Anda di halaman 1dari 11

BAB II

OBJEK KUNJUNGAN

1. UMM MALANG
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964, atas prakarsa tokoh-
tokoh dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Malang. Pada awal berdirinya UMM merupakan
cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi
Muhammadiyah Jakarta dengan Akte Notaris R. Sihojo Wongsowidjojo di Jakarta No. 71
tanggal 19 Juni 1963. Pada waktu itu, UMM mempunyai tiga fakultas, yaitu (1) Fakultas
Ekonomi, (2) Fakultas Hukum, dan (3) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan
Pendidikan Agama. Ketiga fakultas ini mendapat status Terdaftar dari Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 1966 dengan Surat
Keputusan Nomor 68/B-Swt/p/1966 tertanggal 30 Desember 1966.
Pada tanggal 1 Juli 1968 UMM resmi menjadi universitas yang berdiri sendiri (terpisah
dari Universitas Muhammadiyah Jakarta), yang penyelenggaraannya berada di tangan Yayasan
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Malang, dengan Akte Notaris R. Sudiono, No. 2 tertanggal 1
Juli 1968. Pada perkembangan berikutnya akte ini kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris
G. Kamarudzaman No. 7 Tanggal 6 Juni 1975, dan diperbaharui lagi dengan Akte Notaris
Kumalasari, S.H. No. 026 tanggal 24 November 1988 dan didaftar pada Pengadilan Malang
Negeri No. 88/PP/YYS/ XI/ 1988 tanggal 28 November 1988. Pada tahun 1968, UMM
menambah fakultas baru, yaitu Fakultas Kesejahteraan Sosial yang merupakan fi‘lial dari
Fakultas Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan demikian, UMM
telah memiliki empat fakultas. Selain itu, FKIP Jurusan Pendidikan Agama mendaftarkan diri
sebagai Fakultas Agama yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan nama Fakultas
Tarbiyah.
Pada tahun 1970 Fakultas Tarbiyah ini mendapatkan status yang sama dengan Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN), dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 50 Tahun
1970. Pada tahun ini pula Fakultas Kesejahteraan Sosial mengubah namanya menjadi Fakultas
Ilmu Sosial dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial. Kemudian pada tahun 1975 Fakultas ini resmi
berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta) dengan Surat Keputusan
Terdaftar Nomor 022 A/1/1975 tanggal 16 April 1975. Fakultas yang kemudian ditambahkan
adalah Fakultas Teknik, yaitu pada tahun 1977. Pada tahun 1980 dibuka pula Fakultas Pertanian,
kemudian menyusul Fakultas Peternakan. Antara tahun 1983 sampai dengan 1993, ditambahkan
jurusan-jurusan baru dan ditingkatkan status jurusan-jurusan yang suudah ada. Yang terakhir,
pada tahun 1993 UMM membuka Program Pascasarjana Program Studi Magister
Manajemen dan Magister Sosiologi Pedesaan. Sampai tahun akademik 1994/1995 ini,
UMMtelah memiliki 9 fakultas dan 25 jurusan/program studi tingkat strata (S1), dua program
studi strata (S2), dan satu akademi /strata-D3 Keperawatan.
Pada rentang tiga puluh tahun perjalanan UMM ini (1964- 1994), perkembangan yang
paling berarti dimulai pada tahun 1983-an. Sejak saat itu dan seterusnya UMM mencatat
perkembangan yang sangat mengesankan, baik dalam bidang peningkatan status Jurusan, dalam
pembenahan administrasi, penambahan sarana dan fasilitas kampus, maupun penambahan dan
peningkatan kualitas tenaga pengelolanya (administrasi dan akademik). Tahun 2009, UMM
menggabungkan Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan-Perikanan menjadi Fakultas
Pertanian dan Peternakan agar sesuai dengan konsorsium Ilmu-ilmu Pertanian. Dalam bidang
sarana fisik dan fasilitas akademik, kini telah tersedia tiga buah kampus: Kampus I di Jalan
Bandung No. 1, Kampus II di Jalan Bendungan Sutami No. 188a, dan Kampus III (Kampus
Terpadu) di Jalan Raya Tlogo Mas. Di tahun 2013, ketika pemerintah lewat Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) menilai berbagai kampus di seluruh Indonesia, UMM
menjadi salah satu dari 8 perguruan tinggi yang paling awal meraih akreditasi A. Sejak 2008
hingga 2018, UMM menjadi kampus swasta terbaik di Jawa Timur, sehingga berhak atas
penghargaan Anugerah Kampus Unggul (AKU) sebanyak 10 kali dan Penghargaan AKU Kartika
sebanyak empat kali dari Kopertis VII. Sementara pada level global, UMM pada pertengahan
2016 baru saja menjadi Associate Member of ASEAN University Network-Quality
Assurance (AUN-QA). Sebelumnya pada 2012 UMM juga sempat meraih bintang 2 dari
lembaga pemeringkat kampus-kampus ternama dunia QS Stars University Ranking,
bahkan secara khusus UMM meraih bintang 4 di bidang infrastruktur.

UMM memiliki fasilitas akademik yang lengkap dan memadai. Saat ini saja UMM
memiliki 42 laboratorium yang terdiri dari 25 laboratorium eksakta dan 17 laboratorium
sosial. UMM bahkan telah memiliki laboratorium sentral sehingga berkualifikasi
melakukan uji laboratorium terhadap pihak eksternal, baik perusahaan maupun perguruan
tinggi lain. Sementara dari sisi produktivitas penelitian, UMM berada pada level
tertinggi, yaitu cluster mandiri. Jumlah prodi UMM juga meningkat dari tahun ke tahun,
hingga kini UMM telah memiliki 56 prodi, mulai dari program ahli madya, sarjana,
magister, hingga doktor. Terletak di antara Kota dan Kabupaten Malang serta Kota Batu,
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyajikan suasana belajar yang nyaman di
kota berhawa sejuk. Menjadi Kota Pendidikan yang memiliki sekitar 80 kampus, Malang
kental dengan suasana akademis. Di setiap sudut kota, dengan mudah dapat ditemukan
area mahasiswa melakukan berbagai aktivitas. Mulai dari diskusi, olah raga, hingga
kuliner. Selain diminati mahasiswa lokal, Malang juga menjadi destinasi menarik bagi
mahasiswa internasional. Topografi alam, keramahan peduduk, hingga akultrasi budaya
yang hanyut dalam harmoni menjadi daya tarik tersendiri. Berdiri sejak tahun 1964 di
Malang, UMM berkomitmen untuk mengantarkan para generasi penerus bangsa untuk
tumbuh dan berkembang menjadi insan profesional. Dalam balutan keselarasan berbagai
latar belakang civitas akademika, kampus putih menjadi tempat yang juga kaya budaya.
Mengutamakan prestasi, UMM siap mencetak pemimpin masa depan untuk berkontribusi

4
di berbagai sektor. Mulai dari pemerintahan, dunia industri, akademik hingga
entrepreunership.

2. UNIVERSITAS NEGERI MALANG


UM merupakan perguruan tinggi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang berkedudukan
di Kota Malang dan Kota Blitar Provinsi Jawa Timur.
UM berasal dari:

1. Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Malang yang didirikan pada tanggal 1
September 1954 dengan Surat Putusan Menteri Pendidikan Pengadjaran dan Kebudajaan
Republik Indonesia Nomor 33756/Kb tanggal 4 Agustus 1954 yang dibuka dan diresmikan
pada tanggal 18 Oktober 1954;

2. Terhitung mulai tanggal 20 November 1957 menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Malang pada Universitas Airlangga Surabaja dengan Surat Putusan
Menteri Pendidikan Pengadjaran dan Kebudajaan Republik Indonesia Nomor 119533/S
tanggal 20 November 1957;

3. Terhitung mulai tanggal 1 Mei 1963 menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Malang dengan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 55
Tahun 1963 tanggal 22 Mei 1963; dan

4. Terhitung mulai tanggal 4 Agustus 1999 menjadi Universitas Negeri Malang dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 1999 tanggal 4 Agustus 1999.

Tonggak Penting
 1967: Program Studi Bahasa Inggris dinilai terbaik se-Asia Tenggara (oleh The Ford
Foundation)

 1967: Dinyatakan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Tinggi Pembina di Indonesia

 1998–2010: Pemenang program JICA DUE-Like TPSDP Semi-QUE I-MHERE


INHERENT SP4 PHK A1 & A2 Hibah Kemitraan Hibah Peralatan PGSD-A PHK-I dan
PHK-TIK PHK DIA Bermutu

 2008: Membuka Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)

 2008: UM ditetapan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan


Badan Layanan Umum (BLU)

 2009: Membuka Fakultas Ilmu Sosial (FIS)

 2012: Membuka Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi)

5
 2021: Perubahan status perguruan tinggi UM sebagai PTN-BLU menjadi PTN-BH,
Perubahan Fakultas Ekonomi (FE) menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Perubahan
Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) menjadi Fakultas Psikologi (FPsi)

 2023: Membuka Fakultas Vokasi (FV)

 2023: Membuka Fakultas Kedokteran (FK)

Universitas Negeri Malang, disingkat UM, merupakan perguruan tinggi negeri yang
terletak di Malang dan Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Universitas yang didirikan pada tanggal 18
Oktober 1954 ini sebelumnya bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Malang, lalu IKIP
Malang (1964–1999) yang membuatnya menjadi salah satu IKIP tertua di Indonesia. Cikal bakal
Universitas Negeri Malang adalah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Malang yang
diresmikan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Mr.
Mohammad Yamin, pada tanggal 18 Oktober 1954 berdasarkan SK Nomor 38742/Kab tanggal 1
September 1954. Bersamaan dengan itu pula, Prof. Sutan Adam Bachtiar ditugaskan sebagai
Rektor PTPG Malang.

Pada awal pendiriannya, PTPG Malang mempunyai lima jurusan perintis, yaitu Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Sejarah dan Budaya, Ilmu Ekonomi,
serta Ilmu Pasti Alam. Adapun, perkuliahan diselenggarakan di gedung SMA Tugu
(sekarang SMA Negeri 1, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 4 Malang). Setahun kemudian,
tepatnya sejak tanggal 20 Juni 1955, PTPG memiliki gedung sendiri di bekas Hotel Splendid
yang terletak di Jalan Tumapel 1, Malang. Pada tanggal 10 November 1954, didirikan suatu
universitas baru di Jawa Timur, yaitu Universitas Airlangga (Unair) yang terletak di Surabaya.
Sebagai konsekuensinya, berdasarkan PP Nomor 71/1958, PTPG secara formal berubah status
menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unair. Pada tahun 1958, atas jasa Wali
Kota Malang saat itu, Sarjono, lembaga ini mendapatkan sebidang tanah untuk membangun
kompleks kampus yang terletak di Jalan Semarang 5, Malang. Awalnya, lembaga ini
memerlukan bantuan dari luar negeri untuk melengkapi sarana dan prasarana pendidikan.
Bantuan tersebut antara lain datang dari Ford Foundation yang memberikan sumbangan berupa
beasiswa pengiriman dosen ke luar negeri, fasilitas laboratorium, dan buku untuk perpustakaan.
Selain itu, pemerintah Jepang juga ikut menyumbang melalui Colombo Plan. Sie Twam Tjing
(Samsi), pemilik pabrik rokok Bentoel, juga memberikan bantuan berupa kafetaria modern pada
waktu itu.

Pada tanggal 3 Januari 1963, terbit Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan Nomor 35/1964 yang menetapkan bahwa IKIP Malang memiliki cabang di:

 Surabaya, berasal dari cabang FKIP Universitas Airlangga;


 Madiun, berasal dari Cabang FKIP Universitas Airlangga;
 Singaraja, berasal dari FKIP Universitas Udayana;
6
 Kupang dan Ende, berasal dari FKIP Universitas Nusa Cendana.

Pada tanggal 20 Mei 1964, bertempat di Gedung SKMAN Malang, dilangsungkan upacara
peresmian IKIP Malang yang menandai berpisahnya lembaga tersebut dari Universitas
Airlangga. Dari hasil reorganisasi, IKIP Malang memiliki empat fakultas, yaitu:

 Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP),


 Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS),
 Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS), dan
 Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE).

Adapun, Fakultas Keguruan Teknik (FKT) lahir setelah satu tahun reorganisasi.
Selanjutnya, nama dan istilah fakultas yang ada disesuaikan secara nasional pada tahun 1982.
FIP tidak mengalami perubahan, sedangkan FKSS menjadi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
(FPBS), FKIS menjadi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), FKIE menjadi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), serta FKT menjadi
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK). Pada tanggal 23 Maret 1968, beberapa
fakultas cabang IKIP Malang diserahterimakan kepada induknya yang baru. IKIP Malang
Cabang Jember diserahkan kepada Universitas Jember, cabang Singaraja kepada Universitas
Udayana, serta cabang Kupang dan Ende kepada Universitas Nusa Cendana. Adapun, IKIP
Malang Cabang Surabaya berdiri sendiri menjadi IKIP Surabaya.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 93 Tahun 1999, IKIP Malang diubah menjadi
Universitas Negeri Malang (UM). Adapun berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Nomor 143/DIKTI/Kep/2000 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Negeri
Malang, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Sastra (FS), Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Teknik (FT),
Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), dan Fakultas Pendidikan
Psikologi (FPPsi), serta 1 program pascasarjana. Pada 28 Februari 2023 dilakukan
pengintegrasian seluruh program studi Diploma IV menjadi satu Fakultas Vokasi Universitas
Negeri Malang. Hal ini tertuang pada SK Rektor Universitas Negeri Malang No.
28.2.166/UN32/KL/2023 tentang pendirian Fakultas Vokasi Universitas Negeri Malang. Dimana
sebelumnya seluruh Program Studi Diploma IV tersebar di beberapa fakultas, yakni Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Sastra, dan Fakultas Teknik. Pendirian Fakultas Vokasi
dimaksudkan untuk mewadahi program-progam studi vokasi yang tersebar pada tiga fakultas.
Pendirian ini bertujuan untuk memaksimalkan pengembangan dan layanan pembelajaran vokasi
yang menghasilkan sarjana-sarjana terapan.

Meskipun baru didirikan, namun FV memiliki prodi-prodi yang telah berdiri sejak tahun
1997 sehingga telah menghasilkan lulusan yang bekerja di berbagai perusahaan nasional dan
internasional. Lulusan FV dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan etika kerja sesuai
7
kompetensi industri. Kesempatan belajar yang disediakan FV bertujuan untuk mencetak sarjana
terapan siap kerja yang berdaya saing tinggi dalam memperoleh lapangan kerja. Kemudian
terbitlah Surat Rekomendasi Pemenuhan Persyaratan Akreditasi Minimum Program Studi S1
Kedokteran yang diterbitkan oleh Perkumpulan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi
Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) No. 0031/LAM-PTKes/Akr PSB.PTN-BH/Sar/VIII/2023
yang menandakan resmi terbentuknya Prodi S1 Kedokteran yang menandai sekaligus berdirinya
Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Malang. Dengan begitu, Universitas Negeri Malang saat
ini resmi memiliki 10 fakultas dan 1 Program Pascasarjana.

3. BNS (Batu Night Spectacular)


Batu Night Spectacular (BNS) adalah sebuah lokawisata yang berada di Kota Batu, Jawa
Timur. BNS hanya beroperasi pada malam hari. BNS menggabungkan konsep pusat
perbelanjaan, permainan, olahraga, dan hiburan di dalamnya. BNS berada dalam grup Jawa
Timur Park Group. BNS memiliki sebuah arena penampilan multimedia dengan panjang layar 50
meter yang diklaim sebagai yang terpanjang di Indonesia.
Beberapa wahana yang tersedia di BNS antara lain:
 Night Market
 Food Court
 Spectacular Show (Laser Show, Air Mancur Menari, Multimedia Show dengan panjang layar
50 meter)
 Panggung Hiburan dengan sajian live music kesenian nusantara setiap harinya
 Lampion Garden
 Bioskop 4 Dimensi
 Rumah Hantu
 Berburu Hantu
 Rumah Kaca
 Karaoke Keluarga
 Game Room
 Go Kart
 Battle Area
 Sirkuit Drag Race, Road Race dan Slalom yang dilengkapi dengan Tribun penonton
 Monopoli
 Dim Sum Malang

BNS juga memiliki berbagai permainan karnaval, antara lain:


 Sepeda Udara
 Disco Bumper Car
 Kursi Terbang
8
 Marry Go Round
 Ali Baba
 Mini Boom-Boom Car
 Mini Train
 Rumah Kaca
 Rodeo
 Sepeda Gila
 Trampoline
 Playground
 Fun House
 Gravitron
 Laser Mission
 Trick Art Gallery
 Joy Land
 Jump Around
 Monkey Jump
 Baby Wheel
 Rockin’ Tug
 Mega Mix
 Magic Bounce

4. UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berdiri pada tahun 1981 memiliki slogan
Unggul dan Islami serta tagline Muda Mendunia, telah tiga kali terakreditasi oleh BAN-PT di
tahun 2013, 2018 dan 2021. Pada tahun 2013 dan 2018 UMY terakreditasi A dan tahun 2021
UMY terakreditasi Unggul. Berdasarkan pemeringkatan internasional dari QS Stars Rating
System, UMY memperoleh bintang 5 pada 5 bidang yaitu teaching, facilities, inclusiveness,
social responsibility dan employability. Berdasarkan pemeringkatan QS Stars tersebut, UMY
masuk dalam TOP 500 Perguruan Tinggi Asia, TOP 75 Perguruan Tinggi Asia Tenggara,
Peringkat 15 Perguruan Tinggi Nasional, Peringkat 3 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Nasional,
Peringkat 1 PTS di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Peringkat 1 Perguruan Tinggi
Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) di Indonesia. Dengan kampus terpadu seluas 32 hektar,
fasilitas yang mendukung kegiatan akademik, jalinan kerjasama dengan 241 Lembaga dan
Perguruan Tinggi asing, saat ini UMY memiliki 24.614 mahasiswa dari 34 Propinsi di Indonesia
dan mahasiswa asing dari 30 negara. UMY memiliki 10 Fakultas dan 41 Program Studi, yaitu
program Vokasi, Sarjana (S1), Program Magister (S2), Program Doktor (S3), Program Profesi
dan Program Internasional. Program Studi terakreditasi Unggul dan A sebanyak 70,7%. Para

9
alumni UMY juga telah berkontribusi dalam pembangunan nasional dan turut menjadi wakil
Indonesia di kancah internasional.

5. MALIOBORO
Jalan Malioboro adalah salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang
membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke persimpangan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Secara keseluruhan, kawasan Malioboro terdiri atas Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan
Jalan Margo Mulyo. Jalan ini menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga menjelang
kompleks Keraton Yogyakarta. Di sisi utara adalah Jalan Margo Utomo, yang terbentang dari
selatan kawasan Tugu hingga sisi timur Stasiun Yogyakarta. Antara Jalan Margo Utomo dan
Jalan Malioboro dipisahkan dengan perlintasan kereta api yang cukup unik, di mana perlintasan
ini menggunakan palang pintu berjenis geser.

Pada masa lalu, perlintasan ini dapat dilintasi oleh kendaraan umum sebagai penghubung
Jalan Margo Utomo menuju Malioboro. Namun karena meningkatnya volume kendaraan yang
melintas, membuat perlintasan ini hanya boleh dilintasi oleh kendaraan-kendaraan kecil seperti
becak atau sepeda, sedangkan kendaraan lain harus memutar terlebih dahulu ke arah timur
melewati Jembatan Kewek, kemudian berbelok ke arah barat melalui Jalan Abu Bakar Ali,
barulah sampai di Jalan Malioboro. Jalan Malioboro sebenarnya hanya terbentang dari sisi
selatan rel kereta api, di depan Hotel Grand Inna hingga berakhir di Pasar Beringharjo sisi timur.
Dari titik ini, nama jalan berubah menjadi Jalan Margo Mulyo hingga Titik Nol Kilometer
Yogyakarta. Jalan Malioboro menjadi batas antara Kemantren Gedongtengen dan Kemantren
Danurejan, di mana sisi barat Malioboro adalah wilayah dari kemantren Gedongtengen, dan sisi
timur Malioboro adalah wilayah dari kemantren Danurejan. Sedangkan seluruh sisi jalan Margo
Utomo adalah wilayah dari Kemantren Jetis, dan sisi jalan Margo Mulyo adalah wilayah
dari Kemantren Gondomanan. Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan ini, antara
lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Yogyakarta, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Kantor DPRD
DIY, Benteng Vredeburg, Hotel Grand Inna, Komplek Kantor Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta, dan Monumen Serangan Umum 1 Maret. Jalan Malioboro terkenal dengan
para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di
malam hari yang menjual kuliner Jogja seperti gudeg. Jalan ini juga terkenal sebagai tempat
berkumpulnya para seniman yang sering mengekspresikan kemampuan mereka seperti
bermain musik, melukis, happening art, pantomim, dan lain-lain.

Setidaknya ada empat teori terkait asal usul nama Jalan Malioboro:
1. Teori pertama berpendapat bahwa nama Malioboro diambil dari gelar John
Churchill sebagai Adipati Marlborough Pertama (1650-1722), jenderal dari Inggris yang
paling terkenal pada masanya. Nama ini digunakan untuk benteng pertahanan inggris di
Bengkulu yang dinamakan Benteng Marlborough. Namun, teori ini dibantah oleh

10
sejarawan Peter Carey yang mengemukakan bahwa tidak mungkin jalan yang digunakan
sebagai jalan utama bagi Kesultanan Yogyakarta berasal dari nama Inggris.
2. Teori kedua dikemukakan tokoh asal Jogja yang berpendapat nama Malioboro mungkin
berasal dari nama penginapan (pesanggrahan) yang digunakan Jayengrana (Amir Hamzah)
tokoh utama Cerita Menak yang mengadopsi Hikayat Amir Hamzah.
3. Teori ketiga berasal dari Peter Carey yang berpendapat nama Malioboro berasal dari bahasa
Jawa "maliabara" yang diadopsi dari bahasa Sanskerta "malyabhara" yang berarti "dihiasi
karangan bunga".[2] Hal ini berdasarkan teori nama "Ngayogyakarta" berasal dari bahasa
Sanskerta "Ayodhya" (bahasa Jawa: Ngayodya), ibu kota kerajaan Rama di
epos Ramayana sehingga wajar bila kesultanan menggunakan atau mengadopsi bahasa
Sanskerta untuk nama jalan atau nama tempat-tempat lainnya. Secara etimologi, hubungan
antara nama jalan "Maliabara" dengan kata dalam bahasa Sanskerta "malyabhara" juga
pernah disinggung oleh Profesor C.C. Berg pada kuliah di Universitas Leiden pada 1950–
1960-an dan Dr. O.W. Tichelaar dalam sebuah karya ilmiah pada Kongres Orientalis
Internasional ke-28 di Canberra, Australia. Maka dari itu, penggunaan nama "Maliabara"
yang berasal dari bahasa Sanskerta untuk menamai jalan yang dibangun Hamengkubuwana
I, sultan pertama Kesultananan Yogyakarta, setidaknya sejak tahun 1755 cukup masuk akal.
4. Teori keempat berpendapat bahwa penamaan Malioboro berhubungan dengan
keberadaan Sumbu Filosofi Yogyakarta ruas Tugu Yogyakarta hingga Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat, yang melambangkan tentang alur hidup manusia menuju Sang
Pencipta (Paraning Dumadi). nama Malioboro berasal dari gabungan kata malio yang
berarti "jadilah wali" dan kata boro yang berarti "mengembara". Etimologi tersebut
berkesinambungan dengan kedua ruas jalan lainnya, yakni jalan Marga Utama yang berarti
"jalan keutamaan" dan jalan Marga Mulya yang berarti "jalan menuju kemuliaan". Setelah
manusia mencapai hubungan tertinggi dengan Tuhannya (Manunggaling Kawula lan Gusti,
dilambangkan dengan Tugu Yogyakarta), manusia akan meraih keutamaan (Marga Utama).
Untuk mencapai keutamaan, manusia harus mengikuti ajaran para wali (Malio) dan
mengembara (Boro) dengan berpedoman kepada ajaran tersebut dalam pelaksanaanya.
Dengan mengikuti ajaran para wali, niscaya manusia akan memperoleh kemuliaan (Marga
Mulya), disamping keutamaan.

Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, jalan ini sempat berubah nama menjadi
"Margaraja", yang berarti jalan bagi tamu-tamu kerajaan menuju kediaman raja (keraton). Nama
tersebut diberikan sesuai fungsi awal dari Malioboro yang menjadi jalan utama Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Jalan Malioboro punya arti penting sebagai salah satu pusat
perekonomian, hiburan, wisata, dan kuliner kota Yogyakarta. Penggunaan jalan ini pada
umumnya dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima (PKL), pertokoan, penduduk lokal, dan
wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Pada tanggal 20 Desember 2013 oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono X nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya,

11
Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad
Yani menjadi jalan Margo Mulyo.

Pada 2019, pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membuat grand


design untuk melakukan penataan Jalan Malioboro sebagai kawasan semi pedestrian. Pada 2021
pemerintah provinsi DIY telah membangun 37 sarana prasarana dengan total biaya Rp 78 miliar
untuk penataan kawasan agar meningkatkan minat wisatawan. Selain itu, pemerintah juga
merelokasi PKL di Jalan Malioboro ke Pusat UMKM di depan Pasar Beringhargo dan bekas
gedung Dinas Pariwisata DIY yang ditargetkan dimulai Januari 2022. Pada tanggal 18
September 2023, kawasan Malioboro bersama dengan Tugu Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dan Panggung Krapyak ditetapkan menjadi situs warisan dunia oleh Organisasi
Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Sidang Luar Biasa
ke-45 Komite Warisan Dunia di Riyadh, Arab Saudi, pada 10 hingga 25 September 2023.

6. LAVA TOUR
Lava Tour Merapi merupakan salah satu jasa penyewaan mobil jeep di sektor wisata
gunung merapi. Karena medan sekitar objek wisata merapi mempunyai jalur yang ekstrem,
berliku dan naik turun maka kami menyediakan paket wisata merapi bagi Anda yang ingin
menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang ada di lereng Merapi. Bagi Anda yang menyukai
wisata adrenalin dan tantangan, lava tour merapi sangat cocok untuk Anda coba. Banyak objek
wisata di sekitar merapi seperti wisata alam dan wisata bersejarah yang bisa Anda kunjungi
menggunakan jeep dari lava tour merapi. Desa Kinahrejo merupakan salah satu desa wisata yang
terdapat di Lereng Gunung Merapi. Lava tour merupakan wisata yang muncul akibat letusan
gunung merapi tahun 2010, yang mengeluarkan debu awan panas dan lahar dingin. Dengan
didukung adanya budaya dan tradisi yang kental dan potensi alam yang menarik, masyarakat
mulai mengelola lebih serius sebagai desa wisata Atraksi.
.
7. GAMPLONG
Studio Alam Gamplong berlokasi di Dusun Gamplong, Desa Sumberrahayu, Moyudan,
Sleman. Tempat wisata baru tersebut sangat cocok untuk dijadikan spot berfoto. Di sana, kamu
bisa berpura-pura menjadi seorang pemain film ternama yang sedang melakukan pengambilan
gambar untuk film. Sebab, sebelum dijadikan tempat wisata, Studio Alam Gamplong merupakan
tempat pengambilan gambar untuk film milik sutradara Hanung Bramantyo berjudul Sultan
Agung: The Untold Love Story di tahun 2017. Tidak hanya itu, film Bumi Manusia juga ternyata
melakukan pengambilan gambar di sana. Seusai pengambilan film selesai, set yang telah
didirikan tidak dirobohkan namun diberikan kepada Bupati Sleman saat itu Sri Purnomo untuk
dijadikan sebagai tempat wisata baru dan telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 15
Juli 2018.
Di dalam tempat wisata tersebut terdapat beberapa zona yang bisa kamu kunjungi seperti
Zona Replika Kranggan Surabaya, Pecinan, Benteng VOC, dan rumah tingkat yang terbuat dari
12
kayu. Menurut seorang pemandu Studio Alam Gamplong Hafis Kurniawan, seperti yang dikutip
dari TribunJogja, rumah tingkat tersebut dijadikan sebagai pusat kuliner tradisional.

8. PANTAI PETANAHAN
Pantai Petanahan terletak di Desa Karanggadung Kecamatan Petanahan. Jarak tempuh
sekitar 17 km dari Kebumen ke arah barat. Untuk menuju tempat wisata ini, wisatawan juga bisa
menggunakan transportasi umum dengan mudah ke lokasi. Pantai berpagar pohon cemara sambil
menikmati indahnya panaroma pantai dengan beberapa kapal yang sedang berlayar. Hamparan
pasir berwarna kelabu sepanjang lebih dari 500 m ini mempunyai lebar antara 50-100 m. Sejauh
mata memandang, yang tampak adalah dataran pasir dan gulungan ombak putih yang
mempesona. Di antara bentangan pasir yang luas terdapat deretan gumuk, yang berbangun
memanjang sejajar dengan garis pantai. Tinggi gumuk pasir tersebut sangat beragam, maksimum
3 m; sementara panjangnya berkisar antara 10-25 m. Tergantung dari kuatnya tiupan angin,
gumuk-gumuk tersebut senantiasa berpindah-pindah tempat. Pembentukannya diawali dengan
sekumpulan butiran pasir yang dibawa oleh angin yang tertahan pada semak belukar atau akar
pepohonan kecil yang tumbuh di sekitar pantai. Makin lama tumpukan pasir semakin banyak dan
tinggi. Arah angin yang relatif tegak lurus pantai akan menciptakan bentukan memanjang yang
sejajar dengan garis pantai. Bagian yang terlindung dari angin akan membentuk lereng yang
Iebih curam dibanding sisi lainnya. Pantai Petanahan dilengkapi dengan sarana wisata yang
memadai seperti taman parkir, taman bermain, MCK, Pendopo, mushola, dan warung makan. Di
sini wisatawan dapat menikmati keindahan panorama lepas pantai dan pebukitan di sekitarnya
yang mempesona.

13

Anda mungkin juga menyukai