1. Tema : kesombongan murid yang lupa dengan gurunya
Kutipan: Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri. Kalau dulu harimau membunuh Kijang dewasa untuk makan, sekarang ia telah berani membunuh anak Kijang atau rusa hanya untuk kesenangan saja, keamanan dan ketentraman hutan menjadi terganggu. 2. Watak dan Penokohan Kucing ( Protagonis) : sabar Kucing dengan sabar mengajari Harimau keahlian untuk berburu makanan di hutan Harimau (Antagonis) : sombong Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. 3. Alur Perkenalan Dahulu kala, Kucing adalah guru harimau. Kucing, Sang Guru berwarna Putih, berekor panjang, nampak gemuk dan menggemaskan. Sedangkan Sang Murid, Harimau sebenarnya hampir mirip dengan Kucing, namun berperawakan besar dengan tubuh berwarna orange dan dihiasi garis-garis loreng yang berwarna hitam, Taringnya besar dan tajam dan terlihat seram. Konflik Waktu terus berlalu, semakin lama Harimau menjadi sombong dan takabur, sehingga ia menjadi teror dan penyebar ancaman bagi setiap mahluk yang hidup di dalam hutan itu. Ia jarang menemui gurunya lagi, Harimau semakin lupa diri. Klimaks ketika Harimau ingin menguasai seluruh isi hutan dan ia meminta kepada Kucing sang gurunya untuk memberikan ilmu memanjat pohon agar ia bisa menangkap burung dan tupai, sehingga ia dapat menguasai hutan, namun Kucing tidak memberikannya dan Harimau pun mengancam untuk membunnuhnya. “Aku Kan membunuhmu!!!!!, aku harus menghancurkan siapapun yang menghalangi langkahku untuk menjadi penguasa hutan ini….. “Grrrrggghhhh!!!!!” Kemarahan Harimau semakain memuncak, ambisi untuk mengusai hutan telah menutup mata hatinya, bahwa di hadapannya adalah Gurunya. Anti Klimaks Ketika masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang, yaitu ketika Harimau sudah lelah menunggu Kucing dan ia pun meninggalkannya dan ia mengusir kucing itu dari hutan. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, Harimau itu lelah juga. “hai Kucing tak tahu diuntung, aku akan membiarkanmu pergi, aku tak ingin melihat wajahmu lagi di sini… pergilah kau jauh-jauh, jangan samapai aku mencium bau kotoranmu, karena kalau samapai aku mencium aroma kotoranmu akau tak segan-segan akan membunuhmu dan seluruh keturunanmu” Harimau itu bergegas pergi meninggalkan pohon randu Hutan itu. Penyelesaian Ketika masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan, yaitu kucing pergi meninggalkan hutan itu. Dengan penuh kesedihan dan luka hati yang dalam Kucing itu pergi meninggalkan hutan itu menuju perkampungan di pinggir hutan. Kucing itu selalu mengingat ucapan Harimau itu. Setiap kali membuang hajat ia akan menutupinya dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang tercium keluar. Ia wariskan pengetahuan itu kepada seluruh anak dan cucu-cucunya agar setiap kali membuang kotoran, kotoran itu harus ditimbun dengan tanah dan memastikan bahwa tidak ada bau yang keluar agar Harimau tidak datang untuk membunuhnya. 4. Latar Tempat : di dalam hutan Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa wajahnya pagi itu. Waktu: pagi hari Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam hutan itu. Kucing masih bertengger di atas pohon menikmati hangatnya sinar matahari yang menerpa wajahnya pagi itu. Suasana: menegangkan dan menyedihkan Ketika harimau ingin membunuh kucing, dan kucing merasa sedih melihat tingkah laku muridnya yaitu harimau menjadi sombong dan lupa diri. 5. Sudut Pandang : sudut pandang orang ketiga Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh dalam cerita selalu menyebutkan nama, atau kata gantinya: ia, dia. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Kutipan Cerita : Kucing tak kalah sigap, dengan secepat kilat ia segera menghindar dan melompat ke atas pohon. Air matanya jatuh menetes melihat keberingasan murid yang ia sayangi itu. Ia duduk di dahan pohon Randu Hutan yang selama ini ia jadikan rumahnya. Harimau menunggu di bawah dan mengaum keras, menahan segala rasa marahnya. 6. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang terdapat dalam cerita tersebut yaitu adanya diksi atau pemilihan kata yang tepat yang sesuai dengan tema dan persoalan, latar, waktu yang ada dalam cerita tersebut. Selain diksi ada pula gaya bahasa yang tetrdapat dalam cerita tersebut yaitu gaya bahasa Personifikasi dimana penulis menggambarkan benda/material seperti sifat manusia. Kutipan cerita : Pagi hari menjelang, Langit cerah berwarna biru, dan matahari memancarkan sinar kebahagiaan di dalam hutan itu. 7. Amanat Kita harus selalu ingat kepada orang yang telah memberikan ilmu atau jasa kepada kita.