Oleh:
Hielda Hanifah
18108241050
Kelas: 3 D
2019
PENDAHULUAN
A. PENGUKURAN
1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah membandingkan sesuatu
yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerakan angka
menurut sistem aturan tertentu (Kerlinger, 1996: 687). Hopkins dan
Antes (1979) mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka
pada atribut dari objek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk
menunjukkan perbedaan dalam jumlah. Sedangkan menurut Uno dan
Koni (2013: 2-3) Pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang
hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses
dan hasil belajar tersebut. Proses pembelajaran tersebut bersifat
kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apa-apa karena belum
menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur.
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif.
Objektivitas dapat dicapai karena pengumpul data mengambil jarak
dengan objek yang diukur dan menyerahkan wewenang pengukuran
kepada alat ukur. Penyerahan kewenangan pengukuran kepada alat
ukur menyebabkan pengumpul data tidak lagi menyertakan
subjektivitasnya ke dalam hasil ukur dan diperoleh data yang objektif.
Dalam pengumpulan data hasil belajar misalnya, pengukuran
dilakukan atas siswa menggunakan tes hasil belajar sebagai alat ukur.
(Purwanto, 2010: 3)
Pengukuran merupakan istilah generik yang merujuk pada
penentuan sistematis tentang hasil atau karakteristik sesuatu dengan
menggunakan beberapa jenis perangkat penilaian. Pengukuran adalah
proses sistematis untuk memperoleh derajat sesuatu yang diukur yang
mana sifat atau atribut hadir dalam individu atau objek. Dengan kata
lain, pengukuran adalah tugas sistematis tentang nilai-nilai numerik
atau angka untuk suatu sifat atau atribut pada orang atau objek.
Misalnya mengukur tinggi dari suatu gedung, berat dari daging,
panjang dan lebar dari suatu kelas, dan sebagainya. Dalam pendidikan,
nilai numerik kecerdasan, bakat, atau kemampuan dan prestasi dapat
diukur dan diperoleh dengan menggunakan instrumen seperti tes-tes
standar. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai atribut dijabarkan ke angka
melalui kegiatan pengukuran. Jadi, pengukuran adalah pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang
jelas (Zainal dan Nasution, 2005 : 5).
Dengan demikian, pengukuran adalah proses pengumpulan
data yang berupa angka (score) dari proses dan hasil belajar peserta
didik, menurut aturan tertentu, tetapi belum memiliki makna.
Pengukuran (measurement) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk menentukan fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu
dengan satuan ukuran standar yang disesuaikan sesuai dengan objek
yang akan diukur. Pengukuran dalam bidang pendidikan berarti
mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal
ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik
atau atributnya.
2. Prinsip Pengukuran
a. Tes harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan intruksional.
c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
B. PENILAIAN
1. Pengertian Penilaian
Berasarkan lampiran Permendikbud no 104 tahun 2014, penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Menurut Sugihartono, dkk (2013:130) Penilaian
adalah suatu tindakan untuk memberikan interpretasi terhadap hasil
pengukuran dengan menggunakan norma tertentu untuk mengetahui
tinggi-rendahnya atau baik-buruknya aspek tertentu. Hasil pengukuran
tidak akan dapat dinilai jika tanpa menggunakan norma tertentu. Jadi
semua usaha membandingkan hasil pengukuran terhadap suatu bahan
pembanding atau patokan atau norma disebut penilaian.
Di pihak lain ada yang mendefinisikan penilaian sebagai istilah
umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk
menilai unjuk kerja (performance) individu atau kelompok peserta
didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang
menunjukkan pencapaian belajar peserta didik (Sunarti dan Rahmwati,
2014: 9). Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari isilah
assessment, bukan dari istilah evaluation. Depdikbud (1994)
mengemukakan "penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai siswa." Kata "menyeluruh"
mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Sementara itu, Griffin
dan Nix (1991:4) mendefinisikan penilaian sebagai suatu pernyataan
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang
atau sesuatu.
Sedangkan menurut Gronlund (1985) penilaian sebagai proses
sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran informasi
untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan. Gronlund
mendefinisikan tentang sebuah penilaian sebagai suatu proses yang
sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan menganalisis untuk
menginterpretasikan informasi serta menentukan seberapa jauh
seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun
keterampilan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah
suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah
keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang akan diberikan atau
juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan. Keputusan
tentang peserta didik meliputi juga pengelolaan belajar penempatan
peserta didik sesuai dengan jenjang atau jenis program pendidikan,
bimbingan dan konseling, dan menyeleksi peserta didik untuk
pendidikan lebih lanjut. Keputusan penilaian terhadap suatu hasil
belaiar sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik merefleksikan
apa vang mereka ketahui, bagaimana mereka belajar, dan mendorong
tanggung jawab dalam belajar. Keputusan penilaian dapat dibuat oleh
guru, sesama peserta didik (peer) atau oleh dirinva sendiri (self-
assessment). Pengambilan keputusan perlu menggunakan
pertimbangan vang berbeda-beda dan membandingkan hasil penilaian.
Pengambilan keputusan harus membimbing peserta didik untuk
melakukan perbaikan pencapaian hasil belajar.
Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting
yang menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar: bukan hanya
sebagaI cara yang digunakan untuk menilai hasil belajar. Kegiatan
penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik
mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya
adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik
untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis. Guru harus
menyadari bahwa kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu
indikator keberhasilannya dalam pembelajaran. Jika sebagian besar
peserta didik tidak berhasil dalam belajarnya berarti pula merupakan
kegagalan bagi guru itu sendiri.
2. Tujuan Penilaian
Secara umum tujuan penilaian adalah memberikan penghargaan
terhadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program serta
kegiatan pembelajaran. Secara rinci, tujuan penilaian menurut Sunarti
dan Rahmawati (2014:10) untuk memberikan:
a. Informasi tentang kemajuan belajar siswa secara individual
dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar
yang telah dilakukan
b. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan
belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa
maupun terhadap seluruh siswa di kelas.
c. Informasi yang dapat digunakan guru dan siswa untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa, tingkat kesulitan,
kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remidi, pendalaman
atau pengayaan.
d. Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi
tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan
usaha pemantapan dan perbaikan.
e. Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang
sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
3. Prinsip Penilaian
Menurut lampiran Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang
standar penilaian, prinsip penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai
berikut.
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan
berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan ke-
pada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik
prosedur, dan hasilnya
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
4. Ragam Penilaian
a. Ragam Penilaian Secara Umum
5) Penilaian Penempatan
Menurut Sudjana (2016: 5) penilaian penempatan
adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program
belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan
sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan
kata lain, penilaian ini beorientasi kepada kesiapan siswa
untuk menghadapi program baru dan kecocokan program
belajar dengan kemampuan siswa. Menurut Bambang Subali
(2016:8) Penilaian Penempatan dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran terhadap masing-masing peserta didik sebelum
menempuh program pembelajaran. Tujuannya yaitu untuk
a) mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat masing
masing peserta didik yang diperlukan dalam proses
pembelajaran yang akan diselenggarakan bila diperlukan
adanya kemampuan prasyarat/prerekuisit;
b) menjajagi penguasaan masing-masing terhadap kemampuan
yang ditargetkan;
c) meneliti interes, langgam belajar, ataupun karakteristik
personal masing-masing peserta didik; serta
d) mendiagnosis kemampuan masing-masing peserta didik
terhadap kemampuan prasyarat/kemampuan prerekuisit jika
diperlukan kemampuan prasyarat untuk menguasai
kompetensi yang ditargetkan.
Menurut Marwiyah (2018: 372) jenis penilaian ini
dilaksanakan jika ada kebutuhan untuk menempatkan setiap
peserta didik pada program pembelajaran yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuannya. Sebagai contoh, peserta didik
yang berbadan kecil jangan ditempatkan di belakang peserta
didik yang berbadan tinggi, tetapi sebaiknya ditempatkan pada
posisi terdepan agar tidak mengalami kesuliatan dalam proses
belajarnya.
b. Ragam Penilaian Berbasis Kelas
Menurut Kusaeri (2014) Ragam penilaian berbasis kelas
adalah sebagai berikut.
1) Penilaian Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan seperangkat pertanyaan atau
tugas dalam bentuk tulisan yang direncakana untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes
tertulis diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yiatu pertanyaan
yang menuntut jawaban pilihan dan jawaban uarian. Bentuk
pilihan dapat berupa pilihan ganda, benar salah, dan
menjodohkan. Sementara uraian dapat berupa pertanyaan
uraian terbuka dan uraian tertutup, jawaban singkat, dan isian
(Kusaeri, 2014: 70).
2) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan
yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu.
Portofolio tidak hanya sebagai tempat penyimpanan hasil
pekerjaan siswa, tetapi juga merupakan sumber informasi guru
dan siswa. Portofolio berfungsi untuk mengetahui
perkembangan pengetahuan siswa. Portofolio memberikan
bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan
siswa sehingga guru dan siswa memiliki kesempatan
mengembangkan kemampuannya. (Kusaeri, 2014: 126).
3) Penilaian Kinerja
Menurut Basuki & Hariyanto (2016: 52) penilaian
kinerja merupakan penilaian yang sedikit sekali menggunakan
kata-kata dalam bentuk tertulis, tetapi lebih banyak melihat
bagaiamana cara siswa mengerjakan sesuatu baik berupa
keterampilan fisik, penguasaan alat-alat laboraturium, maupun
menguasai prosedur pembelajaran tertentu.
Menurut Kusaeri (2014: 142) penilaian kinerja adalah
penilaian yang meminta siswa mendemonstrasikan tugas
tertentu guna mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya.
Nitko & Brookhart (Kusaeri, 2014: 142) menyebutkan
bahwa penilaian kinerja melibatkan dua komponen yakni tugas
yang harus dilakukan oleh siswa dan rubrik penskoran yang
akan digunakan untuk menilai penampilan mereka. Rubrik
merupakan alat untuk memberikan skor yang berisi daftar
kriteria tugas tertentu.
4) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan seseorang atau sekelompok siswa
dalam periode tertentu. Tugas tersebut berupa kegiatan sejak
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk, dan
laporan tertulis. Manfaat dari kerja proyek adalah untuk
menilai kemampuan siswa pada waktu melakukan kerja
individu maupun kerja kelompok, kemampuan dalam
mengorganisasikan waktu, dan kemampuan merancang tugas
secara berurutan (Kusaeri, 2014: 156).
5) Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu proses yang menggambarkan
cara siswa memperoleh informasi dan berefleksi mengenai
pembelajarannya sendiri. Penilaian diri adalah penilaian dari
siswa sendiri mengenai kemajuan pribadinya dalam
pengetahuan, keterampilan, proses-proses, dan sikap. Hal ini
akan memandu siswa menuju kesadaran dan pemahaman yang
lebih baik terhadap dirinya sendiri (Basuki & Hariyanto, 2016:
70). Dengan demikian, bukan berarti guru terbebas dari
kegiatan penilaian. Adanya penilaian diri ini untuk membantu
guru dalam menilai siswanya.
6) Penilaian Jurnal
Penilaian jurnal dilakukan dengan mencatat peristiwa
dalam proses pembelajaran. Terdapat dua jenis penilaian jurnal,
yakni jurnal belajar dan pembelajarannya. Perbedaan dari
kedua jurnal tersebut adalah subjeknya. Jurnal belajar
merupakan tulisan siswa untuk mencatat apa yang telah
dipelajarinya. Dengan begitu, jurnal tersebut dapat dijadikan
sebagai salah satu acuan dalam menilai. Sementara, tidak
semua catatan siswa dapat dijadikan acuan. Seperti halnya
jurnal pembelajaran, guru akan mencatat peristiwa
pembelajaran sehingga acuan penilaian yang digunakan yakni
dengan catatan pribadi tersebut.
7) Penilaian Tes Lisan dan Penugasan
a) Tes Lisan
Menurut Kusaeri (2014: 196) tes lisan merupakan
tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Kelebihan dari penilaian ini adalah (1) dapat menilai
kepribadian dan isi pengetahuan seorang siswa, karena
dilakukan face to face, (2) dari sikap dan cara menjawa,
guru dapat melihat apa yang tersirat, (3) guru dapat
menggali pengetahuan siswa secara langsung, dan (4) guru
dapat mengetahui langsung hasilnya. Sementara kekurangan
dari penilaian ini antara lain, (1) jika hubungan antara guru
dan siswa kurang baik akan memengaruhi objektivitas guru
dalam memberikan penilaian, (2) sikap gugup siswa akan
memengaruhi hasil tes, (3) untuk menguji kelompok
membutuhkan waktu yang lama, dan (4) guru dalam
memberikan penilaian terpengaruh oleh kepribadian siswa.
b) Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh
guru berupa pekerjaan rumah atau proyek yang harus
diselesaikan oleh siswa. Bentuknya dapat dilakukan secara
individu ataupun kelompok, sesuai dengan karakteristik
tugas (Kusaeri, 2014: 202).
C. EVALUASI
1. Pengertian Evaluasi
2. Tujuan Evaluasi
3. Prinsip Evaluasi
a. Prinsip integralitas/menyeluruh
b. Prinsip kontinyuitas/berkesinambungan
c. Prinsip objektivitas
e. Prinsip terbuka
g. Prinsip kesesuaian
i. Prinsip mendidik
E. KESIMPULAN
Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi
didahului dengan penilaian, sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran. Pengukuran adalah proses pengumpulan data yang berupa
angka (skor) dari proses dan hasil belajar peserta didik, menurut aturan
tertentu, tetapi belum memiliki makna. Penilaian merupakan proses untuk
memberikan interpretasi terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan
norma tertentu untuk menentukan hasil belajar peserta didik. Evaluasi
merupakan proses pengukuran, penilaian, dan analisisnya dengan
menggunakan kriteria tertentu, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam membuat keputusan.
Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat bertahap. Artinya
kegiatan dilaksanakan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran,
penilaian, berlanjut dengan evaluasi, kemudian diakhiri dengan laporan
kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan.
Ragam penilaian secara umum terdiri dari 1) penilaian penempatan
atau penilaian yang digunakan untuk menentukam posisi mana siswa itu
dapat belajar dengan lebih maksimal; 2)penilaian formatif yang
digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar sehari-hari; 3) penilaian diagnostik yang digunakan untuk
mencari tahu kelemahan-kelemahan siswa agar guru dapat bertindak
dengan tepat; 4)penilaian sumatif yang biasanya dilakukan di akhir
pertemuan atau dapat disebut sebagai ujian untuk melihat sejauh mana
pemahaman siswa terhadap pembelajaran dalam periode tertentu; 5)
penilaian selektif yang digunakan untuk menyeleksi.
RUBRIK PENILAIAN TUGAS FORMATIF INDIVIDU MAKUL EVALUASI
PEMBELAJARAN
Skor Jadi
Catatan:
1. Kajian diketik 1,5 spasi.
2. Setiap author harus tercantum di dalam daftar pustaka, dan setiap referensi
harus disitasi dalam kajian. Setiap referensi yang tidak disitasi dalam kajian
dan setiap author yang tidak dituliskan di dalam daftar pustaka didenda 1.
DAFTAR PUSTAKA
Rosdakarya.
Griffin, P., dan Nix., P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney:
Depdikbud.
Hopkins, C.D. & Antes, R. L., (1979). Classroom Measurement And Evaluation.
Jakarta: Kemendikbud.
University Press.
Kusaeri. (2014). Acuan & Teknik Penilaian Proses & Hasil Belajar dalam
Remaja Rosdakarya.
Yang, X. & Embretson, S.E. (2007). Construct validity and cognitive diagnostic
UT.