Anda di halaman 1dari 10

PENDALAMAN MATERI PERTEMUAN 3

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Undang Rosidin M.Pd.
Dr. Viyanti, M.Pd.

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
1. Evaluasi dan asesmen sering digunakan sebelum, saat, maupun setelah
pembelajaran, di mana evaluasi yang didasarkan pada materi yang telah
diberikan, sedangkan asesmen didasarkan pada masalah dan kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik. tuliskan tanggapan Anda terhadap
pernyataan ini

Tanggapan:
Calongesi (1995) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan suatu
keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Secara garis besar
dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas
sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif- alternatif keputusan. Dengan demikian,
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan terkait pencapaian siswa terhadap tujuan-tujuan
pengajaran (Purwanto, 2002). Evaluasi: Prosedur yang digunakan untuk
menentukan apakah subjek (yaitu siswa) memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan, seperti kualifikasi tertentu. Ini menggunakan asesmen (ingat
bahwa asesmen dapat berupa tes) untuk menentukan kualifikasi sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan (Kizlik, 2012).

Asesmen merupakan proses mengumpulkan informasi untuk memantau


kemajuan dan membuat keputusan pendidikan jika perlu. Asesmen dapat
mencakup tes, tetapi juga mencakup metode seperti observasi, wawancara,
pemantauan perilaku, dll (Kizlik, 2012). Penilaian paling baik dipahami
sebagai bentuk komunikasi dua arah di mana umpan balik pada proses atau
produk pendidikan diberikan kepada pemangku kepentingan utamanya
(McAlpine, 2002). Secara khusus, penilaian peserta didik melibatkan
komunikasi kepada guru (umpan balik tentang pengajaran); siswa (umpan
balik pembelajaran); perancang kurikulum (umpan balik tentang kurikulum)
dan administrator (umpan balik tentang penggunaan sumber daya).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut saya setuju dengan pernyataan
evaluasi didasarkan pada materi yang telah diberikan sedangkan asesmen
berdasarkan pada masalah dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Namun saya kurang sepakat mengenai pelaksanaan evaluasi dilaksanaan pada


sebelum, saat, maupun setelah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang
Rosidin (2017: 11-13) bahwa asesmen dilaksanakan sebelum, saat, dan akhir
pembelajaran sehingga terus bergulir tanpa henti (dynamic assesment) dan
didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang dimiliki siswa, sedangkan
evaluasi hanya dilaksanakan saat dan akhir pembelajaran dan didasarkan pada
materi yang telah diberikan. Pernyataan ini juga sejalan dengan Apple &
Krumsieg (1998), membandingkan dan membedakan penilaian dan evaluasi
pada beberapa dimensi penting.

Dimensi Asesmen Evaluasi

Waktu Formatif Sumatif

Fokus Pengukuran Berorientasi Berorientasi

Proses Produk

Hubungan antar administrator Reflektif Bersifat

dan penerima menentukan

Temuan dan penggunaan Diagnostik Menghakimi

Modifikasi kriteria Fleksibel Tetap

Standar Individu Kooperatif


Kooperatif
Hubungan antar objek Kooperatif
asesmen dan evaluasi

Rosidin (2017: 11-13) memaparkan kedudukan pengukuran, penilaian


(asesmen), dan evaluasi yang dapat diketahui dengan meninjau perbedaan
antara penilaian dan evaluasi.
Tabel 1. Perbedaan Penilaian dan Evaluasi
Komponen Penilaian Evaluasi
Pelaksanaan Sebelum, saat, dan akhir Saat dan akhir
pembelajaran sehingga terus pembelajaran
bergulir tanpa henti
(dynamic assesment)
Konten Didasarkan kepada masalah Didasarkan pada materi
(Instrumen) dan kemampuan yang dimiliki yang telah diberikan
siswa
Tujuan Untuk melihat kondisi siswa Untuk mengukur
saat ini, baik kemampuan, seberapa jauh materi yang
kesulitan, maupun kebutuhan telah diberikan dapat
belajarnya diserap/dikuasai siswa

2. Objek evaluasi tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan
pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Tuliskan
argumen Anda terkait pernyataan ini

Tanggapan:
Objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan
dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran (Rosidin,
2017: 41-45). Berdasarkan pernyataan ahli tersebut saya sepakat dengan
pernyataan poin 2 bahwa objek evaluasi tentang pembelajaran, maka semua
hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi
pembelajaran.

Objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang


berhubungan dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik
pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin
memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut.
Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan
pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis
pendidikan.
Menurut Asrul, Ananda, dan Rosnita (2015) objek Evaluasi Pendidikan terdiri
dari spek-aspek yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik
meliputi:
a. Aspek-aspek tentang berfikir, termasuk didalamnya; intelegensi,
ingatan, cara menginterupsi data, prinsif-prinsif pengerjaan pemikiran
logis.
b. Perasaan sosial; termasuk di dalamnya: cara bergaul, cara pemecahan
nilai-nilai sosial, cara menghadapi dan cara berpartisipasi dalam
kenyataan sosial.
c. Keyakinan sosial dan kewarganegaraan menyangkut pandangan
hidupnya terhadap masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.
d. Apresiasi seni dan budaya.
e. Minat, bakat dan hobby.
f. Perkembangan sosial dan personal.

Pendapat lain melihat ruang lingkup objek evaluasi itu dari segi lain, yaitu
dari segi pencapaian tujuan belajar murid dari berbagai mata pelajaran di
sekolah. Dari pandangan tersebut dirumuskan beberapa aspek kepribadian
yang perlu diperhatikan di dalam penilaian sebagai berikut

Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan juga diartikan sebagai segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses pendidikan, dijadikan titik pusat perhatian atau
pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi
tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk
mengetahui obyek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan
menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi input, transformasi, dan output.

Dilihat dari segi input ini, obyek dari evaluasi pendidikan meliputi;
a. Aspek kemampuan, untuk dapat diterima sebagai calon peserta didik
dalam rangka tiga aspek, yaitu: mengikuti program pendidikan
tertentu, maka para calon peserta didik harus memiliki kemampuan
yang sesuai atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses
pembelajaran pada
program pendidikan tertentu itu nantinya peserta didik tidak akan
mengalami banyak hambatan atau kesulitan. Sehubungan dengan itu,
maka bekal kemampuan yang dimiliki calon peserta didik perlu untuk
dievaluasi terlebih dahulu, guna mengetahui sampai sejauh mana
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik
dalam mengikuti program tertentu.
b. Aspek kepribadian, kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri
seseorang dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Sebelum
mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu
terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing. Evaluasi
yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkapkan kepribadian
seseorang adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian
(personality test).
c. Aspek sikap, sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari
tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang
memancar keluar. Karena sikap ini merupakan sesuatu yang sangat
dibutuhkan dalam pergaulan, maka memperoleh informasi mengenai
sikap seseorang adalah hal yang sangat penting. Oleh karena itu maka
aspek sikap perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi calon
peserta didik sebelum mengikuti program pendidikan tertentu.
d. Aspek inteligensi, mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes
inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal
ini, yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal
dengan tes Binet-Simon. Dari hasil tes akan diketahui IQ orang
tersebut. IQ bukanlah inteligensi, tetapi hanyalah angka yang
memberikan petunjuk tinggi rendahnya inteligensi seseorang

3. Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas dari jenis evaluasi apa yang
digunakan, maka pendidik harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu
tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Jika tidak, maka pendidik akan mengalami
kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Bagaimana argumen
Anda terkait pernyataan tersebut
Tanggapan:
Arifin (2013:5) mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai
dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
dalam rangka mengambil suatu keputusan. Dalam proses evaluasi harus ada
pemberian pertimbangan (judgement). Pemberian pertimbangan ini pada
dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui pertimbangan inilah
ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari sesuatu yang sedang
dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk
kategori kegiatan evaluasi. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti
haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan
nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat
diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator
dengan pertimbangan (a) hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah (b) evaluator lebih percaya diri (c) menghindari adanya unsur
subjektifitas (d) memungkinkan hasil evaluasi akan sama sekalipun dilakukan
pada waktu dan orang yang berbeda, dan (e) memberikan kemudahan bagi
evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi.

Berdasarkan pernyataan ahli tersebut saya sepakat dengan pernyataan pada


poin tiga yaitu Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas dari jenis
evaluasi apa yang digunakan, maka pendidik harus mengetahui dan
memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Jika tidak,
maka pendidik akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan
evaluasi. Hal ini juga sejalan dengan stufflebeam dan Shinkfield (1985)
menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses menggambarkan,
mencapai, dan memberikan informasi yang deskriptif dan penuh
pertimbangan tentang manfaat dan keuntungan dari tujuan-tujuan, desain,
implementasi, dan dampak dari objek- objek agar bisa memberikan panduan
bagi pembuatan keputusan, melayani kebutuhan akan akuntabilitas, dan
memberikan pemahaman terhadap fenomena yang terlibat di dalam objek
tersebut.
Dalam pandangan N.E. Gronlund (1968), evaluasi adalah sebuah proses yang
sistematis untuk menentukan sejauh mana tingkat pencapaian para siswa
dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Gronlund juga melengkapi pendefinisian terhadap evaluasi, dengan
menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi dalam
rangka menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan
pembelajaran.

Ada empat fungsi dalam evaluasi, yaitu: pertama, untuk mengetahui


kemajuan dan keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan
belajar selama jangka waktu tertentu. Kedua, untuk mengetahui tingkat
keberhasilan program pembelajaran. Ketiga, untuk keperluan bimbingan
dan konseling. Keempat, untuk keperluan pengembangan dan perbaikan
kurikulum sekolah yang bersangkutan (Purwanto, 2010).

Dalam pandangan Eko Putro Widoyoko (2014), fungsi atau kegunaan


evaluasi program pembelajaran ada empat. Pertama, mengomunikasikan
program kepada publik. Publik di sini adalah para orangtua dan masyarakat
yang berkepentingan dengan program pembelajaran yang dilakukan sekolah
mengomunikasikan efektivitas program pembelajarannya kepada orangtua
atau pun publik lainnya melalui hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksanakan,
sehingga publik bisa menilai efektivitas program pembelajaran yang sudah
dijalankan dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk hal tersebut.

Kedua, menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. Informasi yang


dihasilkan dari evaluasi program pembelajaran akan berguna bagi setiap
tahapan dari manajemen sekolah mulai sejak perencanaan, pelaksanaan,
maupun ketika akan mengulangi dan melanjutkan program pembelajaran.
Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar bagi pembuatan keputusan, sehingga
keputusan tersebut lebih valid dibandingkan keputusan yang hanya
berdasarkan pada intuisi.
Ketiga, penyempurnaan program yang sudah ada. Evaluasi program
pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu upaya-upaya
dalam rangka menyempurnakan jalannya program pembelajaran sehingga
lebih efektif. Dengan instrumen yang ada, hasil yang dicapai dapat diukur dan
didiagnosis. Berbagai kelemahan yang mungkin timbul dapat ditemukan dan
dikenali, kemudian dianalisis serta ditentukan alternatif pemecahannya yang
paling tepat. Berbagai komponen pembelajaran yang memiliki kekurangan
dan kelemahan dapat dipelajari dan dicarikan solusinya.

Keempat, meningkatkan partisipasi. Dengan adanya evaluasi program


pembelajaran, orangtua atau masyarakat akan terpanggil untuk berpartisipasi
dan ikut mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil
evaluasi program pembelajaran yang dimasyarakatkan akan menggugah
kepedulian masyarakat terhadap program pembelajaran, menarik
perhatiannya, dan akhirnya akan menumbuhkan rasa ikut memiliki (sense of
belonging). Apabila hal ini terbina dengan baik, akan tercipta kontrol yang
ikut memacu dan mengawasi kualitas program pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Apple, D.K, & Krumsieg. K. 1998. Process education teaching institute


handbook. Corvalis OR: Pacific Crest Software
Asrul, Ananda, dan Rosnita. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
Citapustaka Media
Bob Kizlik. 2012. Measurement, Assessment, and Evaluation in Education.
OR: Pacific Crest Software. Compiled by Dr JJ, FSG, UiTM, Shah
Alam
Cangelosi James S. 1995. Merancang Tes Untuk Menilai Prestasi Siswa.
Bandung: ITB.
DL. Stufflebeam dan AJ. Shinkfield. 1985. Systematic Evaluation. Boston:
Kluwer Nijhof Publishing.
Haryanto. 2015. Evaluasi Pembelajaran (Konsep dan Manajemen).
Yogyakarta: UNY Press
McAlpine, M. (2002). Principles of assessment. Glasgow: University of
Glasgow, Robert Clark Center for Technological Education. Available
at: http://www.caacentre.ac.uk/dldocs/Bluepaper1.pdf
M. Ngalim Purwanto. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
N.E. Grondlund. 1968. Measurement and Evaluation in Teaching. New
York: The MacMillan Company.
Rosidin, Undang. 2017. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran.
Bandarlampung: Media Akademi.
S. Eko Putro Widoyoko. 2014. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai