Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWEKERTO

FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto merupakan alih bentuk dari


IKIP Muhammadiyah Purwokerto pada tanggal 26 Juli 1995 dengan Surat
Keputusan Dirjen Dikti No. 345/Dikti/Kept.1995 sebagai satu amal usaha
Muhammadiyah di eks Karesidenan Banyumas. Oleh karena itu sejarah
terbentuknya FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto tidak bisa dipisahkan
dari sejarah berdirinya IKIP Muhammadiyah Purwokerto.

IKIP Muhammadiyah Purwokerto pada awal berdirinya (3 Dzulhijjah 1384 H


bertepatan dengan tanggal 5 April 1965 M) baru membuka dua fakultas, yaitu
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Jurusan Didaktik Kurikulum dan Fakultas
Keguruan Ilmu Sosial (FKIS) dengan Jurusan Ekonomi Umum.

Tahun 1967 Jurusan Ekonomi ditutup karena kondisi ketika itu tidak
memungkinkan, dan mahasiswa disalurkan ke Fakultas Ekonomi UII di
Purwokerto dan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. 
Dengan terbentuknya Kopertis Wilayah V (sekarang wilayah VI) Semarang pada 
ahun 1970, IKIP Muhammadiyah hanya dipercaya menyelenggarakan satu
Fakultas dengan satu jurusan, yakni FIP dengan jurusan Didaktik Kurikulum.

Pada tahun 1974/1975 dibuka FKIS (Fakultas Keguruan Ilmu Sosial) dengan
jurusan Pendidikan Geografi, kemudian tahun 1981/1982 dibuka FPBS (Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni) dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, serta Pendidikan Bahasa Inggris, yang memperoleh status terdaftar
pada tahun 1984.

Pada tahun akademik 1982/1983 IKIP Muhammadiyah Purwokerto


mengubah program pendidikan Sarjana Muda menjadi Program Sarjana
(S1).Mengingat kondisi yang semakin baik dan usaha pembenahan serta
peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, maka tahun 1983/ 1984
dibuka tiga jurusan baru, yakni Jurusan PPB (Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan) untuk FIP, jurusan PMP-Kn (Pendidikan Moral Pancasila dan
Kewargaan Negara) serta Jurusan Pendidikan Sejarah untuk FPIPS.

Pada tahun 1984/1985, disusul kemudian dengan berdirinya FPMIPA


(Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dengan Jurusan
Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi. Dengan demikian ada lima
Fakultas dengan sepuluh Jurusan yang semuanya program strata satu (S1).
Harapan yang menggembirakan adalah telah keluarnya SK peningkatan status
untuk beberapa jurusan menjadi “DIAKUI” untuk Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni (Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pendidikan
Bahasa Inggris) dan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Program Studi
PPKn, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Geografi).
Setelah IKIP Muhammadiyah Purwokerto beralih bentuk menjadi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, empat Fakultas (FIP, FPIPS, FPBS dan FPMIPA)
melebur menjadi satu fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP).

Pada tahun akademik 2007-2008, FKIP membuka program studi Pendidikan


Guru Sekolah Dasar (PGSD) S1 berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Depdiknas RI No. 1935/D/T/2007, serta Pendidikan Guru Anak Usia Dini
(PGPAUD) S1 dengan SK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas RI
Nomor 04/D/T/2008.
Sejalan dengan perubahan kebijakan pemerintah dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional, dengan dikeluarkannya surat keputusan Mendiknas No.
184/U/2001 tertanggal 23 November 2001 tentang Pedoman Pengawasan
Pengendalian dan Pembinaan Program Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana di
Perguruan Tinggi yang mengatur tentang adanya otonomi perguruan tinggi baik
PTN maupun PTS serta ditiadakannya status perguruan tinggi yang selama ini
berlaku, maka dalam melaksanakan proses belajar mengajar memiliki
kewenangan penuh (mandiri) yang meliputi: penerimaan mahasiswa, kegiatan
kuliah, evaluasi belajar, penerbitan ijazah dan transkrip.

SEJARAH SIDOMUNCUL
Memulai usahanya sebagai pemilik perusahaan pemerah susu terbesar
bernama Melkrey di Ambarawa, Rezim Semarang, Focal Java, inilah awal mula
perjalanan bisnis pasangan suami istri, Bapak Siem Thiam Hie (28 Januari 1897 -
12 April 1976) dan Ny. Rakhmat Sulistio (13 Agustus 1897 - 14). Februari 1983)
dimulai. Pada tahun 1930, pasangan ini memulai dapur pastry dengan nama Roti
Muncul. Sekitar waktu yang sama, Ibu Rakhmat Sulistio mulai meracik obat
alami dingin yang sekarang dikenal dengan Tolak Angin.

Berbekal kemampuan Bu Rakhmat (Go Djing Nio) dalam mengolah bumbu


dan rasa, pasangan ini memilih membuka usaha obat rumahan di Yogyakarta.
Tolak Angin sebagai godokan dipromosikan. Menata dasar organisasi dengan
nama Sido Muncul yang bermakna “Mimpi Berhasil Sesuai Harapan” di Jalan
Mlaten Trenggulun, Semarang. Sebuah Organisasi Tanggung Jawab Terbatas
dibentuk dengan nama PT Industri Jamu dan Toko Obat Sido Muncul
(sebelumnya sebagai CV pada tahun 1970).

Sido Muncul membangun pabrik obat rumahan mutakhir seluas 30 hektar


di Klepu, Kawasan Bergas, Ungaran. Pengembangan lini produksi tersebut
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Sri Penguasa Hamengkubuwono X
pada 21 Agustus 1997. Sido Muncul memprakarsai pabrik baru pada 11
November 2000. Inisiasi dilakukan oleh Klerus Kesejahteraan dan Bantuan Sosial
Pemerintah Republik Indonesia, Dr. dr. Ahmad Sujudi MHA. Secara bersamaan,
Sido Muncul mendapatkan dua autentikasi sebanding dengan obat-obatan, yaitu
Cara Merakit Obat Konvensional (CPOTB) dan Cara Merakit Obat Besar
(CPOB). Membuat lebih dari 250 jenis item. Produk unggulan kami adalah Tolak
Angin, Tolak Linu Panggul, Bima Energy Nails, Tambahan Alang Sari, Espresso
Jahe Sido Muncul, Espresso Bima Ginseng, Susu Jahe, Obat Alami Lengkap, dan
Kunyit Korosif.

Sido Muncul memiliki 109 pedagang besar yang tersebar di seluruh


Indonesia. Berbagai barang Sido Muncul yang lebih baik juga telah
diperdagangkan dari beberapa negara Asia Tenggara. Pada tanggal 18 Desember
2013, Sido Muncul resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode
pendukung "SIDO". Sido Muncul mendapatkan autentikasi halal dari Silaturahmi
Ulama Indonesia sebanyak 274 item. Endorsment yang didapatkan pada Walk 6,
2019, ini terbagi menjadi empat jenis item, yaitu Jamu, Enhancements and
Valuable Fixings, Drinks and Refreshment Fixings, dan desserts.
SEJARAH PT SHAMPARINDO
Berdiri pada tanggal 28 Mei 1974 sebelumnya bernama PT. Corolla,
berubah menjadi PT. Sekar Mirah Laboratories 1983. Pada tanggal 17 November
1988 dimulai pembangunan baru fasilitas produksi di JI. Tambak Aji Timur I
No.1 Semarang, Indonesia. Produksi pertama diluncurkan pada Mei 1992,
dilanjutkan dengan fasilitas dan produksi betalaktam Mengantisipasi pesatnya
bisnis farmasi nasional di Indonesia, pada tahun 1998 perusahaan dimulai pada
April 1996. PT.Sampharindo Perdana Meluncurkan banyak produk menjadi
Sebagai nama produksi berubah menjadi pasar Indonesia. bertambah, dibutuhkan
gudang baru dan dibangun di Jl. Tambak Aji Raya no.8 Semarang. pada tanggal
6 April 2015, anak perusahaan pertama yang didirikan bernama PT. Sampharindo
Putra Trading produk PT.Sampharindo Perdana. Anak perusahaan kedua yang
didirikan pada tahun 2018 di Jl. Tambak Aji Timur V No.50, Semarang, selaku
distributor tunggal PT. Sampharindo Retroviral Indonesia. Perusahaan ini
dirancang sebagai pemain global, dan kemudian mendirikan usaha patungan
dengan Perusahaan Internasional, Macleods

BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan lembaga bentukan
pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 2000 (Keppres
166/2000). Dalam keputusan tersebut, diatur kedudukan, tugas, fungsi,
kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga pemerintah
nondepartemen (LPND) termasuk BPOM. LPND merupakan lembaga pemerintah
pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari
presiden. Lembaga ini berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.

 Sesuai dengan SK Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/KB/POM


tanggal 26 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.00.05.21.4231 Tahun 2004, PROM merupakan salah satu unit
penunjang BPOM yang bertanggungjawab kepada Kepala BPOM dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari secara teknis dibina oleh
Deputi,sedangkan  secara administrasi dibina oleh Sekretaris Utama.

PROM dipimpin oleh Kepala Pusat setingkat eselon II dan dibantu oleh 3
(tiga) Kepala Bidang setingkat eselon III yaitu

a. Kepala Bidang Toksikologi,

b.  Kepala Bidang Keamanan Pangan

c.  Kepala Bidang Produk Terapetik

d.  Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Dalam menjalankan aktivitasnya, PROM didukung oleh kelompok jabatan


Fungsional Umum dan Fungsional tertentu seperti Fungsional Pengawas Farmasi
dan Makanan, Fungsional Analis Kebijakan 

PROM mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset Toksikologi,


Keamanan Pangan dan Produk Terapetik. Dalam melaksanakan tugasnya PROM
menyelenggarakan fungsi Penyusunan Rencana dan Program Riset Obat dan
Makanan, Pelaksanaan Riset Obat dan Makanan, Evaluasi dan Penyusunan
Laporan Pelaksanaan Riset Obat dan Makanan.Risetyang dihasilkan oleh PROM
dimanfaatkan untuk Pengawasan Obat dan Makananmelalui Kedeputian I, II dan
III serta Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN).
 Dengan pertimbangan bahwa pengawasan Obat dan Makanan berfungsi
strategis nasional dalam upaya perlindungan dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat Indonesia dan untuk mendukung daya saing nasional,
dan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan
Makanan, pemerintah memandang perlu didukung penguatan kelembagaan
di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Atas dasar tersebut  BPOM
mengalami perubahan struktur organisasi sesuai dengan Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor: 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) yang ditindak lanjuti dengan Peraturan BPOM
Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM, PROM
mengalami perubahan nama menjadi  Pusat Riset dan Kajian Obat dan
Makanan (PRKOM). PRKOM berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala BPOM melalui Sekretaris Utama. Pusat Riset dan Kajian
Obat dan Makanan dipimpin oleh seorang Kepala Pusat. Pusat Riset dan
Kajian Obat dan Makanan terdiri atas :

a. Kepala Bidang Riset dan Kajian Obat, Narkotika, Psikotropika,


Prekursor, dan Zat Adiktif;

b.  Kepala  Bidang Riset dan Kajian Obat Tradisional, Suplemen


Kesehatan, dan Kosmetik;

c.  Kepala Bidang Riset dan Kajian Pangan Olahan;

d.   Subbagian Tata Usaha; dan

e.   Kelompok Jabatan Fungsional.

Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang riset dan kajian Obat dan Makanan.Dalam melaksanakan tugasnya Pusat
Riset dan Kajian Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:

a.  penyusunan kebijakan teknis di bidang riset dan kajian obat, narkotika,


psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan pangan olahan;
b.  pelaksanaan di bidang riset dan kajian obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan
pangan olahan;

c.  pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang riset dan kajian obat,


narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan

d.  pelaksanaan administrasi Pusat.

Untuk melaksanakan kebijakan penyederhanaan birokrasi dalam rangka


mewujudkan organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan yang
proporsional, efektif, dan efisien guna meningkatkan kinerja pelaksanaan
tugas Badan Pengawas Obat dan Makanan, melakukan penataan organisasi
dan tata kerja. Sesuai Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 21 tahun 2020 Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan
merupakan unsur pendukung yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan melalui Sekretaris Utama.Pusat Riset dan Kajian
Obat dan Makanan dipimpin oleh Kepala Pusat.

Susunan organisasi Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan terdiri atas:

a.  Subbagian Tata Usaha; dan

b.   Kelompok Jabatan Fungsional

Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan
riset dan kajian Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Riset
dan Kajian Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:

a.   Penyusunan kebijakan teknis di bidang riset dan kajian Obat dan
Makanan;

b.   Pelaksanaan riset dan kajian kebijakan di bidang Obat dan Makanan;

c.   Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang riset dan kajian Obat dan
Makanan;

d.   Pelaksanaan administrasi pusat; dan

e.   Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan.

Anda mungkin juga menyukai