Anda di halaman 1dari 16

MERAKIT

INDONESIAKU Bumantara di Seberang


Karya: Fatih Noor Muhamad
Fathia Arifa Fachrani

Dibawah kibaran sang merah putih Getar hatiku, mendengar namamu


Dibalik lembaran proklamasi disebut
Riuh jiwa pahlawan berdikari Sebab kini, udaramu tak lagi ku hirup
Baktinya adalah nyawa untuk sang Akankah lirih tangisku terdengar
negeri Di negeri sana yang lebar
Ku bersumpah tuk tak ingkar janji
Lalu bangsa pemuda telah datang pada negeri ini
Chauvinisme mengikat sukma hingga Negeri yang kucintai
membentang Tanpa mengalkulasi
Telapak dengan tonggak kemerdekaan Penatnya jiwa ini
erat Tanah airku, Indonesia
Mengikat daksa agunan nyawa Negeri yang kudamba
tercatat tamat Aku begitu merindukanmu
Rindu untuk melepas lelahku, di
Dahulu kala, tepat tahun empat puluh tanahmu.
lima
Indonesia mengesahkan kata
‘merdeka’
Memukul agresi-agresi yang ada
Proklamasi digaungkan Soekarno-
Hatta dan membungkam seluruh
dunia

Kulihat gerombolan pemuda masa


kini
Berjempalitan meraih bangkit
Walau ekonomi, pendidikan, dan
politik masih berselimut sakit
Namun tetap bahu-membahu merakit
Indonesiaku

Depok, 28 September 2023


Aksara Indonesia Hingga nahkoda menjemputku lagi
Karya Fathur Rohman
Brebes, 23 September 2023
Ku berlayar…
Menyebrangi luasnya Samudra
Menempuh jenjang Pendidikan
Berkompetisi global yang semakin
menjerat

Langkah kakiku amatlah berat


Saat aku beranjak pamit
Lambaian tanganku semakin menjauh
Meninggalkan teman-teman di
pelabuhan

Aku mulai beradaptasi


Mengikuti alur sosial berinteraksi
Kenyamanan perlahan bersemi
Seiring bumi berotasi

Perjalanan hidup aku tapaki


Walau rindu terus menggebu
Hingga tertuangkan di lampiran catatn
Banyak ku ceritakan dalam sajak

Memang aku bangga!!!


Hendak sampai di puncak Menara
Tetapi ketidak sempurnaan selalu
kurasa
Di setiap lembaran yang aku buka

Indonesia…
Tanah kelahiranku
Tempat aku ditimang
Dan dibesarkan oleh kasih sayang

Negeriku…
Aku ingin kembali
Aku terus menanti ujungnya
Bila Renjana yang
Bicara Keindahan Sang
Karya: fawwaz Faadhilah B Zamrud khatulistiwa
Karya: Frisilian Basarama
Dipuja-puja sedari dulu
Diidamkan oleh yang mencarinya aneka batu dalam sebuah garis
Begitu rupawan pesonamu luluhkan astronomis
atma melintang dari utara ke selatan,....
Atmaku, dan atmamu satu Bagai pulau Miangas ke pulau Rote,
dan
Tak akanku biarkan elokmu hirap membentang dari barat ke timur,...
Tiada goyah sedikit pun diriku Bagai pulau Benggala ke pulau Liki.
Taruhku padamu nyawaku
Lengkara bila aku temukan Elok nan rupanya penuh pesona
penggantimu Menyiratkan kecantikan negeriku,
negeriku Indonesia…
Tahukah,
Bila baskara menatap dari atas hamparan flora dan fauna nya
Tubuh berbaring di bentala menjadi keindahan yang mempesona
Kudengar engkau melaung tak heran namanya mendunia…

Hentikan tangismu, Sumber daya alamnya tak terkira


Hati tak kuasa Yang Tersimpan di bawah
Bila nestapa membuatmu redum naungan permadani negeri ribuan
pulau ini…
Sudah, sudah kuperjuangkan
Untukmu Zamrud khatulistiwa s'lalu berseri
akan tawa, hawa sejuk, dan rasa
Sudah, sudah berlalu nyaman
Yang selalu risak akan alam yang indah nan permai
di khatulistiwa…
Jaga pesanku,
Bertahan amerta di bentala
Agar kelak renjanaku yang telah
membiru
Bumiputera yang melanjutkan,

Kepada yang terukir amerta,


Indonesia Pelukis Langit Malam
Oleh Fellah Octien JD Laut dan hutan ;

Hening Negeri Zamrud dalam gulita Saban hari,


Cahaya bintang gemintang bersinar Semakin aku tenggelam dalam cinta
Memeluk Gelapnya langit malam kepadamu,
Memancarkan cinta tiada tara Kau kudamba dan kunanti,
Ku kenang takkan kulupa,
Bunga merah merekah
Membakar atmosfer sekitar Wahai,
Di pantai pasir putih yang suci Bumi pertiwi.
Tempat cinta kita selalu bermadu

Segala kasihmu akan selalu diriku


peluk
Tersimpan dalam keajaiban asmara
kita
Menghalau debu yang ingin
mengotori
Saat jingga fajar tiba nanti

Pertiwi

Kau lukis perjuangan indah,


Merah pekat bagaikan darah,
Dalam dekap merah dan putih,
Terdayuh dalam atma yang sadrah ;

Itu dia,
Dekapan hangat pelipur lara,
Gundah gata hirap oleh rinai,
Menjadi lebat menyuburkan bentala,
Menjadi tempat sejuta pulau-pulau
cinta dalam sanubari ;

Oh sayang,
Indonesiaku,
Amat elok rupawan,
Ancala menjulang nyata menggugah
kalbu,
Aku Haruslah Ketika putra-putrimu dahulu berdarah
juangmu;
Mengenalmu Membuat angkasa raya mengenal
Karya: Handika Maulana A merah putihmu,
Yang terukir oleh suci dan berani
Aku haruslah mengenalmu, wahai dirimu!
pertiwiku; Aku haruslah mengenalmu dari berani
Engkau yang melahirkanku, pahlawanmu;
membesarkanku, Yang mematahkan rantaimu;
Untukmu Tuhan kekalkan tanah membebaskanmu,
permai nan baru, Kepada tekanan yang nyata, aku
Indah namanya, ‘kan mulia selalu berseru:
bersamamu. “Dari awal hingga akhir, Oh Tuhan,
Aku haruslah mengenalmu oh semoga membantumu!”
negeriku yang mulia; Aku haruslah mengenalmu dari
Cahaya benderang bagai sang surya di indahnya alammu,
angkasa raya, Yang terlukis bagai surga oleh Tuhan
Tak lekang dipuja-puja, Engkau sang di dunia.
berlian dunia, Dari julang gunung yang tinggi,
Berbahagialah dirimu di bawah hingga ke ujung lautmu,
naungan surga. Terindah tak tertandingi di alam jagat
Ratusan tahun lamanya terbelenggu, raya!
Engkau, Aku haruslah mengenalmu dari
Oleh kegelapan yang mengikis sucinya dirimu,
hutanmu, Ibu pertiwi yang mulia, engkau yang
Suram kelam agung mata indah takkan semu.
sayupmu, Hinggalah laut bertemu laut, dan
Yang menangis meringis mengais- gunung-gunung berseteru,
ngais tanah airmu. Semoga Tuhan selamanya
Tak lagi aku lihat dirimu yang menyelamatkanmu!
terduduk hampa, Aku sudahlah mengenalmu, dari bilik
Ketika melepaskan rantaimu; hatiku,
membebaskanmu, Yang terpendam dalam jiwa syukur
Menatap wajah berseri dirimu yang menatapmu,
suntuk tersiksa, Dengan satu suara untukmu ‘ku
Terganti tatapan kebahagiaan putra- berseru:
putrimu. “Berbahagia bersuka cita, hingga
Aku haruslah mengenalmu dari kisah Tuhan menjemputmu!
panjangmu,
Selamanya Bersemayam Berjalan menapaki tiap beda tak
membuat hilang
dalam Dada karsa untuk terus mencinta,
Karya: Helmalia Putri justru karena tak sama jadi alasan
Sama - Sama untuk mencinta,
Sejauh tapak menancap menjaga agar lestari sepanjang masa
Meribu hitungan jarak beranjak dari
Bumi Pertiwi
Tak akan lekang dari sanubari, Rona Sejauh tapak menancap
merah senja jelita Meribu hitungan jarak beranjak dari
di langit nusantara kekal rasa di dada Bumi Pertiwi
Aku di sini tak akan lupa diri
Selamanya bersemayam cinta dalam
Kuhirup sejuk terasa sampai dada
kepedalaman sukma
menyapu seluruh riuh gejolak kepala
Namun tetap saja, kelu manusia
setengah kata
menafsirkan cinta

Nyanyian dan tarian elok gemulai


yang mematikan pandang
Merdu terdengar rangkaian bambu
digoyangkan
Serta denting gamelan menusuk
telinga sunyi menuju
gemuruh tepuk tangan

Ragam bahasa dan cita rasa makanan


yang unik bervariasi kucicipi,
tak kuasa menahan rekah bangga
dalam jiwa
Susunan batu menjulang tinggi
menjadi saksi, kaya akan
sejarah yang lalu menghiasi Bumi
Pertiwi
Seutas Kekagumanku Negara dengan keragaman suku dan
budaya.
Pada Sang Ibu Pertiwi Keramah-tamahan masyarakatnya
Oleh Heni Wahyuni yang luar biasa mendunia.
Serta gemar bergotong-royong tuk
Ketika kulangkahkan kakiku membantu sesama tanpa memandang
menapaki setapak jalan di kaki siapakah dia.
gunung.
Kulihat pemandangan yang begitu Ada pula sejarahnya yang tak
elok nan sejuk, sejauh aksaku mungkin kulupakan.
memandang. Derap langkah demi langkah para
Kupeluk ragaku erat, sembari jenderal yang memperjuangkan tanah
menyaksikan pepohonan yang ini dengan nyawa dan darah.
menari-nari dihempaskan anila yang Membebaskan diri dari belenggu
menerpa dengan kencang. penjajah.
Lebih jauh lagi kakiku melangkah, Yang menegakkan hak-haknya
kulihat mentari mulai menampakkan dengan kemerdekaan.
dirinya di antara gunung-gunung.
Tangerang, 28 September 2023
Aku sangat suka ketika berjalan-jalan
di tanah tempat aku dilahirkan.
Memandangi hamparan sawah yang
begitu luas bagai papan yang tersusun
rapi nan luas.
Sungai yang mengalir dengan deras.
Hutan-hutan yang lebat menjulang
tinggi, serta burung-burung yang
berkicauan.

Apa kau mafhum? Inilah tanah


kelahiranku yang begitu indah.
Yang dikenal dengan sebutan negara
agraris.
Tak lupa pantai-pantainya yang
eksotis.
Serta kekayaan alamnya yang begitu
melimpah.

Tak akan kualihkan kecintaanku


terhadap Indonesia.
Nusantara dalam Cinta pergi ke langit mendung; menyelami
surga yang berkabung.
dan Sisa Usia pengkhianat semacam prahara yang
Karya: I.R. Zamzami memorak-porandakan tubuhmu,
punggung digasak batu-batu, lecet dan
jauh sebelum aku lahir, ayah pernah tak terawat, pulau-pulau retak dan
memelintir takdir, melawan arus nasib memisahkan dirinya, giriwarsa
yang pergi menuju muara; berlayar ke diperkosa, dilucuti lembahnya,
lambung samudera. pipi kirinya menelanjangimu, merampas
mengapit matahari, pipi kanannya kesucianmu
menciptakan gelombang, saat
putranya belum mahir berlayar. burung-burung bersinggah, mencericit
masihlah jadi bajak laut yang kerap lafaz ibadah. tidakkah mereka berdoa
kali lupa membaca doa keselamatan Tuhan mengasihimu; menyisihkan
sampan. cinta-Nya padamu. di tubuhmu, liuk
aku mencari angin, agar dapat angin bergetar, membaca bagian apa
terbang, seperti burung garuda, dari saja yang mesti dipeluk,
utara hingga selatan. hingga kini,
terus melaju di tengah mimpi. kulihat matamu berkaca-kaca seakan-
mencintai laut. mempersilakan ikan- akan laut tumpah membanjur iklim
ikan menari di linimasa kepalaku. pancaroba, hingga tubuh kami basah,
langit semakin hijau, bercermin pulau tak mampu aku membelakangi segala
di ujung pandang. mutiara berkilau, yang kupijaki di sini; yang
terpantul dari keluh matahari. tubuhku membesarkanku tak selaiknya anak
kini matang. aku mulai tumbuh tiri. berapa banyak yang mengaku
menjadi remaja, menjadi anak muda. mencintaimu, tetapi yang kau dapati
sekali dayung, dua tiga pulau hanyalah cinta palsu
terlampaui. dua-tiga mimpi terlewati.
aku mencintaimu, Sa, di langit kosong
sematang kelapa, sematang usia. pasir merah senja, menyiasati mahabah
berjuntai menyambut mulut sampan yang ‘kan tiba dari arah mana saja,
di tepian. aku melipir, menjatuhkan tiada kata menyerah dari mulutmu
cinta di pesisir. cinta masa kecil yang kelewat pucat digembosi para
tentang ikan dan lokan. karang dan cukong pengkhianat. maka biarlah
garam. asin dan pahit kehidupan yang bibirku menjadi basah ombak yang
berwarna sekuning petang. aku ‘kan mencucup keningmu setiap kali
hidupkan pasir di bawah langit yang kau mengatakan jiwa bakal terangkat,
mekar. awan-awan seperti lebah yang raga tinggal mangka. aku ingin
ingin berkunjung. aku duduk mengukuhkan diri, melanggungkan
merenung. menyaksikan ikan-ikan
sebutir maklumat sebelum aku jadi
rakyat taat yang mungkin kau cintai.

aku letakkan pakaian. seperti


meletakkan cinta yang begitu basah.
kepadamu berterima kasih. hidup dan
menyambut kelahiran. begitu pun siap
menerima kematian. kuserahkan sisa
hajatku. dua puluh tiga tahun yang
muda. dua puluh tiga tahun yang air.
adalah kesedihan yang terus bergilir.
tubuhku tanah, mataku air. menangisi
laut seperti menangisi maut. aku
membenci surga. di rahim negeriku
sendiri. melihatnya sama saja melihat
kekekalan yang sia-sia. mimpi
diledakkan, diberangkatkan ke tanah
kematian. sedang diriku belum sempat
memberikan apa-apa bagi tanah dan
air yang begitu sepi dicintai, begitu
ramai disakiti.
Bogor, 23 September 2023

Hanya Disini Aku


Bahagia
Karya : Ibnu Nur Adim Fadilah

Diri terbangun di pagi hari


Berdiri di atas bumi pertiwi
Menikmati indah birunya langit
Serasa haru sanubari hati

Jujur aku bingung padamu


Berjajar pulau dipisahkan laut biru
Gunung berjajar tanpa tahu akan
meletus
Seakan-akan semesta tidak restu

Dirimu memang bukan sepasang


mempelai
Tetapi, ragam alam memberi cincin
Dirimu memang bukan gula manis
Tetapi, selalu dikunjungi sepenuh hati

Setapak jalan membuka keindahan


Melirik pohon pembawa kesejukan
Suara aliran air memberi ketenangan
Kicauan burung terus memanjakan

Terlintas asa kepada nusantara


Untuk menulis sajak puisi aksara
Dengan tinta air bercampur arang
Diatas daun jati dari Jepara

Biarkan puisi menjadi jembatan


Akan rasa cinta pada Indonesia
Dari sang pemuda asli daerah
Menjadi sinyal pada luasnya dunia

Oh Tuhan seandainya aku mati


Diri tidak kecewa maupun sedih
Walau cerita hidup harus berakhir
Biarlah aku tersenyum tenang disini
Aku Dawam Padamu dari jalan-jalan yang panjang dan
Karya: Imam Khoironi sunyi
dari rimbun pohon yang berselawat
Setelah dua puluh delapan ribu menentang tumbang
langkah dari padi-padi yang menolak tunduk
kita lazim melantunkan lagu sendu dari nyanyian yang bersandar pada air
diiringi birama satu perempat mata
dalam daftar putar favorit
untuk memulai hari berkabung Menuju seabad usia
Adakah cinta yang terpendam Aku dawam padamu
di lubuk pilu, detak kalbumu? pada duka-luka, yang riuh
mengguruiku
Setelah sembilan ratus kali purnama pada terik-hujan, pada anyir-busuk
Setelah kapal-kapal melayari bau bangkai
samudera pada hutan-gunung, pada laut-pantai
meriam-meriam memadamkan Aku dawam padamu
suarnya
senapan memilih redam suara Bandar Lampung, Agustus 2023
Lagu sedih itu tetap diperdengarkan
kadang, anak-anak tanpa ragu
ikut riang melanggamkannya
Begitu pula mayat-mayat di selokan
yang tersumbat popok tanpa kain
kafan

Setelah tiga puluh sembilan kemarau


angin yang singgah di pelabuhan
hijrah
ke negeri jauh, mencari ujung dunia
tapi aku tetap di sini
Menikmati hujan, menghirup aroma
daun kering
sesekali mendengarkan lagu sedih
yang diputar menjelang pesta

Setelah tigapuluh delapan titik


perhentian
Aku pasrah dan mengamini segala
doa
Mau Dibawa Kemana Tak apa jika harus merapah derana
Meraki hingga ujung cakrawala
Negeri Kita: Sajak Cinta Yakinlah sang fajar akan baswara
untuk Indonesia
Karya: Ira Ardila Garis lengkung merona di pipi
Bak indurasmi menjemput mimpi
Indonesia dengan kekayaan alamnya Rinai akan membasahi sanubari
Terkenal gemah ripah loh jinawi Menumbuhkan harapan lagi
Keindahan alamnya bagai nirwana
Yang selalu dinanti Menjadi nahkoda menggapai mimpi
negeri
Di gedung sana berkumpul petinggi Kita ada untuk menjawab tanya
negeri Negeri ini mau dibawa ke mana
Kata mereka sedang menggali potensi Kita nahkoda menggapai cita
Untuk kesejahteraan negeri Indonesia
Nyatanya masuk kantong sendiri

Dari Timur ke Barat


Indonesia memang sangat hebat
Namun kerja pejabat yang tersendat
Kemajuan Indonesia jadi terhambat

Dari utara ke Selatan


Dikelilingi oleh lautan
Namun jeritan nelayan
Amat merindukan kesejahteraan

Katanya tanah Indonesia Makmur dan


subur
Namun banyak anak petani mimpinya
harus terkubur
Hidup sejahtera hanya dalam tidur
Lelah, perjuangan itu perlahan
mundur

Wahai generasi muda


Mau dibawa kemana negeri ini
Jika kita hanya berdiam diri
Menunggu pejabat buktikan visi
Negeri ini butuh kita
Rumahku, Indonesia Dalam persahabatan yang tulus dan
Cipt. Jajang Gunawan damai,
Sajak cinta untuk Indonesia, tiada
akhirnya.
Di bawah langit biru nan megah,
Negeri yang indah, Indonesia yang Patriotismeku membara bagai bara
kita cinta, api,
Seperti bintang gemintang di malam Kau adalah rumah, kau adalah impian,
gelap, Indonesia, tanah air tercinta,
Cinta untukmu, takkan pernah pudar. Kau selalu di hati, selamanya ku
cinta.
Dari Sabang hingga Merauke, kita
bersatu,
Beragam budaya, namun satu jiwa,
Bhinneka Tunggal Ika, itulah
semboyan kita,
Keberagaman ini, kekuatan yang
abadi.

Pulau-pulaumu menari dalam cahaya


mentari,
Dari gunung yang menjulang hingga
lautan yang biru,
Indonesia, engkau begitu hebat,
Sebuah berkah alam yang tak terkira.

Budaya kita kaya, tradisi yang


beraneka ragam,
Tari, musik, dan seni yang
mempesona,
Kita bersama-sama, saling
mendukung,
Indonesia, cinta ini takkan pernah
mati.

Dalam senyum wajah anak-anakmu


yang riang,
Dalam kerja keras petani di sawah,
MUAK INDONESIA
Karya: Keisya Aina B.P
NEGERIKU
Karya: Lalita Nala Kayana
Tatkala pertiwi riang bersemi
Indah nan elok svargabumi Saat ku hadir di dunia
Saat nafas pertamaku ada
Namun, riang itu singkat menerpa Aku adalah bagian dari mu
Kini pertiwi dilanda nestapa Indonesiaku……
Wahai insan, masikah kau peduli ? Indah negeriku
Apalah arti menengok sesekali Dengan tanah subur yang menghijau
Luasnya lautan biru
Pertiwi ini muak menunggu Dan untaian ribuan pulau
Pertiwi ini muak dibelenggu
Indah mu itu nyata
Biarlah ini menjadi pilihan Gagah mu penuh wibawa
Diperjuangkan atau hanya menjadi Aku bangga menjadi Indonesia
angan Negeri yang amat ku cintai

Cinta untukmu itu pasti


Tunduk padamu itu wajibku
Menjagamu itu harusku
Dan membelamu itu harga mati

Indonesiaku yang cantik


Dengan berjuta daya tarik
Inilah sajak cinta untukmu
Indonesia negeriku…
Kami buat liang dan makamkan
Kamar Tobat sendiri.
Karya: Kerensa Jacinda Listyanto Lalu kami berduka sambil caci maki.
(Nanti hidup sendiri; insyaallah).
Kami pesan satu kamar di neraka.
Sebab irama bangsa Cinta indonesia adalah bual bagi
jadi menggelinjang tegang kami,
berkat kecintaan kami. makanya; kami pesan satu kamar di
neraka,
Laut bercerita, (barangkali sementara, supaya kami
Ikan jadi gila masuk rumah sakit jiwa lekas tobat).
sambil mengemis minta air
yang mereka dapat di akhirat. Gombong, 29 September 2023
(Rumah biru justru membiru).

Kalimatan kami babat habis,


sambil sambat bangsat kepanasan.
Begitu terus sampai Indonesia
berobat.
(Nanti juga digelar hijau lagi; kalau
kami sudah waras).

Kami satu Indonesia,


Kata kaum kaya
sambil menggulingkan kaum papa.
Kami satu Indonesia,
(tangis) si papa
sambil mengais comberan
bekas si kaya cuci tangan.
;tidak ada bukti katanya.
(Nanti kami satu lagi; sehabis taat
pada sila).

Budaya dari rasa,


sekarang untuk maya.
(Nanti kami usahakan cinta lagi).

Negara kami bunuh sendiri.


KASIHMU UNTUK Ingatlah, tanah air ini bukanlah
kearifan tanpa cela
NEGERI namun jangan renggut ikatan kasihmu
Oleh: Linggar Putri Pambajeng darinya
Ah, negeri elok nan menghibur
Ini bukanlah tempat antah berantah Meski hitam putih kelabu selalu
setelah kaujumpai Serambi Mekah menyelimuti
Pertiwi akan menuntunmu menjelajah Seribu satu dilema dalam
barat hingga timur keberagaman yang tak mengabur
Hamparan Sabang hingga Merauke Penuh harapan akan "Indonesia
akan membelaimu Pusaka" agar tetap mengalun syahdu
namun kau tidak akan memejamkan dan biarlah rasa cintamu pada negeri
mata sekali pun ini tetap bertabur
Terlena dengan hijaunya jenggala
Borneo
terperangah dengan birunya rona
Bunaken

Jangan kau ragu angkat kepalamu,


tataplah menjulangnya Jam Gadang
Terpatri cinta yang ingin
kausampaikan pada negeri ini
kala segala penjuru tidak ragu
membuatmu terpukau
Juga liriklah pesona lain yang akan
kautemukan:
jalan berbukit, berbatu, curam, namun
tak enggan dilewati
jembatan ringkih yang dilalui para
barisan penuntut ilmu dengan pelik

Sampaikanlah bisikan "merdeka"


pada negeri zamrud di hadapanmu
Merah Putih tak akan berkibar di sini
andai para kusuma bangsa tak berseru
Jangan kau mengaku penghuni di sini
jika si perkasa Garuda Pancasila tak
lagi kauanggap

Anda mungkin juga menyukai