Anda di halaman 1dari 6

BU

(Karya KH. Mustofa Bisri)


Ibu, Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah kawah,
Darimana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi, yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut dan langit
Yang menjaga lurus horisonku

Kaulah, ibu, mentari dan rembulan


Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak surga di telapak kakimu

(Tuhan, aku bersaksi


Ibuku telah melaksanakan amanatMu
Menyampaikan kasih sayangMu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Engkau mengasihi kekasih-kekasihmu
Amin)
SENJA DI PELABUHAN KECIL

Ini kali tidak ada yang mencari cinta


Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam


Ada juga kelepak elang menyinggung muram
Desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan
Tidak bergerak dan kini tanah air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendirian.


Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap
KEPADA KAWAN

Sebelum ajal mendekat dan menghianat


Mencengkam dari belakang ketika kita tidak melihat
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa

Belum bertugas kecewa dan gentar belum ada


Tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam
Layar merah berkibar hilang dalam kelam
Kawan, mari kita putuskan kini di sini
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju
Jangan tembatkan pada siang dan malam

Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat
Tidak minta ampun atas segala dosa
Tidak memberi pamit siapa saja
SEBUAH KAMAR

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia


Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu
Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu

Ibuku tertidur dalam tersedu


Keramaian penjara sepi selalu
Bapak ku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu

Sekeliling dunia bunuh diri


Aku minta adik lagi pada Ibu dan Bapak ku
Karena mereka berada di luar hitungan
Kamar begini 3 x 4 terlalu sempit buat meniup nyawa
RUMAHKU

Rumah ku dari unggun timbun sajak


Kaca jernih dari luar segala nampak
Ku lari dari gedong lebar halaman

Aku tersesat tak dapat jalan


Kemah ku dirikan ketika senja kala
Di pagi terbang entah ke mana
Rumah ku dari unggun timbun sajak

Di sini aku berbini dan beranak


Rasanya lama lagi
Tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu
Doa

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh


mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci


tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk


remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Anda mungkin juga menyukai