Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) PT.

ENSEVAL
PUTERA MEGATRADING, Tbk CABANG BENGKULU

Periode 18 September - 18 November 2023

DISUSUN OLEH:

1. Jihan Kurnia Ramadhani (2021051)

2. Farid Adjie Pranata (2021038)

3. Fikri Anohetana (0051032432)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA 16 FARMASI YAYASAN


BHAKTI NUSA KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI


(PRAKERIN) PT. ENSEVAL PUTERA MEGATRADING,Tbk CABANG
BENGKULU

Oleh:
1. Jihan Kurnia Ramadhani (2021051)
2. Farid Adjie Pranata (2021038)
3. Fikri Anohetana (0051032432)

Disetujui:

Penanggung Jawab PBF Enseval Pembimbing Sekolah

(Daniel Capri) (apt. Yolanda Mustika, S.Farm)

KATA PENGANTAR

2
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis atas penulisan Laporan
Praktik Kerja Industri di PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk dapat terselesaikan
dengan baik.
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri dan juga dalam pembuatan
laporan ini penulis banyak menerima bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung dan pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Bapak apt.Rhandy Ragan Kusuma, S.Farm. Selaku Kepala Sekolah SMKS-16


Farmasi Bhakti Nusa Kota Bengkulu
2. Ibu apt. Yolanda Mustika, S.Farm Selaku Pembimbing Praktik Kerja Industri
3. Bapak R. Iskandar Zulkarnain Selaku Manajer PT. Enseval Putera
Megatrading,Tbk cabang Bengkulu
4. Ibu apt. Regina Novratilova S.Farm dan Ibu apt. Revi Rhisman S.Farm Selaku
Pembimbing di PT. Enseval Putera Megatrading,Tbk cabang Bengkulu

DAFTAR ISI

3
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

4
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini, perkembangan industri semakin pesat, khususnya dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industri farmasi
Pemasaran produk dan peralatan farmasi kesehatan membutuhkan institusi
yang dapat membaginya obat-obatan dan alat kesehatan, melalui Pedagang
Besar Farmasi (PBF)
PBF berfungsi sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri
farmasi dan saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif ke seluruh bumi
secara merata dan teratur Selain itu, PBF membantu pemerintah dalam
mencapai tingkat kesempurnaan penyediaan obat-obatan untuk pelayanan
kesehatan dan berpartisipasi dalam menciptakan lapangan kerja
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011, Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah
perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
ketentuan Peraturan Perundang- undangan. Pedagang Besar Farmasi (PBF)
merupakan salah satu unit terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan
farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah
sakit, puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat sampai ke tangan masyarakat
Setiap PBF dan PBF cabang diharuskan untuk memiliki apoteker
penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat dan
apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan. Oleh karena itu, seorang apoteker yang bertanggung
jawab ini sangat dituntut untuk memiliki kemampuan dan kecakapan lebih
dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di lingkungan pedagang besar
farmasi yang meliputi berbagai bidang di antaranya adalah pengadaan,
penyimpanan, distribusi, atau penyaluran sediaan farmasi.

5
Sekolah Menengah Kejuruan Swasta 16 Farmasi Bengkulu adalah sebuah
institusi pendidikan yang menawarkan program kejuruan di bidang farmasi.
Sekolah ini fokus pada pendidikan untuk menciptakan tenaga kesehatan
khususnya dalam bidang farmasi.
Oleh karena itu, SMKS 16 Farmasi bekerjasama dengan PT. Enseval Putera
Megatrading, tbk menyelenggarakan praktik kerja industri mulai tanggal 18
September hingga 18 November 2023. Diharapkan praktik kerja industri dapat
meningkatkan pemahaman calon tenaga kefarmasian tentang tugas dan fungsi
PBF, peran apoteker di PBF, pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya, persyaratan pendirian PBF, pelaporan dalam pengelolaan
distribusi obat, dan sarana distribusi.

B. Tujuan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)


1. Memahami persyaratan pendirian, tugas, dan fungsi Pedagang Besar Farmasi
(PBF).
2. Meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan untuk memperluas
wawasan tentang pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan pada
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
3. Mengetahui alur pemesanan hingga pendistribusian sediaan farmasi di Pedagang
Besar Farmasi (PBF).
4. Menumbuhkan sikap kerja yang tinggi dan memastikan siswa mampu
beradaptasi dengan lingkungan kerja
5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam distribusi industri, sikap, dan
keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
6. Memahami praktik CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik)
7. Mengembangkan sikap profesional dan handal melalui pengalaman
berpengalaman dan berinteraksi langsung dengan karyawan perusahaan

C. Manfaat Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)

6
1. Memberikan pengalaman langsung dalam pengelolaan dan pendistribusian
sediaan farmasi sesuai dengan teori yang telah dipelajari di sekolah.
2. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan Swasta 16 Farmasi.

3. Meningkatkan pengetahuan dalam mengelola sediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan lainnya, termasuk perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan
distribusi.
4. Siswa mampu mencari alternatif pemecahan rnasalah kefarmasian sesuai
dengan pendidikan yang diterapkan.

7
BAB II

TINJAUAN UMUM

1. Ketentuan Umum Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1148/MENKES/PER/VI/2011 yang berbunyi Pedagang Besar Farmasi, yang

selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang

memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau

bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam peraturan tersebut juga memberikan batasan terhadap beberapa hal yang
berkaitan dengan kegiatan Pedagang Besar Farmasi yaitu batasan

mengenai:

1. Perbekalan Farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan

obat dan alat kesehatan

2. Sarana pelayanan kesehatan adalah apotik, rumah sakit, toko obat

atau unit kesehatan lainnya yang ditetapkan Menteri Kesehatan.

Beberapa PBF juga menyalurkan alat kesehatan atau yang biasanya

disebut PAK (Penyalur Alat Kesehatan). Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 tentang Cara Distribusi

Alat Kesehatan yang Baik. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin,

dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk

mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,

merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau

8
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Setiap PBF harus mempunyai Apoteker Penanggung Jawab yang

bertanggung jawab terhadap pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat

dan/atau bahan obat. Apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai

ketentuan peraturan perundang-undang.

2. Tugas dan Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Tugas dan fungsi PBF terdiri dari:

1. Tempat menyediakan dan penyimpanan sediaan farmasi yang meliputi

obat, obat tradisional, kosmetik.

2. Sebagai sarana yang mendistribusikan sediaan farmasi ke fasilitas

pelayanan kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit,

puskesmas, klinik dan toko obat berizin.

3. Sebagai sarana yang mendistribusikan sediaan farmasi diwilayah sesuai

surat izin

3. Pendirian Pedagang Besar Farmasi

Persyaratan Berdirinya PBF Menurut PERMENKES NO. 14 TAHUN


2021 yaitu:
1. Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi.
2. Data Apoteker Penanggung Jawab yang meliputi: STRA, Ijazah, surat
pernyataan bekerja penuh waktu, perjanjian kerja sama yang disahkan
oleh notaris, dan KTP.
3. Data lokasi usaha yang meliputi: lokasi kantor dan gudang PBF.
4. Bukti Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Durasi
pemenuhan persyaratan umum untuk PBF Pusat paling lama 6 bulan sejak
mengajukan permohonan diajukan.

9
PBF juga bisa mengajukan permohonan perpanjangan disampaikan paling
cepat 6 bulansebelum masa berlaku izin habis.
Jika PBF ingin melakukan perubahan nama PBF maka ada beberapa
persyaratan yang di butuhkan, sebagai berikut:
• Perubahan alamat perusahaan atau lokasi usaha.
• Pergantian direktur dan/atau APJ.
• Perubahan lingkup penyaluran.

4.Pencabutan Izin Pedagang Besar Farmasi

Izin PBF Pusat dan PBF Cabang dinyatakan tidak berlaku apabila
masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang, dikenai sanksi berupa
penghentian sementara kegiatan, atau izin PBF Pusat atau PBF Cabang
dicabut.
Pencabutan Izin PBF akibat pelanggaransebagai Pedagang Besar
Farmasi, wajib memiliki Sertifikat Distribusi serta menjalankan
kewajiban-kewajibannya sesuai dalam peraturan perundang-undangan.
Pencabutan izin ini bisa saja terjadi jika pelaku usaha melakukan hal-
hal berikut ini:
Kegiatan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat tidak aktif
selama satu tahun.
Tidak mempekerjakan Apoteker Penanggung Jawab yang sudah
memiliki izin kerja.
Tidak lagi memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana
penetapan dalam peraturan perundang-undangan.
Melakukan kegiatan penyaluran atau distribusi yang tidak sesuai
dengan ketentuan CDOB.
Tidak menyampaikan informasi kegiatan usaha sesuai ketentuan
selama tiga kali berturut-turut.
Menjual produk secara eceran.
Melayani resep dokter, PBF tidak boleh memberikan pelayanan
untuk resep dokter.
Membuat, menyimpan dan menyalurkan obat-obatan jenis narkotika
tanpa izin khusus sesuai peraturan.
Mengemas/membungkus yang berbeda dari kemasan asli pabrik,
kecuali jika sudah mempunyai laboratorium dan izin tersendiri.
Mendistribusikan jenis obat keras ke toko-toko obat yang tidak
memiliki izin.
Adapun persyaratan pencabutan izin PBF adalah sebagai berikut:

10
Surat permohonan kepada Dinas DPMPTSP bermaterai (atau
dengan melampirkan laporan hasil audit investigasi).
Surat izin PBF yang asli.
Berita acara opname stock.
Berita acara pemeriksaan dari DinKes Provinsi.

Dan Prosedur Pencabutan Izin PBF dilakukan dengan cara berikut:


Pelaku usaha mendaftar bisa dengan datang langsung atau via
online
Pelaku usaha membawa berkas ke DPMPTSP dan diterima oleh
Front Office
Front Office Menerima berkas dari pelaku usaha dan memberikan
tanda terima berkas
Berkas diserahkan ke back office untuk di verifikasi/validasi,
apabila berkas lengkap dan benar berkas akan lanjut ke
pemrosesan, dan apabila berkas tidak lengkap dan tidak benar akan
dikembalikan ke pelaku usaha. Berkas pelaku usaha diserahkan ke
OPD teknis untuk disurvey dan dibuat berita acara / pertimbangan
teknis.
Berita acara/pertimbangan teknis yang di buat oleh OPD teknis
menjadi dasar untuk terbitnya izin.

5.Pengelolaan Sumber Pedagang Besar Farmasi

Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Menurut CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), setiap

Pedagang Besar Farmasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas

untuk tiap bagian yang dilengkapi dengan bagan organisasi. Tanggung

jawab, wewenang dan hubungan antar semua personil harus

ditetapkan dengan jelas.

Setiap Pedagang Besar Farmasi harus ada personil yang cukup dan

kompoten untuk melaksanakan semua tugas yang menjadi tanggung

jawab fasilitas distribusi. Setiap PBF harus mempunyai seorang

11
Apoteker sebagai penanggung jawab. Sesuai dengan persyarataan

yang terdapat dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34

Tahun 2014 pasal 14.

Pedagang Besar Farmasi juga harus melaksanakan semuanya sesuai

dengan aspek CDOB, mulai dari menajemen mutu, yaitu struktur

organisasi yang jelas serta tiap anggota organisasi mengetahui dengan

baik tanggung jawab nya untuk dilaksanakan sesuai dengan yang

semestinya.

1.Kepala Pusat

Kepala Pusat mempunyai tugas untuk melakukan kunjungan dan


memperhatikan masing-masing bagian prosedur yang telah
ditetapkan apakah dapat dilaksanakan oleh bagian-bagian tersebut
dengan baik dan benar serta melakukan pengarahan secara rutin
terhadap seluruh bagian mengenai tatalaksana prosedur yang belum
dilaksanakan dengan baik dan benar.
2. Apoteker

Setiap PBF harus memiliki Apoteker Penaggung Jawab yang


bertanggung jawab terhadap pelaksana ketentuan pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan bahan obat.
3. Pickliser

Menerbitkan faktur, memasukan data penjualan kedalam


komputer atau data entri.
4. Kepala Gudang

Bertanggung jawab kepada Kepala Cabang, mengkoordinir


petugas gudang dan pengantar barang, bertanggungjawab terhadap
keluar masuk barang dan bertanggung jawab terhadap keamanan
5. Keuangan/Administrasi

12
Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Cabang, menangani
proses penerimaan pengeluaran kas, membukukan semua transaksi
pada buku kas dan bank
6. Salesman

Tugas seorang Salesman yaitu mengunjungi pelanggan sesuai


daftar kunjungan harian yang telah disiapkan oleh kepala cabang
dan memberikan tandatangan pada daftar kunjungan, serta
melakukan penagihan

Pengolahan Sediaan Farmasi dan Pembekalan KesehatanLainnya

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 pengelolaan pembekalan
farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan, di
mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusiaan, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan.
Pembekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
di perlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri
dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan
kimia, radiologi, dan nutrisi.
Peraturan perundang-undangan tentang PBF di indonesia telah
beberapa kali mengalami perubahan. Dulu Pedagang Besar Farmasi
di larang menyalurkan Psikotropika tanpa izin khusus dari Menteri
Kesehatan, tetapi sejak di serahkannya Undang-Undang RI No 5
tahun 1997 tentang Psikotropika maka Pedagang Besar Farmasi
(PBF) yang menyalurkan Psikotropika tidak memerlukan izin
khusus lagi.
1.) Perencanaan

Suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar


kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman
atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang
logis dalam mencapai sasaran.
2.) Pengadaan

Pengadaan dan pemesanan barang dilakukan berdasarkan


history penjualan, pareto, permintaan pasar, dan program pihak

13
marketing. Dalam sistem pengadaan, dilakukan penentuan level
persediaan produk berdasarkan penentuan nilai Level Stock,
Buffer Stock, Lead Time, dan ReOrder
Point (ROP).Pengadaandilakukan oleh Apoteker Penanggung
Jawab (APJ) PBF dengan membuat defekta, berkoordinasi
dengan supervisior penjualan dan bagian marketing dalam
membuat daftar kebutuhan barang. Pada proses pengadaan
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pengadaan produk
reguler, produke-catalogue, dan produk berupa
Narkotika/psikotropika/prekursor (NPP).
Pengadaan yang dilakukan harus mengikuti kaidah CDOB, yaitu
setiap pengadaan dikendalikan dengan prosedur tertulis dan
rantai pasok diidentifikasi serta didokumentasikan.
3.) Penyimpanan

Sistem penyimpanan obat biasanya menggunakan sistem First


Expired First Out(FEFO); obat-obat yang tanggal
kadaluwarsanya lebih dekat dijual atau didistribusikan terlebih
dahulu, sedangkan FirstInFirst Out(FIFO) obat-obatan yang
tanggal kadaluwarsanya jauh diletakkan di belakang. Untuk
produk kemasan dus kemasan utuh obat disimpan diatas rak
dengan sistem penempatan berdasarkan golongan obat, jenis
produk, fast-moving/slow-moving, dan berdasarkan analisis
efisiensi kerja. Penempatan sediaan cair yang disertai kemasan
yang mudah pecah disimpan pada bagian bawah rak untuk
mengurangi risiko terjatuh pada saat pengambilan barang.
Barang yang ada digudang PBF harus disimpan pada kondisi
yang sesuai seperti yang telah ditetapkan oleh pabriknya;
misalnya vaksin disimpan pada suhu dingin di dalam Chiller
yang dilengkapi dengan termometer untuk monitoring suhu dan
dokumen pencatatan suhu.
4.) Administrasi

Administrasi keuangan PBF harus mengelola keungan maka


perlu penyelenggaraan Administrasi keuangan. Administrasi
keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan
analisis biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan
laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua
kegiatan pelayanan kefarmasiaan secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan, triwulan, atau tahunan.

14
Untuk pembayaran dilakukan dengan dua cara, yaitu:
• Kredit
Inkaso melakukan penagihan berdasarkan payment time
(batas waktu yang tertera di faktur)
• Cash
Pembayaran langsung melalui inkaso PBF.
5.) Pemusnahan

Pemusnahan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan


untuk memusnakan obat yang tidak memenuhi persyaratan atau
karena sebab lain dengan disaksikan oleh Balai Besar atau Balai
POM setempat dan dicatat dalam berita acara pemusnahan.
Berikut ini peraturan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
kegiatan pemusnahan obat yang mengandung Prekursor:
1. Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat mengandung
Prekursor Farmasi yang rusak dan kadaluarsa.
2. Harus tersedia dafttar inventaris Obat Mengandung Prekursor
farmasi yang akan dimusnahkan mencakup nama produsen,
bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, jumlah,
nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.
3. Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan memperhatikan
pencegahan diversi dan pencemaraan lingkuan. Kegiatan
pemusnahan ini dilakukan oleh penanggung jawab PBF dan
disaksikan oleh petugas Balai POM dan/atau Dinas Kesehatan
Kab/Kota setempat. Kegiataan ini didokumentasikan dalam
Berita Acara Pemusnahan yang ditandatanganioleh pelaku dan
saksi.
4. Berita Acara Pemusnahan yang menggunakan pihak ketiga
harus ditandatangani juga oleh sanksi dari pihak ketiga.

Pelayanan di pedagang besar farmasi


Pelayanan di PBF adalah sebagai distribusi atau penjualan barang
berkaitan dengan pengeluaran barang dari gudang, berdasarkan pesanan dari
konsumen. Pesanan dapat di lakukan melalui telpon (berlangganan) dan salesman
(menggunakan surat pesanan /sp).

15
Pelayanan pedagang besar farmasi hanya dapat melaksanakan penyaluran
obat keras kepada:

1. Pedagang besar lainya berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani


oleh penanggung jawab PBF.
2. Apotek berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh Apoteker

Pengelola Apotek.
3. Rumah sakit berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh
Apoteker Pengelola Instalasi Rumah Sakit.
4. Instalasi lain yang di izinkan Menteri Kesehatan

Bentuk atau sistem distribusi perbekalan farmasi adalah sesuai


kebijaksanaan/ peraturan farmasi seperti yang tercantum dalam undang -

undang kesehatan. Yang di maksud dengan perbekalan farmasi menurut


undang-undang kesehatan adalah perbekalan farmasi meliputi:

1. Obat.
2. Bahan baku obat.

3. Obat tradisional dan bahan tradisional (obat asli Indonesia) dan (bahan
obat asli Indonesia)

4. Alat-alat kesehatan.
5. Kosmetik

16

Anda mungkin juga menyukai