Pelayanan ODD dilakukan dengan cara menyiapkan obat


dalam unit dosis untuk penggunaan untuk satu hari.

Proses ini dilaksanakan seluruhnya di Instalasi Farmasi

tanpa adanya bantuan depo/satelit diperawatan. Dalam

pelaksanaan ODD ini masih bekerja sama dengan

perawat yang ada di ruang perawatan.


BAB IV

PEMBAHASA

IV.1 Pembahasan

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu orgaisasi sosial

dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensi), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga

merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat

penelitian medik.

Rumah Sakit RS Islam Faisal terdapat apotek yang digunakan

sebagai sarana kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan obat

mulai dari penerimaan resep, penyiapan dan peracikan obat,

penulisan etiket sampai dengan penyerahan obat kepada pasien

baik BPJS maupun Umum.

Rumah Sakit Islam Faisal telah melakukan perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penyaluran,

pencatatan/pelaporan, dan pemusnahan. Masing-masing kegiatan ini

dilakukan oleh personalia yang bertanggung jawab terhadap tugas

tersebut. Dalam melakukan pelayanan kefarmasiaan, setiap personil

berusaha menjalankan tugasnya dngan kerjasama yang baik.


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan departemen

yang dipimpin oleh Apoteker, yang bertanggung jawab untuk

pengadaan penyimpanan, pendistribusian obat, meningkatkan

penggunaanya di rumah sakit, serta memberikan informasi dan

menjamin kualitas pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

Pengelolaan perbekalan farmasi atau sitem manajemen perbekalan

farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari

perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan

yang lain Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

pencatatan dan pelaporan, pemusnahan atau penghapusan,

monitoring dan evaluasi.

Perencanaan yang dilakukan mengacu pada jumlah

pemakaian tahun sebelumnya. Perencanaan yang Dilakukan oleh

bagian Perencanaan pemesanan dan di acc oleh kepala instalasi

untuk dibuatkan surat pesanan (SP). Untuk system pengadaannya

yaitu membuat SP atau Surat Perintah Kerja (SPK) terhadap barang

farmasi yang dibutuhkan. Setelah barang datang dilakukan

pengecekan apakah sudah sesuai atau belum, jika sesuai maka

disimpan didala gudang dan ditulis kartu stok. Tujuan dari

penyimpanan ini untuk menghindari kekosongan barang dan

perbekalan farmasi lebih stabil.


Di Apotek RS Islam Faisal sistem penyimpanan obat yaitu

dengan memperhatikan sistem FIFO (First In First Out), FEFO (First

Expired First Out) yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya

kerusakan obat, berdasarkan abjad, memisahkan obat generik, obat

paten, obat psikotropika, obat narkotik, bentuk sediaan dan alat

kesehatan, serta obat yang suhunya khusus disimpan dilemari

pendingin dengan suhu tertentu.

Proses pelayanan resep di apotek RS Islam Faisal yaitu resep

masuk yang kemudian diterima oleh apoteker dan dilakukan skrining

resep dimana skrining resep meliputi skrining administratif, skrining

farmasetik, dan skrining klinis. Skrining administratif dilakukan untuk

menghindari kesalahan penulisan resep dan pemalsuan resep.

Skrining farmasetik bertujuan untuk apakah bentuk sediaan obat

pada resep sudah sesuai dengan pasien (tepat sediaan) Sedangakn

skring klinis bertujuan untuk mengetahui adanya alergi yang terjadi

akibat efek samping, interaksi obat, dan mengetahui kesesuaian

dosis, jumlah obat, dan tepat indikasi. Setelah dilakukan skrining

resep, maka dilakukan pembelian harga resep untuk resep umum,

setelah dilakukan pembelian harga, pihak pelayanan menanyakan

kembali ke pasien apakah harga tersebut diterima atau tidak. Jika

harga tersebut diterima, maka dilakukan penyediaan obat yang

diminta dalam resep oleh asisten apoteker. Sedangkan untuk resep

BPJS, hanya diperiksa kelengkapannya yang meliputi foto copy kartu


BPJS dan persyaratan lainnya. Setelah obat dipersiapkan atau

diracik, dilakukan pemeriksaan kembali kesesuaian obat yang

disiapkan dengan yang ada diresep. Setelah dilakukan pemeriksaan,

selanjutnya apoteker mengecek kembali kesesuaian obat yang

disediakan dengan obat yang tertera dalam resep, kemudian

mencocokkan dengan nama pasien, umur, serta jenis penyakit.

Setelah itu apoteker memberikan pelayanan informasi obat sambil

memberikan obat,meliputi aturan pakai, cara pakai, efek samping

obat, interaksi obat, penyimpanan dan informasi lain yang dianggap

perlu diberitahukan kepada pasien. Selanjutnya apoteker

menanyakan kembali apakah pasien telah mengerti atau ada yang

kurang jelas.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

yang telah dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal, maka dapat

disimpulkan bahwa

1. Rumah Sakit Islam Faisal merupakan rumah sakit swasta yang

menyediakan pelayanan kesehatan umum dan BPJS dan

termasuk dalam rumah sakit tipe.

2. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan, pemusnahan atau

penghapusan, monitoring dan evaluasi.

V.2 Saran

a. Untuk Akademi Farmasi Yamasi Makassar

1. Memperpanjang waktu Praktek Kerja Lapangan (PKL) Agar

mahasiswal bisa benar-benar mengetahui.

2. Lebih mempererat hubungan kerjasama antara pihak

Institusi dengan Rumah Sakit Islam Faisal.


b. Untuk Rumah Sakit lslam Faisal

1. Perlunya penambahan jumlah tenaga kefarmasian di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Faisal guna

meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian yang optimal.

2. Pelayanan kesehatan yang diberikan selama ini telah

Terlaksana dengan baik, ini dapat diketahui dari tingginya

etos kerja yang diperlihatkan oleh semua pegawai,

sehingga hal tersebut harus dapat dipertahankan dan bila

perlu ditingkatkan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai