Anda di halaman 1dari 16

ASSESMEN DAN METODE ASSESMEN

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu:

Dr. Budi Setiawan, M.Pd

Oleh:

Laeli Rohmawati K1213037

Lilis Kholisah K1213038

Lutfia Rahayu K1213040

Luthfi Hajan Ainur Rofiq K1213041

Luvi Kurnia Permana K1213042

Muhammad Khaizar R K1213045

PROGRAM STUDI PEDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016
PENDAHULUAN

Asesmen atau yang lebih dikenal dengan penilaian, merupakan kegiatan evaluasi
pembelajaran. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
pencapaian peserta didik selama kegiatan belajar mengajar. Hasil penilaian dapat
dijadikan informasi yang mengarah pada perbaikan siswa, baik proses maupun hasil.
Penilaian sering dikaitkan dengan pengukuran (measurement) dan evaluasi. Ketiga
istilah tersebut saling berkaitan namun memiliki arti yang berbeda.

Penilaian yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses)


dan penialain yang dilakukan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian
hasil/produk). Penilaian proses dapat dibedakan menjadi penilaian proses formal dan
informal yang mempunyai teknik-teknik tersendiri. Selain teknik-teknik penilaian,
terdapat metode-metode penilaian seperti: tes tulis dan tes kinerja. Tes tulis dan tes
kinerja memiliki banyak jenis antara lain pilihan ganda dan tes identifikasi.

Teknik-tektik penilaian memiliki keunggulan masing-masing. Penilai dapat


menyesuaikan objek penilianan dengan jenis dan teknik penilain yang cukup. Banyak
yang belum mengetahui secara pasti hakikat dan metode penilaian. Atas dasar
tersebut pemakalah akan menjelaskan hakikat dan metode penilaian yang berisi
uraian lebih lengkap dari penjelasan di latar belakang ini .
PEMBAHASAN

A. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Pengukuran, penilaian, dan evauasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului oleh


penilaian, sedangkan penilaian didahului oleh pengukuran. Pengkuran diartikan
sebagai kegiatan menbandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Penilaian
adalah kegiatan menafsirkan dan mendeskrepsikan hasil pengukuran. Evaluasi
adalah penetapan nilai atau implikasi perilaku. Berikut akan dijelaskan mengenai
pengukuran, penialain, dan evalusi secara lebih lanjut.

1. Pengukuran

LahoyLahoy dalam Ismet dan Hariyanto mendefinisikan pengkuran sebagai suatu


proses untuk membuat kuantifikasi proses idividu, kepribadian, dan sikapnya,
kebiasaannya, dan kecakapannya. Kuantifikasi tersebut berdasarkan fenomena
yang dapat diamati. Sedangkan Azwar mendefinisikan pengukuran sebagai suat
prosedur pemberian angka terhadap variable sepanjang garis kontinum. Lain
halnya dengan Guilford yang mendefinisikan pengukuran sebagai proses
penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Ismet dan
Hariyanto, 2014: 6). Jenny mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka
kepda suatu atribut atau karakteristik tertentu yag dimiliki oleh orang, hal atau
objek tertentu. Esensi dari pengukuran itu sendiri adalah kuantifikasi atau
penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-
aturan tertentu (Indrastoeti, 2012: 1-2). Pengukuran dilaksanakan untuk menjawab
pertanyaan how much? Pengukuran dapat menggunakan tes dan nontes.
Pengukuran dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif (Ismet dan Hariyanto, 2014:
5).

2. Penilaian

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan


informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar menggunakan tes
maupun nontes. Popham dalam Jenny mendefinisikan assesmen atau penilaian
sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa, berkenaan
dengan kepentingan berbagai kepentingan pendidikan. Begitu juga dengan Ewer
dan Boyer yang mendefinisikan assesmen sebagai proses yang menyediakan
informasi tenang individu siswa, kurikulum atau program, atau segala sesuatu
yang berkaitan dengan sistem instuisi (Indrastoeti, 2012: 2-3).

Menurut permendinas nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaan


pendidikan, penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
infomasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik (Ismet dan
Hariyanto, 2014: 6). Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah
proses dan hasil dari suatu raham kegiatan telah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Penilaian berurusan dengan aspek kualitatif dan kuntitatif. Penilaian
dapat dilakukan secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek
penilaiannya. Untuk memperoleh data-data tersebut diperlukan alat penilaian yang
berupa pengukuran. Pengukuran selalu berkaitan dengan aspek kuantitatif. Aspek
kuantitatif pada penilaian diperoleh melalui pengukuran, sedangkan aspek
kulitatifnya diperoleh melalui penafsiran dan pertimbangan terhadap data
kuantitatis hasil pengukuran tersebut. Maka penilaian sangat membutuhkan data
yang diperoleh dari pengukuran. Sementara itu, evaluasi adalah penilaian
keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi
pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya,
pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (management)
pendidikan dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Demikian semakin
jelas, bahwa penilaian merupakan bagian dari evaluasi pendidikan. (Depdiknas
dalam Sarwiji Suwandi, 2009:8). Penilaian dilaksanakan untuk menjawab
pertanyaan how well does the individual perform? Penilaian dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja dan terintedrasi dalam proses pembelajaran ( Aries,
2012: 2).
3. Evaluasi

Evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil


pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukran tersebut dengan
kriteria tertentu. Evalusai adalah penyedia infromasi yang dijadikan bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan (Indrastoeti, 2012: 4). Evaluasi
dimaknai sebagai penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu
objek. Dalam melaksanakan evaluasi terdapat pertimbangan untuk menentukan
nilai suatu program yang mengandung unsur subjektif, evaluasi memerlukan data
hasil pengukuran, form penilaian, multidimensi, dan mencakup dimensi
kemmpuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan dll. Evaluasi juga dimaknai
sebagai suatu proses pengumpulan, analisis dan penafsiran sistematis untuk
menetapkan sampai sejauh mana peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kaitan pembelajaran evaluasi adalah suatu kegiatan
identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah dirancang tercapai apa
atau belum, berharga atau tidak berharga, efisien atau tidak. Evaluasi adalah suatu
proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat
hasil pengukuran dan berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan (Ismet dan
Hariyanto, 2014: 9-10). Evaluasi mengarah pada hasil pembelajaran yang dicapai
siswa, maka dari itu pelaksanannya dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran
dan sudah terjadwal ( Aries, 2012: 2).

B. Penilaian Proses dan Penilaian Produk

Penilaian proses merupakan penilaian pembelajaran yang menekankan pada


proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pengertian tersebut termasuk diantaranya keterlibaatan fisik,
mental dan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai satu
tujuan. Indikator-indikator pendekatan penilaian proses antara lain kemampuan
mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari
hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, mengkomunikasikan menerapkan dan
mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya
(Sudaryono, 2012:90-91).

Penilaian Produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas


suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar) barang-barang terbuat dari kayu, kramik,
plastik, dan logam. Dengan demikian, penetapan kriteria harus disesuaikan
dengan perkembangan usia anak dan kriteria tidak bersifat kaku. Kenyataan
dilapangan menunjukan bahwa penilaian proses dan produk dilakukan oleh guru
sebatas pengetahuan yang dimiliki guru tentang seni lukis, karena latar belakang
pendidikan bukan dari bidang seni rupa. Sebagai guru kelas dan tidak pernah
mendapat pelatihan tentang penilaian seni lukis sehingga guru mengalami
kesulitan dalam menilai proses dan produk karya seni lukis. Hal ini lebih
disebabkan karena tidak ada kriteria yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
menilai proses dan produk karya seni lukis peserta didik tersebut. Pengembangan
produk meliputi 3 tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

 Tahap persiapan, meliputi : penilaian kemampuan peserta didik dan


merencanakan, menggali dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk.
 Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat,
teknik.
 Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk
yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
(Sudaryono, 2012:90-91).
C. Penilaian Proses Formal dan Informal

Menurut Yuniastuti (2013) penilaian proses atau asesmen proses dibedakan atas
penilaian informal dan formal.

a. Asesmen Informal
Asesmen informal adalah asesmen yang dibuat dan dikembangkan
oleh guru berdasarkan aspek-aspek perkembangan atau kurikulum yang
berkaitan dengan kemampuan belajar anak. Asesmen informal ini hanya
berlaku kasuistis, maksudnya berlaku pada komunitas anak dimana guru
itu membuat dan menerapkan asesmen. Belum tentu sesuai atau cocok
diterapkan pada komunitas anak ditempat lain.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komenter guru yang
diberikan atau diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang
peserta didik menjawab pertanyaan seorang guru, saat seorang peserta
didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru
atau temannya, atau saat seorang peserta didik memberikan komentar
terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan
assesmen informal terhadap performansi peserta didik peserta didik
tersebut.
Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta
didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru
telah melakukan penilaian informal terhadap performansi peserta didik-peserta
didik tersebut (Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. 2012: 6-7).

Asesmen informal dilakukan bukan untuk menentukan ranking


peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakukan dengan cara lebih terbuka,
seperti kegiatan observasi, inventori, partisipasi, dan diskusi. Metode
asesmen informal dilaksanakan lebih spontan dan kurang kentara/terlihat.
Biasanya terjadi selama proses pembelajaran. Contoh metode ini seperti:
observasi dan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan oleh guru selama
proses pembelajaran, dan refleksi siswa. Kebanyakan asesmen yang
digunakan di kelas adalah asesmen informal. Asesmen ini terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung, dan dilakukan secara
berkelanjutan(Yuniastuti, 2013).
b. ASESMEN FORMAL
Assesmen proses formal merupakan suatu teknik pengumpulan informasi
yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan penilaian proses informal,
penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan
secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang
kemajuan peserta didik Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemendikbud. 2012: 7).

Asesmen formal merupakan suatu teknik pengumpulan informasi


yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses informal,
asesmen proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan
secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang
kemajuan peserta didik.
Asesmen formal merupakan standar atau asesmen yang
menggunakan instrumen baku, misalnya WISC (tes kecerdasan), PMC,
Basal Reading Tes Minosetta, dll. Instrumen tersebut telah mengalami
standarisasi melalui eksperimen yang ketat dengan jumlah sampel yang
sangat banyak. Asesmen formal biasanya diwujudkan dengan dokumen
tertulis, seperti tes tertulis dan skor yang diberikan dalam bentuk angka.
Metode asesmen formal direncanakan lebih bagus dalam
pengadministrasiannya. Metode ini kurang spontanitasnya dan biasanya
dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran. Para siswa menyadari atau
mengetahui tentang penggunaan metode asesmen formal ini. Contoh
metode ini diantaranya adalah tes meliputi beberapa bab, ujian final, PR
terstruktur dan sebagainya(Yuniastuti, 2013).
D. Penilaian Tes dan Non-tes

Istrumen penialaian dibedakan menjadi dua yakni metode tes dan nontes. Tes
merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi. Tes
digunakan untuk mengukur sejauh manaseorang siswa telah menguasai pelajaran
meliputi aspek keterampilan dan pengetahuan(Jihad dan haris, 2012:67). Alat
penilaian teknik tes adalah a tes tertulis, tes yang diselesaikan secara tertulis, b tes
lisan, tes yang diberikan dengan Tanya jawab, c tes perbuatan atau tes yang
berupa praktek atau kegiatan melakukan yang mengukur keterampilan(Jihad dan
haris, 2012:68).

Tes adalah alat prosedur yang sitematis dan objektif untuk memperoleh
daa atau keterangan yang diinginkan seseorang dengan tepat dan cepat. Tes adalah
alat penilaian atau metode penilaian yang sistematis, sah dan dapat dipercaya dan
objektif dapat menentukan kecakapan, keterampilan dan tingkat pengetahuan
siswa terhadap bahan ajar berupa suatu tugas atau persoalan yang harus
diselesaikan siswa(Ismet dan Hariyanto, 2014: 22). Tes memiliki cirri-ciri yaitu
reabilitas, valid, objektif dan praktis.

Penilaian nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh


gambaran mengenai karakterisi minat, sikap, dan kepribadian melalui
pengamatan, skala sikap, angket, atau catatan harian(Jihad dan haris, 2012:69-70).
Dalam nana Sudjana disebutkan beberapa alat non tes yang meliputi kuisioner dan
wawancara, skala(skala penilaian, skala sikap, skala minat), observasi, studi
kasus, dan sosiometri. Kuisioner dan wawancara digunakan untuk menila aspek
kognitif disamping aspek afektif dan perilaku. Skala digunakan untuk menila
afektif untuk skl sikap dan minat, dan aspek kognitif untuk skala penialain.
Obervasi untuk mengetahui perilaku individu. Studi kasus digunakan untuk
memperoleh datayang komperehensif mengenai kasus-kasu tertentu indidvidu.
Sosiometri menilai hubungan social individu.. kelebiahan nontes dapat digunakan
untuk menilai kognitif afektif dan psikomotorik. Namun penggunaan penialain
nontes sanagt tertbatas Penilaian nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk
memperoleh gambaran mengenai karakterisi minat, sikap, dan kepribadian
melalui pengamatan, skala sikap, angket, atau catatan harian(Sudjana, 20014: 67).

E. Hakikat Tes Tertulis dan Tes Kinerja


1. Tes Tertulis

Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam
bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemendikbud: 2012).

Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia (selected-
response), misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan; ada pula
yang meminta peserta menuliskan sendiri responsnya (supply-response), misalnya soal
berbentuk esai, baik esai isian singkat maupun esai bebas (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemendikbud: 2012).

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis.
Arifin (2014: 119) menyatakan bahwa tes tulis memiliki dua bentuk yaitu bentuk uraian
(essay) dan bentuk objektif (objective) (Rofiah: 2015).

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis,
baik berupa pilihan maupun isian. Tes tertulis dapat digunakan pada ulangan harian atau
ulangan tengah dan akhir semester atau ulangan kenaikan kelas. Tes tertulis dapat
berbentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, atau uraian (essay)
(Depdiknas:2007).

2. Tes Kinerja/Perbuatan

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemendikbud: 2012).

Tes praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya (Rosana, 2014). Tes
praktik dapat berupa tes tulis keterampilan, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
petik kerja. Tes tulis keterampilan digunakan untuk mengukur keterampilan peserta
didik yang diekspresikan dalam kertas, misalnya peserta didik diminta untuk
membuat desain atau sketsa gambar. Dalam pembelajaran IPA, kemampuan
merancang eksperimen termasuk bagaimana merancang rangkaian peralatan yang
digunakan termasuk contoh tes tulis keterampilan. Tes identifikasi dilakukan untuk
mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap
melalui alat indera, misalnya mengetahui kerusakan mesin berdasar suaranya, mengetahui
nama preparat berdasarkan bayangan benda yang dilihat di bawah mikroskop. Tes
simulasi digunakan untuk mengukur kemahiran bersimulasi memperagakan suatu
tindakan tanpa menggunakan peralatan/benda yang sesungguhnya. Tes petik kerja
dipakai untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya
seperti mendemosntrasikan cara memasak, cara menghidupkan mesin, atau cara
menggunakan mikroskop (Rofiah, 2015).

Tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang menuntut


peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya dalam
bentuk unjuk kerja. Tes praktik/perbuatan dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan
tes petik kerja. Tes identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi
sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat indera. Tes simulasi
digunakan .untuk mengukur kemahiran bersimulasi memperagakan suatu tindakan. Tes
petik kerja digunakan untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang
sesungguhnya (Depdiknas: 2007). Contoh tes praktik/perbuatan dapat berupa kegiatan tes
untuk mengukur kemahiran berpidato, menari, menyanyi, melukis, menggambar,
berolahraga, bercerita, membaca puisi, menulis dan lain-lain. Tes kinerja diukur dengan
menggunakan bentuk instrumen lembar observasi.
F. Hakikat Tes Uraian dan Tes Pilihan Ganda

Tes uraian adalah tes yang menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan,
menyusun, dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan kata kata
sendiri. Biasanya besrsifat subjektif(Silverius, 1991: 54)

Tes pilihan adalah tes yang jawaban pertanyaannya dipilih dari


kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Soaldiberkan yang
diikuti dengan 3 atau lebih kemungkinan jawaban(Silverius, 1991: 56). Menurut
wujud jawabannya bentuk pilihan ganda memiliki beberpa variasi yaitu jawaban
yang benar, jawaban yang paling tepat, banyak jawaban yang benar, dan
pernyataan yang tak lengkap(57-58). Tes pilihan ganda terdiri dari suatu
keterangan atau oernyataan tentang suatu konsep yang belum lengkap. Tes ini
terdiri pernyataan yang harus dilengkapi atau stem, dan pilhan jawaban(Ismet dan
hariyano, 2014: 43).

G. Kinerja Terstruktur dan Kinerja Komprehensif

Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang meminta
peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang terstruktur secara
ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang sudah ditentukan,
atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan extended performance, yang menghendaki
peserta untuk menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya
peserta diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta membuat rancangan dan
melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut(Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemendikbud: 2012).

H. Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda

Kelebihan

1. Hasil belajar dari yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
2. Terstruktur dan petunjukknya jelas,
3. Alternative jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostic
4. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
5. Penilaian mudah objektif dan dapat dipercaya (Jihad dan haris, 2012:83)

Kelemahan

1. Pesyususnannya lama
2. Sulit menemukan pengacau
3. Kurang efektif mengukur beberap tipe pemacaan masalah , kemampuan
untuk mengorganisir, dan mengekspresikan ide.
4. Nila dapat dipengaruhi dengan kempuan baca yan baik. Jihad dan haris,
2012:83)
5. Kemungkinan melakukan tebakan jawaban masih cukup besar
6. Prses berpikir siswa tidakdapat dilihat secara nyata(Sudjana, 2014: 49).
I. Kelebihan dan kekurangan Tes Uraian dan Tes Kinerja

Kelebihan Tes uraian

1. Lebih mudah penyuusnannya.


2. Tidak memebrikan kesempatan pada siswa utuk berspekulasi,
3. Memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan endapatnya sendiri.
4. Dapat mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi.
(Jihad dan haris, 2012:77)
5. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa siswa
6. Dapat melatih kemampuan bernalar(Sudjana, 2014: 36)
7. Dapat kosakata yang dapat dinilai dalam waktu yang minimal(Ismet dan
hariyano, 2014: 43).

Kelemahan Tes Uraian

1. Kurang representative dalam mewakili mata pelajaran


2. Validitas dan reabilitas rendah
3. Dipengaruhi oleh subjektifitas penilai
1. Memeriksa hasil tes sulit dan membutuhkan waku yang lama (Jihad dan
haris, 2012:77)
2. Sulit menjauhi keambiguan dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan.
8. Pemberian angka memerlukan pembacaan yang hati-hati bagi jawaban
yang tidak diperkirakan tetapi benar(Ismet dan hariyano, 2014: 43).

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Aries, Erna Febru. 2011. Assesmen dan Evaluasi. Malang: Aditya Media
Publishing.

Badan Penelitian Dan Pengembangan. Pedoman Penilaian Pendidikan Dasar Dan


Menengah Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan: 2012

Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2014. Assesmen Pembelajaran. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Indrastoeti, Jenny. 2012. Pengembangan Assesmen Pembelajaran Sekolah Dasar.


Surakarta: UNS Press.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.

Rofiah, Fikrotur.Tenik Penilaian Tes. http://www.eurekapendidikan.com/2015/11/teknik-


penilaian-tes.html : 2015 (diakses pada 19 Februari 2016)

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi hasil Belajar dan Umpan balik. Jakarta: Grasindo.

Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung PT


Remaja Rosdakarya.
Yuniastuti, Euis. 2013. Asesmen Formal dan Asesmen Informal . Diakses pada
tanggal 20 Februari 2016.
Http://Www.Academia.Edu/7484171/Asesmen_Formal_Dan_Informal

Anda mungkin juga menyukai