Anda di halaman 1dari 27

PENGUKURAN, PENILAIAN, EVALUASI

dan RAGAM PENILAIAN


Diajukan kepada Hieronimus Sujati, M. Pd.

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Sekolah Dasar

Oleh:

Hielda Hanifah

18108241050

Kelas: 3 D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
PENDAHULUAN

Pembelajaran tidak bisa terlepas dari penilaian, pengukuran, dan evaluasi.


Guru juga berperan penting dalam melaksanakan ketiga kegiatan tersebut. Dari
dua kalimat diatas dapat ditemukan tiga istilah yaitu, penilaian, pengukuran, dan
evaluasi. Sementara orang memang lebih mengartikan ketiga kata tersebut sebagai
suatu pengertian yang sama, akan tetapi ketiga istilah tersebut memiliki arti yang
berbeda.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului
dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran
diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dan kriteria. Skor
pengukuran yang dikumpulkan dari hasil belajar, belum bisa digunakan untuk
mengambil keputusan. Skor dari hasil pengukuran perlu diubah menjadi nilai pada
proses penilaian menggunakan skala dan acuan tertentu.
Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil
pengukuran. Melalui kegiatan peningkatan kualitas penilaian, maka dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini bisa terjadi karena sistem penilaian
yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang
baik dan momotivasi belajar siswa untuk belajar yang lebih baik. Berkenaan
dengan itu, pemilihan alat dan jenis penilaian harus didasari rumusan tujuan
pembelajaran.
Evaluasi progam pembelajaran dilakukan dengan suatu maksud atau tujuan
yang berguna dan jelas sasaran nya. Evaluasi dapat dimaknai sebagai pengambilan
keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria. Program
pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat
dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program pembelajaran yang
telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program
pembelajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.
Dalam pembahasan kali ini akan membahas mengenai pengukuran, penilaian,
evaluasi, dan hubungan antar ketiga kegiatan tersebut.

A. PENGUKURAN

1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu
yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka
menurut sistem aturan tertentu (Kerlinger, 1996: 687). Hopkins dan
Antes (1979) mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka
pada atribut dari objek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk
menunjukkan perbedaan dalam jumlah. Sedangkan menurut Uno dan
Koni (2013: 2-3) Pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang
hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses
dan hasil belajar tersebut. Proses pembelajaran tersebut bersifat
kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apa-apa karena belum
menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur.
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif.
Objektivitas dapat dicapai karena pengumpul data mengambil jarak
dengan objek yang diukur dan menyerahkan wewenang pengukuran
kepada alat ukur. Penyerahan kewenangan pengukuran kepada alat
ukur menyebabkan pengumpul data tidak lagi menyertakan
subjektivitasnya ke dalam hasil ukur dan diperoleh data yang objektif.
Dalam pengumpulan data hasil belajar misalnya, pengukuran
dilakukan atas siswa menggunakan tes hasil belajar sebagai alat ukur.
(Purwanto, 2010: 3)
Pengukuran merupakan istilah generik yang merujuk pada
penentuan sistematis tentang hasil atau karakteristik sesuatu dengan
menggunakan beberapa jenis perangkat penilaian. Pengukuran adalah
proses sistematis untuk memperoleh derajat sesuatu yang diukur yang
mana sifat atau atribut hadir dalam individu atau objek. Dengan kata
lain, pengukuran adalah tugas sistematis tentang nilai-nilai numerik
atau angka untuk suatu sifat atau atribut pada orang atau objek.
Misalnya mengukur tinggi dari suatu gedung, berat dari daging,
panjang dan lebar dari suatu kelas, dan sebagainya. Dalam pendidikan,
nilai numerik kecerdasan, bakat, atau kemampuan dan prestasi dapat
diukur dan diperoleh dengan menggunakan instrumen seperti tes-tes
standar. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai atribut dijabarkan ke angka
melalui kegiatan pengukuran. Jadi, pengukuran adalah pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang
jelas (Zainal dan Nasution, 2005 : 5).
Dengan demikian, pengukuran adalah proses pengumpulan
data yang berupa angka (score) dari proses dan hasil belajar peserta
didik, menurut aturan tertentu, tetapi belum memiliki makna.
Pengukuran (measurement) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk menentukan fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu
dengan satuan ukuran standar yang disesuaikan sesuai dengan objek
yang akan diukur. Pengukuran dalam bidang pendidikan berarti
mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal
ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik
atau atributnya.

2. Prinsip Pengukuran

Tes prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila


penyusunannya didasani oleh prinsip-prinsip pengukuran yang berlaku
sehingga menjadi sarana yang positif dalam meningkatkan proses
belajar mengajar. Gronlund (dalam Djemari Mardapi 2012: 197) dalam
bukunya mengenai penyusunan tes prestasi merumuskan beberapa
prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar, antara lain sebagai
berikut.

a. Tes harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan intruksional.

b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari


hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program
instruksional atau pengajaran.

c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

d. Tes prestası harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan


tujuan penggunaan hasilnya.
e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi munkin dan hasil
ukurmya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

f. Tes prestasi dapat digunakan (bermanfaat) untuk meningkatkan


belajar para anak didik.

B. PENILAIAN
1. Pengertian Penilaian
Berasarkan lampiran Permendikbud no 104 tahun 2014, penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Menurut Sugihartono, dkk (2013:130) Penilaian
adalah suatu tindakan untuk memberikan interpretasi terhadap hasil
pengukuran dengan menggunakan norma tertentu untuk mengetahui
tinggi-rendahnya atau baik-buruknya aspek tertentu. Hasil pengukuran
tidak akan dapat dinilai jika tanpa menggunakan norma tertentu. Jadi
semua usaha membandingkan hasil pengukuran terhadap suatu bahan
pembanding atau patokan atau norma disebut penilaian.
Di pihak lain ada yang mendefinisikan penilaian sebagai istilah
umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk
menilai unjuk kerja (performance) individu atau kelompok peserta
didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang
menunjukkan pencapaian belajar peserta didik (Sunarti dan Rahmwati,
2014: 9). Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari isilah
assessment, bukan dari istilah evaluation. Depdikbud (1994)
mengemukakan "penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai siswa." Kata "menyeluruh"
mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu, Griffin
dan Nix (1991:4) mendefinisikan penilaian sebagai suatu pernyataan
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang
atau sesuatu.
Sedangkan menurut Gronlund (1985) penilaian sebagai proses
sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran informasi
untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan. Gronlund
mendefinisikan tentang sebuah penilaian sebagai suatu proses yang
sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan menganalisis untuk
menginterpretasikan informasi serta menentukan seberapa jauh
seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun
keterampilan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah
suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah
keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang akan diberikan atau
juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan. Keputusan
tentang peserta didik meliputi juga pengelolaan belajar penempatan
peserta didik sesuai dengan jenjang atau jenis program pendidikan,
bimbingan dan konseling, dan menyeleksi peserta didik untuk
pendidikan lebih lanjut. Keputusan penilaian terhadap suatu hasil
belaiar sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik merefleksikan
apa vang mereka ketahui, bagaimana mereka belajar, dan mendorong
tanggung jawab dalam belajar. Keputusan penilaian dapat dibuat oleh
guru, sesama peserta didik (peer) atau oleh dirinva sendiri (self-
assessment). Pengambilan keputusan perlu menggunakan
pertimbangan vang berbeda-beda dan membandingkan hasil penilaian.
Pengambilan keputusan harus membimbing peserta didik untuk
melakukan perbaikan pencapaian hasil belajar.
Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting
yang menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar: bukan hanya
sebagaI cara yang digunakan untuk menilai hasil belajar. Kegiatan
penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik
mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya
adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik
untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis. Guru harus
menyadari bahwa kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu
indikator keberhasilannya dalam pembelajaran. Jika sebagian besar
peserta didik tidak berhasil dalam belajarnya berarti pula merupakan
kegagalan bagi guru itu sendiri.
2. Tujuan Penilaian
Secara umum tujuan penilaian adalah memberikan penghargaan
terhadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program serta
kegiatan pembelajaran. Secara rinci, tujuan penilaian menurut Sunarti
dan Rahmawati (2014:10) untuk memberikan:
a. Informasi tentang kemajuan belajar siswa secara individual
dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar
yang telah dilakukan
b. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan
belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa
maupun terhadap seluruh siswa di kelas.
c. Informasi yang dapat digunakan guru dan siswa untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa, tingkat kesulitan,
kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remidi, pendalaman
atau pengayaan.
d. Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi
tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan
usaha pemantapan dan perbaikan.
e. Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang
sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
3. Prinsip Penilaian
Menurut lampiran Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang
standar penilaian, prinsip penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai
berikut.
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan
berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan ke-
pada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik
prosedur, dan hasilnya
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
4. Ragam Penilaian
a. Ragam Penilaian Secara Umum

Dalam Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 Pasal 3


dijelaskan bahwa “penilaian dilaksanakan untuk memenuhi fungsi
formatif dan sumatif dalam penilaian”. Penilaian formatif berfungsi
untuk memberi umpan balik terhadap kemajuan belajar peserta
didik, memperbaiki proses pengajaran atau pembelajaran dalam
rangka meningkatkan pemahaman atau prestasi belajar peserta
didik. Sementara penilaian sumatif berfungsi untuk menentukan
apakah peserta didik menguasai kompetensi tertentu serta untuk
mengidentifikasikan bahan-bahan ajar yang perlu perhatian
tambahan (Basuki & Hariyanto, 2016: 160-161). Dengan demikian,
ragam penilaian secara umum adalah sebagai berikut.
1) Penilaian Formatif
Menurut Basuki & Hariyanto (2016: 160) penilaian
formatif adalah penilaian guru terhadap siswa yang memandu
belajar-mengajar sehari-hari. Penilaian formatif biasanya
berdasarkan prosedur penilaian informal dan menggunakan
berbagai sumber penilaian. Penilaian formatif adalah penilaian
yang sedang berlangsung selama pembelajaran, yang meninjau
dan mengamati proses pembelajaran. Dengan demikian,
penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar
(Sudjana, 2016: 5). Dengan penilaian formatif diharapkan guru
dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi
pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaannya, penilaian formatif yang
dilakukan oleh guru berupa ulangan harian. Menurut lampiran
Permendikbud No. 66 tahun 2013 menyatakan bahwa
“ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan guru secara
periodik untuk mengukur dan menilai ketercapaian setelah
siswa menyelesaikan satu kompetensi dasar atau lebih. Bentuk
dari ulangan harian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, tes
kinerja, tugas, dan produk yang mengacu pada indikator setiap
kompetensi dasar”. Hasil penilaian formatif dapat memberikan
umpan balik kepada siswa untuk membantu mereka
memusatkan kegiatan belajar mereka.
Menurut Basuki & Hariyanto (2016: 161) penilaian
formatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a) Suatu asesmen yang dibuat untuk menentukan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik, termasuk senjang
pembelajarannya senyampang mereka mempelajari suatu
bahan ajar tertentu.
b) Digunakan untuk menginformasikan kemajuan pengajaran
dan memandu pembelajaran.
c) Berlangsung selama pengajaran suatu bahan ajar atau
pemenuhan kompetensi dasar tertentu.
d) Merupakan suatu fase dari penilaian untuk pembelajaran
2) Penilaian Sumatif
Menurut Basuki & Hariyanto (2016: 161) penilaian
sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan guru untuk
membuat simpulan mengenai sejauh mana siswa telah
menguasai sasaran-sasaran pengajaran sesuai kurikulum yang
berlaku. Penilaian sumatif biasanya bersifat formal dan
dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran.
Tujuan dari penilaian sumatif adalah untuk melihat hasil yang
dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan
kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi
kepada produk, bukan kepada proses (Sudjana, 2016:5).
Menurut Basuki & Hariyanto (2016: 161) ciri-ciri
penilaian sumatif adalah sebagai berikut:
a) Penilaian yang dibuat pada akhir pembelajaran dalam satu
semester atau satu tahun untuk menentukan tingkat
pemahaman yang telah diraih siswa.
b) Termasuk pemberian nilai atau angka mutu dibandingkan
dengan standar yang diharapkan atau yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
3) Penilaian Diagnostik
Menurut Rupp et al. (2010) diagnostik dimaksudkan
untuk mengetahui secara tepat (to know precisely), untuk
memutuskan (to decide), dan untuk sependapat (to agree
upon). Yang & Embretson (2007) mengartikan diagnosis ke
dalam tiga aspek, yaitu deskripsi tentang karakteristik sesuatu
atau fenomena, mengidentifikasi sifat dari sesuatu atau
penyebab dari fenomena, dan keputusan atau kesimpulan yang
dibuat melalui deskripsi atau analisis. Berdasarkan dua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diagnostik berarti
suatu tindakan menganalisis suatu permasalahan,
mengidentifikasi penyebabnya secara tepat untuk tujuan
pengambilan keputusan, dan hasil keputusan tersebut
dilaporkan dalam bentuk deskriptif.
Menurut Farida (2017: 10) penilaian diagnostik adalah
penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan
penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan
bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-
kasus, dan lain-lain.
Scriven (dalam Hadi, 2015) menyatakan diagnostik
mengandung tiga aspek dalam bidang pendidikan, sebagai
berikut.
a) Diagnostik mencakup proses menentukan sifat kemampuan
(performance) seorang anak dan melaporkan dari proses itu.
Tes diagnostik adalah suatu proses dimana hasil tes
memberikan informasi tentang kemampuan kognitif peserta
tes dan hasil evaluasi tersebut dilaporkan. Kesimpulan skor
tes dalam tes diagnostik harus mudah dipahami dan
bermanfaat dalam mengevaluasi kemampuan peserta tes,
karena item dirancang untuk mengukur kemampuan, proses
dan strategi yang digunakan peserta tes.
b) Proses diagnostik harus memungkinkan untuk
mengklasifikasikan kemampuan kognitif peserta tes dengan
menggunakan sistem pelaporan yang mudah diterima.
Untuk itu, hasil tes diagnostik harus mampu
mendeskripsikan pola pikir peserta tes dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Selain itu,
hasil tes diagnostik juga harus memberikan informasi
tentang kendala-kendala yang dialami peserta tes dalam
menyelesaikan tes yang dapat dilaporkan kepada siswa,
guru, orang tua, dan seluruh komponen stakeholder.
c) Diagnostik merupakan bagian dari suatu proses
pembelajaran yang lebih besar, dengan tujuan utama
mengidentifikasi permasalahan pembelajaran dan
membantu mengatasi permasalahan pembelajaran. Tes
diagnostik yang efektif harus terintegrasi dengan baik dalam
lingkungan pembelajaran, dan dikembangkan untuk
membantu guru memahami bagaimana siswa berpikir dan
menyelesaikan masalah. Dengan demikian, skor yang
didapatkan dari tes diagnostik harus dipandang sebagai
informasi tentang peserta tes untuk membuat keputusan
pembelajaran.
4) Penilaian Selektif
Menurut Farida (2017: 10) penilaian selektif adalah
penilaian yang dilaksanakan dalam rangka menyeleksi atau
menyaring. Contoh: memilih siswa untuk mewakili sekolah
dalam lomba-lomba tertentu termasuk jenis penilaian selektif.
Untuk kepentingan yang lebih luas, penilaian selektif misalnya
seleksi penerimaan mahasiswa baru atau seleksi yang
dilakukan dalam rekrutmen tenaga kerja. Menurut Widoyoko
(2010: 33-34) dasar mengadakan seleksi, hasil penilaian dapat
diganakan sebagai dasar mengambil keputusan tentang orang
yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi
untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka
haruslah digunakan alat penilaian yang tepat, yaitu tes yang
dapat meramalkan keberhasilan atau kegagalan sesorang
dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan datang
dengan resiko yang terendah.
Backman (1990) dalam Zaim (2016) menyatakan
bahwa penilaian selektif mempunyai beberpa fungsi
diantaranya :
a) Menyeleksi siswa yang dapat diterima untuk mengikuti
suatu program pembelajaran di sekolah tertentu.
b) Menentukan siswa yang memenuhi atau tidak memenuhi
syarat naik kelas.
c) Memilih siswa yang dapat mendapatkan penghargaan
seperti beasiswa atau bantuan pendidikan bagi siswa dengan
prestasi tertentu.
d) Menentukan siswa yang dapat menyelesaikan studi pada
suatu jenjang pendidikan tertentu.
Dengan demikian penilaian selektif adalah penilaian
yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya tes atau ujian
saringan masuk ke sekolah tertentu.

5) Penilaian Penempatan
Menurut Sudjana (2016: 5) penilaian penempatan
adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program
belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan
sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan
kata lain, penilaian ini beorientasi kepada kesiapan siswa
untuk menghadapi program baru dan kecocokan program
belajar dengan kemampuan siswa. Menurut Bambang Subali
(2016:8) Penilaian Penempatan dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran terhadap masing-masing peserta didik sebelum
menempuh program pembelajaran. Tujuannya yaitu untuk
a) mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat masing
masing peserta didik yang diperlukan dalam proses
pembelajaran yang akan diselenggarakan bila diperlukan
adanya kemampuan prasyarat/prerekuisit;
b) menjajagi penguasaan masing-masing terhadap kemampuan
yang ditargetkan;
c) meneliti interes, langgam belajar, ataupun karakteristik
personal masing-masing peserta didik; serta
d) mendiagnosis kemampuan masing-masing peserta didik
terhadap kemampuan prasyarat/kemampuan prerekuisit jika
diperlukan kemampuan prasyarat untuk menguasai
kompetensi yang ditargetkan.
Menurut Marwiyah (2018: 372) jenis penilaian ini
dilaksanakan jika ada kebutuhan untuk menempatkan setiap
peserta didik pada program pembelajaran yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuannya. Sebagai contoh, peserta didik
yang berbadan kecil jangan ditempatkan di belakang peserta
didik yang berbadan tinggi, tetapi sebaiknya ditempatkan pada
posisi terdepan agar tidak mengalami kesuliatan dalam proses
belajarnya.
b. Ragam Penilaian Berbasis Kelas
Menurut Kusaeri (2014) Ragam penilaian berbasis kelas
adalah sebagai berikut.
1) Penilaian Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan seperangkat pertanyaan atau
tugas dalam bentuk tulisan yang direncakana untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes
tertulis diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yiatu pertanyaan
yang menuntut jawaban pilihan dan jawaban uarian. Bentuk
pilihan dapat berupa pilihan ganda, benar salah, dan
menjodohkan. Sementara uraian dapat berupa pertanyaan
uraian terbuka dan uraian tertutup, jawaban singkat, dan isian
(Kusaeri, 2014: 70).
2) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan
yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu.
Portofolio tidak hanya sebagai tempat penyimpanan hasil
pekerjaan siswa, tetapi juga merupakan sumber informasi guru
dan siswa. Portofolio berfungsi untuk mengetahui
perkembangan pengetahuan siswa. Portofolio memberikan
bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan
siswa sehingga guru dan siswa memiliki kesempatan
mengembangkan kemampuannya. (Kusaeri, 2014: 126).
3) Penilaian Kinerja
Menurut Basuki & Hariyanto (2016: 52) penilaian
kinerja merupakan penilaian yang sedikit sekali menggunakan
kata-kata dalam bentuk tertulis, tetapi lebih banyak melihat
bagaiamana cara siswa mengerjakan sesuatu baik berupa
keterampilan fisik, penguasaan alat-alat laboraturium, maupun
menguasai prosedur pembelajaran tertentu.
Menurut Kusaeri (2014: 142) penilaian kinerja adalah
penilaian yang meminta siswa mendemonstrasikan tugas
tertentu guna mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya.
Nitko & Brookhart (Kusaeri, 2014: 142) menyebutkan
bahwa penilaian kinerja melibatkan dua komponen yakni tugas
yang harus dilakukan oleh siswa dan rubrik penskoran yang
akan digunakan untuk menilai penampilan mereka. Rubrik
merupakan alat untuk memberikan skor yang berisi daftar
kriteria tugas tertentu.
4) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan seseorang atau sekelompok siswa
dalam periode tertentu. Tugas tersebut berupa kegiatan sejak
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk, dan
laporan tertulis. Manfaat dari kerja proyek adalah untuk
menilai kemampuan siswa pada waktu melakukan kerja
individu maupun kerja kelompok, kemampuan dalam
mengorganisasikan waktu, dan kemampuan merancang tugas
secara berurutan (Kusaeri, 2014: 156).
5) Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu proses yang menggambarkan
cara siswa memperoleh informasi dan berefleksi mengenai
pembelajarannya sendiri. Penilaian diri adalah penilaian dari
siswa sendiri mengenai kemajuan pribadinya dalam
pengetahuan, keterampilan, proses-proses, dan sikap. Hal ini
akan memandu siswa menuju kesadaran dan pemahaman yang
lebih baik terhadap dirinya sendiri (Basuki & Hariyanto, 2016:
70). Dengan demikian, bukan berarti guru terbebas dari
kegiatan penilaian. Adanya penilaian diri ini untuk membantu
guru dalam menilai siswanya.
6) Penilaian Jurnal
Penilaian jurnal dilakukan dengan mencatat peristiwa
dalam proses pembelajaran. Terdapat dua jenis penilaian jurnal,
yakni jurnal belajar dan pembelajarannya. Perbedaan dari
kedua jurnal tersebut adalah subjeknya. Jurnal belajar
merupakan tulisan siswa untuk mencatat apa yang telah
dipelajarinya. Dengan begitu, jurnal tersebut dapat dijadikan
sebagai salah satu acuan dalam menilai. Sementara, tidak
semua catatan siswa dapat dijadikan acuan. Seperti halnya
jurnal pembelajaran, guru akan mencatat peristiwa
pembelajaran sehingga acuan penilaian yang digunakan yakni
dengan catatan pribadi tersebut.
7) Penilaian Tes Lisan dan Penugasan
a) Tes Lisan
Menurut Kusaeri (2014: 196) tes lisan merupakan
tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Kelebihan dari penilaian ini adalah (1) dapat menilai
kepribadian dan isi pengetahuan seorang siswa, karena
dilakukan face to face, (2) dari sikap dan cara menjawa,
guru dapat melihat apa yang tersirat, (3) guru dapat
menggali pengetahuan siswa secara langsung, dan (4) guru
dapat mengetahui langsung hasilnya. Sementara kekurangan
dari penilaian ini antara lain, (1) jika hubungan antara guru
dan siswa kurang baik akan memengaruhi objektivitas guru
dalam memberikan penilaian, (2) sikap gugup siswa akan
memengaruhi hasil tes, (3) untuk menguji kelompok
membutuhkan waktu yang lama, dan (4) guru dalam
memberikan penilaian terpengaruh oleh kepribadian siswa.
b) Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh
guru berupa pekerjaan rumah atau proyek yang harus
diselesaikan oleh siswa. Bentuknya dapat dilakukan secara
individu ataupun kelompok, sesuai dengan karakteristik
tugas (Kusaeri, 2014: 202).

C. EVALUASI

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi (evaluation) dimaknai sebagai penilaian yang sistematik


tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melaksanakan
evaluasi terdapat pertimbangan (judgment) untuk menentukan nilai
suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif.
Evaluasi dengan demikian memerlukan data hasil pengukuran dan
informasi hasil penilaian yang multidimensi, dan antara lain mencakup
dimensi kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan lain-
lain. Evaluasi juga dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan,
analisis, dan penafsiran yang sistematis untuk menetapkan sampai
sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seperti yang
dinyatakan dalam kurikulum. Dalam kaitan dengan program
pembelajaran, evaluasi adalah suatu kegiatan identifikasi untuk melihat
apakah suatu program yang telah dirancang telah tercapai atau belum,
berharga atau tidak berharga, efisien atau tidak. Evaluasi adalah suatu
proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan
seperangkat hasil pengukuran dan berpedoman kepada tujuan yang
telah ditetapkan. (Basuki dan Hariyanto, 2015: 9).

Menurut Suharsini Arikunto (2013: 3) evaluasi meliputi dua


langkah, yaitu mengukur dan menilai. Dua langkah kegiatan yang
dilalui sebelum mengambil keputusan untuk kita itulah yang disebut
mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat
mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Dalam
istilah asingnya evaluasi adalan evaluation, evaluasi berarti menilai
(tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Selanjutnya
menurut Purwanto (2010: 5-6) Evaluasi hasil dan proses juga
dilakukan dalam program pengajaran. Dalam evaluasi hasil,
pemeriksaan dilakukan hanya atas hasil belajar. Evaluasi dilakukan
dengan melihat sejauh mana hasil belajar siswa sudah mencapai
tujuannya. Dalam evaluasi proses, pemeriksaan dilakukan atas seluruh
komponen dan proses pembelajaran sehingga mencapai hasil belajar
tertentu.

Menurut Gilbert Sax (1980:18) bahwa "evaluasi adalah suatu


proses melalui mana penilaian nilai atau keputusan dibuat dari
berbagai pengamatan dan dari latar belakang dan pelatihan evaluator"
Dari beberapa definisi diatas, dapat disaksikan pada hakikatnya
evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu. Berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.
Jadi, evaluasi merupakan proses pengukuran, penilaian, dan
analisisnya dengan menggunakan kriteria tertentu, sehingga hasilnya
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
keputusan.

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu,


terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti. S. Hamid Hasan (1988)
secara tegas membedakan kedua istilah tersebut yaitu, Pemberian nilai
dilakukan apabila seorang evaluator memberikan pertimbangannya
mengenai evaluan tanpa menghubungkannya dengan sesuatu yang
bersitat dari luar. Jadi, pertimbangan yang diberikan sepenuhnya
berdasarkan apa evaluan itu sendiri. Sedangkan arti, berhubungan
dengan posisi dan peranan evaluan dalam suatu konteks tertentu..
Tentu saja kegiatan evaluasi yang komprehensif adalah yang meliputi
baik proses pemberian keputusan tentang nilai dan proses keputusan
tentang arti, tetapi hal ini tidak berarti bahwa suatu kegiatan evaluasi
harus selalu meliputi keduanya.

3. Prinsip Evaluasi

Menurut Bambang Subali (2016:25) Ada beberapa prinsip evaluasi


pencapaian hasil belajar yang harus dijadikan landasannya. Prinsip-
prinsip evaluasi program pembelajaran antara lain sebagai berikut.

a. Prinsip integralitas/menyeluruh

Evaluasi harus didasarkan pada penilaian terhadap setiap peserta


didik secara komprehensif, mencakup seluruh aspek, baik yang
menyangkut kemampuan (ability) dan personalitas (aptitude) atau
menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku.
Untuk itu, diperlukan banyak teknik evaluasi yang harus diterapkan
karena setiap macam penilaian memerlukan teknik tersendiri dan
setiap teknik penilaian memiliki kelemahan.

b. Prinsip kontinyuitas/berkesinambungan

Pelaksanaan evaluasi harus didasarkan pada proses penilaian yang


dilakukan secara kontinyu dan periodik dengan harapan adanya
kegiatan penilaian berfungsi untuk membimbing perkembangan
peserta didik.

c. Prinsip objektivitas

Evaluasi hasil belajar harus didasarkan pada penilaian terhadap


setiap peserta didik yang harus bebas dari unsur yang bersifat
subjektif, harus dapat dimaknai/ditafsirkan dengan jelas dan tegas.
Semakin banyak data yang dijadikan dasar penilaian, hasil
penilaian akan semakin objektif.

d. Prinsip berorientasi pada tujuan

Evaluasi hasil belajar harus ditujukan untuk mengetahui


keberhasilan peserta didik menempuh program sehingga penilaian
hasil belajar terhadap setiap peserta didik hendaknya dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik menguasai tujuan
yang ditargetkan.

e. Prinsip terbuka

Proses evaluasi yang didasarkan pada proses penilaian yang


dilakukan terhadap setiap peserta didik perlu diketahui oleh semua
pihak. Oleh karena itu hasil penilaian harus disebarluaskan (dapat
diketahui dan diterima) oleh pihak pihak yang terkait yaitu peserta
didik, orang tua, sekolah, pemerintah, dan masyarakat pengguna
lulusan.
f. Prinsip kebermaknaan

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan program.


Oleh karena itu, evaluasi harus didasarkan pada hasil penilaian
terhadap setiap peserta didik dan harus memiliki kebermaknaan
bagi orang yang menggunakan. Bagi guru, selain harus berguna
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik juga untuk umpan
balik dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran. Bagi peserta
didik juga harus berguna untuk memperbaiki diri dalam hal cara
belajarnya agar pada penilaian berikutnya hasilnya akan lebin baik.

g. Prinsip kesesuaian

Evaluasi terhadap keberhasilan peserta didik sebagai peserta


program harus didasarkan pada seberapa jauh hasil penilaian
terhadap setiap peserta didik bersesuaian dengan
pendekatan/strategi/metode kegiatan pembelajaran yang diterapkan
dalam rangka pelaksanaan kurikulum. Apabila dalam pelaksanaan
kurikulumnya menggunakan pendekata induktif, maka dalam
penilaiannya juga harus menjadikan pendekatan induktif menjadi
salah satu aspek yang dinilai. Jika dalam pembelajarannya
menerapkan metode eksperimen, kemampuan bereksperimen harus
menjadi salah satu aspek yang dinilai.

h. Prinsip determinasi dan klarifikasi

Evaluasi hasil belajar harus didasarkan pada kejelasan apa yang


dinilai dalam kegiatan penilaian terhadap setiap peserta didik
sebagai peserta program, apakah tentang kemajuan belajarnya
ataukah pencapaian hasil akhirnya.

i. Prinsip mendidik

Evaluasi diharapkan menerapkan prinsip mendidik. Hasil penilaian


terhadap setiap peserta didik hendaknya dapat digunakan untuk
membina dan memberikan motivasi pada peserta didik agar dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Hasil penilaian harus dinyatakan
dan dapat dirasakan sebagai suatu penghargaan bagi peserta didik
yang berhasil dan merupakan peringatan bagi peserta didik yang
gagal. Hasil penilaian yang dicantumkan dalam rapor hendaknya
merupakan pertanggungjawaban peserta didik yang bersangkuran
kepada orang tuanya yang telah mempercayakan pendidikan
anaknya kepada pihak sekolah/guru. Dengan demikian, penilaian
dapat memperkuat perilaku dan sikap peserta didik.

D. Hubungan Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi


didahului dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran. Kegiatan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh
guru diawali dengan menyusun tes atau nontes sebagai alat ukur, hasil
pengukuran berupa angka bersifat kuantitatif belum bermakna bila
tidak dilanjutkan dengan proses penilaian dengan membandingkan
hasil pengukuran dengan kriteria tertentu sebagai landasan
pengambilan keputusan dalam pembelajaran. Hasil penilaian tersebut
dapat dijadikan sebagai bahan/rujukan dan pertimbangan dalam
pengambilan sebuah keputusan atau evaluasi.
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hubungan antara pengukuran (measurement), penilaian (assessment),
dan evaluasi (evaluation) bersifat hirarkis. Pengukuran
membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian
menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, bisa perilaku
individu atau lembaga. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan bahwa
setiap kegiatan evaluasi melibatkan penilaian dan pengukuran.
Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung
arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri
pada ukuran atau kriteria tertentu, seperti menilai seseorang sebagai
orang yang pandai karena memiliki skor tes inteligensi lebih dari 120,
sedangkan evaluasi mencakup baik kegiatan pengukuran maupun
penilaian.

E. KESIMPULAN
Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi
didahului dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran. Pengukuran adalah proses pengumpulan data yang berupa
angka (skor) dari proses dan hasil belajar peserta didik, menurut aturan
tertentu, tetapi belum memiliki makna. Penilaian merupakan proses untuk
memberikan interpretasi terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan
norma tertentu untuk menentukan hasil belajar peserta didik. Evaluasi
merupakan proses pengukuran, penilaian, dan analisisnya dengan
menggunakan kriteria tertentu, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam membuat keputusan.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap. Artinya
kegiatan dilaksanakan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran,
penilaian, berlanjut dengan evaluasi, kemudian diakhiri dengan laporan
kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan.
Ragam penilaian secara umum terdiri dari 1) penilaian penempatan
atau penilaian yang digunakan untuk menentukam posisi mana siswa itu
dapat belajar dengan lebih maksimal; 2)penilaian formatif yang
digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar sehari-hari; 3) penilaian diagnostik yang digunakan untuk
mencari tahu kelemahan-kelemahan siswa agar guru dapat bertindak
dengan tepat; 4)penilaian sumatif yang biasanya dilakukan di akhir
pertemuan atau dapat disebut sebagai ujian untuk melihat sejauh mana
pemahaman siswa terhadap pembelajaran dalam periode tertentu; 5)
penilaian selektif yang digunakan untuk menyeleksi.
RUBRIK PENILAIAN TUGAS FORMATIF INDIVIDU MAKUL EVALUASI
PEMBELAJARAN

Aspek Frekuensi Skor Deskripsi SKOR SKOR


SA PA
Banyak 2 Untuk setiap 1 halaman
halaman penuh
1 Jika isi halaman lebih dari
½ tetapi tidak mencapai
satu halaman penuh
0 Jika kurang dari ½ halaman
Referensi 1/2 Setiap referensi berbahasa
Berbahasa asing yang disitasi
Asing
Referensi 1/4 Setiap referensi berbahasa
Berbahasa Indonesia yang disitasi
Ind
SA= Self Assessment Skor Total
PA= Peer Assessment
Denda

Skor Jadi

Catatan:
1. Kajian diketik 1,5 spasi.
2. Setiap author harus tercantum di dalam daftar pustaka, dan setiap referensi
harus disitasi dalam kajian. Setiap referensi yang tidak disitasi dalam kajian
dan setiap author yang tidak dituliskan di dalam daftar pustaka didenda 1.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Basuki & Hariyanto. (2016). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Depdikbud. 1994. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Dasar-Sekolah

Dasar. Jakarta: BP Dharma Bakti.

Farida, Ida. (2017). Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Griffin, P., dan Nix., P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney:

Harcout Brace Javanovich, Publisher.

Gronlund, Norman E. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching, 5thed. New

York.:MacMillan Publishing Co., Inc.


Hadi, S, dkk. (2015). Pengembangan Sistem Tes Diagnostik Kesulitan Belajar

Kompetensi Dasar Kejujuran Siswa SMK. Skripsi, dipublikasikan.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Hasan, S.Hamid. 1988. Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK-Ditjen Dikti-

Depdikbud.

Hopkins, C.D. & Antes, R. L., (1979). Classroom Measurement And Evaluation.

Illinois: FE Peacock Publisher, Inc.

Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 66 Tahun tentang Standar Penilaian

Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. (2014). Permendikbud No. 104 Tentang Penilaian Hasil Belajar

Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.

Jakarta: Kemendikbud.

Kerlinger, F. N. (1996). Asas-Asas Penelitian Behavior. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Kusaeri. (2014). Acuan & Teknik Penilaian Proses & Hasil Belajar dalam

Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Marwiyah, dkk. (2018). Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis

Penerapan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Deepublish.

Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Rupp, A.A., Templin, J. & Henson, R.A. (2010). Diagnostic measurement:

Theory, methods and applications. New York: The Guilford Press.

Sax, G. 1980. Principles of Educational and Psychological Measurement and

Evaluation, 2nd ed. California: Wadsworth Publishing Company.

Subali, Bambang. 2016. Prinsip Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.


Yogyakarta: UNY Press.

Sudjana, N. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakrta: UNY Press.

Sunarti dan Rahmawati. 2014. Penilaian Dalam Kurikulum 2013: Membantu

Guru dan Calon Guru Mengetahui Langkah-Langkah Penilaian

Pembelajaran. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Uno, H. B. & Koni, S. (2013). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Widoyoko, E. P. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis bagi


Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yang, X. & Embretson, S.E. (2007). Construct validity and cognitive diagnostic

assessment. Dalam J.P.Leighton & M.J. Gierl (Eds). Cognitive Diagnostic

Assessment for Education: Theory and Applications, (pp. 119-145). New

York: CambridgeUniversity Press.

Zaim, M. (2016). Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Kencana.

Zainal, A. & Nasution, N. (2005). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-

UT.

Anda mungkin juga menyukai