Anda di halaman 1dari 12

1

Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu


Pembekalan PKL Prodi PAK T.A. 2021/2022

Materi : Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran


Pemateri : Hendro H. Siburian, S.Th., M.Pd
Semester : 5 (Lima)
Waktu : 90 Menit

Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Dengan demikian, salah satu kompetensi yang harus dimiliki
seorang pendidik adalah kemampuan mengadakan evaluasi, baik dalam proses pembelajaran
maupun penilaian hasil belajar. Kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran
merupakan kemampuan dasar yang mesti dikuasai oleh seorang pendidik maupun calon
pendidik sebagai salah satu kompetensi professionalnya. Evaluasi pembelajaran merupakan
satu kompetensi professional seorang pendidik. Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen
penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi
pembelajaran.

Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi pembelajaran sering disama artikan dengan ujian. Meskipun saling
berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya. Ujian ulangan
harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat
menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan penerapan
kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada dasarnya bukan hanya menilai hasil
belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan
proses pembelajaran.
Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi sering disalah
artikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Secara konsepsional istilah-istilah tersebut
sebenarnya berbeda satu sama lain, meskipun mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
2

Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau
perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas
tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada
sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan
sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang
pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya
menggunakan tes sebagai alat ukur.
Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta
didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu (Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan tersebut dapat
menyangkut keputusan tentang peserta didik (seperti nilai yang akan diberikan), keputusan
tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan pendidikan.
Selanjutnya, istilah evaluasi telah diartikan para ahli dengan cara berbeda meskipun
maknanya relatif sama. Guba dan Lincoln (1985:35), misalnya, mengemukakan definisi evaluasi
sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and worth”. Sedangkan
Gilbert Sax (1980:18) berpendapat bahwa “evaluation is a process through which a value
judgement or decision is made from a variety of observations and from the background and
training of the evaluator”.
Dalam buku Measurement and Evaluation in Education and Psychology ditulis William A.
Mohrens (1984:10) istilah tes, measurement, evaluation dan assesment dijelaskan sebagai
berikut:
a. Tes, adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah lainnya, yaitu
membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Sebagai hasil
jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari seseorang.
b. Measurement, pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan menggunakan observasi
skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh informasi dalam bentuk
kuantitas. Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh.
c. Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk
menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan measurement dan bisa juga
berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang professional.
Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif.
3

d. Assesment, bisa digunakan untuk memberikan diagnosa terhadap problema seseorang.


Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang perlu ditekankan disini
bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter dari seseorang, termasuk
kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk mengejar dan sebagainya.
Kita juga sebenarnya hampir setiap hari melakukan pengukuran, yakni membandingkan
benda-benda yang ada dengan ukuran tertentu, setelah itu kita menilai, menentukan pilihan
mana benda yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil.
Dua langkah kegiatannya dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang
disebut mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan
penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Mengadakan evaluasi meliputi dua langkah
, Yakni mengukur dan menilai (Suharsimi:2002:2-3).
 Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif.
 Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap suatu dengan ukuran baik buruk.
Penilaian bersifat Kualitatif.
Sejalan dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di atas, Arifin (2013:5)
mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.
Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa hal tentang
evaluasi, bahwa:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada sesuatu, baik yang menyangkut
tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti
itu adalah evaluasi. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari
proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan, dan terus menerus.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement). Pemberian
pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui pertimbangan
inilah ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi.
4

Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan


evaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria
tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah
suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh
evaluator dengan pertimbangan (a) hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah (b) evaluator lebih percaya diri (c) menghindari adanya unsur subjektifitas (d)
memungkinkan hasil evaluasi akan sama sekalipun dilakukan pada waktu dan orang
yang berbeda, dan (e) memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran
hasil evaluasi.
Secara skematis hubungan tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan
evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: Hubungan Tes, Pengukuran, Penilaiandan dan Evaluasi

Proses Evaluasi Dalam Pendidikan

Input Transformasi Output

Umpan Balik

Gambar: Alur Transformasi


Keterangan:
 Input: adalah bahan mentah yang dimasukkan kedalam transformasi. Dalam dunia sekolah
maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon peserta didik yang baru akan
memasuki sekolah. Sebelum memasuki sesuatu tingkat sekolah (institusi) calon peserta
5

didik itu dinilai dahulu kemampuannya. Dengan penelitian itu diketahui apakah kelak akan
mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
 Ouput: Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam
pembicaraan ini adalah peserta didik lulusan sekolah yang bersangkutan untuk dapat
menentukan apakah peserta didik berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan
penilian.
 Transformasi: adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi.
Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi. Sekolah itu
sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai
tranformasi. Bahan jadi yang diharapkan dalam hal ini peserta didik lulusan sekolah
ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat pekerjaannya unsur-unsur yang ada.
Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain:
a) Guru dan personal lainya.
b) Metode mengajar dan sistem evaluasi.
c) Sarana penunjang.
d) Sistem administrasi.
 Umpan Balik (feed back): adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun
transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun
transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang tidak siap pakai yang belum
memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang
berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
a) Input yang kurang baik kualitasnya.
b) Guru dan personal yang kurang tepat (kualitas).
c) Materi yang tidak atau kurang cocok.
d) Metode mengajar dan system evaluasi yang kurang memadai standarnya.
e) Kurang sarana penunjang.
f) Sistem administrasi yang kurang tepat.

Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem pembelajaran secara luas. Sistem pembelajaran dimaksud meliputi: tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
6

Selain itu, evaluasi pembelajaran juga ditujukan untuk menilai efektifitas strategi
pembelajaran, menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum, menilai dan
meningkatkan efektifitas pembelajaran, membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta untuk menyediakan data yang membantu dalam
membuat keputusan. Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian
(assessment purpose) adalah untuk (1). keeping track, (2). checking- up, (3). finding-out, and
(4). summing-up.

Objek Evaluasi Pembelajaran


Aspek-aspek yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik meliputi:
 Aspek-aspek tentang berfikir, termasuk didalamnya: intelegensi, ingatan, cara
menginterupsi data, prinsif-prinsif pengerjaan pemikiran logis.
 Perasaan sosial; termasuk di dalamnya: cara bergaul, cara pemecahan nilai-nilai sosial, cara
menghadapi dan cara berpartisipasi dalam kenyataan sosial.
 Keyakinan sosial dan kewarganegaraan menyangkut pandangan hidupnya terhadap
masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.
 Apresiasi seni dan budaya.
 Minat, bakat dan hobby.
 Perkembangan sosial dan personal.
Pendapat lain melihat ruang lingkup objek evaluasi itu dari segi lain, yaitu dari segi
pencapaian tujuan belajar murid dari berbagai mata pelajaran di sekolah. Dari pandangan
tersebut dirumuskan beberapa aspek kepribadian yang perlu diperhatikan di dalam penilaian
sebagai berikut:
 Kesehatan dan perkembangan fisik.
 Perkembangan emosional dan sosial.
 Tingkah laku etis, standar personal, dan nilai-nilai sosial.
 Kemampuan atau kecakapan untuk menjalankan kepemimpinan untuk memilih pemimpin
secara bijaksana untuk bekerja dalam kelompok dan masyarakat.
 Menjadi warga negara yang berguna di rumah, sekolah dan masyarakat sekarang dan masa
mendatang.
7

 Perkembangan estetika, baik sebagai penikmat maupun pencipta dalam seni sastra, drama,
radio dan televisi, kerajinan tangan, home decoration, dan sebagainya.
 Kompotensi dalam komunikasi dengan orang-orang lain melalui berbicara, mendengarkan,
membaca dan menulis.
 Kecakapan dalam berhitung, mengukur, menaksir, dan berfikir kuantitatif.

Teknik Evaluasi Pembelajaran


Untuk mengetahui apakah pendidikan yang telah dilaksanakan sudah dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka perlu diadakanya suatu evaluasi dalam
pendidikan. Teknik evaluasi adalah metode yang digunakan untuk mencapai tujuan evaluasi,
yaitu menggali informasi tentang ketercapaian peserta didik dalam pembelajaran. Untuk
melakukan evaluasi maka evaluator harus menguasai teknik evaluasi. Dengan penilaian guru
akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan
sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Untuk keperluan evaluasi diperlukan
teknik evaluasi yang bermacam-macam, seperti kuesioner, tes, skala, format observasi, dan
lain-lain. Dari sekian banyak teknik evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni teknik tes dan non tes. Khusus untuk evaluasi hasil pembelajaran teknik
evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes. Untuk melakukan evaluasi maka evaluator
harus menguasai teknik evaluasi.
Teknik Evaluasi Hasil Belajar
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu:
Tehnik Tes
Pengertian Tes
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa perancis kuno yang
berarti piring untuk untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan
sebagai sebuah piring yang terbuat dari tanah. Seorang ahli bernama James Ms.Cattel pada
tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui
bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement. Selanjutnya di Amerika Serikat tes
ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat
mulai menggunakannya.
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya
berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-
8

betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Esseintial of
Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan
tingkah laku dua orang atau lebih.
Sedangkan menurut Drs. Amir Daien Indrakusuma didalam bukunya yang berjudul
Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa Tes adalh suatu alat atau prosedur yang sistematis
dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan
tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Dari definisi-definisi tersebut di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia
evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan), sehingga
atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai
yang dicapai atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
1. Fungsi Tes
Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu: Sebagai alat
pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Sebagai alat pengukur
keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah
seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.
Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan/kemajuan belajar peserta didik. Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes
sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menajadi
enam golongan: 1) Tes Seleksi, 2) Tes Awal, 3) Tes Akhir, 4) Tes Diagnostik, 5) Tes
Formatif, 6) Tes Sumatif.
 Tes Seleksi
9

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes ini
dilakukan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes.
 Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetaui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan
telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan
sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya
dibuat yang mudah- mudah.

 Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
 Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menetukan secara tepat jenis
kesukaran yang yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih
lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan (theraphy) yang tepat. Tes diagnostik
juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “Apakah peserta didik sudah dapat
menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima
pengetahuan selanjutnya?” Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya
ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit
dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau
kombinasi dari ketiganya.
Sesuai dengan nama tes itu sendiri (diagnose=pemeriksaan), maka jika hasil
pemeriksaan itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang diperiksa
itu termasuk rendah maka harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat
memperbaiki tingkat penguasaannyaterhadap mata pelajaran tertentu.
10

Bentuk Evaluasi Hasil Belajar


Secara garis besar ada dua macam bentuk penilaian, yaitu bentuk tes subjektif dan
bentuk tes objektif. Berikut penjelasannya:
1. Tes Subjektif
Tes subjektif biasa disebut juga sebagai tes essay atau essay examination. Yang
dimaksud dengan tes essay adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang jawabannya
merupakan karangan (essay) atau kalimat yang panjang-panjang. Tes esai merupakan bentuk
penilaian yang paling dikenal dan banyak digunakan oleh guru-guru disekolah dari dulu
sampai sekarang. Umumnya tes esai ini ada lima sampai sepuluh item soal saja.
Menurut sejarah yang ada lebih dahulu itu adalah bentuk tes subjektif ini / tes esai.
Akan tetapi karena bentuk ini banyak kelemahan-kelemahan, maka para ahli pendidikan
berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang lain, yaitu tes objektif. Meskipun demikian,
tidak berarti bentuk esai ditinggalkan sama sekali. Bentuk esai dapat digunakan untuk
mengukur kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Dilihat dari luas sempitnya
materi yang ditanyakan, maka tes bentuk esai atau bisa juga disebut uraian, dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items ) dan uraian bebas
( extented respons items ).
Uraian bebas artinya butir soal itu hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan
tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya. Contoh: Allah telah melimpahkan
kasih karunia-Nya kepada kita. Oleh karena itu kita sudah sepatutnya mensyukuri kasih
karunia-Nya. Jelaskan bagaimana caranya kita mensyukuri kasih karunia Allah itu.
Uraian Terbatas artinya peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang
ditanyakan, namun arah jawaban dibatasi sedemikian rupa sehingga kebebasan tersebut
menjadi bebas yang terarah. Contoh: Dalam Perjanjian Baru, tercatat tiga peristiwa penting
proses penyelamatan Yesus Kristus. Sebutkan dan jelaskan 3 peristiwa tersebut.

2. Tes Objektif
Tes Objektif sering juga disebut tes dikotomi ( dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif karena
penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes ini maka hasilnya akan sama
karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk,
yaitu benar- salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi jawaban atau jawaban
singkat. Sebagaimana dikemukakan oleh Witherington ( 1952 ) bahwa , “ There are many
11

varietes of there new test, but four kinds are in most common use, true false, multiple-choice,
completion, matching”.
 Tes benar Salah
Tes benar salah adalah butir soal atau tugas yang berupa pernyataan yang jawabannya
menggunakan pilihan pernyataan benar atau salah. Alternatif jawaban bisa berbentuk:
 Benar-salah
 Setuju-tidak setuju
 Baik-tidak baik
Contoh soal Benar-Salah:
B-S : Mengampuni orang yang bersalah kepada kita merupakan perintah Tuhan Yesus.
B-S : Kota Yerikho merupakan kota kelahiran Tuhan Yesus Kristus.

 Tes Pilihan Ganda


Tes pilihan ganda ini umumnya terdiri atas kalimat pokok yang berupa pernyataan yang
belum lengkap dan diikuti oleh empat sampai lima kemungkinan jawaban yang dapat
melengkapi pernyataan tersebut. Pelajar harus memilih salah satu diantara kemungkinan
jawaban tersebut.
Contoh: Tuhan Yesus Kristus memiliki 12 murid, berikut nama murid-murid Tuhan Yesus
kecuali;
a. Yudas Iskariot
b. Yohanes
c. Simon Petrus
d. Pilatus

 Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan ini sering dikenal dengan sebutan tes matching, tes mencari
pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan, dan tes mempertandingkan. Jadi dalam tes ini
disediakan dua kelompok bahan dan peserta didik harus mencari pasangan yang sesuai antara
kelompok pertama dengan kelompok kedua sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes
tersebut.
Contoh:
No Kelompok 1 Kelompok 2
12

1 Ustad Gereja
2 Pendeta Masjid

 Tes Melengkapi jawaban atau jawaban singkat


Tes ini sering dikenal dengan tes completion, dimana tes ini berbentuk pernyataan yang
salah satunya dikosongkan. Tugas peserta didik ialah mengisi jawaban pada kata-kata yang
kosong tersebut.
Contoh:
1. Tuhan Yesus lahir di kota…..
2. Mengasihi adalah ………….. dari pengajaran Tuhan Yesus

Daftar Pustaka
Asrul, Rusyadi Ananda, dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Citapustaka Media,
2015.
Djemari Mardapi. Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Arsi, A., & Arsyam, M., 2021.
Mulyasa, Endang. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arsyam, M. 2020.
Griffin, P. & Nix, P., Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace
Javanovich, Publisher, 1991.

Anda mungkin juga menyukai