Indonesia…
Tanah kelahiranku
Tempat aku ditimang
Dan dibesarkan oleh kasih sayang
Negeriku…
Aku ingin kembali
Aku terus menanti ujungnya
Bila Renjana yang
Bicara Keindahan Sang
Karya: fawwaz Faadhilah B Zamrud khatulistiwa
Karya: Frisilian Basarama
Dipuja-puja sedari dulu
Diidamkan oleh yang mencarinya aneka batu dalam sebuah garis
Begitu rupawan pesonamu luluhkan astronomis
atma melintang dari utara ke selatan,....
Atmaku, dan atmamu satu Bagai pulau Miangas ke pulau Rote,
dan
Tak akanku biarkan elokmu hirap membentang dari barat ke timur,...
Tiada goyah sedikit pun diriku Bagai pulau Benggala ke pulau Liki.
Taruhku padamu nyawaku
Lengkara bila aku temukan Elok nan rupanya penuh pesona
penggantimu Menyiratkan kecantikan negeriku,
negeriku Indonesia…
Tahukah,
Bila baskara menatap dari atas hamparan flora dan fauna nya
Tubuh berbaring di bentala menjadi keindahan yang mempesona
Kudengar engkau melaung tak heran namanya mendunia…
Pertiwi
Itu dia,
Dekapan hangat pelipur lara,
Gundah gata hirap oleh rinai,
Menjadi lebat menyuburkan bentala,
Menjadi tempat sejuta pulau-pulau
cinta dalam sanubari ;
Oh sayang,
Indonesiaku,
Amat elok rupawan,
Ancala menjulang nyata menggugah
kalbu,
Aku Haruslah Ketika putra-putrimu dahulu berdarah
juangmu;
Mengenalmu Membuat angkasa raya mengenal
Karya: Handika Maulana A merah putihmu,
Yang terukir oleh suci dan berani
Aku haruslah mengenalmu, wahai dirimu!
pertiwiku; Aku haruslah mengenalmu dari berani
Engkau yang melahirkanku, pahlawanmu;
membesarkanku, Yang mematahkan rantaimu;
Untukmu Tuhan kekalkan tanah membebaskanmu,
permai nan baru, Kepada tekanan yang nyata, aku
Indah namanya, ‘kan mulia selalu berseru:
bersamamu. “Dari awal hingga akhir, Oh Tuhan,
Aku haruslah mengenalmu oh semoga membantumu!”
negeriku yang mulia; Aku haruslah mengenalmu dari
Cahaya benderang bagai sang surya di indahnya alammu,
angkasa raya, Yang terlukis bagai surga oleh Tuhan
Tak lekang dipuja-puja, Engkau sang di dunia.
berlian dunia, Dari julang gunung yang tinggi,
Berbahagialah dirimu di bawah hingga ke ujung lautmu,
naungan surga. Terindah tak tertandingi di alam jagat
Ratusan tahun lamanya terbelenggu, raya!
Engkau, Aku haruslah mengenalmu dari
Oleh kegelapan yang mengikis sucinya dirimu,
hutanmu, Ibu pertiwi yang mulia, engkau yang
Suram kelam agung mata indah takkan semu.
sayupmu, Hinggalah laut bertemu laut, dan
Yang menangis meringis mengais- gunung-gunung berseteru,
ngais tanah airmu. Semoga Tuhan selamanya
Tak lagi aku lihat dirimu yang menyelamatkanmu!
terduduk hampa, Aku sudahlah mengenalmu, dari bilik
Ketika melepaskan rantaimu; hatiku,
membebaskanmu, Yang terpendam dalam jiwa syukur
Menatap wajah berseri dirimu yang menatapmu,
suntuk tersiksa, Dengan satu suara untukmu ‘ku
Terganti tatapan kebahagiaan putra- berseru:
putrimu. “Berbahagia bersuka cita, hingga
Aku haruslah mengenalmu dari kisah Tuhan menjemputmu!
panjangmu,
Selamanya Bersemayam Berjalan menapaki tiap beda tak
membuat hilang
dalam Dada karsa untuk terus mencinta,
Karya: Helmalia Putri justru karena tak sama jadi alasan
Sama - Sama untuk mencinta,
Sejauh tapak menancap menjaga agar lestari sepanjang masa
Meribu hitungan jarak beranjak dari
Bumi Pertiwi
Tak akan lekang dari sanubari, Rona Sejauh tapak menancap
merah senja jelita Meribu hitungan jarak beranjak dari
di langit nusantara kekal rasa di dada Bumi Pertiwi
Aku di sini tak akan lupa diri
Selamanya bersemayam cinta dalam
Kuhirup sejuk terasa sampai dada
kepedalaman sukma
menyapu seluruh riuh gejolak kepala
Namun tetap saja, kelu manusia
setengah kata
menafsirkan cinta