Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF)

PT. DOS NI ROHA (DNR)

DISUSUN OLEH :

NUR REZEQI OKTAVIANI YUSUF D1B220012

NUR RAHMATILLAH D1B220013

FIRDAUS D1B220014

DINI HANDAYANI PUTRI D1B220016

ULFA TUNNISYAD D1B220017

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami

kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan lengkap ini

dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak

akan sanggup menyelesaikan laporan lengkap ini dengan baik.

Shalawat serta Salam semoga terlimpa curahkan kepada baginda

tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan

syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan terima syukur kepada Allah SWT atas

limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal

pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan

laporan praktek lapangan di Pedagang Besar Farmasi (PBF) Dos

Ni Roha (DNR)

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan

di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca untuk laporan lengkap ini.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu


LAPORAN PRAKTI KERJA LAPANGAN (PKL)

PEDAGANG BESAR FARMASI PT. DOS NI ROHA (PBF DNR)

Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum dalam menyelesaikan

Diploma- III (A.Md) pada program studi D-III farmasi

Oleh :

NUR REZEQI OKTAVIANI YUSUF D1B220012

NUR RAHMATILLAH D1B220013

FIRDAUS D1B220014

DINI HANDAYANI PUTRI D1B220016

ULFA TUNNISYAD D1B220017

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PEDAGANG BESAR FARMASI DI PT. DOS NI ROHA (DNR)

Makassar, 2022

Mengesahkan :

Pembimbing PKL Dosen Pembimbing

Apt. Nur Ilma, S.Si Mirfaidah Nadjamuddin, S.Si, M.Si

Mengetahui :
Ketua Program Studi DIII Farmasi

Suhrah Febrina Karim, S.Farm, M.Farm


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. Pengertian sehat menurut organisasi kesehatan dunia

(WHO) tahun 1948 yaitu suatu keadaan fisik mental, dan sosial

kesejahtraan dan buka hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.

Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk di pakai

dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah

penyakit pada manusia atau hewan.

Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan

berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,

penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai

ketentuan peraturan perundangundangan. PBF berugas untuk

menyalurkan obat kepada PBF lain, apotek, puskesmas hingga rumah

sakit. Setiap PBF harus memiliki apoteker penanggung jawab yang

bertanggung jawab terhadap pelaaksanaan ketentuan pengadaan,

penyimpanan dan penyaluran obat dan /atau bahan obat kepada pasien

harus terdokumentasi dan memenuhi prinsip-prinsip dari Cara Distribusi

Obat yang Baik (CDOB).

Praktek kerja lapangan di PBF bagi mahasiswa DIII

Farmasi merupakan program pendidikan bagi calon ahli madya farmasi


agar memiliki gambaran mengenai kondisi dan situasi yang nyata pada

PBF dengan segala permasalahan yang akan dihadapi dengan

mengamati dan mempelajari cara dari pengadaan, penyimpanan, hingga

penjualan ke pelayanan farmasi, sehingga mahasiswa memiliki

tambahan pengetahuan dan pengalaman secara langsung kegiatan di

PBF.

B. Tujuan PKL PBF

Adapun tujuan dalam mengikuti praktek kerja lapangan ini,

mahasiswa diharapkan mampu untuk :

1. Melaksanakan kegiatan penerimaan barang

2. Menyimpan barang di gudang berdasarkan CDOB

3. Mengeluarkan barang sesuai dengan dokumen permintaan


pesanan

4. Mengetahui cara distribusi sesuai CDO di PBF

C. Manfaat PKL PBF

Adapun manfaat dalam mengikuti praktek kerja lapangan ini,

yaitu :

1. Mahasiswa mampu melaksanakan penerimaan produk jadi

2. Mahasiswa mampu menyimpan barang di gudang berdasarkan

standar penyimpanan CDOB

3. Mahasiswa mampu mengeluarkan barang sesuai dengan dokumen

permintaan yang diminta

4. Mampu mengetahui cara distribusi sesuai CDOB di PBF


D. Waktu Dan Tempat PKL PBF

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan

selama 1 (satu) bulan terhitung mulai tanggal 27 juni 2022 sampai 23

juli 2022. Adapun waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan sesuai

dengan jam kerja PT. Dos Ni Roha, yaitu :

Hari : Senin – Jum’at

Jam kerja : 08.00 – 16.00 WITA

Jam istirahat : 12.00 – 13.00 WITA

Jam kerja pada hari sabtu yaitu :

Jam kerja : 08.00 – 13.00 WITA


BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Pengertian PBF

Menurut Permenkes nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011

Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah

perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk

pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam

jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.

PBF cabang adalah cabang PBF yang telah meiliki cabang pbf

yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan,

penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes

nomor (1148/MENKES/PER/VI/2011).

B. Tugas dan Fungsi PBF

Berdasarkan peraturan mentri kesehatan republik indonesia

no.1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF. Tugas dan fungsi PBF

yaitu:

a. Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat.

b. PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.

c. Pedagang besar farmasi dapat menyalurkan perbekalan farmasi ke


apotek, rumah sakit, atau unit pelayanan kesehatan lainnya yang
ditetapkan menteri kesehatan, toko obat, dan pengecer lainnya.
C. Tujuan PBF

Adapun tujuan PBF antara lain :

a. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi

b. Sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif ke seluruh


tanah air secara merata dan teratur guna memperbaiki pelayanan
kesehatan

c. Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempurnaan


penyediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan

d. sebagai aset atau kekayaan nasional dan lapangan kerja.

D. Persyaratan PBF

Suatu PBF dapat beroprasi setelah mendapat surat izin. Selama

PBF tersebut masih aktif melakukan kegiatan pengelolaan obat, maka

seluruh kegiatan yang dilaksanakan di PBF tersebut wajib berdasarkan

CDOB. Agar dapar beroperasi, PBF harus mempunyai lokasi dan

bangunan yang memenuhi persyaratan serta menyediakan perlengkapan

yang diperlukan dalam kegiatan distribusi.

1. Tempat/ lokasi

Lokasi PBF dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi

efisiensi dan efektifitas dalam pengadaan dan penyaluran obat

kesaran pelayanan kesehatan dan faktor-faktor lainnya.

2. Bangunan

Suatu PBF harus mempunyai luas banguanan yang cukup

dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin


kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF. Suatu PBF paling

sedikit memiliki ruang tunggu, ruang penerimaan obat, ruang

penyiapan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, gudang

obat jadi, ruang makan dan kamar kecil. Area penerimaan,

penyimpanan dan pengiriman harus terpisah, terlindung dari kondisi

cuaca, dan harus didesai dengan baik serta dilkengkapi dengan

peralatan yang baik. Akses masuk kearea penerimaan, penyimpanan

dan pengiriman hanya diberikan kepada personil yang berwenang.

Selain itu harus disediakan area khusus misalnya harus ada area

terpisah dan kunci antara obat yang menunggu keputusan lebih lanjut

mengenai statusnya, meliputi obat yang diduga palsu, yang

dikembalikan, yang ditolak, yang akan dimusnahkan, yang ditarik,

dan yang kadaluarsa yang dapat disalurkan, harus tersedia kondisi

penyimpanan khusus untuk obat yang membutuhkan penanganan dan

kewenangan khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Suatu PBF baru yang ingin beroperasi harus memiliki

perlengkapan yang memadai agar dapat mendukung pendistribusian

obat jadi. Perlengkapan yang harus dimiliki yaitu peralatan dan

tempat penyimpanan obat seperti lemari obat jadi, lemari pendingin

(kulkas), lemari untuk menyimpan produk kembalian, kontainer

untuk penyimpanan barang dan box es untuk pengiriman obat dengan

suhu penyimpanan rendah, perlengkapan administrasi terkait

dokumen penjualan, pembelian dan penyimpanan, seperti blanko


pesanan, blanko faktur, blanko tukar faktur, blanko faktur pajak,

blanko surat jalan, kartu stok obat, bukti pembayaran, form retur, dan

stempel PBF (Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2012).

E. Pengelolaan PBF

Menurut Permenkes nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011

Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah

perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk

pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam

jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.

1. Alur proses operasional PBF

a. Perencanaan

Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan merupakan

tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi,

alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.

b. Pengadaan dan pemesanan

Pengadaan dan pemesanan barang dilakukan berdasarkan

history penjualan, pareto, permintaan pasar, dan program pihak

marketing. Dalam sistem pengadaan, dilakukan penentuan level

persediaan produk berdasarkan penentuan nilai Level Stock,

Buffer Stock, Lead Time, dan ReOrder Point (ROP). Pengadaan

dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab (APJ) PBF dengan

membuat defekta, berkoordinasi dengan supervisior penjualan dan

bagian marketing dalam membuat daftar kebutuhan barang. Pada


proses pengadaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pengadaan

produk reguler, produk e-catalogue, dan produk berupa Narkotika/

Psikotropika/ Prekursor (NPP). Pengadaan yang dilakukan harus

mengikuti kaidah CDOB, yaitu setiap pengadaan dikendalikan

dengan prosedur tertulis dan rantai pasok di identifikasi serta di

dokumentasikan.

c. Penerimaan

Untuk memastikan bahwa obat yang diterima dalam

keadaan baik, sah, sesuai dengan yang dipesan, maka dilakukan

pemeriksaan pada saat obat diterima oleh bagian Transito dengan

menggunakan checklist pada faktur pembelian yang diterima dan

Rincian Surat

Kirim Barang. Hal tersebut sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan CDOB yaitu dalam penerimaan harus terdapat

checklist yang berisi nama pemasok, nama barang, nomor bets,

tanggal kadaluwarsa, jumlah fisik, dan keutuhan fisik produk.

d. Penyimpanan

Sistem penyimpanan obat biasanya menggunakan sistem

First Expired First Out (FEFO); obat-obat yang tanggal

kadaluwarsanya lebih dekat dijual atau didistribusikan terlebih

dahulu. Untuk produk kemasan dus kemasan utuh obat disimpan

diatas rak dengan sistem penempatan berdasarkan golongan obat,

jenis produk, fast moving/slow-moving, dan berdasarkan analisis


efisiensi kerja. Penempatan sediaan cair yang disertai kemasan

yang mudah pecah disimpan pada bagian bawah rak untuk

mengurangi risiko terjatuh pada saat pengambilan barang. Barang

yang ada di gudang PBF harus disimpan pada kondisi yang sesuai

seperti yang telah ditetapkan oleh pabriknya; misalnya vaksin

disimpan pada suhu dingin di dalam Chiller yang dilengkapi

dengan thermometer untuk monitoring suhu dan dokumen

pencatatan suhu.

2. Penyimpanan berdasarkan suhu

Berdasarkan suhu penyimpanan, barang disimpan pada tiga

ruangan yang berbeda yaitu :

1. Ruangan ambient dengan suhu 25°C - 30°C

2. Cool room dengan suhu 15°C - 25°C

3. Suhu dingin dengan chiller untuk menjaga suhu pada rentang 2°C

- 8°C

Dimana penyimpanan ini dilakukan sesuai dengan petunjuk

penyimpanan yang terdapat dalam kemasan obat (Alda Anjella,

Carina Paska, 2021).

Pengontrol suhu dan kelembaban ruang penyimpanan,

meliputi:

a) Penyimpanan barang-barang di gudang harus mengikuti ketentuan

yang ditetapkan oleh Principal, untuk menghindari kerusakan


b) Tempat penyimpanan dilengkapi peralatan pengatur suhu (AC),

pengukur suhu, pencatat suhu atau alat lain yang bisa

mengidentifikasi suhu ruangan

c) Suhu ruang penyimpanan dilakukan proses validasi dan mapping

temperatur. Thermometer ditempatkan pada titik panas dan titik

dingin serta didekat pintu suatu ruang penyimpanan.

d) Suhu harus diperiksa serta dimonitor tiga kali sehari dan dicatat

pada kartu

e) monitor suhu untuk menjaga area penyimpanan tetap dalam suhu

yang ditentukan.

f) Thermometer harus dikalibrasi berkala minimal setahun sekali

g) Pencatatan harus disimpan selama 5 tahun ditambah 1 tahun, atau

sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Penataan dan identifikasi

tempat penyimpanan dengan mempertimbangkan : Alur

penyimpanan dan pengeluaran.

Barang, ketersediaan alat Rack, shelving, lemari,

chiller/freezer dan flow rack, Jumlah jenis barang per kelompok tipe

penyimpanan, Luas lorong antar rack/shelving/flow rack dapat

digunakan untuk lalu lintas reach truck/hand pallet/ picker, tempat

berjalan dan tempat transit barang di area penerimaan barang maupun

di area pengiriman, ruang Karantina untuk produk sub standard dan

recall.
3. Penggolongan obat

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan

RI Nomor 917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki

dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000.

Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan

keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.

Penggolongan obat ini terdiri atas: obat bebas, obat bebas terbatas,

obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

a) Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada

umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika,

psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di

Depkes R.I. Contohnya yaitu Minyak Kayu Putih ,Obat Batuk Hitam,

Obat Batuk, Tablet Paracetamol, Tablet Vitamin C, B Kompleks, E

dan lain - lain.


Penandaan : Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K.

Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk

obat bebas dan obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas

yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti

terlihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Penandaan Obat Bebas

b) Obat Bebas Terbatas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan

obat-obatan ke dalam daftar obat “W” (Waarschuwing) memberikan

pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat

diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila

penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari

pabriknya atau pembuatnya.

b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus

mencantumkan tanda peringatan.


Di buku ISO ditandai dengan tulisan. Tanda peringatan

tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan

memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Gambar 2. Peringatan Obat Bebas Terbatas

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas

terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna

hitam, seperti pada gambar berikut :


Gambar 3. Penandaan Obat Bebas Terbatas

Sebagai contoh peringatannya :

1) P No. 1 : awas obat keras, bacalah aturan pemakaiannya.

a) Dulcolax tablet

b) Acetaminofen= >600 mg/tablet atau >40 mg/ml

(Kep Menkes no.66227/73)

c) SG tablet.

2) P No. 2 : awas obat keras, hanya untuk kumur , jangan ditelana)

Gargarisma khanb) Betadin gargarisma

3) P No. 3 : awas obat keras hanya untuk bagian luar badana)

Anthistamin pemakaian luar, misal dalam bentuk cream, caladin,

caladril.b) Lasonilc) Liquor burowl

4) P No. 4 : awas obat keras hanya untuk dibakara) Dalam bentuk

rokok dan sebuk untuk penyakit asma yang mengandung

scopolamin.

5) P No.5 ; awas obat keras tidak boleh ditelan

a) Dulcolax Suppo

b) Amonia 10 % ke bawah

6) P No. 6 : awas obat keras wasir jangan ditelan

a) Varemoid
c) Obat Keras

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang

menetapkan/memasukkan obat-obatan ke dalam daftar obat keras,

memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan

sebagai berikut :

(1.) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat

disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep

dokter.

(2.) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata

untuk dipergunakan secara parenteral.

(3.) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen

Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu

tidak membahayakan kesehatan manusia. Contoh :

Andrenalinum, Antibiotika, Antihistaminika, dan lain-lain

Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda

khusus Obat Keras daftar G adalah “Lingkaran bulat berwarna merah

dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang menyentuh

garis tepi”, dan di penandaanya harus dicantum kalimat “Harus

dengan Resep Dokter”, seperti yang terlihat pada gambar berikut :


Gambar 4. Penandaan Obat Keras

d) Obat Golongan Psikotropika

Pengertian Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1997 tentang Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah

maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Menurut UU RI

No. 5 Th 1997, psikotropika dibagi menjadi 4 golongan:

a. Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Psikotropika Golongan I, antara lain: Meskalina,

Katinona.

b. Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi dan / atau ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma


ketergantungan. Psikotropika Golongan II antara lain:

Metakualon, Sekobarbital, Fenmetrazin.

c. Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

ketergantungan. Psikotropika Golongan III antara lain :

Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital, Siklobarbital,

Katinad.

d. Golongan IV

Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Psikotropika Golongan IV antara lain: Allobarbital, Barbital,

Bromazepan, Diazepam, Fencamfamina, Fenobarbital,

Flurazepam, Klobazam, Klordiazepoksida, Meprobamat,

Nitrazepam, Triazolam.

Penandaan Psikotropika, untuk psikotropika penandaan yang

dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal ini

karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika, maka obat-obat Psikotropika termasuk obat keras yang

pengaturannya ada di bawah Ordonansi Obat Keras Stbl 1949 Nomor

419, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan sindroma


ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga

untuk Psikotropika.

Penandaannya : Lingkaran bulat berwarna merah, dengan

huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna

hitam, seperti berikut :

Gambar 5. Penandaan Obat Psikotropika

e) Obat Narkotika

Menurut UU Narkotika No 3 Tahun 2015, Narkotika adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Dalam UU No 35 Tahun 2009, narkotika digolongkan ke

dalam tiga golongan :

a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat


tinggimengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain,

Daun Kokain, Opium, Ganja, Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy,

dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, dll.

c. Narkotika golongan III

Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki

daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk

pengobatan dan penelitian.

Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh

: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina,

Polkodina, Propiram, dan ada 13 macam termasuk beberapa

campuran lainnya.

Penandaan Obat Narkotika Golongan obat narkotika

ditandai dengan logo berbentuk lingkaran dan terdapat palang merah

di dalamnya. Golongan obat ini dapat menimbulkan efek

ketergantungan, karena itu diperlukan pengawasan yang ketat. Hanya


bisa diperoleh di apotek atau rumah sakit berdasarkan resep dokter.

Apotek atau rumah sakit yang mendistribusikannya ke pasien, harus

memberikan laporan pada dinas kesehatan dan Balai POM setiap

periode tertentu. Contoh obatobatnya adalah morfin untuk penghilang

sakit yang sangat berat, codein untuk obat batuk, dan lain-lain.

Gambar 6. Penandaan Obat Narkotika

f) Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak

memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup

dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus

memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,

klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi

persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®,

Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.

a. Pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”

b. Logo berupa “RANTING DAUN TERLETAK DALAM

LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri

dari wadah/ pembungkus/ brosur


c. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau

di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras

dengan warna logo

d. Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan

warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang

menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”

Gambar 7. Penandaan Jamu

g) Prekursor

Prekursor merupakan zat atau bahan kimia yang dapat

digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika. Untuk

mencegah terjadinya penyalahgunaan maka pembelian obat prekursor

dibatasi atau memerlukan resep dokter.

Contoh : Pseudoephedrine HCl, Asam fenil asetat, Asam lisergat.

h) Obat – Obat Tertentu (OOT)

Obat-Obat Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem

susunan syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada

penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan


dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh :

Tramadol, Klorpromazin, Haloperidol.

i) Obat Paten

Obat paten adalah obat yang diproduksi dan dipasarkan oleh

perusahaan farmasi yang memiliki hak paten. Contoh : Ibuprofen,

Tamaprofen, Dofen.

j) Obat Generik

Obat generik adalah obat yang apabila nama patenya habis

masa berlakunya, maka perusahaan farmasi lain dapat memasarkan

obat tersebut. Contoh : Paracetamol, Amoxilin, Kloramfenikol.

k) Obat Wajib Apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan

oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter. Contoh : Betadine,

Kalpanax, Sediaan salep/krim untuk penyakit kulit yang tidak

mengandung antibiotik.
4. Penandaan / simbol barang

1) Fragile/Barang Pecah Belah

Gambar 1. Penandaan “barang pecah belah”

Simbol ini digunakan untuk memberikan petunjuk bahwa

barang yang terdapat di dalam kemasan termasuk barang yang

rapuh, pecah belah dan maksud dari symbol ini adalah agar

pembawa barang berhati-hati dalam membawa kemasan ini karena

isi dari kemasan merupakan barang yang rapuh/pecah belah.

2) Keep Dry/ Simpan di tempat sejuk

Gambar 2. Penandaan “simpan di tempat sejuk”

Simbol ini memiliki makna agar barang di dalam

kemasan/kemasan disimpan ditempat kering atau tempat yang

sejuk.
3) Handle with care/ Tangani dengan hati-hati

Gambar 3. Panandaan “tangani dengan hati-hati”

Simbol ini memiliki makna agar barang di dalam

kemasan dibawah dengan hati-hati sehingga barang tidak jatuh dan

rusak. SImbol ini biasanya digunakan untuk barang pecah belah

seperti botol, dll.

4) Petunjuk bagian atas (This Side Up – BAM )

Gambar 4. Penandaan “petunjuk bagian atas”

Simbol ini memiliki makna untuk menentukan posisi atas

dan bawah dari sebuah kemasan karton box/kardus sehingga

sewaktu menumpuk karton box tidak menyebabkan barang ditaruh

terbalik.
5) Do Not Step on it/ Jangan Diinjak

Gambar 5. Penandaan “jangan diinjak”

Simbol ini memiliki makna agar kemasan tidak diinjak

agar tidak merusak barang di dalam karton box/kardus tersebut.

6) Maximum Stack/Tumpukan Maksimum

Gambar 6. Penandaan “tumpukan maksimal”

Simbol ini memiliki makna agar karton box/kardus boleh

ditumpuk maksimal. Dalam contoh simbol diatas terdapat tulisan 8

yang berarti 8 tumpuk demi keamanan isi dari karton box tersebut.
7) First In First Out/FIFO/Terima lebih dulu jual lebih dulu

Gambar 7. Penandaan “teruma lebih dulu jual lebih dulu”

Simbol ini memiliki makna agar barang yang pertama

diterima/masuk di jual terlebih dahulu , hal ini biasanya karena

barang di dalam kemasan karton box/kardus berisi barang yang

memiliki masa kadaluarsa/expired date.

8) Recycle/ Daur Ulang

Gambar 8. Penandan “daur ulang”

Simbol/gambar ini memiliki makna bahwa kertas pada

kemasan karton yang dipakai terbuat dari bahan yang dapat didaur

ulang.
9) No Stack/ Barang tidak boleh ditumpuk

Gambar 9. Penandaan “barang tidak boleh ditumpuk”

Simbol ini berarti barang di dalam kardus/box tidak boleh

ditumpuk.

10) Avoid From Strong Smell/ Hindari dan Jauhkan barang dari
benda yang berbau tajam

Gambar 10. Penandaan “ hindari dan jauhkan barang dari


benda yang berbau tajam”

Maksud dari simbol ini adalah agar benda yang berada di

dalam karton box dijauhkan dari benda-benda yang memiliki

aroma yang tajam seperti detergen, bensin,sabun, atau benda

lainnya. Logo ini sering ditemukan pada kardus/box makanan.


11) Explosive/Mudah meledak

Gambar 11. Penandaan “mudah meledak”

Simbol ini memiliki makna bahwa barang yang terdapat

di dalam kemasan box merupakan barang yang mudah meledak

atau sensitive untuk meledak.

12) Temperature Limitation/ Batas Suhu

Gambar 12. Penandaan “batas suhu”

Simbol ini memiliki makna yaitu benda yang berada di

dalam box harus disimpan pada tempat yang memiliki suhu sesuai

ketentuan yang diperlukan . Biasanya dalam simbol ini terdapat

tulisan Celcius, fahrenheit yang menunjukan pada suhu berada

yang diperkenankan atau limit bawah dan limit atas. Jika tidak ada

keterangan yang tercantum maka seorang petugas seharusnya


melihat nota kiriman/tagihan untuk melihat pada suhu atau limit

berapa barang tersebut diperbolehkan.

13) Do Not Dispose/Barang tidak boleh dibuang langsung ke tempat


sampah

Gambar 13. Penandaan “barang tidak boleh dibuang


langsung ke tempat sampah”

Makna dari simbol ini adalah barang di dalam kemasan

biasanya mengandung kimia yang berbahaya contohnya adalah

battery atau lainnya. Untuk itu kita dilarang membuang barang

tersebut ditempat sampah umum.

14) Keep Tidy/Jagalah kebersihan

Gambar 14. Penandaan “jagalah kebersihan”


Simbol ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita agar

selalu menjaga kebersihan. Sisa-sisa sampah pada kemasan

dibuang pada tempat pembuangan sampah pada umumnya.

15) Center of Gravity/ Pusat Gravitasi

Gambar 15. Penandaan “pusat gravitasi”

Simbol ini memiliki makna untuk menandai pusat

gravitasi pada kotak kemasan. Simbol ini sering digunakan untuk

barang besar dan berat seperti kayu. Dimaksudkan agar petugas

yang mengangkat barang dapat mengetahui dan memperkirakan

posisi pengangkatan agar seimbang.

16) Do not use forklift here/Jangan Gunakan Forklift

Gambar 16. Penandaan “jangan gunakan forklift”


Simbol ini memiliki makna bahwa jangan menggunakan

Forklift di daerah/bagian yang memiliki tanda ini. Dan

penggunaan forklift baru diperbolehkan pada sisi sebelah kemasan.

17) Avoid Sun Beam/Jauhkan dari Sinar Matahari

Gambar 17. Penandaan “jauhkan dari sinar matahari”

Simbol ini dimaksudkan agar dihindarkan dari

sengat/sinar matahari yang panas dan selain itu simbol ini juga

dimaksudkan agar barang dihindarkan pada sumber panas lainnya.

Simbol ini biasanya sering dipakai untuk kemasan barang yang

mudah leleh karena panas seperti coklat dan mentega.

18) CONTAIN POISON / AWAS BERACUN

Gambar 18. Penandaan “awas beracun”


Simbol ini memiliki makna bahwa barang yang tersimpan

di dalam kemasan karton memiliki unsur racun yang berbahaya .

Contohnya obat nyamuk, bahan kimia.

19) European Standard

Gambar 19. Penandaan “european standard”

Simbol ini memiliki arti bahwa barang yang terdapat di

dalam karton sudah terbukti atau lulus uji dan memenuhi standard

keamanan Negara. Dalam kasus ini Negara Eropa.

20) Do Not Hook/Jangan Digancu

Gambar 20. Penandaan ‘jangan digancu”

Simbol ini memiliki arti jangan memakai gancu untuk

mengangkat/membuka kemasan. Hal ini dimaksudkan agar

kemasan tidak rusak atau lubang.


21) Flammable/Mudah Terbakar

Gambar 21. Penandaan “mudah terbakar”

Simbol ini memiliki arti bahwa barang di dalam kemasan

merupakan barang yang mudah terbakar.

22) Environmentally hazardous product/Produk berbahaya bagi


lingkungan

Gambar 22. Penandaan “ produk berbahaya bagi


lingkungan”

Simbol ini mempunyai arti bahwa produk dalam kemasan

berbahaya bagi lingkungan.

23) No utter/Jangan gunakan Cutter


Gambar 23. Penandaan “jangan gunakan cutter”

Simbol ini memberi petunjuk agar tidak membuka

kemasan kardus dengan menggunakan cutter.

5. FIFO (First In First Out)

FIFO (First In First Out) merupakan salah satu metode

manajemen persediaan dengan cara memakai stok barang di

gudang sesuai dengan waktu masuknya. Stok yang pertama kali

masuk ke gudang adalah stok yang harus pertama kali keluar dari

gudang. Penerapan metode ini dinilai sangat mudah dan relevan

dengan aliran fisik stok barang dalam gudang penyimpanan.

Metode FIFO biasanya juga digunakan untuk menetapkan

Harga Pokok Penjualan (HPP), karena metode ini melibatkan

asumsi bahwa produk tersebut merupakan stok barang paling lama

yang tercatat dalam inventaris aset perusahaan.

6. FEFO (First Expired First Out)

FEFO (First Expired First Out) adalah metode

pengelolaan barang dengan cara mengeluarkan atau memanfaatkan

barang yang punya masa kadaluarsa paling dekat terlebih dahulu.

Semakin dekat tanggal kadaluarsanya maka semakin cepat keluar

gudangnya. Metode pengelolaan ini terbilang efektif karena dapat

mencegah penyimpanan stok yang hampir kadaluarsa terlalu lama.


Hal ini juga dapat menghindari potensi kerugian karena Anda

dapat memanfaatkan semua persediaan secara efektif.

Metode FEFO sering digunakan oleh jenis perusahaan

yang bergerak di bidang retail, makanan, minuman, farmasi, dan

jenis persediaan atau produk lainnya yang memiliki masa

kadaluarsa.

7. LIFO (First In First Out)

Secara bahasa, metode Last In First Out berarti yang

“Terakhir Masuk, Pertama Keluar”. Metode ini digunakan untuk

menilai atau mengukur jumlah dari persediaan barang dalam

sebuah perusahaan. Metode ini memiliki prinsip berdasarkan

asumsi atau perkiraan bahwa barang yang masuk terakhir kali akan

terjual terlebih dahulu. Jika terjadi inflasi, maka nilai atau jumlah

stok barang yang belum terjual akan memiliki nilai yang rendah.

Sebaliknya, nilai harga pokok pada inflasi mengalami kenaikan

atau akan tinggi. Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan

keuntungan atau laba serta PPh yang rendah. Di sisi lain, ketika

terjadi deflasi maka scenario akan terbalik, karena disebabkan oleh

harga umum yang jatuh atau turun, sehingga PPh dan laba menjadi

lebih tinggi. Akan tetapi, perlu Anda ketahui bahwa metode LIFO

ini tidak lagi digunakan dalam manajemen persediaan barang. Hal

ini karena asumsi-asumsi tersebut terbukti tidak logis serta dalam

sebuah organisasi bisnis


F. Pendistribusian Pedagang Besar Farmasi

Distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat yang

bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran

sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Kegiatan yang

menyangkut distribusi obat meliputi pengadaan, penyimpanan, dan

penyaluran obat dari produsen hingga ke tangan konsumen.

Penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) ini diharapkan

dapat mempertahankan dan memastikan mutu obat yang diterima

oleh pasien sama dengan mutu obat yang dikeluarkan oleh industri

farmasi.

G. Pelayanan Pedagang Besar Farmasi

Aktivitas perusahaan menentukan besar kecilnya pendapatan

dari perusahaan tersebut. Kegiatan utama PBF adalah memasarkan

obat-obatan yang diproduksi oleh berbagai pabrik. Daerah pemasaran

dari perusahaan adalah kota dan daerah di luar kota. Obat-obatan

yang dipasarkan adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh

perusahaan mitra. Kompetensi farmasi di PBF antara lain :

a. Melakukan pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi,

distribusi dan pelayanan sediaan farmasi

b. Melakukan kegiatan pendistribusian meliputi penerimaan

pesanan, penyaluran obat dari gudang, pengiriman obat kepada

pihak yang memerlukan dan menyalurkan obat kepada unit-unit


penerima yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

peraturan perundangundangan

c. Menjaga mutu atau keabsahan obat, sehingga obat-obatan yang

sampai ke tangan konsumen adalah obat yang aman dan dapat

digunakan sesuai tujuan pengobatan

d. Mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan profesional

e. Mempunyai kemampuan untuk mengelola sumber daya (manusia.

fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan

memimpin orang lain. (PERMENKES, 2011).

H. Peraturan Perundang – undangan Pedagang Besar Farmasi

UU No. 36/2009 tentang Kesehatan :

1. PP No. 72/1998 tentang “Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan dilakukan untuk melindungi Masyaerakat dari bahaya

yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat

kesehatan yang tidak tepat/atau yang tidak memenuhi persyaratan

mutu keamanan dan kemanfaatan”

2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang “Pekerjaan

Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian, atau penyaluran obat, pengelolahan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional”.

Peraturan Menteri Kesehatan :


1. Permenkes 889/Menkes/Per/V/2011 tentang “Registrasi, Izin

Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Setiap tenaga

kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasdian wajib

memiliki surat tanda registrasi”.

2. Permenkes No. 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang “Pedagang

Besar Farmasi. Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari

direktur jendral. Setiap PBF dapat mendirikan PBF cabang, setaip

pendirian PBF cabang sebagaimana dimaksud pada aya (2) wajib

memperoleh pengakuan dari kepala dinas kesehatan provinsi

diwilayah PBF cabang berada”.

3. Permenkes No. 34 Tahun 2014 tentang “Perubahan atas Peraturan

Menteri Kesehatan No. 1148 tahun 2010. Bahwa masyarakat

perlu dilindungi dari peredaran obat dan bahan obat yang tidak

memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan khasiat atau

manfaat”.

Peraturan Perundang-undangan di Bidang Farmasi dan

Alkes:

1. PMK No. 1190 Tahun 2010, tentang “Izin edar alat kesehatan dan

pembekalan alat kesehatan rumah tangga. Dalam rangka

menjamin alat kesehatan dan/atau PKRT yang memenuhi standar

dan/atau persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan

diselenggarakan upaya pemeliharaan mutu alat kesehatan

dan/atau PKRT”.
3. PMK No. 4 Tahun 2014, tentang “Cara distribusi alat kesehatan

yang baik. Cara distribusi alat kesehatan yang baik yang

selanjutnya disingkat CDAKB adalah pedoman yang digunakan

dalam rangkaian kegiatan distribusi dan pengendalian mutu yang

bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang

didistribusikan memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai

dengan tujuan penggunaannya”.

4. PerBPOM No. 9 Tahun 2019, Tentang “Pedoman Teknis Cara

Distribusi Obat yang Baik. Cara Distribusi Obat yang Baik

selanjutnya disingkat CDOB adalh cara distribusi/penyaluran obat

dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang

jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan

penggunaannya”.

5. PMK No. 6 Tahun 2020, Tentang “Konsultan Manajemen

Kesehatan Warga Negara Asing. Konsultan Manajemen

Kesehatan Warga Negara Asing selanjutnya, disebut konsultan

manajemen kesehatan WNA adalah tenaga kerja asing yang jasa

penasihat/konsultasi keahlian tertentu dibidang manajemen

farmasi”.
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

PT. DOS NI ROHA

A. Sejarah PT. Dos Ni Roha

PT. Dos Ni Roha adalah sebuah perusahaan distributor yang

bergerak dibidang farmasi, semula bernama Firma Dos Ni Roha,

berdiri di Jakarta pada tanggal 16 September 1963. Firma Dos Ni

roha ini kemudian berubah menjadi PT Dos Ni Roha. Sesuai dengan

bidang usahanya PT Dos Ni roha memiliki logo yang berbentuk hati

dalam satu lingkaran, logo tersebut memiliki arti; 3 hati yang

melambangkan bagian pada PT. Dos Ni Roha, yaitu Marketing,

Logistik dan K&A. Sedangkan lingkaran diartikan sebagai pimpinan,

dalam hal ini, pimpinan adalah Direktur yang mempersatukan semua

bagian tersebut menjadi satu.

Sejak berdiri PT Dos Ni Roha memang sudah

mengimplementasikan dan mencapai standar praktis pendistrubusian

yang baik dengan didukung oleh kecanggihan teknologi sehingga

mampu menyediakan pelayanan dengan inovasi tinggi. Tidak heran,

jika seiring perkembangannya, PT Dos Ni Roha distribution mampu

melebarkan sayapnya. Distribusi yang dilakukan PT Dos Ni Roha

tidak lagi terbatas pada obat-obatan, PT Dos Ni Roha mulai terlibat


dalam pendistribusian jaringan suplai untuk alat-alat kesehatan

berupa peralatan medis, vaksin, reagen, dan produk consumer.

Pada masa awal PT Dos Ni Roha berdiri, perusahaan ini

belum memiliki cabang, dan hanya bergerak pada bidang distribusi

obat-obatan saja, dengan bertambahnya waktu, perusahaan ini terus

berkembang hingga memiliki cabang, dan ajakan kerja sama serta

permintaan agar PT Dos Ni Roha dapat menjadi agen, terus

bertambah.

Pada tahun 1983 dan 1984, PT Dos Ni Roha terpilih sebagai

distributor obat obatan terbaik dari seluruh Indonesia, yang

diselenggarakan oleh Editorial Office dari Spanyol. Sekarang ini, PT

Dos Ni Roha, telah memiliki 32 Cabang, dan station yang tersebar di

42 kota Indonesia, dan lebih dari 100.000 outlet yang tersebar

diseluruh pulau Indonesia, outletoutlet tersebut, 2425 meliputi ;

apotik, toko obat, rumah sakit, klinik, hypermarket supermarket,

minimarket, toko grosir serta toko kelontong, dan hingga saat ini, PT.

Dos Ni Roha telah menjadi penyalur, lebih dari 45 perusahaan dunia.

Tahun 2020 lalu PT Dos Ni Roha distribution ditunjuk oleh

Kementerian Sosial (Kemensos) untuk membantu menyalurkan BSB

(Bantuan Sosial Beras) kepada 10 juta Keluarga Penerima Manfaat

(KPM) Program Keluarga Harapan (PKH), penyaluran tersebut

selesai hanya dalam jangka waktu 6 minggu. Kemudian, pada 5

Maret 2021 dalam rangka program percepatan pendsitribusian vaksin


oleh pemerintah di seluruh wilayah Indonesia, Bio Farma, perusahaan

berplat merah yang bergerak di bidang farmasi dan bertindak sebagai

importir dan produsen vaksin Covid19 jenis Sinovac, menunjuk PT

Dos Ni Roha distribusi sebagai distributor Vaksin Sinovac. Dengan

penunjukan ini, PT Dos Ni Roha distrusi diberi kepercayaan

melakukan pengiriman vaksin Sinovac tahap I (pertama) di 14 (empat

belas) provinsi di Indonesia.

B. Visi dan Misi PT. Dos Ni Roha

Visi:

“ Menyediakan Solusi Kelas Dunia untuk Distribusi & Rantai Suplai

Produk Kesehatan & Konsumen di Wilayah.”

Misi:

1. Untuk menerapkan dan mencapai standar Good Distribution


Practice yang didukung oleh teknologi mutakhir
2. Untuk menyediakan layanan yang disesuaikan dan sangat inovatif

3. Memberikan manajemen yang solid dan profesional


untuk memaksimalkan nilai mitra bisnis kami

4. Untuk memperkuat daya saing dan kepemimpinan pasar bisnis


kami (Anonym, 2009).
C. Struktur Organisasi PT. Dos Ni Roha

Berikut penjelasan dari masing - masing bagian yang ada


pada PT. Dos Ni Roha :

1. Branch Manager / Kepala Cabang

Bertanggung jawab dalam merencanakan dan

memastikan tercapainya target cabang sesuai dengan parameter

yang telah ditetapkan oleh manajemen serta mengkoordinasikan


dan bertanggung jawab atas seluruh keguatan operasional bisnis,

administrasi dan logistik di cabang.

2. Apoteker Penanggung Jawab

Bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses yang

ada mulai dari perijinan PBF, pemesanan, penerimaan,

penyimpanan. Serta memonitoring aktivitas di cabang yang

berhubungan dengan pelaksaan CDOB (Cara Distribusi Obat

yang Baik), dan CRPD (Cara Ritel Pangan yang Baik).

3. Penanggung Jawab Teknis Alat Kesehatan

Bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses yang

ada mulai perijinan CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan),

penerimaan, penyimpanan, distribusi, pelaporan dan regulasi.

Serta monitoring aktivitas di cabang yang berhubungan dengan

pelaksanaan CDAKB (Cara Distribusi Alat Kesehatan yang

Baik).

4. Depo Head

Bertanggung jawab dalam memastikan target penjualan

atas depo yang menjadi tanggungjawabnya, serta memonitor dan

mengawasi seluruh aktivitas operasional dan administrasi yang

berlangsung di depo agar berjalan sesuai target dan sasaran yang

ditetapkan perusahan.

5. Marketing Executive
Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemasaran /

penjualan masing-masing produk secara langsung kepasar/

pelanggan/ outlet dilapangan sesuai dengan target penjualannya.

6. Branch Logistic Supervisor

Bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan dan

mengontrol pengelolaan barang-barang termasuk penyimpanan

(stock), ekspedisi, dan administrasi di gudang milik cabang agar

tertib dan berjalan lancar.

7. Branch Finance & Accounting Supervisor

Bertanggung jawab dalam mengkoordinasi dan mengatur

seluruh kegiatan dan administrasi kantor cabang.

8. Personnel General Administration

Bertanggung jawab dalam melaksanakan seluruh

operasional HR secara optimal.

9. Trade Sales Supervisor

Bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian target

pemasaran dan penjualan atas produk-produk dari business

partner, serta melaksanakan setiap program berdasarkan arahan

dari Branch Manger dan Business Partner.

10. Sales Supervisor

Bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian target

penjualan cabang dengan mengkoordinasikan dan mensupervisi

kegiatan penjualan secara langsumg dan tidak langsung.


11. Sales Administration

Bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan

supporting dalam hal administratif dan penyediaan

data/penghubung antara tim sales DNR dengan Bussines Partner.

12. Sales Exclusive

Bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian target

dengan cara melaksanakan pemasaran dan penjualan atas setiap

produk secara langsung atau tidak langsung (melalui media dan

sarana).

13. Sales Representative

Bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian target

dengan cara melaksanakan pemasaran dan penjualan atas setiap

produk secara langsung atau tidak langsung (melalui media dan

sarana).

14. Stock Control

Bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang

berhubungan dengan stock accuracy melalui proses pengawasan

dan control terhadap semua transaksi barang masuk dan keluar

werehouse. Serta terjaganya akurasi persediaan barang baik

secara fisim atau system.


15. Logistic Administrator

Bertanggung jawab dalam memperlancar dan membantu

tugas-tugas administrative yang berhubungan dengan

administrasi, baik yang berhubungan dengan sales office, atau

operasional werehouse. Serta mengechek barang yang masuk

(receiving) ke dalam gudang sesuai dengan Podan mengatur

penempatannya di gudang.

16. Werehouse Checker

Bertanggung jawab dalam mengatur jadwal mengerjakan

peng-chek-an menyeluruh pengiriman barang/produk kebutuhan

pelanggan/ outlets.

17. Werehousemen

Bertanggung jawab dalam bertugas mengechek barang-

barang yang masuk (receiving) ke dalam gudang sesuai dengan

PO dan mengatur penempatannya.

18. Car Deliveryman

Bertanggung jawab dalam mengantar barang-barang

kepada pelanggan sesuai dengan pemesanan/pembeliaan, dalam

jenis, jumlah dan jadwalnya tepat waktu.

19. Motorcycle Deliveryman

Bertanggung jawab dalam mengantar barang-barang

kepada pelanggan sesuai dengan pemesanan/pembeliann, dalam

jenis, jumlah dan jadwalnya tepat waktu.


20. Order Processing Staff

Bertanggung jawab dalam membantu apoteker

penanggung jawab untuk melakukan entry data penjualan.

21. Accounting Staff

Bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan data-

data/dokumendokumen transaksi dari bagian pengendalian

persediaan, hutang dan piutang dagang, kuangan kas/bank dan

bagian-bagian lain untuk diproses secara prinsip-prinsip akuntansi

(jurnal, input, posting) didalam penyusunan laporan keuangan.

22. Cashier

Bertanggung jawab dalam melaksanakan tanggung

jawab dan menangani penerimaan dan pengeluaran kas dan

giro/cek bank perusahaan (arus uang) di kantor cabang.

23. Collector

Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas

penagihan (piutang perusahaan) kepada para pelanggan sesuai

dengan jadwalnya.

24. Credit Analyst Coordinator

Bertanggung jawab dalam mengatur dan

mengkoordinasikan tugastugas inkasso, mengontrol faktur-faktur

penjualan/penagihan dan pelaksanaan tugas loper agar lancar dan

efektif.

25. Credit Analyst Staff


Bertanggung jawab dalam menilai dan membuat

keputusan tentang fasilitas kredit pelanggan menggunakan

berbagai kriteria, seperti sales history, payment history dll.

26. Office Helper

Bertugas memelihara kebersihan ruangan dan halaman

kantor, dan melayani bantuan kepada pegawai/tamu-tamu,

perusahaan di kantor.

27. Security

Bertanggung jawab dalam menjaga keamanan dan

ketertiban tempat & personil di kantor, gudang dan

lingkungannya (premises) cabang.

D. Principal

PT. Dos Ni Roha dalam pengadaannnya, bekerja sama

dengan banyak principal antara lain berdasarkan

produk ethical, medical/laboratory, OTC, consumer,

kosmetik/salon.

Produk ethical meliputi principal:

a) PT. Bayer Indonesia


Gambar 1 “Logo PT. Bayer Indonesia”

Bayer adalah perusahaan global dengan kompetensi

di bidang Life Science terkait kesehatan dan pertanian.

Produk serta layanan Bayer dirancang untuk memberikan

manfaat serta meningkatkan kualitas hidup manusia. Group

Bayer bertujuan untuk menciptakan nilai melalui inovasi,

pertumbuhan dan daya penghasilan tinggi.

Sebagai korporasi, Bayer memegang teguh prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan serta tanggung jawab

sosial dan etika. Produk Bayer sudah tersedia di Indonesia

sejak 1920. Secara badan hukum, pendirian PT Bayer

Indonesia dikukuhkan pada 1957. Contoh produk : Claritin

Loratadine, Canesten, Saridon Extra, Buycaten, CDR.

b) PT. Medikon Prima LAB

PT.

Gambar 2 “Logo PT. Medikon Prima LAB”

Medikon Prima Laboratories adalah industri farmasi

terkemuka di Indonesia yang telah memproduksi berbagai


jenis obat-obatan atau produk kesehatan lainnya. Manfaat

obat dan produk kesehatan PT. Medikon Prima Laboratories

adalah untuk mengatasi berbagai keluhan dalam tubuh dan

mempercepat pemulihan pasca sakit. Contoh produk :

c) PT. Indofarma Global Medika

Gambar 3 “Logo PT. Indofarma Global Medika”

PT. Indofarma Global Medika adalah produsen obat-

obatan, yang terdiri dari beberapa kategori produk, yaitu

Unbranded Generic atau OTC Over the Counter (OTC), obat

generik, rapid diagnostic test, dan lain-lain. Selain itu,

Indofarma juga memproduksi bahan kemasan, mesin,

peralatan dan infrastruktur yang berkaitan dengan industri

farmasi dan lainnya. Perusahaan mulai beroperasi secara

komersial dan berproduksi pada tahun 1983. Produk

perusahaan dipasarkan baik di dalam negeri maupun di luar

negeri.

d) PT. Laniros Dian Pharma


Gambar 4 “Logo PT. Laniros Dian Pharma”

Laniros Dian Pharma (LDP) adalah perusahaan yang

bergerak dalam bidang pengembangan bisnis terutama untuk

pengembangan bisnis uji cepat, kami melakukan jasa

pemasaran untuk produk etis serta barang konsumsi dan

produk / layanan lainnya yang terkait dengan Kesehatan.

LDP didirikan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 14 Oktober

2002 yang memiliki 80 karyawan. Ini adalah Perusahaan

Suster Distribusi DNR (Lima Besar Perusahaan Distribusi di

Indonesia untuk Produk Farmasi dan Barang Konsumsi,

Peralatan Medis dan Alat Kesehatan yang memiliki 32

cabang dan 13 cabang pembantu di seluruh Indonesia dengan

3.000 karyawan). Kami telah mengembangkan beberapa

produk Rapid Test sebagai merek kami, seperti SENSOR,

Infectious Disease for Institutions, Rumah Sakit,

Laboratorium Market dan Speedytest dan WOMAN CHOICE

untuk Pasar Ritel.

e) PT. Molex Ayus


Gambar 5 “Logo PT. Molex Ayus”

PT. Molex Ayus adalah industri farmasi terkemuka

di Indonesia yang telah memproduksi berbagai jenis obat-

obatan atau produk kesehatan lainnya. Manfaat obat dan

produk kesehatan PT. Molex Ayus adalah untuk mengatasi

berbagai keluhan dalam tubuh dan mempercepat pemulihan

pasca sakit. Contoh produk : Alpara,

f) PT. Muncul Mekar / PT. Sido Muncul

Gambar 6 “Logo PT. Sido Muncul”

PT Muncul Mekar (“MM”) didirikan pada tahun

1986 sebagai perusahaan distribusi untuk semua produk Sido

Muncul melalui jaringan distribusi yang telah tersebar di

seluruh wilayah Indonesia.


Hingga saat ini, PT Munul Mekar sudah memiliki

300 varian produk seperti Tolak Angin, Tolak Linu, Kuku

Bima, Kunyit Asam yang dipasarkan di sekitar 120 titik

distribusi seluruh Indonesia. Contoh produk : Sidomuncul

Sari Daun Pepaya, Sidomuncul Suprasi, Sidomuncul Ricasid,

Sidomuncul Red Gingseng, Prostresa dll.

g) PT.Vitabiotics Utama Indonesia

Gambar 7 “Logo PT. Vitabiotics Utama Indonesia”

Vitabiotics Ltd, perusahaan vitamin di Inggris mulai

beroperasi di Asia Tenggara sejak 1997 dengan kantor utama

PT Vitabiotics Utama berlokasi di Jakarta Indonesia.

Vitabiotics meluncurkan suplemen kalsium-magnesium

pertama kali untuk pasar Indonesia dengan merek dagang

OSTEOCARE. Sejak saat itu Osteocare memimpin pasar

suplemen vitamin selama lebih dari satu dekade.

h) PT. Quantum Laboratoris


Gambar 8 “Logo PT. Quantum Laboratoris”

PT Quantum Laboratoris International didirikan

pada tahun 2015 dimulai dengan satu kelompok tim

penjualan terdiri dari 250 pribadi yang terkonsentrasi untuk

menjual produk generik dan bermerek generik di bawah satu

divisi kimia tenaga penjualan farmasi. Seiring dengan

perkembangan pasar kesehatan dan perkembangan bisnis

Chemical Pharmaceutical, awal tahun 2019 PT Quatum

Laboratoris International akhirnya memutuskan untuk

memiliki  lisensi dari Kementerian Kesehatan dan lisensi

CPOB dari BPOM dan menjadi pabrikan farmasi Independen

di lahan milik sendiri seluas 15.000 meter persegi yang

mengelola total 650 karyawan baik untuk tenaga penjualan

dan tim pendukung. Contoh produk : Metronidazole Infus,

Furosemide, Ondansetron HcI Injeksi, Keterolac

Trometamol, Tranexamic Acid Tablet dll.

Produk medical/laboratory meluputi principal:

a) PT. B. Braun Medical


Gambar 10 “Logo PT. B. Braun Medical”

B. Braun adalah sebuah perusahaan farmasi dan alat

kesehatan asal Jerman, yang saat ini mempekerjakan lebih

dari 63.000 orang di seluruh dunia, serta memiliki kantor dan

fasilitas produksi di lebih dari 60 negara. Perusahaan yang

berkantor pusat di Melsungen, Jerman ini didirikan pada

tahun 1839 dan masih dimiliki oleh keluarga Braun.

B. Braun menjual lebih dari 5.000 produk pelayanan

kesehatan, yang mana 95% di antaranya diproduksi sendiri.

Pada tahun 2018, perusahaan ini mencatatkan pendapatan

sebesar 6,908 milyar Euro. Contoh produk : Sodium

Chloride Solution For Infution, Acosol, Dextrose Mono

hydrate, Prontosan Sol, Novosyn dll.

b) PT. Horiba Indonesia


Gambar 11 “Logo PT. Horiba Indonesia”

PT HORIBA Indonesia merupakan perusahaan

yang memproduksi dan menjual sistem pengukuran emisi

otomotif, instrumen pengukuran lingkungan, berbagai analisis

ilmiah, dan analisis diagnostik medis, dan peralatan pengukuran

yang digunakan dalam industri semi-konduktor. HORIBA juga

memproduksi dan memasarkan perangkat pengukuran dan

analisis periferal. Selain itu, Perusahaan melengkapi fasilitas

seperti laboratorium dengan peralatan pengukuran dan analitik

untuk R&D, produksi, dan aplikasi lainnya.

c) PT. Zoll Singapore

Gambar 12 “Logo PT. Zoll Singapore”

PT Saf Indonusa, bagian dari Lesaffre Group,

menawarkan solusi inovatif untuk pemanggangan, termasuk ragi


berkualitas tinggi, premiks, pengembang roti, dan bahan-bahan

roti. 

Didirikan pada tahun 2000, Lesaffre Indonesia berawal

di kantor penjualan di Jakarta. Sejak itu, Lesaffre telah

berkembang, membangun fasilitas produksi lokal di Surabaya

ditambah empat kantor penjualan dan Baking Center™ di Jakarta,

Medan, Semarang, dan Surabaya.

d) OG Wellness Tecnologies

Gambar 13 “Logo OG Wellness Tecnologies”

OG Wellness Technologies Co., Ltd. adalah produsen

peralatan medis, kesejahteraan, dan perawatan kesehatan yang

komprehensif.

Produk OTC dan consumer meliputi principal :

a) PT. Johnson&Johnson

Gambar 14 “Logo PT. Johnson&Johnson”


Johnson & Johnson (JnJ) adalah perusahaan

multinasional Amerika yang menjadi produsen peralatan

medis, farmasi, dan barang konsumen dalam kemasan.

Perusahaan yang berdiri sejak 1886 ini didirikan oleh tiga

bersaudara Robert Wood Johnson, James Wood Johnson dan

Edward Mead Johnson di New Brunswick, New Jersey, AS.

Contoh produk : Daktarin, JB Wash Top to Toe, Listerine,

Mylanta, JB Powder dll.

b) PT. Henso Farma

Gambar 15 “Logo PT. Henso Farma”

PT. Henson Farma adalah industri farmasi terkemuka di

Indonesia yang telah memproduksi berbagai jenis obat-obatan

atau produk kesehatan lainnya. Manfaat obat dan produk


kesehatan PT. Henson Farma adalah untuk mengatasi berbagai

keluhan dalam tubuh dan mempercepat pemulihan pasca sakit.

Contoh produk : Utracyn Dewasa Kecil, Ultracyn Dewasa Besar,

Noe Ultracilline Cream, Ultraflu dll.

c) PT. Afiat Industri

Gambar 16 “Logo PT. Afiat Industri”

PT. AFIAT INDUSTRI PHARMASI adalah sebuah

perusahaan yang beralamat di Jl. Leuwigajah No. 138, tepatnya di

Kota atau Kabupaten Kota Cimahi yang merupakan salah satu

kota kabupaten penting yang terletak di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan Informasi yang didapat, perusahaan ini bergerak

dalam bidang produksi dan pengelolaan Obat – obatan. Contoh

produk : OBH, Pagoda Pastiles, Pagoda Pastiles Liquorice,

Pagoda Teens, Pagoda Salep Extra dll.

d) PT. Wyeth Indonesia


Gambar 17 “Logo PT. Wyeth Indonesia”

Wyeth Nutrition merupakan bagian dari Nestlé SA

Wyeth Nutrition yang mengembangkan produk nutrisi berkualitas

premium, dirancang secara ilmiah untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi anak. Sebagai pelopor dalam ilmu gizi anak-anak, misi

kami adalah untuk memberikan dukungan nutrisi terbaik untuk

generasi yang lebih sehat di masa depan. Selama lebih dari 100

tahun, Wyeth Nutrition telah meningkatkan uji klinis, penelitian

ilmiah, menggunakan manufaktur kelas dunia dan standar

keamanan produk untuk mendorong solusi yang dapat dipercaya

oleh orang tua dalam melengkapi nutrisi si Kecil, dan mendukung

masa depan mereka yang lebih sehat. Contoh produk: Promil gold

400g, Prokal gold 1,6kg, Promise gold 900g, Promil ultima 850g

dll.
Produk salon dan kosmetik meliputi principal:

a) PT. L’oreal Matrix

Gambar 18 “Logo L’oreal Matrix”

Matrix merupakan perusahaan yang didirikan oleh

penata rambut selebritis dunia Arnie Miller sejak tahun 1980

silam. Matrix sudah hadir di lebih dari 53 negara. Di

Indonesia sendiri merek produk perawatan dan tata rambut

ini sudah hadir sejak tahun 2006 dan sampai saat ini telah

dipasarkan di lebih dari 10.000 salon profesional yang ada di

Tanah Air.
MATRIX adalah perusahaan perawatan rambut dan

pewarna rambut profesional terkemuka di Amerika Serikat,

berkomitmen untuk pengembangan profesional salon,

menawarkan berbagai macam produk perawatan rambut,

pewarna rambut dan penataan rambut untuk semua jenis

rambut. Contoh produk: Mini Optisculpt normal pack,

Biolage, Opticare, Socolor, Wonderlight, Optilong dll.

b) Sariayu Martha Tilaar

Gambar 19 “Logo Sariayu Martha Tilaar”

Sariayu Martha Tilaar adalah salah satu brand

kosmetik paling populer di Indonesia, bahkan di mata dunia.

Produk Sariayu Martha Tilaar bisa dikatakan menjadi market

leader bisnis kosmetik tanah air.


E. Kegiatan PBF PT. Dos Ni Roha

1. Perencanaan & Pengendalian Stock

Bertujuan memastikan semua proses permintaan dan

pengendalian stok sampai realisasi penjualan dapat dilaksanakan

dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku. Meminimalisir

terjadinya out off stok (OOS) ataupun over stok.

a. Inventory Control (IC) mengirim form SF melalui e-mail ke

ASDM paling lambat tanggal 10 setiap bulan berjalan

b. ASDM mengisi kolom SF, SF dibuat dengan replenishment.

Pengajuan khusus produk farma yang mempunyai Sales Exclusive di

cabang. Mengirim SF yang sudah diisi oleh BP/ASDM ke Branch

Mgr melalui e-mail paling lambat tanggal 19. Pengajuan khusus alat

kesehatan harus melampirkan memo/form permintaan yang sudah di

tandatangani oleh semua PC.

c. Cabang melakukan meeting koordinasi SF dengan perwakilan

BP di cabang, Sales Spv, BL Spv, APJ, PJT

d. ASDM melakukan evaluasi antara data SF IC, data SF,

ASDM dan data SF Cabang

e. Inventory Control (IC) menerima pengajuan berupa SF/

memo/permintaan san alokasi produk baru pada bulan

berjalan. Melakukan setting repienshment pada sistem untuk


menentukan batasmin-max srock di cabang berdasarkan SF

final yang diterima dari ASDM paling lambat tanggal 30

f. Setelah final, IC melakukan perhitungan pembukaan PO

sebelum PO final dikirimkan ke BP, maka bisa sambil

berkoordinasi dengan

BP untuk persiapan produk)

g. BP mengirimkan ke IC dan ASDM terkait kondisi produk

yang akan dikirimkan khususnya produk yang memiliki ED

pendek

h. BP mengirimkan produk sesuai lead time/umur PO

(berdasarkan jadwal pemesanan produk ke BP)

i. NWD/Cabang menerima produk dari BP dan melakukan

pengimputan, pemesanan produk baik di gudang pusat dan

penerimaan produk baik di gudang cabang

j. Jika ada permintaan khusus atau tambahan additional

order/SF/KSF/SPT/SPUPT untuk kebutuhan dicabang, maka

sales Spv. Dapat mengajukan permintaan melalui email keBL

Spv. Dengan tebusan IC Mgr, RM, VPSO, SDM, BM,

APJ/PJT cabang.

k. Membuat surat pesanan sebagai additional

order/SF/KSF/SPT/SPUPT yang telah ditanda tangani oleh

APJ/PJT cabang yang dilengkapi dengan nomor SIPA dan

stempel cabang untuk dikirim ke APJ/PJT pusat untuk


selanjutnya diteruskan ke IC untuk pembuatan DN atau

pembukaan PO ke BP

2. Penerimaan produk baik di cabang

Bertujuan memastikan penerimaan barang sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan ole perusahaan tanpa menimbulkan

kerugian perusahaan.

Penerimaan produk baik (Good Receipt) di cabang

maksimal dilakukan dalam 1x24 jam.

a. Werehousemen (Checker) menerima produk dari NW /cabang

lain dengan dokumen DN dan melakukan memeriksaan

kesesuaian

produk yang meliputi kondisi produk, material description,

quantity, ED, nomot batch/serial number, nomor ijin edar,

penandaan kemasan

b. Admin Logistic melakukan proses pengimputan sesuai dengan

dokumen DN melalui sistem PT. Dos Ni Roha

c. Setelah peneriman dan kondisi produk sesuai maka

werehousemen menata dan menyusun produk yang disimpan

sesuai dengan lokasi masing-masing

d. Admin logistic menyimpan dokumen penerimaan barang

dengan baik sebagai arsip yang harus dijaga sesuai waktu

yang tercantum dalam Daftar Induk Catatan (DIC).

3. Penyimpanan Produk
Bertujuan menjamin penyimpanan produk Farma, Alkes,

Consumer agar selalu terjaga kualitas produk dari BP sampai

consumer sesuai spesifikasi penyimpanan produk.

a. Werehousemen (Admin Inbound) menerima dan

menandatangani dokumen Master Control Inbound

b. Werehousemen mengimput disistem sesuai dengan nomor PO

dan fisik yang diterima, kemudian Put away list yang sudah

dicetak dan diberikan kepada werehousemen (Put Awayer)

untuk dilakukan proses put away

c. Werehousemen (Put Awayer) melakukan proses put away

produk sesuai lokasi penyimpanan (nomor identifikasi lokasi)

yang tertera pada put away list

d. Werehousemen (Stock Control) melakukan verifikasi

kebenaran penempatan produk (integrity check) sesuai tertera

pada put away list dan menandatangani put away list,

kemudian menyerahkan ke admin inbound

e. Produk disimpan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO)

dan atau First Expired First Out (FEFO)

f. Admin Inbound confirm put away/secara sistem/SAF

g. Werehousemen memastikan kembali letak lokasi dan mutasi

produk sudah terupdate kedalam sistem khususnya untuk

semua produk.

4. Pengiriman produk dari cabang ke pelanggan


Bertujuan memastikan pengeluaran barang dari gudang

distribution center pusat maupun gudang cabang dilakukan dengan

benar sesuai dengan kebijakan dan peraturan perusahaan, sehingga

tidak menimbulkan kerugian dbagi perusahaan.

a. Coordinator Ekspedisi (Logistik Admin) mengatur faktur dan

membuat rencana kirim

b. Admin logistik membuat STTP melalui sistem dengan

mencatat nomor faktur, nomor delivery dan nama pelanggan

sesuai jumlah faktur yang dibawa, kemudian diserahkan ke

loper

c. Loper meminta produk di checker dengan menyerahkan STTP

dan faktur

d. Apabila kiriman ditolak oeleh pelanggan/alamat tidak

sesuai/pindah/tidak ditemukan, maka loper/transporter

membawa kembali produk berikut faktur ke gudang DNR,

kemudian diserahkan kepada coordinator ekspedisi/

log.admin.
5. Pelaporan

a. Pelaporan

1) Pelaporan prekursor, Psikotropika, Narkotika dan OOT

Gambar 1 “Website Pelaporan Prekursor, Psikotropika,

Narkotika dan OOT”

Pelaporan Prekursor, Psikotropika, Narkotika, Obat

Obat Tertentu (OOT), Obat Keras, Obat Bebas Terbatas, Obat

Bebas, dan Obat Keras - EUA secara elektronik atau online

melalui linkberikut http://e-was.pom.go.id/, pelaporan

dilakukan setiap bulan.


2) Pelaporan Triwulan

Gambar 2 “Website Pelaporan Triwulan”

Pelaporan dilakukan setiap 3 bulan, sediaan yang

dilaporkan yaitu semua jenis produk keluar dan produk masuk

seperti obat bebas, obat bebas terbatas, dan produk consumer,

dilaporkan secara secara elektronik atau online dengan

mengakses link berikut http:// pbf.binfar.kenkes.go.id/

3) Pelaporan Alat Kesehatan

Gambar 3 “Website Pelaporan Alat Kesehatan”


Untuk pelaporan alat kesehatan (Alkes) dilakukan

setiap satu tahun sekali oleh Asisten Apoteker Penanggung

Jawab (AAPJ) secara online mengakses link berikut http://e-

report alkes kemkes.go.id


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pedagang besar farmasi (PBF) sebagai salah satu mata

rantai pendistribusian obat dan pembekalan farmasi merupakan

actor penting dalam menjaga mutu kualitas obat, PBF juga

merupakan bagian dari pelaku pembangunan

Kesehatan,penyelenggaraan yang meliputi upaya dan kegiaatan

yang menyangkut dasar manusia yang berharga yakni hidup dan

kesejahteraan.

B. Peran apoteker dalam distribusi PBF

Apoteker memilki peran yang sangat penting, mulai dari

perizinan sarana untuk memperoleh Sertifikat Distribusi Farmasi,

implementasi CDOB dalam rangka menjaga mutu obat dan tugas

lain yang penting sebagai bagian dari perusahaan itu sendiri.

Disebutkan diatas Apoteker menjadi pra-syarat utama diperoleh

nya Sertifikat Distribusi Farmasi.

Tugas dan Peran Apoteker Penanggung Jawab dituliskan

dalam Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik BPOM, tahun

2015 sebagaimana berikut :

1. Melaksanakan tugas yang diberikan Direktur/Pimpinan


Fasilitas Distribusi;
2. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan
sistem manajemen mutu;

3. Fokus pada pengeloan kegiatan yang menjadi kewenangannya


serta menjaga akurasi dan mutu dokumentasi;

4. Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan


pelatihan lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang
terkait dalam kegiatan distribusi;

5. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap


kegiatan penarikan obat dan/atau bahan obat;

6. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan


efektif;

7. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan


pelanggan;

8. Meluluskan obat dan/atau bahan obat kembalian untuk


dikembalikan ke dalam stok obat dan/atau bahan obat yang
memenuhi syarat jual;

9. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi


kontrak dan penerima kontrak yang menjelaskan mengenai
tanggung jawab masing- masing pihak yang berkaitan dengan
distribusi dan/atau transportasi obat dan/atau bahan obat;

10. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai


program dan tersedia tindakan perbaikan yang diperlukan;

11. Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker / tenaga teknis


kefarmasian yang telah mendapatkan persetujuan dari instansi
berwenang ketika sedang tidak berada di tempat dalam jangka
waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang terkait dengan
setiap pendelegasian yang dilakukan;

12. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk


mengkarantina atau memusnahkan obat dan/atau bahan obat
kembalian, rusak, hasil penarikan kembali atau diduga palsu;

13. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan


untuk obat dan/atau bahan obat tertentu sesuai peraturan
perundangundangan.

Pengadaan di PBF PT. Dos Ni Roha Perencanaan sediaan

farmasi, alat kesehatan merupakan tahap awal untuk menetapkan

jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan yang sesuai

dengan kebutuhan.

Pengadaan dan pemesanan barang dilakukan berdasarkan

history penjualan, pareto, permintaan pasar, dan program pihak

marketing. Dalam sistem pengadaan, dilakukan penentuan level

persediaan produk berdasarkan penentuan nilai Level Stock,

Buffer Stock, Lead Time, dan ReOrder Point (ROP). Pengadaan

dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab (APJ) PBF dengan

membuat defekta, berkoordinasi dengan supervisior penjualan dan

bagian marketing dalam membuat daftar kebutuhan barang. Pada

proses pengadaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pengadaan

produk reguler, produk e-catalogue, dan produk berupa Narkotika/

Psikotropika/ Prekursor (NPP). Pengadaan yang dilakukan harus

mengikuti kaidah CDOB, yaitu setiap pengadaan dikendalikan


dengan prosedur tertulis dan rantai pasok di identifikasi serta di

dokumentasikan.

Bagian logistic admin mencetak picking list kemudian

diserahkan kewarehouseman, kemudian bagian warehouseman

barang dipicking berdasarkan SKU/nomo bacth,ED, dan Quantity,

dan cheker melakukan rechek untuk mencocokan antara fisik dan

picking listnya, bagian OP staff mencetak faktur kemudian

diserahkan ke warehouseman expedisi dan dipastikan Kembali

SKU,Quantity dan value yang sama, kemudian warehouseman

bagian expedisi mengatur pembagian faktur dan membuat rencana

kirim dan menyerahkan ke logistic admin, dan pada bagian loper

meminta barang ke cheker sesuai dengan list expedisi faktur

kemudian barang dan faktur dikirim ke pelanggang.

Penyimpanan produk di PBF PT. Dos Ni Roha cabang

makassar disesuaikan dengan principal, bentuk sediaan, serta First

Expired First Out (FEFO). Pertama-tama barang disusun sesuai

principalnya, sehingga barang-barang dari principal yang sama

akan diletakkan berdekatan. Khusus untuk produk-produk yang

mudah pecah, diletakkan di rak-rak bagian bawah untuk mencegah

jatuhnya produk- produk tersebut. Produk seperti pbat dan

kosmetik juga di pisahkan karena aroma bau dari produk kosmetik

dapat mempengearuhi produk obat-obat yang di komsumsi secara

oral.
Untuk golongan perkusor, penyimpanannya diletakkan

terpisah. Setiap barang disertai kartu Stelling yang berwarna yaitu

dan dimana ruangan farma berwarna pink,ruangan alkes/medical

itu berwarnah putih, dan ruangan ambient itu warnah kuning.

Kartu stelling berfungsi seperti halnya kartu stok, dimana setiap

pengeluaran dan pemasukan barang akan ditulis pada kartu

stelling. Sehingga dapat dikatakan sebagai alat kontrol fisik barang

digudang. Untuk jangka waktu tertentu terkadang dilakukan stok

opname (SO), yaitu penyusuaian data dikartu stelling dengan stok

fisik dan data disistem setiap enam bulan.

PBF PT. Dos Ni Roha mempunyai penyimpanan yang

terbagi menjadi 3 bagian yaitu, Ambient yang menyimpan Obat,

Alkes dan Consumer yang memerlukan suhu 25-30°C, Cool Room

yang mempunyai 2 ruangan yaitu Farma dan Medical yang

memerlukan suhu 15-25°C, serta Chiller yang digunakan untuk

menyimpan produk CCP yang memerlukan suhu 2-8°C.

Pendistribusian di PBF PT. Dos Ni Roha yaitu bagian

logistic admin mencetak picking list kemudian diserahkan

kewarehouseman, setelah itu warehouseman barang dipicking

berdasarkan SKU atau nomor bacth, ED dan quantity, bagian

cheker melakukan rechek untuk mencocokan antara fisik dan

picking listnya,kemudian bagian OP staff mencetak faktur

kemudian diserahkan ke werehouseman expedisi, dipastikan


Kembali SKU,quantity dan value yang sama,bagian

warehouseman expedisi mengatur pembagian faktur dan membuat

rencana kirim, menyerahkan faktur logistic admin dan selanjutnya

bagian loper meminta barang ke cheker sesuai dengan list

ekxpedisi faktur, barang dan faktur dikirim ke pelanggan.

Pencatatan dan pelaporan di PBF Dos Ni Roha Kota

Makassar meliputi golongan obat perkursor, psikotropika,

narkotika, dan OOT diklaporkan secara eletronik atau online

melalui link http://e-was.pom.go.id, pelaporan dilakukan setiap

bulan. Untuk pelaporan triwulan dilakukan setiap 3 bulan, sediaan

yang dilaporkan secara eletronik atau online dengan mengakses

link http://pbf.binfar.kemkes.go.id/, dan Untuk pelaporan alat

kesehatan (Alkes) dilakukan satu tahun sekali oleh Asisten

Apoteker Penanggung Jawab (AAPJ) secara online dengan

mengakses link http://e-report.alkes.kemkes.go.id

Pelaporan barang expired, akan dibuatkan berita acara

dan diinformasihkan kepada pusat atau principal untuk pengurusan

pruduk Expired, apakah dikirim ke pusat/ pabrik untuk diretur dan

dimusnakan disana atau dimusnahkan di Makassar sesuai

keputusan BPOM. Jika pusat memutuskanuntuk mengirimkan

kembali produk expired atau rusak ke pusat, maka akan dipending

ulang dan dikumpulkan untuk dikirim kembali ke pusat

untukdimusnahkan disana, dan PBF Dos Ni Roha cabang Kota


Makassar mendapat produk produk baru dengan retur produk.

Atau keputusan pusat bahwa produk expired dan rusak

dimusnahkan di kota Makassar, maka akan dibuatkan berita acara

denga tembusan ke Dinas Kesehatan dan BPOM, dan pimpinan

pusat PBF Dos Ni Roha dan saksi lainya yang bekerja di PBF Dos

Ni Roha Kota Makassar.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulakan pada pelaksanaan

PKL di PBF PT. Dos Ni Roha, yaitu :

1. PBF PT. Dos Ni Roha mendistribusikan barang/ produk

seperti farma, alkes, dan konsumer

2. Penyimpanan pembekalan kesehatan di PBF PT. Dos Ni Roha

disesuaikan dengan bentuk sediaan, First In First Out (FIFO)

dan First Expired First Out (FEFO)

3. Semua barang yang terdapat di PBF PT. Dos Ni Roha

dikontrol oleh suatu sistem yang berasal dari PBF Dos Ni

Roha.

B. Saran

Untuk terus meningkatkan kerja sama yang sudah terjalin

baik antara Universitas Megarezky Makassar Prodi DIII Farmasi

dengan pihak PBF agar selalu bertahan untuk tahun selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Adek Chan, Meilyanie Wijaya. 2018. “Jurnal Dunia Farmasi Vol 2, No. 3
Fakultas Farmasi dan Kedokteran Umum. Instirut Kesehatan
Helvetia. Medan.

Alda Anjella Lady, Iyan Sopyan. 2021. EVALUASI SISTEM


PENYIMPANAN OBAT DI SALAH SATU GUDANG
PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF). Universitas Padjadjaran.

BPOM RI, 3013. Peraturan Kepala BPOM RO NOMOR HK.00.05.3.2522.


tahun 2003 Tentang Penerapan Pedoman Cara Distribusi Obat yang
Baik. Jakarta : BPOM RI.

Depkes RI, 2009. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 51


Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta: Depkes RI.

Menkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


34 Tahun 2014 Tentang Perubahan Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011. Tentang Pedagang Besar Farmasi.
Jakarta : Menkes RI.

Putra A. A.P. dan Hartini, Y.S . 2012. Implementasi Cara Distribusi Obat
yang Baik pada Pedagang Besar Farmasi di Yogyakarta, jurnal
farmasi indonesia.
LAMPIRAN

1. Surat Pesanan

2. Picking List
3. Faktur

4. Kartu Stelling
5. Termometer

6. Kartu Monitoring Suhu


7. Surat Jalan/Ekspedisi

8. Surat Tanda Terima Pengiriman (Dalam Kota)

Anda mungkin juga menyukai