Anda di halaman 1dari 14

PROFESI APOTEKER

ORGANISASI DAN KODE


ETIKNYA
Here is where your presentation begins
NAMA: ABELLA SEPTIANA PUTRI

NO BP:21160013

PENGANTAR ILMU FARMASI

DOSEN PEMBIMBING: SARA SURYA


,M.SC,APT
Welcome!
Here starts the lesson!
PROFESI APOTEKER ORGANISASI DAN
KODE ETIKNYA
Apoteker adalah pelaku utama pelayanan kefarmasian yang memiliki kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian. Praktik kefarmasian tersebut meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan hal tersebut terlihat jelas bahwa
kompetensi yang dimiliki Apoteker berbeda dengan kompetensi yang dimiliki oleh Dokter dan Dokter Gigi
sebagai tenaga medis, Perawat dan Bidan. Kompetensi  tersebut diperoleh melalui pendidikan profesi apoteker.
Program Studi Profesi Apoteker  (PSPA) merupakan jenjang pendidikan profesi untuk memperoleh keahlian
dengan sebutan Apoteker/Farmasis. Jenjang ini dapat ditempuh seorang  setelah lulus Program Sarjana
(S1). Setelah menyelesaikan program pendidikan profesi dan melaksanakan sumpah apoteker, maka
mahasiswa berhak menyandang gelar Apoteker (Apt).  Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia adalah satu-satunya
Organisasi Profesi Kefarmasian di Indonesia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 41846/KMB/121 tertanggal 16 September 1965.

Nama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Apoteker Indonesia di Jakarta
pada tanggal 26 Februari 1965 dan merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker Indonesia yang didirikan pada
tanggal 18 Juni 1955, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Misi Ikatan Apoteker Indonesia adalah: (1) menyiapkan Apoteker yang berbudi luhur, profesional, memiliki
kesejawatan yang tinggi dan inovatif serta berorientasi ke masa depan; (2) membina, menjaga dan
meningkatkan profesional-isme Apoteker sehingga mampu menjalankan praktek kefarmasian secara
bertanggung jawab, dan; (3) melindungi anggota dalam menjalankan profesinya.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia adalah satu-satunya Organisasi Profesi Kefarmasian di
Indonesia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 41846/KMB/121
tertanggal 16 September 1965.Nama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia ditetapkan dalam
Kongres VII Ikatan Apoteker Indonesia di Jakarta pada tanggal 26 Februari 1965 dan
merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 Juni
1955, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pada tahun 1955, beberapa apoteker di Jakarta mulai merasakan perlunya suatu organisasi
apoteker yang dapat memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan farmasi
pada umumnya dan kepentingan-kepentingan apoteker pada khususnya.

Sehubungan dengan keinginan di atas, pada 20 April 1955 dibentuklah suatu Panitia Persiapan
untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembentukan perhimpunan apoteker nasional.
Anggota Panitia Persiapan tersebut adalah Drs. E. Looho, Drs. Liem Tjae Ho (Wim Kalona),
Drs. Kwee Hwat Djien dan Drs. Ie Keng Heng. Tugas dari panitia tersebut ialah menyiapkan
Rancangan Anggaran Dasar, nama organisasi, dan lambangnya, Rancangan Anggaran Rumah
Tangga dan menyiapkan urgensi program untuk diajukan pada Muktamar I.
MUKTAMAR I.
Para apoteker Indonesia berhasil melaksanakan Muktamar I pada tanggal 17-18 Juni 1955 dengan
mengambil tempat Gedung Metropole (Gedung Megaria, red). Hasil dari Kongres I itu ialah : - Pengesahan
nama organisasi "Ikatan Apoteker Indonesia" yang disingkat IKA. - Pengesahan lambang IKA. -
Pengesahan Anggaran Dasar IKA. - Menetapkan Urgensi Program : Penyusunan Daftar Kebutuhan Obat,
mengatur distribusi obat dan mempersiapkan industri farmasi. - Pemilihan anggota

Pengurus Besar Pertama, yakni :


Ketua : Drs. E. Looho.
Sekretaris : Drs. Moh. Kamal.
Bendahara : Drs. Tio Tiang Hoey.
Anggota : Drs. Yap Tjwan Bing, Drs. Liem Tjae Ho, Drs. Kho Han Yao, Drs. Zakaria Raib.
Alamat sekretariat : Jl. Teuku Umar 66, Jakarta.

MUKTAMAR II.
Muktamar ke II IKA berlangsung di Jakarta tahun 1956 dengan mengambil tempat di Gedung PB IDI, Jl.
Sam Ratulangi. Pada Muktamar tersebut dilakukan pengesahan Anggaran Rumah Tangga yang tidak
sempat disahkan dalam Muktamar I. Muktamar juga berhasil memilih Pengurus Baru, yakni : Drs. E. Looho
(Ketua), Drs. M. Kamal (Penulis), Drs. Tio Tiang Hoey (Bendahara I), Drs. Liem Oei Yam Djien (Bendahara
II), Drs. Zakaria Raib (anggota), dan Drs. Liem Tjae Ho (anggota). Sekretariat masih di Jl. Teuku Umar 66
(Rumah Drs. M. Kamal).
MUKTAMAR III.
Muktamar ke III IKA dilangsungkan di gedung Perhimpunan Ilmu Pengetahuan Alam, Jl. Surapati No. 1,
Bandung, pada 31 Agustus - 2 September 1957. Pada Muktamar tersebut dilakukan pengesahan Laporan
Tahunan 1956 - 1957, pengesahan Laporan Keuangan, pembentukan Panitia Verifikasi, menetapkan
Muktamar ke IV di Jawa Tengah pada tahun 1958 dan memindahkan Redaksi dan administrasi Majalah
Suara Farmasi dari Jakarta ke Bandung di bawah pimpinan DR. Poey Seng Bouw. Muktamar ke III IKA ini
menghasilkan pengurus baru sebagai berikut : Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. Soemartojo (Wakil Ketua), Drs.
Agus Garmana (Penulis), Drs. Liem Oey Jam Djien (Bendahara), Drs. M. Kamal (anggota), Drs. Liem Tjae Ho
(anggota), dan Drs. Ruskanda (anggota). Alamat Sekretariat pengurus IKA Pindah Ke Jl. Tebah III no. 25,
Blok E, Kebayoran Baru, Jakarta.

MUKTAMAR IV.
Muktamar ke IV IKA diselenggarakan di Salatiga Jawa Tengah tahun 1958. Tidak ada dokumen tentang hasil
keputusannya.

MUKTAMAR V.
Muktamar V IKA dan Lustrum I IKA dilangsungkan di Cipayung pada 19 sampai dengan 22 Agustus 1960.
Pada acara tersebut ditetapkan Program Kerja di bidang Organisasi, Pendidikan, Produksi dan Distribusi
Obat, Undang Undang Farmasi, Farmakope Indonesia dan penyebaran tenaga apoteker. Muktamar berhasil
memilih pengurus baru sebagai berikut : Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. E. Looho (Wakil Ketua), Drs.
Purnomo Singgih (Penulis), Drs Tjoa Kian Kie (Bendahara), Drs. Liem Tjae Ho (anggota), Dra. Sri Sugati
Sjamsuhidajat (anggota), Drs. Goei Tjong Tik (anggota) dan Drs. Surastomo Hadisumarno (anggota). Juga
ditetapkan tempat Muktamar ke VI : Jawa Timur.
MUKTAMAR VI.
Muktamar ke VI ini dilangsungkan di Murnayati - Lawang (Jawa Timur) pada 31 Agustus - 4 September 1961, dan memilih Pengurus
Besar baru yang terdiri dari Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. E. Looho (Wakil Ketua), Drs. Purnomo Singgih (Penulis), Drs Tjoa Kian
Kie (Bendahara) dan Drs. Lim Tjae Ho (Komisaris Umum). Muktamar juga mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang baru dan menetapkan tempat berlangsungnya Muktamar ke VII / Perayaan Windon ke I pada tahun 1963 di Jawa
Barat.

MUKTAMAR VII.
Muktamar ke VII ini mempunyai arti khusus karena tidak lagi menggunakan sebutan Muktamar IKA melainkan Kongres Nasional
Sarjana Farmasi. Pada Kongres ini diputuskan beberapa hal penting antara lain : - Mengubah nama, bentuk dan sifat organisasi
para apoteker dari Ikatan Apoteker Indonesia (IKA) menjadi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). - Keanggotaan ISFI terdiri atas
Sarjana Farmasi - Apoteker dan Sarjana Farmasi Non Apoteker. - Membentuk Korps Sarjana Farmasi menurut bidangnya masing-
masing : Korps Sarjana Farmasi Produksi, Korps Sarjana Farmasi Distribusi, Korps Sarjana Farmasi Rumah Sakit, Korps Sarjana
Farmasi ABRI (TNI, red) dan lain-lain. Muktamar ke VII ini juga telah memilih Drs. Purnomo Singgih sebagai Ketua Umum ISFI.
Beberapa bulan kemudian terjadi perubahan dalam pengurus dimana Drs. Heman diangkat sebagai Ketua Sementara BPP ISFI.
Karena kesibukan dalam pekerjaannya tidak memungkinkan Drs. Heman mencurahkan seluruh perhatiannya bagi organisasi, Drs.
Heman kemudian digantikan oleh Drs. Soerastomo Hadisoemarno. Kemudian jabatan Ketua Sementara ini dipindahkan lagi kepada
Drs. Soekaryo hingga dilaksanakan Kongres Nasional ISFI VIII di Jakarta, tanggal 30 Oktober hingga 3 Nopember 1967.

Kongres Nasional ke VIII di Jakarta ini mempunyai arti penting karena dilaksanakan ketika permulaan era kepemimpinan orde baru.
Banyak keputusan dan rekomendasi yang dihasilkan antara lain adalah dipilihnya Drs. Soekaryo terpilih sebagai Ketua Umum.
Semenjak itu pula lewat beberapa kongres berkali-kali Drs. Soekaryo terpilih sebagai Ketua Umum BPP ISFI, jabatan ini
dipegangnya terus sampai kini. (dikutip oleh Ahmad Subagiyo dari buku Profil Sarjana Farmasi Indonesia 1981)
Pada Kongres XVIII Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia di Jakarta pada tanggal 07-09 Desember 2009, nama organisasi Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) berubah menjadi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
NAMA-NAMA KETUA UMUM IAI DAN PERIODE KEPENGURUSANNYA

NO  NAMA  JABATAN  PERIODE  KETERANGAN


1  Drs. Ie Keng Heng  Pendiri  1955  IKA 
2  Drs. Yay Tjwan Bing  Pendiri  1955  IKA 
3  Drs. Wim Kalona  Pendiri  1955  IKA 
4  Drs. Zakaria Raib  Pendiri  1955  Ketua IKA ‘57-‘65 
5  Drs. H.M Kamal  Pendiri  1955  IKA 
6  Drs. E .Looho  Ketua    1955-1957  IKA 
7  Drs. Zakaria Raib  Ketua    1957-1965  IKA 
8  Drs. Poernomo Singgih  Ketua Umum 1965-1966  IKAÔISFI  (Juni) 
9  Drs. H.Heman  Pj.Ketua Umum 1966  ISFI 
10  Drs. Surastomo Hadisumarno  Ketua Umum 1966-1967  ISFI 
11  Drs. H.Soekaryo  Ketua Umum 1967-1989  ISFI 
12  Drs. Darojatun,MBA  Ketua Umum 1989-1993  ISFI 
13  Drs. Imam Hidayat  Ketua Umum 1993-1997  ISFI 
14  Drs. Marzuki Abdullah,MBA  Ketua Umum 1997-2000  ISFI 
15  Drs. Ahaditomo,MS  Ketua Umum 2000-2004  ISFI 
16  Prof. DR. H. Haryanto Dhanutirto, Apt., DEA. Ketua Umum 2005-2009 ISFI
17 Drs. Mohamad Dani Pratomo, MM., Apt. Ketua Umum 2009-2013  IAI
KODE ETIK APOTEKER DI INDONESIA
Kode etik pada dasarnya adalah panduan dalam profesi tertentu (misalnya apoteker) dalam menjalankan
tugasnya secara profesional.Dengan adanya kode etik, seseorang dapat membedakan kepentingan pribadi dengan profesi
yang mungkin suatu saat akan berbenturan.

Kode etik apoteker memuat kewajiban profesi ini.


Khusus untuk kode etik apoteker di indonesia,terdapat 15 pasal yang dibagi dalam 5 bab yang dijadikan sebagai
landasan moral dalam menjalankan tugas secara profesional.
BAB I: Kewajiban umum
•Pasal 1
Setiap apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan Sumpah Apoteker.
•Pasal 2
Setiap apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
jabatan kefarmasian.
•Pasal 3
Setiap apoteker harus selalu menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
•Pasal 4
Setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
•Pasal 5
Dalam menjalankan tugas, setiap apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
•Pasal 6
Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
•Pasal 7
Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
•Pasal 8
Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya
dan di bidang farmasi pada khususnya.
BAB II: Kewajiban apoteker terhadap penderita (pasien)
•Pasal 9
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, seorang apoteker harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan
menghormati hak azasi penderita dan melindungi makhluk hidup.
BAB III: Kewajiban apoteker terhadap teman sejawat
•Pasal 10
Setiap apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
.
•Pasal 11
Sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan
kode etik apoteker.
•Pasal 12
Setiap apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik dengan sesama
apoteker, baik dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian maupun mempertebal rasa saling
mempercayai dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV: Kewajiban apoteker/farmais terhadap sejawat petugas kesehatan lainnya
•Pasal 13
Setiap apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi,
saling mempercayai, menghargai, dan menghormati rekan sejawat petugas kesehatan.
•Pasal 14
Setiap apoteker sebaiknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.

BAB V: Penutup
•Pasal 15
•Setiap apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker Indonesia Pasal 11
Sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode
etik apoteker.
•Pasal 12
Setiap apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik dengan sesama
apoteker, baik dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian maupun mempertebal rasa saling
mempercayai dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV: Kewajiban apoteker/farmais terhadap sejawat petugas kesehatan lainnya
• Pasal 13
Setiap apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan
hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai, dan menghormati rekan sejawat petugas
kesehatan.
• Pasal 14
Setiap apoteker sebaiknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.

Apoteker harus bisa memberi info akurat mengenai obat bagi pasien.
Jika sengaja maupun tidak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik apoteker Indonesia,
apoteker wajib mengakuinya. Selain itu, apoteker yang melanggar kode etik juga akan menerima sanksi
dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya, serta
mempertanggungjawabkannya
Sanksi pelanggaran kode etik apoteker
Pelanggaran kode etik apoteker dapat dikatakan sebagai malpraktik yang akan berujung pada
pemberian sanksi . Sanksi yang diberikan tergantung dari bentuk pelanggaran yang dilakukan dan
penyebabnya, seperti berikut ini:
Ketidaktahuan. Sanksinya berupa kewajiban mengikuti pendidikan lanjutan.
Kelalaian. Sanksi bisa berupa teguran lisan, peringatan, pembinaan khusus, penundaan sementara
rekomendasi izin praktik, hingga usul pencabutan izin praktik.
Kurang perhatian. Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini mirip dengan poin kelalaian.
Kurang terampil. Sanksinya mirip dengan poin ketidaktahuan.
Kesengajaan. Ini adalah bentuk pelanggaran berat sehingga sanksinya bisa berupa pembinaan
khusus, penundaan sementara rekomendasi izin praktik, usul pencabutan izin praktik, bahkan
dikeluarkan dari keanggotan organisasi profesi untuk sementara waktu maupun selamanya.
Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini akan diputuskan oleh Majelis Etik dan Disiplin Apoteker
Indonesia (MEDAI). Pengambilan keputusan sanksi dapat didasarkan atas kode etik apoteker itu
sendiri maupun sanksi yang dimuat dalam sumpah jabatan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai