Musim Kenangan
Dikisahkan, seruling dan kecapi yang menawan telinga kita
Nadanya berasal dari perputaran angkasa;
Namun Iman, yang melampaui lompatan spekulasi,
Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak serasi.
Kami, yang bagian dari Adam, bersamanya mendengarkan
Nyanyian para Malaikat dan Muqarrabin.
Meski tumpul dan menyedihakan, ingatan kami
Masih menyimpan gema alunan nada surgawi.
Oh, musik adalah hidangan bagi para pencinta,
Musik kan melambungkan jiwa ke dunia Sana.
Bara berpijar, api abadi pun kian berkobar:
Sembari menikmati dengan suka-ria kami pun dengar.
Perkawinan
Tetap Ingkar
Apabila ada yang mengatakan kepada janin di rahim, Di luar sana ada sebuah dunia yang teratur,
Sebuah bumi yang menyenangkan, penuh kesenagan dan makanan, luas dan lebar;
Gunung, lautan, dan daratan, kebun buah-buahan mewangi, sawah dan ladang terbetang,
Langitanya sangat tinggi dan berbinar, sinar mentari dan cahaya bulan serta tak terkira banyaknya bintang;
Keajaibannya tak terlukiskan: mengapa kau tetap tinggal, mereguk darah, di dalam penjara yang kotor lagi penuh
penderitaan ini?
Janin itu, sebagaimana layaknya, tentua akan berpaling tak percaya sama sekali; karena yang buta tak memiliki
imajinasi.
Maka, di dunia ini, ketika orang suci menceritakan ada sebuah dunia tanpa bau dan warna,
Tak seorang pun di antara orang-orang kasar yang mau mendengarkannya: hawa nafsu adalah sebuah rintangan yang
kuat dan perkasa
Begitupun dengan hasrat janin akan darah yang memberinya makanan di tempat yang hina
Merintanginya menyaksikan dunia luar, selama ia tak mengetahui makanan selain darah semata.
Belenggu Keberadaan
Dari-Mu air surut ini berasal dan dariku mengalir; Selanjutnya, O Yang Maha Agung, lautanku tenang.
Kini, dari sumber yang sama darimana kesengsaraan ini Engkau datangkan kepadaku, kirimkanlah pula kesenagan
nan penuh kasih-sayang!
O Engkau yang penderitaannya membuat pria lemah bak wanita, tunjukkanlah kepadaku jalan yang satu itu, jangan
biarkan aku tersesat mengikuti sepuluh jalan!
Aku seperti seekor unta yang letih: pelana kemauan-bebas telah membuat punggungku terasa memar
Dilantak berat keranjang-keranjang yang sebentar merosot ke sisi sini sebentar ke sisi sana.
Biarkan beban yang tak seimbang ini lepas, supaya aku dapat memamah rerumputan di Padang Rahmat-Mu.
Bagai sebutir debu di udara, ratusan ribu tahun aku melayang tak tentu arah tanpa mauku.
Jika aku telah melupakan waktu dan keadaan itu, perpindahan dalam tidur kan mengingatkan aku lagi pada
kenangan.
Pada malam hari aku kan melarikan diri dari palang cabang empat ini menuju padang penggembalaan ruh.
Dari tidur sang perawat, kuhisap susu hari-hari laluku, O Tuan.
Seluruh makhluk melarikan diri dari kemauan-bebas dan keberadaan-diri mereka menuju ke diri mereka yang tak
sadar.
Di atas diri sendiri mereka letakkan anggur kehinaan dan nyanyian supaya dapat bebas sesaat dari kesadaran diri
mereka
Semua tahu, keberadaan adalah sebuah perangkap, sedangkan keinginan dan pikiran serta kenangan itu neraka.
Sebuah Tidur dan Keterlenaan
Seseorang yang tinggal bertahun-tahun di suatu kota, setelah ia tertidur segera,
Melihat kota lain yang penuh kebaikan dan keburukan, serta kotanya sendiri hilang dari pikirannya.
Ia tak pernah berkata pada dirinya, Ini sebuah kota baru: aku adalah seorang asing di sini;
Sebaliknya, ia membayangkan selalu tinggal di kota ini, dilahirkan dan dibesarkan di sini.
Apakah mengherankan apabila, kemudian, jiwa tak ingat lagi akan kampung halamannya dan tanah kelahiran,
Karena ia lelap saat di dunia ini, bagai sebuah bintang diselimuti awan?Apalagi saat ia melangkahkan kaki di berbagai kota dan debu yang menutupi penglihatannya berlum tersapu.
Cinta Wanita
Jika secara lahir isterimu yang kauatur, maka secara batin engkaulah yang diatur isterimu yang
kaudambakan itu
Inilah ciri khas Manusia: pada jenis binatang lain cinta kurang terdapat, dan itu menunjukkan
rendahnya derajat mereka.
Nabi bersabda bahwa wanita mengungguli orang bijak, sedangkan laki-laki yang sesat
mengunggulinya; karena pada mereka kebuasan bintang tetap melekat.
Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang.
Wanita adalah seberkas sinar Tuhan: dia bukan kekasih duniawi. Dia berdaya cipta: engkau boleh
mengatakan dia bukan ciptaan.
Keindahan Ilahi
Para raja menjilat bumi tempat pekan raya terjadi,
Karena Tuhan telah bercampur dalam bumi yang berdebu
Seteguk Keindahan tercecap dari cawan pilihan-Nya.
Inilah dia, cinta terkasih bukan bibir tanah liat ini
Yang kauciumi dengan ratusan kenikmatan,
Lalu bayangkan, apa yang mesti terjadi bila dirimu suci!
KepadaMu aku Menghadap
O Kau yang menghibur jiwaku di kala duka
O kau harta ruhku di kala pahitnya maut datang mencengkam!
Yang khayalan tak sanggup menduga, dan pengertian tak sampai menyaksikan,
Mengunjungi jiwaku dari-Mu; maka kepada-Mu aku menghadapkan doaku.
Dengan keagungan-Mu ke kehidupan abadi kutetapkan tatapan mesraku,
Kecuali, O Raja, bila kemegahan duniawi menyesatkanku.
Pertolongan dia yang membawa kabar gembira dari-Mu,
Meski tanpa panggilan-Mu, bagi telingaku lebih merdu daripada lagu-lagu.
Walau Karunia yang tak pernah berhenti 'kan menawarkan kerajaan,
Walau Harta benda yang Tersembunyi di hadapanku kan diletakkan,
Aku akan bersujud dengan seluruh jiwaku, 'kan kuletakkan wajahku pada debu
Aku akan berseru, "Dari semuanya ini, cinta dari yang Satu itulah yang kudambakan!"
Kebenaran Dalam
Ada sebuah taman indah, penuh pohon dan buah-buahan
Serta anggur dan kerindangan hijau rerumputan. Di sana seorang Sufi
Duduk, mata terpejam, kepalanya terkulai di atas lututnya,
Tenggelam dalam tafakur yang dalam.
Mengapa, tanya orang lain, anda tak memperhatikan
Tanda-tanda Tuhan Yang Maha Pengasih ini dipertunjukkan
Di sekelilingmu, yang Dia tawarkan untuk direnungkan?
Tanda-tanda itu, sahutnya, kulihat di dalam;
Di luar tak lain kecuali simbol dari Tanda-tanda.
Apakah segala keindahan di dunia ini? Bayang-bayang,
Laqksana pantulan dahan bergoyang di permukaan air mengalir,
Sama seperti tunggalnya cahaya matahari di langit menjadi ratusan kali banyaknya bila
menyentuh haaman rumah yang disinarinya;
Namun apabila kaupindahkan dinding-dinding, seluruh cahaya yang berpendar itu satu dan sama
juga.
Apabila rumah jasmani tak memiliki fondasi yang tersisa, Orang-orang Mumin tetap satu jiwa.
Tangga Menuju ke Surga
Indera duniawi adalah tangga menuju ke dunia ini; indera religi adalah tangga menuju ke Surga.
Mintalah kesejahteraan indera itu dari tabib; mintalah kesejahteraan indera ini dari dari kekasih Tuhan.
Jalan spiritual adalah menghancurkan tubuh dan, setelah itu, memperbaikinya demi kemakmuran:
Hancurkan rumah itu demi harta keemasan, dan dengan harta itu pula bangunlah rumah yang lebih baik daripada
yang sebelumnya;
Bendunglah air dan bersihkanlah dasar sungai, kemudian biarkanlah air minum mengalir ke dalamnya;
Torehlah kulit dan cabutlah duri, kemudian biarkan kulit segar tumbuh menutupi luka;
Runtuhkanlah dan rebutlah benteng dari orang kafir, kemudian bangunlah di atasnya ratusan menara dan kubu
pertahanan.
Kadang kala tindakan Tuhan nampak seperti ini, kadang kala justru sebaliknya: agama (yang benar) tak lain
hanyalah kebingungan.
(Yang kumaksudkan) bukan orang yang bingung sehingga memalingkan punggung kepada-Nya; bukan itu,
melainkan orang yang bingung dan tenggelam serta mabuk karena Sang Kekasih.
Sementara wajah orang lain hanya menghadap dirinya sendiri, wajahnya menghadap Sang Kekasih.
Tataplah wajah setiap orang dengan seksama, perhatikan baik-baik: mungkin dengan melayani (para Sufi) engkau
akan mengetahui wajah (Orang Suci).
Karena setan sering berwajah Adam, jangan ulurkan tanganmu ke sembarang tangan;
Karena pemburu unggas yang bersiul memikat burung dia telah bertekad untuk menangkap,
Siapa yang mendengar siulnya dan turun dari udara kan menemukan dirinya telah terjerat,
Begitulah caranya orang keji mencuri bahasa para darwis untuk memikat dan menipu si lugu.
Perbuatan orang-orang suci itu seperti cahaya dan panas; perbuatan orang-orang jahat itu tipu muslihat dan tak tahu
malu.
Sufi Sejati
Namun di balik upaya dan tindakanku, di balik kebaikan dan kejahatanku, serta di balik iman dan kufurku,
Bahkan di balik hidupku yang lurus maupun menyimpang-sungguh kumohon akan Kasih-Sayang-Mu.
Kembali kupalingkan diriku pada Karunia suci, tak kuperhatikan seluruh amal diriku.
Engkau memberiku wujud sebagai jubah kehormatanku: aku selalu menyandarkan diri pada kasih-sayang itu.
Ketika dia mengakui semua dosanya, Tuhn berfirman kepada Malaikat, Bawa dia kembali, karena dia tidak pernah
kehilangan harapan pada-Ku.
Sebagai seorang yang mempedulikan kesia-siaan, Aku akan membebaskannya dan menghapuskan seluruh
pelanggarannya.
Aku akan menyalakan api Rahmat yang setidak-tidaknya perciknya saja dapat menghabiskan seluruh dosa dan
beban serta kemauan bebasnya.
Aku akan meletakkan api di rumah Manusia dan membuat duri-durinya bagai kuntum bunga-bunga mawar.
Tempayan Spiritual
Kebenaranmu tersmbunyi dalam dusta, laksana rasa mentega dalam dadihnya.
Dustamu adalah tubuh yang fana ini; kebenaranmu adalah ruh Ilahiah.
Bertahun-tahun dadihlah yang tinggal dalam pandangan, sementara menteganya hilang bagai tak
pernah ada,
Sampai Tuhan mengirim Utusan, seorang Hamba pilihan, untuk menggoncang dadih dalam
tempayanMenggoncangkannya dengan metode dan ketrampilan, serta mengajariku bahwa diriku yang
sebenarnya tersembunyi.
Dadih telah basi: jagalah, jangan biarkan ia mengalir sampai kau sadap mentega daripadanya.
Ubahlah ia secara terampil, sampai ia dapat mengungkapkan rahasianya.
Kefanaan tubuh adalah bukti keabadian ruh: berkeliarannya pemabuk yang bersuka-ria
membuktikan adanya pembawa cawan.
Pengikut Buta
Beo yang tengah memandang cermin melihat
Dirinya, namun bukan gurunya yang sembunyi di belakang,
Dan belajar percakapan Manusia, seraya mengira
Burung sejenisnya tengah berbicara dengannya.
Begitulah murit yang mementingkan diri
Tak melihat apa-apa dalam diri Syaikh kecuali dirinya sendiri.
Akal Universal memang fasih bicara
Di belakang cermin pelajaran SyaikhRuh yang merupakan rahasia ManusiaTak dapat dilihatnya. Kata-kata ditiru, dihafal
Itu saja. Jadi beolah dia yang tak punya sahabat akrab!
Burung-Burung Sulaiman
Kefasihan burung-burung istana hanyalah gema: di manakah percakapan burung-burung
Sulaiman?
Bagaimana engkau akan mengenal pekik mereka, sementara engkau tak pernah melihat Sulaiman
walau hanya selintas?
Jauh di seberang Timur dan Barat, terbentang sayap-sayap burung yang lagunya menggetarkan
hati para pendengarnya:
Dari Arsy Tuhan ke bumi dan sebaiknya ia terbang dalam kemuliaan dan keagungan.
Burung yang terbang tanpa Sulaiman ini hanyalah seekor kelelawar yang jatuh cinta kepada
kegelapan.
Dekatkan dirimu pada Sulaiman, O kelelawar hina, jangan biarkan dirimu selamanya dalam
kegelapan.
Terbanglah ke arah itu hanya satu elo, dan seperti elo yang engkau inginkan menjadi norma
ukuran.
Sekalipun dengan pincang dan tertatih-tatih berjalan ke arah itu engkau akan dibebaskan dari
kepincangan dan ketertatihan.
Hawa Nafsu
Hawa nafsumu adalah induk segala berhala: berhala jasmani adalah ular, namun berhala ruhani
adalah naga.
Adalah mudah menghancurkan sebuah berhala, sangat mudah; namun menganggap gampang
menaklukkan nafsu adalah bodoh, bodoh sekali.
O anakku, jika kau ingin mengetahui bentuk-bentuk nafsu, bacalah uraian tentang Neraka dengan
tujuh pintunya.
Tiap saat hawa nafsu melahirkan tipu muslihat; dan dalam tiap tipu muslihat tenggelamlah
ratusan Firaun dan bala tentaranya.
Pesona Kematian
Siapa yang menganggap kematian sangat mempesona adalah laksana Yusuf memberikan jiwanya
demi tebusan; siapa yang menganggapnya bagai serigala akan berpaling dari penyelamatan.
Setiap kematian seseorang itu sesuai dengan sifat dirinya, anakku: bagi musuh Tuhan ia adalah
musuh, bagi sahabat Tuhan ia adalah sahabat
Di mata orang Turkoman cermin itu terang; di mata orang Etiopia ia gelap bagai orang Etiopia.
Ketakutanmu terhadap maut sesungguhnya adalah ketakutanmu terhadap dirimu sendiri: lihatlah
apa yang sedang kau larikan dari dirimu!
Itu adalah keburukan wajahmu sendiri, bukan wajah maut: rumu bagai pohon, dan maut laksana
dedaunan.
Ia tumbuh darimu, apakah ia menjadi baik atau buruk: semua pikiranmu yang tersembunyi,
curang atau wajar, lahir dari dirimu sendiri.
Jika engkau dilukai duri-duri engkaulah penanamnya; jika engkau berpakaian satin dan sutera,
engkau sendirilah pemintalnya.
Ketahuilah bahwa perbuatan itu tak sama dengan hasilnya; sebuah pelayanan tak selalu sama
dengan upahnya.
Gaji pekerja tidak sama dengan kerjanya: yang terakhir adalah aksiden, sedang yang pertama
adalah substansi.
Yang terakhir adalah usaha dan kerja-keras serta keringat, yang pertama adalah perak dan emas
serta bahan makanan.
Jika pemuja nampak bersujud atau berlutut di sini, di alam baka kan menjadi Taman Doa
Bahagia.
Jika pujian-pujian kepadaTuhan terucap dari mulutnya. Tuan Sang Fajar mengubahnya menjadi
buah Surga.
Doa buat Akhlak Utama
Marilah kita memohon pertolongan Tuhan untuk mengendalikan diri (adab) kita: orang yang tak
mengendalikan diri akan dijauhkan dari karunia Sang Tuan.
Orang yang tak berdisiplin tak hanya merusak diri sendiri: dia menyebabkan seluruh dunia
terbakar.
Kemurungan dan penderitaan apapun yang menimpa dirimu adalah akibat ketidaksopanan dan
keangkuhanmu.
Orang yang akhlaknya tidak sopan di jalan Sahabat adalah sesorang perampok yang menyamun
manusia: dia bukanlah manusia.
Karena disiplin Langit dipenuhi cahaya, akibat disiplin para Malaikat menjadi bersih dan suci.
Karena ketidaksopanan matahari mengalami gerhana, dan keangkuhan menyebabkan 'Azazil
terdepak dari pintu.
Bersahabat dengan Orang-orang Suci
Tuhan memarahi Musa, berfirman, O kau yang telah melihat terbitnya bulan dari dadamu,
Kau yang telah Aku terangi dengan Cahaya-Ku! Aku adalah Tuhan, Aku sakit, kau tak datang
menjenguk.
Musa menjawab, O Tuhan Yang Maha Tinggi, Engkau bebas dari cacat. Rahasia apakah ini?
Jelaskan, O Tuan!
Tuhan berfirman lagi kepadaya, Mengapa kau tak ramah bertanya tentang Aku ketika Aku
sakit?
Dia menjawab, O Tuan, Engkau tak pernah sakit. Aku tak paham: ungkapkan makna kata-kataMu itu.
Tuhan berfirman, Ya; seorang hamba-Ku yang tersayang dan terpilih jatuh sakit. Aku-lah dia.
Ingatlah baik-baik:
Kelemahannya adalah kelemahan-Ku, sakitnya adalah sakit-Ku.
Siapa yang pernah duduk bersama Tuhan, biarkanlah dia duduk di hadapan Orang-orang Suci.
Jika engkau terpisah dari Mereka, engkau dalam kebinasaan, karena engkau hanya bagian tanpa
keseluruhannya.
Siapapun yang di putuskan oleh Setan dari persahabatan mulia itu, takkan tertolong dan bakal
binasa.
Orang yang Melarikan Diri dari Izrail
Suatu pagi, datang pada Nabi Sulaiman yang berada di gedung pengadilan
Seorang bangsawan, lari tergopoh-gopoh,
Wajahnya pucat karena sedih, kedua bibirnya membiru.
Sakitkah, engkau, Khwajah? tanya Sang Raja.
Dia menjawab:
Ah, waktu Izrail melemparkan pandangan
Kepadaku, ia penuh amarah dan kebencian. Wahai pelindung hidupku,
Aku mohon kepadamu, perintahkanlah Angin membawaku langsung ke India: semoga, setelah
sampai di sana, hambamu akan selamat jiwanya dari Kematian.
Betapa banyak orang yang melarikan diri dari kedarwisan
Jatuh ke dalam rahang serakah dan harapan yang sia-sia!
Ketakutanmu kepada kedarwisan itulah yang membuat orang malang tadi berteror,
Keserakahan dan ambisi adalah India-mu.
pintu gerbang!
Apabila engkau bertawakkal kepada Tuhan, bertawakkallah kepada-Nya dengan amalmu!
Sebarkanlah benih, kemudian serahkanlah kepada Yang Maha Kuasa!
Tiada Rahbaniyyah dalam Islam
O Burung Merak, jangan kaucabik bulu-blumu, kecuali hanya menghentikan hatimu dari
kebanggaan karenanya: adanya musuh itu sangat diperlukan untuk mengibarkan Perang Suci.
Tiada mungkin ada upaya menahan diri kalau nafsu tak ada: tiada musuh, apa gunanya
keberanian?
Dengarlah, jangan mengebiri dirimu, jangan jadi rahib: Kesucian tergantung pada adanya nafsu.
Perintah Tuhan, Makanlah kamu adalah untuk memikat selera; lantas, Janganlah berlebihlebihan: itu adalah kesederhanaan.
Tanpa rasa pedih menolak keinginan diri bukanlah protasis; karenanya apodosis tidak akan
mengikuti.
Betapa mengagumkannya protasis itu alangkah menggembirakannya apodosis itu-suatu imbalan
jasa yang memikat hati serta meningkatkan kehidpan ruh!
Jangan Bepergian Seorang Diri
Dalam agama kita bepergian diakui sebagai peperangan dan bahaya; dalam agama Yesus ia berarti mengasingkan
diri ke gua dan pegunungan.
Sunnah adalah jalan paling aman, dan masyarakat yang beriman adalah sebaik-baiknya teman seperjalanan.
Jalan menuju Tuhan itu penuh rintangan dan kepedihan: bukan jalan bagi orang yang seperti perempuan.
Di atas jalan ini jiwa manusia diuji dengan ketakutan, sebab sebuah ayakan dipergunakan untuk menyaring sekam
padi.
Jika engkau bepergian seorang diri, kuakui bahwa engkau mungkin dapat menghindari serigala; akan tetapi engkau
tidak akan merasakan kecergasan ruhani.
Orang bodoh, meskipun tidak sopan, dianjurkan dan diperkuat, O darwis, oleh teman-teman seperjuangan.
Alangkah banyak tongkat dan gada yang akan menimpa ketika ia melintasi gurun pasir tanpa teman!
Ini berkata kepadamu dengan mutlak, Perhatikanlah baik-baik! Jangan berpergian seorang diri kecuali kalau
engkau seorang yang bodoh!
Di mana anak panah itu jatuh, gali dan temukanlah! Jangan kau andalkan kekuatan, burulah harta
karun itu dengan permohonan yang lembut menyedihkan.
Yang hakiki itu lebih dekat daripada urat leher, dan engkau membidikkan anak panah pemikiran
terlalu jauh dari sasaran
Filosof membunuh dirinya dengan pemikiran. Biarkanlah dia terus berlari: membelakangi harta
karun.
Sebagian besar yang ditakdirkan masuk Surga adalah orang-orang bodoh, sehingga mereka
menjauhkan diri dari kerancuan filsafat.
Jika orang pandai senang dengan rencana, orang sederhana bersemayam nyaman, bagai bayi, di
haribaan Sang Perencana.
Jalan Tasauf
Sumbatlah telinga nafsumu, yang bagai kapas menutupi
Kesadaranmu dan membuat tuli telinga batinmu.
Jadilah dirimu tanpa telinga, tanpa rasa, tanpa pemikiran,
Dan dengarkanlah seruan Tuhan, Kembalilah!
Atas perjalanan lahir, kata dan tindakan kita,
Di atas langitlah perjalanan batin kita
Tubuh berjalan di atas jalannya yang berdebu
Ruh berjalan, bagaikan Yesus, di atas lautan.
Orang yang Selalu Ragu
Filosof yang mengingkari Erangan Tiang adalah orang asing dalam pandangan para wali.
Dia mengatakan, pengaruh kesedihanlah yang membuat pikiran orang dipenuhi khayalan.
Sebaliknya, khayalan kosong ini tak lain merupakan pantulan dari kejahatan dan keingkarannya
sendiri.
Dia menyangkal adanya Setan, namun pada saat yang sama dia tengah dikuasai setan.
Apabila engkau tak dapat melihat Setan, lihatlah dirimu sendiri! Tanpa kerakusan setan takkan
ada otot membiru di dahi.
Siapapun yang merasa ragu dihatinya adalah seorang filosof yang tersembunyi.
Mungkin keyakinannya tegas, namun pada suatu saat nada filosofisnya akan menghitamkan
wajahnya bagi orang-orang yang melihatnya.
Waspadalah, wahai orang-orang yang beriman! Nada seperti itu mungkin ada di dalam dirimu: di
dalam dirimu ada dunia yang tak terhitung banyaknya.
Di dalam dirimu terdapat tujuh puluh dua glongan: celakalah jika suatu hari merka
menampakkan kepalanya!
Keburukan di Dalam Diri Kita
Seekor Singa bergaul dengan seekor Kelinci: mereka berlari bersama ke perigi dan melihat ke
dalamnya.
Sang Singa melihat bayangan diri: di permukaan air tampaklah muka seekor Singa dan seekor
Kelinci yang gemuk di sampingnya.
Begitu ia melihat musuhnya maka ia segera meninggalkan kelinci dan meloncat ke dalam perigi.
Ia jatuh ke dalam lubang yang telah ia gali sendiri: ketidakadilannyalah yang menerkem
kepalanya sendiri.
O Pembaca, betapa banyak keburukan yang engkau lihat pada orang lain itu tak lain adalah
sifatmu sendiri yang terpantul pada diri mereka!
Semua yang nampak pada mereka adalah dirimu-kemunafikan, ketidakadilan, dan
keangkuhanmu.
Engkau tak mampu melihat jelas keburukan dalam dirimu, kalau tidak begitu engkau akan
membenci dirimu sendiri dengan seluruh jiwamu.
Seperti Singa yang menerkam bayangannya sendiri dalam air, engkau hanya menganiaya dirimu
sendiri, O orang dungu.
Jika engkau telah mencapai dasar perigi sifat-sifatmu sendiri, maka engkau bakal mengetahui
kejahatan pun ada di dalam dirimu.
Hirarki para Wali
Pada setiap zaman setelah Nabi Muhammad muncullah seorang Wali sebagai wakilnya: umat
manusia diuji sampai Hari Kebangkitan.
Siapa yang berbudi baik akan selamat, siapa yang berhati lemah akan patah.
Wali itu, jadi imam yang hidup, muncul di setiap masa, apakah dia keturunan Umar atau Ali.
Dia adalah orang yang diberikan petunjuk Tuhan (Mahdi) dan Petunjuk (Hadi): dia tersembunyi
maupun duduk di depanmu.
Dia laksana Cahaya Nabi, dan Akal Universal adalah Jibrilnya: wali yang lebih rendah menerima
cahaya darinya, seperti sebuah pelita.
Tingkat wali yang berada di bawah pelita ini laksana ceruk-pelita: Cahaya bertingkat-tingakat.
Karena Cahaya Tuhan Memiliki tujuh ratus tabir: anggaplah tabir-tabir Cahaya itu sebagai
tingkat yang banyak.
Di belakang setiap tabir tinggallah segolongan wali tertentu: Tabir-tabir ini mendaki tingkat demi
tingkat sampai ke Imam.
Cahaya bagi kehidupan paling atas adalah menyakitkan dan tak tertahankan bagi yang di bawah;
Namun tingkat demi tingkat kesilauannya berkurang; dan setelah melintasi tujuh ratus tabir dia
menjadi Lautan.
Api adalah baik bagi besi dan emas bagaimana ia akan baik bagi kuinci dan apel?
Apel dan kuinci hanya sedikit keras: tidak seperti besi, mereka hanya membutuhkan panas suam;
Tapi bagi api yang mudah menyerap kobaran api dari lidah naga, panas suam itu terlalu lunak
Apakah besi? Rasa malu-diri Darwis: di bawah martil dan api dia merekah dan bahagia.
Dia adalah bendaharawan api, yang selalu berhubungan langsung dengannya: dia berjalan lurus
menuju hati api.
Oleh karena itu dialah Hati dunia, karena hatilah tubuh melakukan fungsinya yang sebenarnya.
Hati setiap orang laksana tubuh dalam hubungannya dengan Hati semesta Wali.
Petunjuk Spiritual
Nabi bersabda kepada Ali: "Wahai 'Ali, engkau adalah pahlawan yang gagah-berani, engkau
adalah Singa Tuhan,
Namun jangan sandarkan dirimu pada keberanian: masuklah ke dalam naungan pohon-Palem
harapan.
Masuklah ke dalam naungan (pelindung) Orang Bijak yang tak seorang pun dapat
menghentikannya.
Bayangannya di atas bumi ini bagai Pegunungan Qaf, ruhnya bagaikan Simurgh yang
membumbung tinggi di angkasa.
Meski kupanjatkan pujiannya sampai Hari Kebangkitan, janganlah mencari tujuan kepadanya.
Matahari Ilahi menyelubungi diri-Nya dalam Manusia: fahamilah rahasia ini, dan Tuhan benarbenar mengetahui apa itu kebenaran.
Wahai, Ali, di balik semua amal pengabdian di Jalan adalah bayangan Hamba Tuhan.
Apabila orang lain mencari keselamatan dengan menunaikan kewajiban-kewajiban agama,
Pergilah kau, carilah perlindungan dalam naungan Orang Bijak yang melawan musuh di dalam
dirimu.
Setelah diterima oleh Pir, persembahkanlah dirimu kepadanya: tunduklah, seperti Musa, kepada
wewenang Khidir.
Apapun yang mungkin Khidir perintahkan kepadamu, embanlah dengan sabar, agar ia jangan
berkata: Pergilah, di sini kita berpisah.
Meskipun dia menenggelamkan perahu, diamlah! Sekalipun dia membunuh seorang anak, jangan
renggut rambutmu!
Tuhan telah melukiskan tangannya sebagai tangan-Nya sendiri, karena Dia telah berfirman,
Tangan Tuhan di atas tangan mereka.
Tangan Tuhan ini membunuh muridnya, kemudian membawanya masuk menuju kehidupan
kekal-abadi.
Hikmah Kesengsaraan
Lihatlah buncis dalam periuk, betapa ia meloncat-loncat elama menjadi sasaran api.
Ketika direbus, ia selalu timbul ke permukaan, merintih terus-menerus tiada henti,
Mengapa engkau letakkan api di bawahku? Engkau membeliku: Mengapa kini kau siksa aku
seperti ini?
Sang isteri memukulnya dnegan penyedok. Sekarang, katanya, Jadi benar-benar matanglah
kau dan jangan meloncat lari dari yang menyalakan api.
Aku merebusmu, namun bukan karena kau membangkitkan kebencian-ku; sebaliknya, inilah
yang membuatmu menjadi lebih lezat
Dan menjadi gizi serta bercampur dengan jiwa yang hidup: kesengsaraan bukanlah penghinaan.
Ketika engkau masih hijau dan segar, engkau minum air di dalam kebun: air minum itu demi api
ini.
Kasih Tuhan itu lebih dahulu daripada permukaan-Nya, tujuannya bahwa dengan kasih-Nya
engkau dapat menderita kesengsaraan.
Kasih-Nya yang mendahului permukaan-Nya itu supaya sumber penghidupan, yang ada, dapat
dihasilkan;
Bahkan kemudian Tuhan Yang Maha Agung membenarkannya, berfirman, Sekarang engkau
telah tercuci bersih dan keluarlah dari sungai.
Teruslah, wahai buncis, teruslah dalam kesengsaraan sampai wujud ataupun diri tak tersisa
padamu lagi.
Jika engkau telah terputus dari taman bumi, engkau akan menjadi makanan dalam mulut dan
masuklah ke kehidupan.
Jadilah gizi, energi, dan pikiran! Engkau menjadi air bersusu: Kini jadilah singa hutan!
Awalnya engkau tumbuh dari Sifat-sifat Tuhan: kembalilah kepada Sifat-Sifat-Nya!
Engkau menjadi bagian dari awan, matahari dan bintang-bintang: Engkau kan menjadi jiwa,
perbuatan, perkataan, dan pikiran.
Kehidupan binatang muncul dari kematian tetumbuhan: maka perintah, bunuhlah aku, wahai
teman setia, adalah benar.
Lantaran kemenangan menanti setelah mati, kata-kata, Lihatlah, karena dibunuh aku hidup,
adalah benar.
Ruh Menolong Kelemahan Kita
Kebaikan yang engkau tegakkan, bagaimanapun juga,
Ketidaksempurnaannya akan selalu tersembunyi darimu;
Karena bila keburukan ditampakkan nyata, jiwamu yang membenci
Akan berpaling dan terbang dari kutub ke kutub terjauh.
Maka, ketika engkau tinggalkan suatu perbuatan dosa
Itu karena Tuhan menunjukimu bagaimana menghindarinya.
Wahai Tuhan Yang Maha Agung, yang kepada-Nya penyamaran akan sia-sia belaka,
Janganlah sembunyikan keburukan kami, biarkan kami melihatnya jelas!
Namun tutuplah kelemahan hasrat baik kami,
Agar kami tidak kehilangan semangat, bimbang dan kehabisan waktu.
Keajaiban yang Tak Terlihat
Rahasia keajaiban-keajaiban dan keagungan-keagungan yang melimpah dari Pir kan mengubah hati murid;
Karena di dalam diri para wali tak terkira banyaknya kebangkitan ruhani, yang sekurang-kurangnya ialah semua
yang dekat dengannya menjadi mabuk kepayang kepada Tuhan.
Apabila keajaiban yang jelas, seperti Nabi membelah bulan, menimbulkan pengaruh langsung pada jiwa,
Itu disebabkan jiwa disentuh Sang Pembikin pengaruh lewat jalur yang tersembunyi.
Dampak keajaiban-kajaiban bagi benda-benda mati hanyalah asesori: tujuan sebenarnya tak dapat dilihat.
Alangkah unggulnya roti yang terbuat tanpa adonan meja hidangan Isa al-Masih dari Langit, buah-buahan
Maryam yang tak pernah dikenal di kebun buah-buahan!
Pada Pertemuan Pengadilan orang-orang Mumin akan berkata, Wahai Malaikat, bukankah
Neraka itu jalan umum
Yang dilalui orang-orang mumin dan kafir? Namun kami tak melihat asap maupun api dalam
perjalanan kami.
Maka Malaikat menjawab: Kebun yang terlihat ketika kalian lalui
Sebenarnya itulah Neraka, namun bagi kalian tampaknya bagai kebun hijau yang indah.
Karena kalian berjuang melawan nafsu dan memadamkan kobaran berahi demi Tuhan,
Maka ia menjadi hijau dengan kesucian dan menerangi jalan keselamatan;
Karena kalian mengubah bara kemarahan menjadi kelembutan, dan kebodohan yang kelam
menjadi pengetahuan yang terang;
Karena kalian membuat jiwa yang berapi-api (nafsu) menjadi kebun buah-buahan di mana
burung Bulbul selalu memanjatkan doa dan pujian
Maka bagi kalian api Neraka berubah menjadi tumbuh-tumbuhan hijau, bunga-bunga mawar, dan
kekayaan tanpa akhir.
Pandangan Wali tentan Keabadian
Apa yang kaulihat di dalam cermin yang cemerlang Pir melihatnya lebih jelas dibandingkan yang tampak pada
batu besi yang kasar.
Para Pir adalah mereka yang ruhnya berada dalam Lautan Kasih Ilahi sebelum dunia ini ada.
Mereka hidup bertahun-tahun sebelum tubuh tercipta; mereka telah mengetam gandum sebelum ditabur.
Sebelum bentuk dicetak, mereka telah mendapat ruh; sebelum lautan dibuat, mereka telah menguntai mutiara.
Ruh telah melihat anggur di dalam buah anggur, ruh telah melihat sesuatu yang ada dalam yang tak ada
Keterbatasan sebagai ketakterbatasan, emas cetakan sebelum adanya tambang.
Penggallah kepalamu sendiri! Apapun yang engkau lakukan tanpa pamrih, itulah makna dan
bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar.'
Kata-Kata yang Baik
Ibu selalu mencari anaknya: yang asas mengejar turunannya.
Jika air tertahan dalam sebuah tangki, angin kan menghirupnya; karena angin adalah ruh yang asasi, kuat dan
bebas.
Angin membebaskan air dan menghembuskannya jauh ke sumbernya, sedikit demi sedikit, sehingga engkau tak
dapat melihatnya;
Dan jiwa kita bagaikan nafas puji-pujian yang menyelinap, sedikit demi sedikit, pergi dari penjara dunia ini.
Harumnya kata-kata baik kita terbang menuju kepada-Nya, ke mana pun terbangnya Dia Maha Mengetahui.
Nafas kita membumbung tinggi bersama kata-kata pilihan, sebagai kado dari kita, menuju tempat yang kekal;
Kemudian datanglah pahala atas puji-pujian kita, beripat ganda, dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Lantas Dia menyuruh kita mencari kata-kata baik lebih banyak lagi, agar hamba-Nya mendapat Kasih-Sayang-Nya
lebih banyak pula.
Sesungguhnya sumber kebahagiaan dalam doa adalah Cinta Ilahi yang tanpa henti membawa jiwa ke rumahnya
kembali.
Aku di Sini
Suatu malam seorang berseru Allah! berulang-kali hingga bibirnya menjadi manis oleh puji-pujian bagi-Nya.
Setan berkata, Hai kau yang banyak berkata-kata, mana jawaban Aku di sini (labbayka) atas semua seruan Allah
ini?
Tak satu pun jawaban yang datang dari Arsy: berapa lama kau akan berkata Allah dengan wajah suram?
Ia pun patah hati dan berbaring tidur: dalam mimpi dia melihat Nabi Khidir di antara dedaunan,
Yang berkata, Dengar, engkau telah berhenti memuji Tuhan: mengapa engkau sesali zikirmu kepada-Nya?
Dia menjawab, Karena tak datang jawaban Aku di sini: aku takut diriku dijauhi dari Pintu-Nya.
Nabi Khidir menyahut, Justru sebaliknya; Tuhan berfirman: Sesungguhnya Allah dalam zikirmu adalah Aku di
sini-Ku, dan sesungguhnya permohonan dan duka
Dan semangatmu adalah utusan-Ku kepadamu. Ketakutan dan cintamu adalah jerat untuk menangkap Karunia-Ku:
Di balik setiap O Tuhan-Mu selalu ada Aku di sini dari-Ku.
Jiwa Shalat
Jalaluddin ditanya, Adakah jalan yang lebih dekat menuju Tuhan daripada Shalat? Tidak, dia
menjawab; namun shalat itu bukan hanya bentuknya saja. Shalat itu ada permulaan dan
ujungnya, sepertinya semua yang berbentuk dan bertubuh dan yang melibatkan ucapan dan
suara; tapi jiwa itu bebas dan tak terbatas. Para Nabi telah memperlihatkan hakekat shalat yang
sesungguhnya. ...Shalat adalah ketenggelaman dan ketidaksadaran jiwa, sehingga seluruh
bentuk-bentuknya tinggal di permukaan. Shalat itu, bahkan Jibril, yang merupakan ruh Suci tak
dapat ruang. Orang dapat bekerja, siapa yang shalat seperti ini dikecualikan dari kewajiban
agama, karena dia kehilangan kesadaran. Tenggelam dalam Kesatuan Ilahi itu adalah jiwa
shalat.
Kekasih yang Berkata Aku
Seseorang mengetuk pintu kekasihnya: Siapa di situ? tanya sang kekasih.
Dia menjawab, Aku. Pergilah seru kekasihnya, ini terlalu cepat: di atas mejaku tiada tempat
yang masih mentah.
Bagaimana yang mentah dapat dimasak kalau bukan dalam api ketiadaan? Apa lagi yang dapat
melepaskannya dari kemunafikan?
Dengan sedih dia pun pergi, dan sepanjang tahun hatinya terbakar oleh api perpisahan;
Pernahkah kau dengar nama dari segala sesuatu dari Yang Mengetahui?: Dengarlah makna
rahasia Dia mengajarkan kepadanya Nama-nama.'
Bagi kita, nama segala sesuatu adalah bentuk lahirnya; bagi Sang Pencipta, ia adalah hakekat
batinnya.
Dalam pandangan Musa nama tongkatnya adalah tongkat; dalam pandangan Tuhan namanya
naga.
Di dunia ini nama Umar adalah pemuja berhala, namun di alam baka ia adalah mukmin yang
sesungguhnya.
Di hadapan Tuhan, pendek kata, segala yang merupakan tujuan kita adalah nama kita yang
sebenarnya.
Pengetahuan Langsung
Mari, ketahuilah bahwa indera dan imajinasi serta pengertianmu bagaikan batang bambu yang
ditunggangi anak-anak.
Pengetahuan spiritual manusia membumbungkannya ke atas; pengetahuan inderawi manusia
adalah sebuah beban.
Tuhsan telah berfirman, Seperti keledai yang membawa kitab-kitab: betapa berat pengetahuan
yang tak diilhami oleh-Nya;
Namun apabila engkau membawanya bukan untuk kepentingan diri sendiri, maka beban itu akan
terangkat dan kau akan merasa bahagia.
Bagaimana engkau bisa bebas tanpa anggur-Nya, wahai engkau yang puas dengan tanda-Nya?
Apa yang lahir dari sifat dan nama? Khayalan; namun khayalan hanya menunjukkan jalan
menuju kebenaran.
Tahukah kau nama tanpa hakekat? Atau pernahkah kau memetik mawar dari M.A.W.A.R.?
Engkau telah menyebutkan nama itu: pergi, carilah sesuatu yang diberi nama, Bulan itu di langit,
bukan dalam air.
Sudilah engkau pergi ke balik nama dan huruf, sucikanlah dirimu sepenuhnya,
Dan saksikan dalam lubuk hatimu sendiri seluruh pengetahuan para Nabi, tanpa buku, tanpa
belajar, tanpa pengajar.
Tradisi dan Intuisi
Telinga adalah perantara, mata adalah pencinta yang menyatu dengan sang kekasih; mata adalah
karunia nyata, sedangkan telinga hanya memiliki kata-kata yang menjanjikannya.
Dalam mendengar ada perubahan sifat; dalam melihat, ada perubahan hakekat.
Jika pengetahuanmu tentang api ditentukan oleh kata-kata semata, coba matangkan dengan api!
Tiada kepastian intuitif sampai engkau terbakar, jika kau hasratkan kepastian itu duduklah dalam
api!
Apabila telinga semakin peka, ia bakal menjadi mata; apabila sebaliknya, kata-kata terperangkap
dan tak dapat mencapai hakekat.
Perasaan dan Pikiran
Zaid dipukul keras dari belakang. Baru saja ia mau membalas,
Yang memukulnya berteriak, Biarkanlah aku bertanya dahulu: pertama jawablah, sudah itu
pukullah aku.
Aku memukul kudukmu, dan terdengar bunyi tamparan. Sekarang aku bertanya ramah kepadamu
Apakah suara itu disebabkan oleh tanganku atau oleh lehermu. O kebanggan bangsawan?
Zaid menjawab, Rasa sakit yang kuderita membuatku tiada waktu untuk memikirkan masalah
ini.
Pikirkan sendiri: oranng yang merasa kesakitan tidak dapat memikirkan masalah seperti ini.
Cinta dan Takut
Sang Sufi bermiraj ke Arsy dalam sekejap; sang zahid membutuhkan waktu sebulan untuk sehari perjalanan.
Meskipun, bagi sang zahid, sehari bernilai besar sekali, namun bagaimana satu harinya bisa sama dengan lima
puluh ribu tahun?
Dalam kehidupan sang Sufi, setiap hari berarti lima puluh ribu tahun di dunia ini.
Cintra (Mahabbah), dan juga gairah cinta ('isyq), adalah sifat Tuhan; takut adalah sifat hamba nafsu dan birahi.
Cinta memiliki lima ratus sayap; dan setiap sayap membentang dari atas surga di langit tertinggi sampai di bawah
bumi.
Sang zahid yang ketakutan berlari dengan kaki; para pencinta Tuhan terbang lebih cepat daripada kilat.
Semoga Rahmat Tuhan membebaskanmu dari pengembaraan ini! Tak ada yang sampai kecuali rajawali yang
setialah yang menemukan jalan menuju Sang Raja.
Pendakian Jiwa
Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan,
Aku mati sebagai tumbuhan dan muncul sebagai hewan,
Aku mati sebagai hewan dan aku menjadi Insan.
Mengapa aku mesti takut? Bilakah aku menjadi rendah karena kematian?
Namun sekali lagi aku akan mati sebagai Insan, untuk membumbung
Bersama para Malaikat yang direstui; bahkan dari tingkat malaikat pun
Aku harus wafat: Segala akan binasa kecuali Tuhan.
Ketika jiwa malaikatku telah kukorbankan,
Aku akan menjadi sesuatu yang tak pernah terperikan oleh pikiran.
Oh, biarkanlah aku tiada! Karena Ketiadaan
Membisikkan nada dalam telinga. Sesungguhnya kepada-Nya-lah kita kembali.
Jalan Penyangkalan
Di hadapan orang Turki yang mabuk, penyanyi pengembara mulai menyanyikan Perjanjian di
alam keabadian antara Tuhan dengan Jiwa.
Aku tak tahu apakah Engkau bulan atau berhala, aku tak tahu apa yang Engkau kehendaki
dariku,
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk-MU, apakah aku akan terus diam atau
menyatakan-Mu dalam kata-kata.
Sungguh mengagumkan bahwa Engkau Dekat denganku; namun di mana aku dan di mana
Engkau, aku tak tahu.
Dengan cara inilah dia membuka bibirnya, hanya untuk menyanyikan Aku tak tahu, aku tak
tahu.
Akhirnya orang Turki itu meloncat marah dan mengancamnya dengan sebatang tongkat besi.
Bodoh benar kau! ia berteriak, Katakan kepadaku sesuatu yang kau ketahui, dan jika kau tak
tahu, jangan asal bicara.
Apa tujuan ocehanku ini? sahut penyanyi pengembara, maksudku gaib;
Sampai engkau menyangkal semua yang lain, penegasan Tuhan lari darimu: aku menyangkal
supaya engkau dapat menemukan jalan penegasan.
Kumainkan nada sangkalan: jika engkau mati, kematian yang akan memperlihatkan rahasia
Bukan kematian yang membawamu ke kegelapan liang kubur, tetapi dengan kematian engkau
berubah dan masuk ke dalam Cahaya!
O Amir, gunakanlah tongkat itu untuk memukul dirimu: hancurkanlah egoisme sampai lumat!
Ruh Alam Semesta
Alangkah luasnya dunia rahasia menggelinding,
Lautan Pikiran yang mengelilingi melingkar!
Bagai mangkuk yang di atasnya tubuh kita mengapung cepat,
Hanya untuk memenuhi, tenggelam, dan akhirnya hilang
Tanpa percik gelembung dari Lautan yang melambungkan ke atas.
Ruh yang tidak dapat engkau lihat, ia datang sangat dekat.
Rasakanlah Kehadirannya! Jangan jadi kendi
Penuh air, namun bibirnya kering kerontang;
Atau seperti penunggang kuda tanpa peduli jauh menunggang,
Namun tak pernah melihat kuda yang di bawah pahanya.
Sumber Kehidupan
Salinan-salinan yang buram keluar dari Surga,
Lukisan-lukisan duniawi yang pucat dicipta tuk binasa,
Duka apa ini meski keindahanmu jadi hancur
Namun yang memberi tetap selamanya bertahan?
Oh, jangan sakiti hatimu dengan derita yang sia-sia:
Seluruh percakapan yang tinggi memikat telinga yang terpukau,
Segala pemandangan tersepuh emas, semua tindakan berani cemerlang
Akan hilang musnah, meski tak seperti yang kita takutkan.
Selama mata air kehidupan terus tercurah,
Tiap aliran yang kecil meng-alir penuh ke induknya.
Karena baik aliran maupun sumber dapat selamanya mengalir,
Alangkah bodohnya ketakutanmu, betapa keluh kesahmu sia-sia!
Apakah sumber ini, inginkan engkau mengetahui benar-benar?
Jiwa yang menyebabkan segala sesuatu diciptakan.
Pasti sungai-sungai takkan berhenti mengalir
Sampai terbungkam sumber-sumber keabadian.
Selamat berpisah, dan dengan pikiran tenang
Minumlah lagi dan lagi: biarlah yang lainnya suka menganggap
Mungkin dapat menemukan saluran yang kering,
Atau mengukur aliran yang tak dapat diukur.
Dunia yang hina ini diberikan kepadamu untuk sementara.
Tersedia sebuah tangga yang dengannya engkau dapat bercita-cita;
Dan langkah pertamamu, berjuang untuk terus mendaki,
Setiap orang melihat sesuatu yang tak terlihat menurut kadar cahayanya.
Semakin sering ia menggosok cermin hatinya, semakin jelaslah ia melihat segala.
Kesucian ruhani terlimpah dari Karunia Ilahi; keberhasilan dalam menggosoknya juga merupakan Anugerah-Nya.
Usaha dan doa tergantung pada cita-cita: Manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
Tuhan sendiri adalah Pemberi aspirasi: orang yang kasar takkan bercita-cita menjadi Raja;
Namun takdir Tuhan tentang nasib tertentu bagi seseorang tidak merintanginya untuk berkemauan dan mengambil
pilihan.
Ketika kesulitan datang, orang yang bernasib sial akan berpaling dari Tuhan, sementara orang yang diberkahi akan
mendekat kepada-Nya.
Penyebab
Tuhan telah menetapkan aturan, sebab-akibat, dan cara-cara demi semua yang mencari-Nya di bawah langit yang
biru ini.
Hampir segala hal berjalan menurut aturan itu, namun adakalanya Kekuatan-Nya menghancurkan aturan itu.
Dia menetapkan berbagai aturan dan kebiasaan: Dia menciptakan keajaiban yang nyata (mujizat) yang menyimpang
dari kebiasaan.
Wahai engkau yang terjerat sebab-akibat, jangan bayangkan bahwa Penyebab itu telah mati!
Penyebab mewujudkan apa pun yang Dia kehendaki, Kemahakuasaan-Nya dapat menghancurkan seluruh sebabakibat;
Namun umumnya, Dia melaksanakan Kehendak-Nya lewat jalan sebab-akibat, supaya para pencari dapat mencapai
apa yang diinginkan.
Apabila tiada sebab, bagaimana pencari bisa meneruskan perjalanan? Dia mesti meninggalkan jejak yang tampak di
atas jalan yang dilalui.
Sebab-akibat adalah film bagi mata, namun tidak setiap mata mampu merenungkan perbuatan-Nya.
Dibutuhkan penglihatan yang tajam untuk mencapai yang ada di balik sebab dan melepaskan seluruh film,
Sehingga dapat tampak Penyebab dalam dunia tanpa ruang dan terlihatlah seluruh usaha dan perbuatan kita hanyalah
air-liur.
Segala sesuatu yang baik ataupun yang buruk itu datang dari Penyebab: sebab-akibat dan cara-cara, O tuan, adalah
bukan apa-apa.
Melainkan hantu yang tampak di atas jalan raya Sang Raja agar kekuasaan-ketidaktahuan dapat bertahan untuk
sementara waktu.
Pabrik Tuhan
Pekerja itu tersembunyi di dalam ruang kerja: masuklah ke ruang kerja dan lihatlah Dia!
Lantaran pekerjaan telah menenun cadar pada Pekerja, engkau tidak dapat melihat-Nya di luar
pekerjaan-Nya.
Pekerja tinggal di dalam ruang kerja: tak seorang pun yang tinggal di luar menyadari-Nya.
Maka, masuklah ke ruang kerja Ketiadaan, agar engkau dapat merenungkan Pekerja dan
sekaligus pekerjaan-Nya.
Firaun mengabdi diri pada kehidupan material; maka dia buta terhadap ruang kerja Tuhan.
Dan ingin mengubah serta menghindari apa yang telah ditentukan.
Dunia Waktu
Setiap saat engkau mati dan kembali. Dunia ini hanya sekejab, sabda Nabi.
Pikiran kita adalah anak panah yang dibidikkan oleh-Nya: Bagaimana ia akan tetap tinggal di
udara? Ia akan kembali lagi kepada Tuhan.
Setiap saat dunia diperbaharui kembali, dan kita tidak menyadari perubahannya yang tak pernah
berhenti.
Hidup pun senantiasa mengalir baru, meski dalam tubuh tampak kemiripan bentuk yang
berkesinambungan.
Karena cepatnya ia tampak berkesinambungan, bagai kembang api yang engkau putar dengan
tangan.
Waktu dan masa adalah gejala yang dihasilkan oleh cepatnya Tindakan Tuhan,
Bagaikan puntung berapi yang cekatan diputar menimbulkan ilusi lingkaran api panjang.
Hakekat dan Penampakan
Cahayalah yang membuat warna dapat dilihat: di malam hari
Merah, hijau, dan coklat muda hilang dari pandanganmu.
Maka lewat kegelapan engkau pun mengenal cahaya:
Segala yang tersembunyi, oleh kebalikannya dapat tampak.
Karena tak ada kebalikan bagi Tuhan, Dia, melihat segala, menyangkal
Diri-Nya selalu bagi penglihatan yang nisbi.
Dari rimbun yang gelap bagai singa bercahaya,
Tubuh dari Jiwa yang tak tampak meloncat ke dalam cahaya.
Ketika gelombang pikiran dari Laut Hikmah yang dalam
Muncul, ucapan dan suara dipakai untuk mengungkapkan dirinya
Mengalir indah berkilauan,
Kemudian turun dan bercampur dengan gelombang yang jatuh.
Begitu segala yang indah binasa, untuk diperindah kembali
Oleh keindahan Yang Maha Esa, asal dari segala yang indah,
Tuhan di Dunia
Dunia itu beku, namanya jamad (tidak berjiwa): jamid berarti beku, O tuan.
Tunggulah sampai terbitnya matahari Kebangkitan, sehingga engkau dapat menyaksikan gerakan
tubuh dunia.
Karena Tuhan menciptakan Manusia dari debu, maka sebaiknya engkau kenali sifat sejati setiap
partikel alam semesta,
Yang dari satu sisi mereka tampak mati, dari sisi lainnya mereka hidup: di sini diam, di Sana
berbicara.
Jika Dia menurunkan mereka ke dunia kita, tongkat Nabi Musa menjadi seekor naga dalam
pandangan kita,
Gunung-gunung bertasbih bersama Nabi Dawud, besi jadi bagai lilin di tangannya;
Angin menjadi kendaraan bagi Sulaiman, laut pun paham apa yang Tuhan titahkan pada Musa.
Rembulan mematuhi isyarat yang diberikan Muhammad, api unggun (Namrud) menjadi taman
mawar bagi Ibrahim.
Mereka semua berseru, Kami mendengar dan melihat serta mematuhi, meskipun bagi kalian,
orang yang belum mengetahui, kami adalah benda mati.
Mendakilah dari dunia benda ke dunia ruh, dengarkan suara keras dari alam semesta;
Maka engkau akan mengetahui bahwa Tuhan diagungkan oleh segala benda mati: kesangsian
yang dibuat para penafsir palsu tidak akan memperdayakanmu.
Cinta: Lautan tak Bertepi
Cinta adalah lautan tak bertepi, langit hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta: andai tak ada Cinta, dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta, bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju, tidak dapat terbang serta mencari padang
ilalang bagai belalang.
Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna dan naik ke atas laksana tunas.
Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.
Cinta Alam Semesta
Sesungguhnya, tak pernah pencinta mencari tanpa dicari pula oleh kekasihnya.
Apabila kilat cinta telah membakar hati yang ini, ketahuilah bahwa di hati yang itu pun cinta telah bersemayam
penuh gelora.
Apabila cinta Tuhan telah membara di relung hatimu, pastilah Dia telah mencintaimu.
Tiadalah suara tepukan terdengar hanya dari sebelah tangan. Hikmah Tuhan dalam takdir dan hukum yang
menjadikan kita saling mencinta.
Oleh karena itulah setiap bagian dari dunia diberi pasangan.
Di mata orang bijak, Langit adalah laki-laki dan Bumi permpuan; Bumi memupuk seluruh yang telah Langit
turunkan.
Apabila Bumi kekurangan Panas, Langit mengirimkannya; jika ia kehilangan embun dan kesegaran, Langit
memulihkannya.
Langit berkeliling, laksana seorang suami yang mencari nafkah demi isterinya;
Sedangkan Bumi sibuk mengurus rumah tangganya: ia merawat yang lahir dan menyusui apa yang telah ia lahirkan.
Pandanglah Bumi dan Langit sebagai makhluk yang dikaruniai kecerdasan, karena mereka melakukan pekerjaan
makhluk yang berakal-pikiran.
Jikalau pasangan ini tidak merasakanlebahagiaan dari satu dengan yang lainnya, mengapa mereka melangkah
bersama laksana sepasang kekasih yang saling mencinta?
Tanpa Bumi, bagaimana bunga dan pepohonan akan tumbuh? Lalu, air dan panas Langit akan menghasilkan apa?
Karena Tuhan meletakkan gairah dalam diri pria dan wanita lewat persatuannya dunia terselamatkan,
Maka Dia menanamkan gairah ke dalam setiap jenis makhluk demi jenis makhluk yang lain.
Secara lahir Siang dan Malam saling bertentangan: namun keduanya saling membantu demi satu tujuan.
Masing-masing saling mencinta demi kesempurnaan pekerjaan mereka yang saling membutuhkan.
Tanpa Malam, watak Manusia takkan menerima penghasilan, sehingga takkan ada Siang guna dibelanjakan.
Jiwa berkata kepada tubuh, Pengasinganku lebih pahit daripadamu: aku adalah penghuni Surga.
Tubuh menginginkan tumbuh-tumbuhan hijau dan siraman air, karena ia berasal daripadanya;
Jiwa menginginkan Kehidupan dan Tuhan Yang Maha Hidup, karena ia berasal dari jiwa Yang Tak Terhingga.
Hasrat jiwa adalah pendakian dan keagungan; hasrat tubuh adalah harta dan kepuasan;
Dan Yang Maha Luhur itu menginginkan dan mencintai jiwa: perhatikan ayat Dia mencintai mereka dan mereka
pun mencintai-Nya.
Pokonya ialah bila seseorang mencari, jiwa yang dicarinya pun menginginkannya;
Namun kalau gairah pencinta membuatnya kurus-kering, maka gairah dari yang dicinta akan membuatnya indah dan
semakin mem-pesona.
Cinta, yang membuat pipi sang kekasih semakin merekah, memakan jiwa sang pencinta.
Ambar mencintai jerami kelihatanyya tak menghasratkan apa-apa, sementara jerami berjuang untuk dapat
melangkah maju di jalan yang panjang.
Manusia Makrokosmos
Dari jiwa-jiwa suci seterang bintang penyempurnaan selalu diberikan kepada bintang-bintang di langit.
Dari luar tampaknya kita diatur oleh bintang-bintang itu, padahal batin kitalah yang menjadi pengatur langit.
Oleh karena itu, sementara dari wujud engkau adalah mikrokosmos, pada hakekatnya engkau makrokosmos.
Tampaknya ranting itu sumber buah; padahal ranting itu tumbuh demi buah.
Jikalau bukan karena mengharap buah, mengapa tukang kebun menanam pohon?
Maka pada dasarnya pohon itu lahir dari buah, meski tampaknya ia dihasilkan oleh pohon.
Karena itu Muhammad bersabda, Adam dan seluruh Nabi berbaris di belakangku di bawah benderaku.
Ketika Tuan dari setiap adat dan pengetahuan itu mengungkapkan pepatah, Kami adalah yang terakhir dan
terkemuka:
Yakni, meskipun tampaknya aku lahir dari Adam, namun sesungguhnya akulah leluhur dari setiap nenek-moyang.
Karena para Malaikat sujud kepadanya demi aku, dan dia naik ke Langit Ketujuh karenaku,
Maka Bapak Adam itu sesungguhnya lahir dariku: pohon itu lahir dari buah.
Ide, adalah yang pertama, datang terakhir ke dunia kenyataan, pada hakekatnya ide itulah yang kekal-abadi.
Manusia Sempurna
Sang Qutb adalah singa: berburu adalah urusannya; yang lainnya hanya memakan sisanya.
Sejauh yang engkau mampu, usahakanlah untuk mengenyangkannya, sehingga dia dapat
memperoleh kekuatan serta memburu binatang-binatang yang buas.
Apabila dia sakit, orang-orang menderita kelaparan: semua makanan berasal dari tangan sang
Akal.
Seluruh pengalaman spiritual hanyalah sisa-sisanya. Ingatlah ini, apabila engkau menginginkan
mangsa.
Dia bagaikan sang Akal, sedangkan mereka laksana anggota-anggota tubuhnya; tata-kerja tubuh
itu tergantung pada sang Akal.
Kelemahannya terdapat pada tubuh, bukan pada jiwa; kelemahan terletak pada Bahtera, bukan
pada Nuh.
Sang Qutb berputar mengedari dirinya, sementara di sekelilingnya berputarlah seluruh Benda
Angkasa.
Berilah bantuan untuk memperbaiki bahtera jasmaniahnya: jadilah pelayannya yang terkasih dan
hambanya yang setia.
Pada hakekatnya bantuanmu adalah suatu kebajikan bagimu, bukan baginya: Tuhan telah
berfirman, Jika engkau menolong Allah, niscaya engkau akan ditolong.
Saksi Tuhan
Tuhan tidaklah mencipta di bumi atau di langit yang tinggi sesuatu yang lebih gaib daripada ruh manusia.
Dia telah menyingkapkan rahasia segala sesuatu, baik yang basah maupun yang kering, namun Dia menutup rahasia
ruh: ia termasuk urusan Tuhan-ku.
Karena penglihatan Saksi yang mulia melihat ruh itu, maka sia-sialah tetap bersembunyi daripadanya.
Tuhan disebut Yang Maha Adil, dan Saksi itu milik-Nya: Saksi yang adil itu adalah mata Sang Kekasih.
Sasaran Pandangan Tuhan di kedua dunia adalah kesucian hati: tatapan Sang Raja tertuju pada orang yang terkasih.
Rahasia cinta-kasih-Nya yang beramain-main dengan kekasih-Nya adalah sumber dari seluruh tabir yang telah Dia
ciptakan.
Oleh karena itu Tuhan kita Yang Maha Pengasih berfirman kepada Nabi pada malam miraj: Kalau bukan karena
engkau niscaya tidaklah Kuciptakan alam.
Mediator
Nabi bersabda, Tuhan tidaklah memandang ke tubuh-tubuhmu: oleh karena itu dalam upayamu carilah si empunya
Hati.
Adalah karena Anugerah-Nya Tuhan memandangmu, bukan karena sujudmu dalam shalat maupun karena zakat.
Karena engkau menganggap semua hati seperti hatimu menjadi Hati, engkau meninggalkan pencarian akan mereka
yang memilikinyaHati yang bila tujuh ratus Langit memasukinya, akan hilanglah mereka dan tersembunyi dari penglihatan.
Janganlah menyebut pecahan-pecahan hati sebagai Hati ini: janganlah mencari Abu Bakr dalam diri Sabzawar!
Si empunya Hati adalah sebuah cermin bermuka enam; melaluinya Tuhan melihat segala sesuatu dari enam arah.
Apabila Tuhan menolak seseorang, adalah demi dia; dan apabila Dia menerima seseorang, adalah atas namanya.
Tuhan meletakkan Rahmat-Nya di atas telapak tangannya, dan telapak tangannya menyalurkannya ke seluruh tujuan
Rahmat Tuhan.
Keutuhan Rahmat Semesta di atas telapak tangannya adalah lengkap, mutlak, dan sempurna.
Wahai orang yang kaya, apabila engkau mengajukan seratus karung emas kepada Tuhan, Dia akan berfirman,
Bawalah Hati sebagai kado bagi gerbang pintu-Ku:
Berilah Aku Hati yang menjadi Kutub dunia dan Jiwa dari jiwanya jiwa Adam!
Dunia Khayalan
O Engkaulah yang menjawab doa tak terucap, yang setiap saat melimpahkan kepada hati ratusan karunia.
Engkaulah yang menggoreskan huruf-huruf tulisan: bebatuan di sini menjadi lembut bagai lilin demi cintanya.
Engkaulah yang menulis nun-nya alis, shad-nya mata, dan jim-nya telinga sebagai sebuah gangguan bagi pikiranpikiran dan pengertian kita.
Karena huruf-huruf-Nya itu akal diciptakan untuk menyusun tumpukan halusnya kebingungan: tulislah. O penulis
indah yang teladan!
Tak henti-hentinya Engkau ciptakan bentuk-bentuk khayalan yang indah di atas halaman Ketiadaan.
Di atas lembaran khayalan Engkau goreskan huruf-huruf yang membingungkan-mata, raut muka, pipi, dan tahi lalat.
Aku mabuk oleh gairah Ketiadaan, bukan oleh keberadaan, karena Sang Kekasih dari dunia Ketiadaan lebih setia.
Tataplah betapa gemarnya orang gila pada garis-garis gelap yang digoreskan tanpa jari-jemari.
Setiap orang tergila-gila karena khayalan dan demi harta menggali yang terpendam di sudut-sudut.
Seseorang pergi ke gereja untuk menunaikan kewajiban agama; yang lain karena hasrat yang kuat untuk menabur
benih;
Seseorang kehilangan jiwanya dalam doa setan; sedangkan yang lainnya di atas bintang-bintanglah meletakkan kaki.
Bagi penglihatan mata tampaklah segala macam gerak di dunia luar timbul dari khayalan-khayalan di dalam pikiran.
Karena sasaran dari pencarian jiwa itu tersembunyi, maka setiap orang mencarinya pada arah yang berbeda, seperti
Engkau akan melihat pohon-pir ini menjadi pohon keberuntungan, cabang-cabangnya mencapai
Langit ketujuh.
Kemudian naiklah lagi ke pohon yang telah diubah oleh Kasih-sayang Tuhan.
Kini ia bercahaya laksana Semak-belukar terbakar : ia berseru, Lihatlah, Aku adalah Tuhan!
Di bawah naungannya seluruh keinginanmu akan terpenuhi: demikianlah Alkimia Ilahi.
Kepribadian dan leberadaanmu kini milikmu yang sah, karena di situlah engkau melihat sifatsifat Yang Maha Kuasa.
Pohon yang bengkok akan menjadi lurus, wahyu Ilahi: akarnya dalam tanah, cabang-cabangnya
menjulang ke angkasa.
Kesadaran Kosmik
Anggur yang meragi adalah pengemis yang meminta ragi kita; Langit yang berputar adalah
pengemis yang memohon kesadaran kita.
Anggur mabuk karena kita, bukan kita yang mabuk olehnya: tubuh menjadi ada karena kita,
bukan kita ada karenanya.
Kita laksana lebah, dan tubuh laksana sarang madunya: kita telah membentuk tubuh, sel demi
sel, seperti lilin.
Ruh Semesta Tersingkap Pada Para Nabi Dan Wali
Setiap saat perampok Keindahan muncul dalam bentuk yang berbeda, memperkosa jiwa dan
menghilang.
Setiap saat Tuhan Yang Tercinta memakai busana baru, terkadang tampak tua, terkadang tampak
muda.
Kini Dia menyelam ke dalam hati jasad yang terbuat dari tanah liat - Ruh menyelam bagai
penyelam.
Segera, muncul dari adonan tanah liat yang telah usai dibentuk dan dipanggang, Dia tampak di
dunia.
Dia menjadi Nabi Nuh, dan masuk ke Bahtera ketika karena doa-Nya dunia banjir.
Dia menjadi Ibrahim dan tampak di tengah-tengah kobaran api, yang demi diri-Nya berbunga
mawar.
Sesaat Dia mengembara mengelilingi dunia untuk menyenangkan diri-Nya;
Kemudian dia muncul sebagai Isa dan naik ke Surga dan mengagungkan Tuhan.
Ringkasnya, adalah Dia yang datang dan pergi di setiap generasi yang engkau ketahui,
Hingga akhirnya Dia tampak dalam bentuk seorang Arab dan memperoleh kerajaan dunia.
Tidak ada perpindahan, tiada yang dipindahkan. Pemenang hati-hati yang tercinta itu.
Menjadi sembilan pedang di tangan Ali dan tampil sebagai Pembunuh sang waktu.
Bukan, bukan! Dia jualah yang berseru dalam tubuh manusia, Ana al-Haqq.
Orang yang memanjat tiang gantungan itu bukanlah Manshur, seperti yang dibayangkan orang
bodoh.
Rumi tidak pernah dan tidak akan mengucapkan kata-kata pengingkaran: jangan sangsikan dia!
Norma Para Pembawa Wahyu lahi
Kekekalan Kehendak dan Taqdir Tuhan, Yang Maha Pengampun, untuk mengungkapkan dan
menyatakan diri-Nya.
Menimbulkan lawannya, karena jika tidak takkan ada yang dapat dipertunjukkan; dan tidak ada
yang berlawanan dengan Sang Raja yang tiada bandingan.
Oleh karena itu Dia mengangkat raja muda yang hatinya menjadi cermin bagi Kedaulatan-Nya,
Dan memberkahinya dengan kesucian yang tak terhingga, serta kemudian meletakkan lapisan
hitam logam tipis di hadapannya.
Dia membuat dua panji, putih dan hitam: yang satu adalah Adam, lainnya adalah Iblis.
Di antara kedua panglima yang kuat ini timbul pertempuran dan perselisihan, maka terjadilah apa
yang telah ditakdirkan.
Demikian selanjutnya muncul Abel, dan Kain menjadi lawan terhadap kesucian cahayanya.
Maka, dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi kedua panji itu muncul dalam
pertentangan,
Sampai datangnya Nabi Muhammad, yang berjuang keras melawan Abu Jahl, pangeran dari
pasukan ketidakadilan.
Rahasia Keburukan
Baik Musa maupun Firaun adalah Pemuja Yang Maha Benar, sekalipun tampaknya yang pertama menemukan jalan
dan yang lainnya kehilangan.
Di siang hari Musa berseru kepada Tuhan: di tengah malam Firaun mulai merintih.
Katanya, O Tuhan, belenggu apakah yang ada di leherku ini? Seandainya tak ada belenggu, siapa yang akan
berkata aku adalah aku?
Dengan takdir itu Engaku membuat Musa bercahaya dengan takdir yang sama Engkau membuat aku gelap.
Kami berdua adalah sesama hamba yang mengabdi kepada-Mu; namun kapak-Mu membelah cabang-cabang lunak
di dalam rimba-Mu.
Cabang-cabang tak berdaya terhadap kapak; yang satu benar-benar tercangkok kuat, lainnya dibiarkan tak terawat.
Aku memohon kepada-Mu, dengan kekuatan kapak-Mu, untuk melimpahkan rahmat dan meluruskan
kebengkokanku.
Sekali lagi Firaun berkata kepada dirinya sendiri dalam keheranan, Bukankah aku beribadah sepanjang malam?
Dalam hatiku aku ini bagai orang yang rendah hati dan patuh: Bagaimana aku tampak begitu berubah ketika bertemu
Musa?
Apabila ketidakberwarnaan menjadi tawanan warna, Musa menjadi musuh bagi Musa.
Apabila engkau mencapai ketidakberwarnaan dari mana engkau berasal, Muda dan Firaun menjadi damai di tempat
yang sama.
Jika engkau memintaku untuk menjelaskan rahasia ini, aku akan menjawab bahwa dunia yang berwarna tak dapat
lepas dari adanya pertentangan.
Adalah keajaiban bahwa yang berwarna keluar dari yang-tak-berwarna: Bagaimana yang berwarna muncul untuk
berperang melawan yang-tak-berwarna?
Ataukah itu bukan peperangan yang sesungguhnya? Apakah demi tujuan Ilahi suatu kecerdikan seperti
perselisihan pedagang keledai?
Ataukah bukan ini dan bukan itu? Apakah hanya kebingungan semata? Harta karun harus dicari, dan kebingungan
adalah reruntuhan yang didalamnya terkubur harta itu.
Apa yang engkau bayangkan menjadi harta karun konsepsi seperti itu menyebabkan engkau kehilangan harta
karun yang sebenarnya.
Khayalan-khayalan dan opini-opini itu laksana masa perkembangan: harta karun tak ditemukan pada tempat-tempat
perkembangan.
Pada masa perkembangan terdapat keberadaan dan sifat-sifat yang berlawanan: Ketiadaan menolak setiap sesuatu
yang ada.
Tidak, jika timbanganmu melebihi yang lainnya seberat atom pun, maka atom itu akan
berpengaruh pada neraca Tuhan.
Takdir dan Kebebasan Kehendak
Seorang Muslim menyeru seorang Magi untuk beriman kepada nabi. Dia menjawab, Saya akan beriman, apabila
Tuhan menghendaki.
Tuhan menghendakinya, sahut seorang Muslim, namun hawa nafsumu dan Setan yang jahat selalu menyeretmu
pada kekafiran dan hawa-nafsu.
Baiklah, dia menjawab, apabila mereka itu lebih kuat, haruskah saya tidak mengikuti mereka yang secara
langsung menyeretku?
Engkau katakan bahwa Tuhan menghendakiku untuk menganut Islam: apa gunanya Kehendak Tuhan bila Dia tidak
mengabulkan?
Menurutmu, Hawa-nafsu dan Setan telah berhasil melaksanakan keinginan mereka, sedangkan Tujuan Tuhan Yang
Maha Esa Agung telah gagal dan berantakan.
Subhanallah! Apapun yang Dia kehendaki pasti terjadi. Dialah pengatur alam semesta.
Tanpa Perintah-Nya tiada sesuatu apapun di dalam Kerajaan-Nya yang akan bertambah banyak walau seujung
rambut pun.
Kerajaan adalah milik-Nya, Perintah adalah milik-Nya: bahwa Setan-setan-Nya adalah anjing-anjing yang paling
hina di depan pintu-Nya.
Sudah tentu, sahut orang Muslim, kita mempunyai kekuatan tertentu untuk memilih: engkau tak bisa
mengingkari adanya bukti-bukti yang jelas tentang perasaan batin itu.
Ada suatu kekuatan untuk memilih dalam hal ketidakadilan dan perbuatan yang salah: itulah yang kumaksudkan
ketika saya berbicara tentang Nafsu dan Setan.
Naluri untuk memilih itu tersembunyi dalam jiwa dan muncul ketika obyek yang diinginkan tampil dalam
perbuatan.
Ketika Iblis menunjukkan suatu sasaran keinginan, maka kekuatan yang terlelap itu bangkit dan bergerak
kepadannya,
Sementara itu, di pihak lain, Malaikat meletakkan di hadapanmu obyek-obyek keinginan yang baik serta
menanamkannya ke dalam hatimu,
Supaya kekuatan untuk menentang kejahatan dan memilih kebaikan dapat dirangsang.
Menurut pertimbangan akal yang sehat, ajaran paksaan (jabr) itu lebih buruk daripada ajaran kebebasan-kehendak
(qadar), karena seorang Jabbariyah itu mengingkari kesadarannya sendiri.
Sedangkan ajaran kebebasan kehendak tidak mengingkari hal itu, ia mengingkari perbuatan Yang Maha Kuasa: ia
berkata, Ada asap, namun tiada api.
Seorang Jabbariyah jelas melihat api: membakar pakaiannya, dan seperti orang yang skeptis dia menganggap api itu
tidak ada.
Apabila hanya Tuhan semata yang memiliki kekuatan untuk memilih, mengapa engkau marah kepada pencuri yang
mencuri milikmu?
Bahkan binatang pun mengenal perasaan batin ini: unta yang dipukul keras, akan menyerang pengendaranya;
kemarahannya tidaklah ditujukan kepada pecutnya.
Seluruh kandungan Al-Quran berisi perintah dan larangan serta ancaman hukuman, apakah ini semua ditujukan
kepada bebatuan dan kerikil-kerikil?
Engkau telah melepaskan kemungkinan ketidakmampuan Tuhan, namun engkau menyebut-Nya benar-benar tidak
tahu dan dungu.
Ajaran Kebebasan-kehendak tidaklah berarti ketidakmampuan Tuhan; dan jika memang demikian, kebodohan itu
lebih buruk daripada ketidakmampuan.
Kekuatan memilih Tuhan yang Universallah yang telah menimbulkan kekuatan diri kita mewujud: Kekuatan-Nya
laksana penunggang kuda yang tersembunyi oleh debu yang diterbangkannya;
Namun pengawasannya terhadap perbuatan dari kebebasan-kehendak tidaklah menghilangkan kualitas bebasnya.
Nyatalah bahwa Kehendak Tuhan itu dilaksanakan dalam suatu cara sempurna, sekalipun tanpa dihubungkan dengan
paksaan (jabr) dan tanggung-jawab karena pengabaian perintah-perintah-Nya.
Engkau katakan bahwa kekafiranmu itu dikehendaki oleh-Nya; namun ketahuilah bahwa hal itu juga dikehendaki
oleh dirimu sendiri.
Berusaha keraslah untuk memperoleh ilham dari cawan cinta Tuhan: sehingga engkau tak mementingkan diri sendiri
Anggur Cinta
Dia datang, bak Rembulan yang tak pernah terlihat di langit, baik dalam jaga maupun dalam
mimpi,
Bermahkota api abadi yang tak pernah mati.
Lihatlah, Wahai Paduka, dari cawan anggur cinta-Mu, jiwaku berenang
Meninggalkan kerangka raga lempungku.
Kala pertama Pemberi buah anggur tiba, hatiku nan tengah kesepian menjadi mendapat mitra,
Anggur membakar dadaku dan seluruh pembuluhku kian sarat dengan darah;
Namun ketika citra-Nya memikat seluruh pandanganku, suara pun merendah:
Sungguh indah, O Anggur nan perkasa dan Piala nan tiada tara!
Tangan kuat cinta merenggut dari atas hingga ke dasar tempat yang diselubungi kegelapan
Yang celah-celahnya enggan meraih sinar keemasan.
Hatiku, jika lautan Cinta tiba-tiba memasuki pandangannya,
Melompatlah segera ke dalam, serta Temukan aku sekarang juga!
Sebab, bila matahari bergerak, awan pun mengikutinya dari belakang,
Semua hati menyertaimu, O Matahari Tabriz!
Teka-Teki Tuhan
Siapa saja yang kebingungan dan kesulitan, Tuhan telah membisikkan sebuah teka-teki ke dalam telinganya,
Sehingga dia mungkin menjebaknya dalam dua kesangsian pikiran- Akan atau tidakkah kulaksanakan apa yang
telah Dia ceritakan kepadaku?
Dengan Takdir Tuhan salah satu dari kedua pilihan itu akan memiringkan pertimbangan, dan dia menyetujuinya.
Kalau pikiranmu tak terganggu, jangan kau sumbat pendengaran ruhanimu dengan kapas mentah.
Agar engkau dapat memahami teka-teki-Ny serta membaca tanda-tanda baik yang samar maupun yang jelas nyata.
Lalu turunlah wahyu pada pendengaranmu. Apakah wahyu itu? Sebuah suara yang tak tertangkap oleh tanggapan
pancaindera.
Kata paksaan (jabr) membuat diriku tak sabar demi Sang Cinta: hanya orang yang mencintailah yang tak
terbelenggu oleh paksaan.
Inilah hubungan akrab dengan Tuhan, bukan paksaan: cahaya dari bulan, bukan sebongkah awan:
Atau, apabila ia paksaan, bukanlah paksaan biasa: ia bukanlah paksaan yang didesak oleh keinginan-diri, yang
mendorong kita ke dosa.
Wahai anakku, hanya mereka yang mata-hatinya telah dibukakan oleh Tuhan-lah yang mengetahui arti paksaan yang
sebenarnya.
Apologi Iblis
Pada mulanya aku adalah Malaikat, yang dengan sepenuh jiwa kutempuh Jalan kepatuhan untuk mengabdi kepada
Tuhan.
Bagaimana bisa panggilan pertama dilupakan? Bagaimana bisa cinta pertama hilang dari hati seorang hamba?
Bukankah kekuasaan Karunia-Nya yang melindungiku? Bukankah Dia yang menciptakan diriku dari ketiadaan?
Siapakah yang memberiku susu di masa pertumbuhanku? Siapakah yang menggerakkan ayunanku? Adalah Dia.
Sifat yang mengalir bersama susu itu- dapatkah ia selalu dibuang?
Rahmat, Keagungan, dan Kemurahan hati adalah hakekat substansi dari mata-uang-Nya, Kemurkaan-Nya hanyalah
setitik noda campurannya.
Tak kupandang kemurkaan-Nya, yang merupakan sebab sementara: aku selalu memandang kelestarian Kasihsayang-Nya yang harus dicontoh.
Ketahuilah bahwa kecemburuan adalah sebab penolakanku untuk membungkukkan diri di hadapan Adam; namun
kecemburuan itu juga lahir dari cinta kepada Tuhan, bukan dari ketidakpatuhan.
Setiap rasa cemburu lahir dari cinta, karena takut kalau-kalau yang lainnya menjadi pacar sang kekasih.
Mempertimbangkan rasa cemburu adalah akibat yang tak dapat dielakkan dari adanya rasa cinta, sebagaimana kata
Mendengar kata-kata dungu ini, Musa berseru, Hai, kepada siapakah engkau berteriak?
Ocehan apa ini! Fitnah dan ngawur! Sumbatlah mulutmu dengan kapas!
Sesungguhnya persahabatan dari seorang yang bodoh itu permusuhan: Tuhan Yang Maha Luhur
tidak menghendaki pelayanan seperti itu.
Pengembala itu menyobek pakaiannya, menghela nafasnya, lalu melanjutkan perjalanan menuju
ke hutan belantara.
Kemudian turunlah wahyu kepada Musa: Engkau telah memisahkan hamba-ku dari-ku.
Apakah engkau diutus sebagai seorang Nabi untuk menyatukan, atau untuk memisahkan?
Aku telah memberikan kepada setiap orang gaya pemujaan yang khusus, Aku telah melimpahkan
pada setiap manusia bentuk pengungkapan yang khas.
Ungkapan Hindustan adalah yang terbaik bagi orang Hindustan; bahasa Sind adalah yang terbaik
bagi masyarakat Sind.
Aku tidak memandang pada lidah dan ucapan, Aku memandang pada ruh dan perasaan batin.
Aku memandang ke hati untuk mengetahui apakah ia rendah, walau kata-kata yang terucap tidak
rendah.
Cukup dengan ucapan-ucapan dan kesombongan serta kiasan-kiasan! Aku ingin terbakar,
terbakar dan terbiasa dengan keterbakaran!
Nyalakanlah bara cinta di dalam jiwamu, biarkanlah seluruh pikiran dan ungkapan.
Wahai Musa, mereka yang paham ketentuan-ketentuan adalah satu macam, mereka yang jiwanya
terbakar adalah macam yang lain.
Agama cinta lepas dari segala agama. Para pencinta Tuhan tidak mempunyai agama melainkan
Tuhan itu sendiri.
Marak kepada Orang-Orang Fanatik
Dengan cara inilah seorang Yahudi menceritakan mimpinya. Oh, banyak orang Yahudi yang
akhirnya patut dipuji.
Jangan menolak orang kafir, karena dapat diharapkan kelak dia mati sebagai seorang Muslim.
Pengetahuan apakah yang engkau miliki tentang akhir hayatnya, sehingga engkau mengambil
sikap untuk memalingkan wajahmu dari dia?
Pertentangan Agama
Ketujuh-puluh golongan ini akan bertahan sampai Hari Kebangkitan tiba: percakapan dan alasan
dari orang bidah tidak akan gagal.
Banyaknya kunci atas harta benda adalah bukti ketinggian nilainya.
Panjangnya jalan yang berliku-liku, bertebing dan berjurang, serta banyak penyamun yang
menghadangnya, adalah petunjuk akan besarnya tujuan perjalanan.
Setiap ajaran yang palsu menyerupai sebuah jalan pegunungan, bertebing curam, dan
berpenyamun.
Beriman secara buta adalah berada dalam suatu dilema, karena para pemuka berdiri tegak pada
salah satu sisinya: tiap-tiap kelompok bangga dengan caranya sendiri.
Hanya Cinta yang dapat mengakhiri pertentangan, hanya Cinta menjadi penyelamat apabila
engkau berteriak meminta tolong terhadap perbedaan pendapat mereka.
Orang yang fasih bicara akan terperangah oleh Cinta: tak berani bertengkar.
Pencinta takut untuk membantah, supaya mutiara mistik jangan sampai jatuh menetes dari
mulutnya.
Seolah-olah seekor burung yang sangat indah hinggap bertengger di atas kepalamu, lantas
Tidak Tahu
Lihatlah, karena aku tak tahu tentang diriku, dengan nama Tuhan apa yang harus kuperbuat kini?
Aku tidak menyembah Salib ataupun Sabit; aku bukan seorang Gabar maupun seorang Yahudi.
Rumahku bukan di Timur ataupun di Barat, bukan di daratan maupun di lautan; aku tak
bersanak-keluarga dengan Malaikat ataupun jembalang.
Aku bukan ditempa dari api ataupun busa, aku dibentuk bukan dari debu maupun embun.
Aku lahir bukan di Cina yang jauh, bukan di Bulgaria bukan di Saqsin.
Bukan di India, yang bersungai lima, bukan di Irak ataupun di Khurasan aku tumbuh dewasa.
Bukan di dunia ini atau di dunia sana Aku tinggal, bukan di Surga atau di Neraka;
Bukan dari Firdaus ataupun Ridwan aku jatuh, bukan pula dari Adam aku bernenek-moyang.
Di suatu tempat yang ada di balik tempat, di suatu bidang tanpa jejak dan hayang,
Jiwa dan tubuh yang meninggi aku tinggal di dalam jiwa Kekasihku Yang Maha Esa!
Saat Bersatu
Aku tak sama dengan Sang Raja bahkan jauh berbeda meskipun kuperoleh cahaya dari sinarNya.
Keserbasamaan bukanlah dalam hal bentuk dan esensi: air menjadi serba-sama dengan tanah
dalam tetumbuhan.
Karena jenisku bukan jenis Rajaku, egoku musnah (fana') demi Ego-Nya.
Egoku musnah, Dia sajalah yang tinggal: aku mengepul seperti debu di bawah kaki kuda-Nya.
Kepribadian-diri menjadi debu: hanya bekasnya tampak pada cap kaki-Nya di atas debu.
Jadilah debu di bawah kaki-Nya demi cap-kaki itu dan jadilah laksana mahkota di atas kepala
Sang Kaisar!
Abadinya Kehidupan
Seluruh kemampuan manusia tidaklah permanen: seluruhnya akan musnah pada hari
Kebangkitan.
Namun cahaya kesadaran dan seluruh ruh nenek moyang kita bukanlah sirna semuanya, laksana
rerumputan.
Mereka yang telah meninggal dunia bukanlah tidak-ada: mereka terendam dalam Sifat-sifat Ilahi.
Seluruh sifatnya terhisap ke dalam Sifat-sifat Ilahi, sama seperti hilangnya bintang-bintang oleh
hadirnya matahari.
Jika engkau menanyakan sumber dari Al-Qur'an, bacalah ayat, Setiap mereka semuanya akan
dikumpulkan lagi ke Hadapan Kami (muhdarun).
Orang yang disebut dengan kata muhdarun bukanlah tidak-ada. Renungkanlah, sehingga engkau
dapat memperoleh pengetahuan yang pasti tentang abadinya kehidupan ruh.
Ruh yang terhalang dari kehidupan abadi berada dalam kesengsaraan; ruh yang senantiasa
bersatu dengan Tuhan terbebas dari berbagai rintangan.
Apakah Kepribadian itu Berlanjut?
Tiada darwis di dunia; dan seandainya ada, darwis itu sesungguhnya tidak-ada.
Dia ada menurut kelangsungan esensinya, namun sifat-sifatnya padam karena Sifat-sifat Ilahi.
Seperti cahaya lilin di hadapan matahari, nyatanya ia tidak-ada, meskipun ia ada menurut
hitungan resmi.
Esensi api itu tetap ada sejauh bila engkau menaruh kapas di atasnya, kapas itu akan dilahapnya.
Namun pada kenyataannya ia tidak-ada: ia tidak memberimu cahaya, karena mentari telah
memudarkannya.
Apabila satu ons cuka dilarutkan ke dalam seratus muk gula, Rasa asam itu tiada ketika engkau
mencicipi gula, meskipun ia ada sebagai kelebihan ketika engkau menimbangnya.
Di hadapan seekor singa, kijang menjadi tak sadarkan diri: kehadirannya hanyalah sebuah tabir
bagi singa itu.
Analogi-analogi yang dilukiskan manusia tidak ada sempurna mengenai perbuatan Tuhan adalah
laksana emosi cinta, mereka bukannya tidak sopan.
Perasaan pencinta terlontar tanpa rasa malu, dia berterus terang kepada Sang Raja.
Dia tampak kurang sopan, karena tuntutan cintanya melibatkan persamaan hak dengan Sang
Kekasih;
Tapi lihatlah lebih dalam: apa yang dia tuntut? Baik dia maupun tuntutannya tidak berarti apaapa di hadapan Sultan itu.
Mata Zaydun (Zayd mati): kalau Zayd adalah pelaku (subyek, menurut tata bahasa),
sesungguhnya dia bukanlah pelaku, karena dia mati.
Dia adalah pelaku hanya menurut ungkapan tata bahasa; sebaliknya dialah orang yang dikenai
pekerjaan, dan maut adalah pembunuhnya.
Kemampuan apakah yang masih tersisa pada orang yang telah ditaklukkan sampai segala sifat
seorang pelaku hilang dari dirinya?
Jiwa Dunia
Aku telah berkeliling sebentar bersama sembilan Ayah di setiap Langit.
Aku telah beredar bertahun-tahun dnegan bintang-bintang dalam tanda-tanda mereka.
Aku tak terlihat sebentar, aku telah tinggal bersama-Nya. Aku telah berada di dalam Kerajaan
dari atau lebih dekat lagi, aku melihat apa yang pernah kulihat.
Aku menerima makanan dari Tuhan, seperti seorang bayi di dalam kandungan:
Aku telah lahir berulang-kali, manusia lahir hanya sekali.
Berbusana dalam sebuah mantel jasmani, aku menyibukkan diri dengan urusan-urusan duniawi,
Dan sering sudah kurobek mantel dengan tanganku sendiri. Kulewatkan malam bersama para
asketis di dalam biara, Aku telah tidur bersama orang-orang kafir di depan berhala-berhala dalam
biara,
Akulah kepedihan dari si pencemburu, akulah nyeri dari si sakit. Akulah awan dan hujan: aku
telah terkena hujan di tengah padang rumput.
O darwis! Pada garmisku tak pernah menempel debu kematian, Telah kuhimpun kekayaan
mawar di taman keabadian. Aku bukanlah dari air maupun api, aku bukanlah dari angin liar.
Aku bukanlah dari lempung yang dibentuk: kutertawakan mereka semua.
O anak, aku bukan Syams-i Tabriz, aku adalah Cahaya murni. Jika engkau melihatku, hatihatilah! Jangan ceritakan kepada siapapun apa yang telah engkau lihat!
Pendewaan Diri
Apabila seekor lebah tercelup dalam madu, seluruh anggota tubuh-nya terserap oleh keadaan
yang sama, dan ia tidak dapat bergerak. Demikian pula istilah istighraq (terserap dalam Tuhan)
digunakan untuk seseorang yang tidak mempunyai kesadaran atau inisiatif ataupun sendiri.
Setiap tindakannya bukan miliknya. Apabila ia masih meronta dalam air, atau apabila ia berseru,
Oh, aku tenggelam, ia tidak bisa di-katakan berada dalam keadaan terserap. Inilah yang
diisyaratkan oleh kata-kata Ana al-Haqq (Aku adalah Tuhan). Orang menganggap itu adalah
pernyataan yang sombong, padahal adalah benar-benar sombong pernyataan yang menyatakan
Ana al-abd (Aku adalah hamba Tuhan); dan Ana al-Haqq (Aku adalah Tuhan) adalah sebuah
ungkapan kerendahan hati yang sangat dalam. Orang yan menyatakan Ana al-abd (Aku adalah
hamba Tuhan) menegaskan adanya dua wujud, wujudnya sendiri dan wujud Tuhan, sedangkan
dia yang menyatakan Ana al-Haqq (Aku adalah Tuhan) membuat dirinya bukan-wujud dan
menyerahkan dirinya seraya berseru Aku adalah Tuhan, yakni Aku tiada, Dia-lah segalanya:
tiada wujud kecuali wujud Tuhan. Inilah ke-rendahan hati dan penghinaan diri yang berlebihan.
Manusia-Ilahi
Memuji dan memuliakannya adalah mengagungkan Tuhan: buah Ilahi tumbuh dari hakekat dasar baki ini.
Apel tumbuh dari keranjang ini dengan berbagai kehalusan ragam: bukanlah keburukan jika engkau menyebutnya
dengan nama pohon.
Sebutlah keranjang ini Pohon-Apel, karena di antara keduanya ada perpaduan tersembunyi.
Anggaplah keranjang ini Pohon keberuntungan dan duduklah dengan tenang di bawah naungannya.
Pendakian Ruhani
Apabila engkau ikut serta dalam barisan mereka yang mengadakan Pendakian, ketiadaan akan membawamu ke atas
bagaikan Buraq.
Itu bukanlah seperti naiknya makhluk hidup ke bulan; bukan, melainkan seperti naiknya pohon tebu ke gula.
Itu bukanlah seperti naiknya asap ke langit; bukan itu, melainkan seperti naiknya embrio ke rasionalitas.
Perkembangan Manusian
Mula-mula dia muncul dalam alam benda-mati;
Kemudian masuk ke dunia tumbuh-tumbuhan dan hidup
Bertahun-tahun sebagai tetumbuhan, tak ingat lagi akan
Apa yang telah dia alami, lalu melangkah maju
Ke kehidupan hewan, dan sekali lagi
Tak ingat akan kehidupan tetumbuhan itu.
Kecuali ketika dirinya tergerak senang,
Pada tetumbuhan di musim bunga-binga berkembang indah.
Seperti bayi-bayi yang mencari puting susu dan tak tahu mengapa.
Sekali lagi Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana sebagaimana engkau ketahui
Memindahkannya dari alam hewani
Ke tingkat Manusia; demikianlah dari satu alam ke alam lainnya dia
Bergerak, ia mendai pandai,
Cerdik dan bijak, sebagaimana dia kini.
Tak terkenang lagi akan keadaan sebelumnya,
Dan dari jiwanya yang sekarang pun dia akan diubah pula.
Sekalipun dia tertidur, Tuhan tidak akan membiarkannya,
Dalam kelalaiannya ini. Ketika terjaga, dia
Akan tertawa mengingat mimpi-mimpi yang menyusahkannya,
Serta terheran-heran betapa bahagi kehidupannya.
Dia dapat melupakan dan tak merasakan bahwa seluruh
Kesusahan dan kesengsaraan itu akibat dari tidur
Dan tipu-muslihat serta ilusi yang sia-sia. Maka dunia ini
Akan tampak abadi, meskipun itu hanyalah mimpi orang yang tertidur;
Yang, ketika Hari yang telah ditetapkan tiba, akan melarikan diri
Dari bayang-bayang gelap yang menghantuinya,
JIWA DUNIA
Aku telah berkeliling sebentar bersama sembilan Ayah di setiap Langit.
Aku telah beredar bertahun-tahun dnegan bintang-bintang dalam tanda-tanda
mereka.
Aku tak terlihat sebentar, aku telah tinggal bersama-Nya. Aku telah berada di dalam
Kerajaan dari atau
lebih dekat lagi, aku melihat apa yang pernah kulihat.
Aku menerima makanan dari Tuhan, seperti seorang bayi di dalam kandungan:
Aku telah lahir berulang-kali, manusia lahir hanya sekali.
Berbusana dalam sebuah mantel jasmani, aku menyibukkan diri dengan urusanurusan duniawi,
Dan sering sudah kurobek mantel dengan tanganku sendiri. Kulewatkan malam
bersama para asketis di
dalam biara, Aku telah tidur bersama orang-orang kafir di depan berhala-berhala
dalam biara,
Akulah kepedihan dari si pencemburu, akulah nyeri dari si sakit. Akulah awan dan
hujan: aku telah
terkena hujan di tengah padang rumput.
O darwis! Pada garmisku tak pernah menempel debu kematian, Telah kuhimpun
kekayaan mawar di
taman keabadian. Aku bukanlah dari air maupun api, aku bukanlah dari angin liar.
Aku bukanlah dari lempung yang dibentuk: kutertawakan mereka semua.
O anak, aku bukan Syams-i Tabriz, aku adalah Cahaya murni. Jika engkau melihatku,
hati-hatilah! Jangan
ceritakan kepada siapapun apa yang telah engkau lihat!
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Diwan, SP, 331
PERTENTANGAN AGAMA
Ketujuh-puluh golongan ini akan bertahan sampai Hari Kebangkitan tiba:
percakapan dan alasan dari
orang bidah tidak akan gagal.
Banyaknya kunci atas harta benda adalah bukti ketinggian nilainya.
Panjangnya jalan yang berliku-liku, bertebing dan berjurang, serta banyak
penyamun yang
menghadangnya, adalah petunjuk akan besarnya tujuan perjalanan.
Setiap ajaran yang palsu menyerupai sebuah jalan pegunungan, bertebing curam,
dan berpenyamun.
Beriman secara buta adalah berada dalam suatu dilema, karena para pemuka
berdiri tegak pada salah
satu sisinya: tiap-tiap kelompok bangga dengan caranya sendiri.
Hanya Cinta yang dapat mengakhiri pertentangan, hanya Cinta menjadi penyelamat
apabila engkau
berteriak meminta tolong terhadap perbedaan pendapat mereka.
Orang yang fasih bicara akan terperangah oleh Cinta: tak berani bertengkar.
Pencinta takut untuk membantah, supaya mutiara mistik jangan sampai jatuh
menetes dari mulutnya.
Seolah-olah seekor burung yang sangat indah hinggap bertengger di atas
kepalamu, lantas jiwamu
gemetar takut ia akan terbang.
Engkau tak berani bergerak ataupun bernafas, engkau menahan batuk, supaya
burung itu tidak terbang;
Dan apabila ada yang bicara, engkau akan meletakkan jari di depan bibirmu,
berarti, Hush!
Cinta adalah seperti burung itu: membuatmu diam: meletakkan penutup di atas
ketel yang sedang
menggelegak.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. V, 3221
Dalam kitab lainnya dia berkata: Lupakanlah keduanya: apapun yang mencakup
pencerapan
pancaindera adalah berhala.
Dalam kitab lainnya dia berkata: jangan padamkan kemampuan pencerapan
pancaindera: ia dapat
menerangi jalan menuju perenungan yang paling dalam.
Apabila engkau terlalu cepat membuang sensasi dan fantasi, kau akan
memadamkan lampu penyatuan
di tengah malam.
Dalam kitab lainnya dia berkata: Padamkanlah ia jangan takut agar engkau
dapat ribuan kali lipat
penglihatan sebagai gantinya;
Karena dengan memadamkannya, cahaya ruhmu bertambah tak terhingga: dengan
mengorbankan
kepentinganmu sendiri Layla (Kekasih)-mu menjadi Majnun (pencinta)-mu.
Dalam kitab lainnya dia berkata: Carilah seorang guru untuk mengajarimu: di
antara berbagai sifat yang
berasal dari leluhur engkau tidak akan menemukan pengetahuan melihat ke masa
depan.
Setiap golongan agama hanya meramalakan tujuan sebagaimana diri mereka
memahaminya: akibatnya
mereka jatuh menjadi tawanan ketakutan.
Untuk meramalkan tujuan tidaklah semudah menyilangkan kedua belah tangan: bila
tidak, bagaimana
bisa terdapat banyak ajaran yang berbeda?
Dalam kitab lainnya dia berkata: Jadilah manusia, jangan menjadi hamba manusia!
Ambillah jalanmu
sendiri, jangan sibuk mengembara mencari seorang guru!
Dalam kitab lainnya dia berkata: Semua bentuk yang bermacam-macam itu hanya
satu: siapapun yang
melihatnya ganda adalah orang-orang yang matanya rusak.
Dalam kitab lainnya dia berkata: Bagaimana seratus bisa menjadi satu? Dia yang
beranggapan begitu
sesungguhnya gila.
Orang yang tidak paham akan kesucian Isa: dia bukanlah yang dikaruniai lautan
kimia dari tong Isa,
Yang daripadanya pakaian dari seratus celupan akan muncul sederhana dan satu
warna sebagaimana
cahaya.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 463
Lampu-lampu itu berbeda, namun Cahaya itu sama: ia datang dari Atas.
Apabila engkau terus memandangi lampu, engkau akan bingung: karena akan
muncul penampakan
jumlah dan keragaman.
Tetapkanlah pandanganu pada Cahaya, dan engkau akan terlepas dari dualisme
yang melekat pada
tubuh yang terbatas.
Wahai engkau yang merupakan inti keberadaan, pertentangan diantara orang
Muslim, Zoroaster dan
Yahudi itu tergantung pada pendirian.
Beberapa orang India membawa seekor gajah, untuk mereka pertunjukan di
kegelapan arena.
Karena melihatnya dengan mata tidak mungkin, maka setiap orang merabanya
dengan telapak
tangannya.
Tangan seseorang menyentuh belalainya: dia berkata, Binatang ini seperti pipaair.
Yang lain meraba telinganya: baginya makhluk ini tampak seperti sebuah kipas.
Yang lain memegang kakinya dan melukiskan gajah itu seperti bentuk sebuah pilar.
Yang lain mengusap punggungnya. Sesungguhnya, katanya, gajah ini
menyerupai sebuah
singgasana.
Setelah masing-masing memegang lilin, perbedaan pun hilang dari percakapan
mereka.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 1259
APOLOGI IBLIS
Pada mulanya aku adalah Malaikat, yang dengan sepenuh jiwa kutempuh Jalan
kepatuhan untuk
TEKA-TEKI TUHAN
Siapa saja yang kebingungan dan kesulitan, Tuhan telah membisikkan sebuah tekateki ke dalam
telinganya,
Sehingga dia mungkin menjebaknya dalam dua kesangsian pikiran- Akan atau
tidakkah kulaksanakan
apa yang telah Dia ceritakan kepadaku?
Dengan Takdir Tuhan salah satu dari kedua pilihan itu akan memiringkan
ANGGUR CINTA
Dia datang, bak Rembulan yang tak pernah terlihat di langit, baik dalam jaga
maupun dalam mimpi,
Bermahkota api abadi yang tak pernah mati.
Lihatlah, Wahai Paduka, dari cawan anggur cinta-Mu, jiwaku berenang
Meninggalkan kerangka raga lempungku.
Kala pertama Pemberi buah anggur tiba, hatiku nan tengah kesepian menjadi
mendapat mitra,
Anggur membakar dadaku dan seluruh pembuluhku kian sarat dengan darah;
Namun ketika citra-Nya memikat seluruh pandanganku, suara pun merendah:
Sungguh indah, O Anggur nan perkasa dan Piala nan tiada tara!
Tangan kuat cinta merenggut dari atas hingga ke dasar tempat yang diselubungi
kegelapan
Yang celah-celahnya enggan meraih sinar keemasan.
Hatiku, jika lautan Cinta tiba-tiba memasuki pandangannya,
Melompatlah segera ke dalam, serta Temukan aku sekarang juga!
Sebab, bila matahari bergerak, awan pun mengikutinya dari belakang,
Semua hati menyertaimu, O Matahari Tabriz!
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Diwan, S P, VII
daripada ajaran
kebebasan-kehendak (qadar), karena seorang Jabbariyah itu mengingkari
kesadarannya sendiri.
Sedangkan ajaran kebebasan kehendak tidak mengingkari hal itu, ia mengingkari
perbuatan
Yang Maha Kuasa: ia berkata, Ada asap, namun tiada api.
Seorang Jabbariyah jelas melihat api: membakar pakaiannya, dan seperti orang
yang skeptis dia
menganggap api itu tidak ada.
Apabila hanya Tuhan semata yang memiliki kekuatan untuk memilih, mengapa
engkau marah
kepada pencuri yang mencuri milikmu?
Bahkan binatang pun mengenal perasaan batin ini: unta yang dipukul keras, akan
menyerang
pengendaranya; kemarahannya tidaklah ditujukan kepada pecutnya.
Seluruh kandungan Al-Quran berisi perintah dan larangan serta ancaman hukuman,
apakah ini
semua ditujukan kepada bebatuan dan kerikil-kerikil?
Engkau telah melepaskan kemungkinan ketidakmampuan Tuhan, namun engkau
menyebut-Nya
benar-benar tidak tahu dan dungu.
Ajaran Kebebasan-kehendak tidaklah berarti ketidakmampuan Tuhan; dan jika
memang
demikian, kebodohan itu lebih buruk daripada ketidakmampuan.
Kekuatan memilih Tuhan yang Universallah yang telah menimbulkan kekuatan diri
kita
mewujud: Kekuatan-Nya laksana penunggang kuda yang tersembunyi oleh debu
yang
diterbangkannya;
Namun pengawasannya terhadap perbuatan dari kebebasan-kehendak tidaklah
menghilangkan
kualitas bebasnya.
Nyatalah bahwa Kehendak Tuhan itu dilaksanakan dalam suatu cara sempurna,
sekalipun tanpa
dihubungkan dengan paksaan (jabr) dan tanggung-jawab karena pengabaian
perintah-perintahNya.
Engkau katakan bahwa kekafiranmu itu dikehendaki oleh-Nya; namun ketahuilah
bahwa hal itu
juga dikehendaki oleh dirimu sendiri.
Berusaha keraslah untuk memperoleh ilham dari cawan cinta Tuhan: sehingga
engkau tak
mementingkan diri sendiri dan tanpa kehendak.
Sehingga seluruh kehendak akan menjadi milik Anggur itu, dan engkau akan
menjadi pemaaf
yang sesungguhnya.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. V, 2912
adalah bukti
Kebebasan-kehendak.
Apabila kita tidak bebas, mengapa perasaan bersalah itu memalukan? Mengapa
timbul rasa sedih
dan bersalah serta malu?
Mengapa para guru marah kepada para muridnya? Mengapa pikiran-pikiran berubah
dan
membuat resolusi-resolusi baru?
Engkau dapat membuktikan bahwa para penuntut Kebebasan-kehendak itu
mengingkari Paksaan
Tuhan, yang tersembunyi bagai bulan di balik awan;
Namun ada sebuah jawaban yang baik untuk itu: dengar, tinggalkan kekufuran, dan
pegang eraterat Iman!
Ketika engkau jatuh sakit dan menderita kesakitan, kesadaranmu tergugah, engkau
dilanda
penyesalan yang dalam dan memohon kepada Tuhan untuk mengampuni dosadosamu.
Ketika kotornya dosamu diperlihatkan kepadamu, engkau memutuskan untuk
kembali ke jalan
yang benar;
Engkau berjanji dan bersumpah bahwa mulai kini engkau memilih gerak
perbuatanmu adalah
kepatuhan.
Maka, catatlah prinsip ini, O pencari: kesengsaraan dan penderitaan membuat
seseorang sadar
akan Tuhan; dan semakin sadar, semakin besar gairahnya.
Apabila engkau sadar akan adanya Paksaan Tuhan, mengapa engkau tak berputus
asa? Di
manakah bukti dari perasaanmu yang memikat dirimu terasa terbebani?
Bagaimana seseorang akan menggembirakan orang yang terbelenggu rantai?
Apakah tingkah-laku seorang tawanan sama seperti seorang yang bebas?
Apapun yang rasanya ingin kau perbuat, pastilah kau sangat tahu bahwa engkau
dapat
melakukannya.
Namun dalam hal perbuatan-perbuatan yang tidak engkau kehendak, engkau telah
menjadi
seorang Jabbariyah, engkau berseru, Ini adalah Takdir Tuhan.
Para Nabi adalah kaum Jabbariah sejauh yang berkenaan dengan amal
keakheratannya, para kafir
adalah Jabbariah berkenaan dengan ihwal keakheratan.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 616
NISBINYA KEBURUKAN
Di dunia ini tiada keburukan yang mutlak: keburukan itu nisbi. Sadarilah kenyataan
ini.
Di dunia Waktu sesuatu pastilah menjadi pijakan bagi seseorang dan belenggu bagi
yang lainnya.
Bagi seseorang merupakan pijakan, bagi lainnya merupakan belenggu; bagi
seseorang
merupakan racun, bagi lainnya merupakan manis dan bermanfaat laksana gula.
Bisa ular merupakan kehidupan bagi ular, namun maut bagi manusia; lautan
merupakan sumber
kehidupan bagi binatang laut, namun bagi makhluk daratan merupakan luka yang
mematikan.
Zayd, meski orangnya sama, bisa jadi setan bagi seseorang dan menjadi Malaikat
bagi lainnya:
Bila engkau ingin ia baik padamu, maka pandanglah ia dengan pandangan seorang
pencinta.
Janganlah kau pandang Yang Maha Indah dengan matamu sendiri: melihat Yang
Dicari itu
dengan mata sang pencari.
Sebaliknya, pinjamlah pandangan dari Dia: pandanglah wajah-Nya dengan mataNya.
Tuhan berfirman, Barangsiapa telah menjadi milik-Ku, Aku menjadi miliknya: Aku
adalah
matanya, tangannya dan hatinya.
Semua yang dibenci menjadi yang dicintai manakala ia membawamu pada Sang
Kekasih-mu.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. IV, 65
POHON-PIR ILUSI
Pohon-pir inilah sumber egoisme dan keberadaan-diri yang membuat mata berkedip
dan kabur.
Apabila engkau turun, Wahai pendaki, pikiranmu, kata-katamu, dan penglihatanmu
tak lagi
menjadi serba salah.
Karena kerendahan hati yang engkau perlihatkan pada waktu turun, Tuhan
memberkahimu
dengan pandangan yang benar.
Engkau akan melihat pohon-pir ini menjadi pohon keberuntungan, cabangcabangnya mencapai
Langit ketujuh.
Kemudian naiklah lagi ke pohon yang telah diubah oleh Kasih-sayang Tuhan.
Kini ia bercahaya laksana Semak-belukar terbakar : ia berseru, Lihatlah, Aku
adalah Tuhan!
Di bawah naungannya seluruh keinginanmu akan terpenuhi: demikianlah Alkimia
Ilahi.
Kepribadian dan leberadaanmu kini milikmu yang sah, karena di situlah engkau
melihat sifatsifat Yang Maha Kuasa.
Pohon yang bengkok akan menjadi lurus, wahyu Ilahi: akarnya dalam tanah,
cabang-cabangnya
menjulang ke angkasa.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. IV, 3562
KESADARAN KOSMIK
Anggur yang meragi adalah pengemis yang meminta ragi kita; Langit yang berputar
adalah
pengemis yang memohon kesadaran kita.
Anggur mabuk karena kita, bukan kita yang mabuk olehnya: tubuh menjadi ada
karena kita,
bukan kita ada karenanya.
Kita laksana lebah, dan tubuh laksana sarang madunya: kita telah membentuk
tubuh, sel demi
sel, seperti lilin.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 1811
HIKMAH KETIDAKSEMPURNAAN
Ketidaksempurnaan dan kerusakan, yang terlihat di mana pun,
Semuanya adalah cerminan keindahan.
Pengatur tulang, di manakah dia dapat mencoba keterampilannya
Kalau bukan pada persendian yang patah? Penjahit di mana?
Tentunya, bukan pada busana siap yang indah potongannya.
Bila tiada tembaga kasar di tempat peleburan,
Bagaimana ahli kimia dapat mempertunjukkan keahliannya?
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 3201
RAHASIA KEBURUKAN
Baik Musa maupun Firaun adalah Pemuja Yang Maha Benar, sekalipun tampaknya
yang
pertama menemukan jalan dan yang lainnya kehilangan.
Di siang hari Musa berseru kepada Tuhan: di tengah malam Firaun mulai merintih.
Katanya, O Tuhan, belenggu apakah yang ada di leherku ini? Seandainya tak ada
belenggu,
siapa yang akan berkata aku adalah aku?
Dengan takdir itu Engaku membuat Musa bercahaya dengan takdir yang sama
Engkau membuat
aku gelap.
Kami berdua adalah sesama hamba yang mengabdi kepada-Mu; namun kapak-Mu
membelah
cabang-cabang lunak di dalam rimba-Mu.
Cabang-cabang tak berdaya terhadap kapak; yang satu benar-benar tercangkok
kuat, lainnya
dibiarkan tak terawat.
Aku memohon kepada-Mu, dengan kekuatan kapak-Mu, untuk melimpahkan rahmat
dan
meluruskan kebengkokanku.
Sekali lagi Firaun berkata kepada dirinya sendiri dalam keheranan, Bukankah aku
beribadah
sepanjang malam?
Dalam hatiku aku ini bagai orang yang rendah hati dan patuh: Bagaimana aku
tampak begitu
berubah ketika bertemu Musa?
Apabila ketidakberwarnaan menjadi tawanan warna, Musa menjadi musuh bagi
Musa.
Apabila engkau mencapai ketidakberwarnaan dari mana engkau berasal, Muda dan
Firaun
cahayanya.
Maka, dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi kedua panji itu muncul
dalam
pertentangan,
Sampai datangnya Nabi Muhammad, yang berjuang keras melawan Abu Jahl,
pangeran dari
pasukan ketidakadilan.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. VI, 2151
mereka
melakukan pekerjaan makhluk yang berakal-pikiran.
Jikalau pasangan ini tidak merasakanlebahagiaan dari satu dengan yang lainnya,
mengapa
mereka melangkah bersama laksana sepasang kekasih yang saling mencinta?
Tanpa Bumi, bagaimana bunga dan pepohonan akan tumbuh? Lalu, air dan panas
Langit akan
menghasilkan apa?
Karena Tuhan meletakkan gairah dalam diri pria dan wanita lewat persatuannya
dunia
terselamatkan,
Maka Dia menanamkan gairah ke dalam setiap jenis makhluk demi jenis makhluk
yang lain.
Secara lahir Siang dan Malam saling bertentangan: namun keduanya saling
membantu demi satu
tujuan.
Masing-masing saling mencinta demi kesempurnaan pekerjaan mereka yang saling
membutuhkan.
Tanpa Malam, watak Manusia takkan menerima penghasilan, sehingga takkan ada
Siang guna
dibelanjakan.
Jiwa berkata kepada tubuh, Pengasinganku lebih pahit daripadamu: aku adalah
penghuni
Surga.
Tubuh menginginkan tumbuh-tumbuhan hijau dan siraman air, karena ia berasal
daripadanya;
Jiwa menginginkan Kehidupan dan Tuhan Yang Maha Hidup, karena ia berasal dari
jiwa Yang
Tak Terhingga.
Hasrat jiwa adalah pendakian dan keagungan; hasrat tubuh adalah harta dan
kepuasan;
Dan Yang Maha Luhur itu menginginkan dan mencintai jiwa: perhatikan ayat Dia
mencintai
mereka dan mereka pun mencintai-Nya.
Pokonya ialah bila seseorang mencari, jiwa yang dicarinya pun menginginkannya;
Namun kalau gairah pencinta membuatnya kurus-kering, maka gairah dari yang
dicinta akan
membuatnya indah dan semakin mem-pesona.
Cinta, yang membuat pipi sang kekasih semakin merekah, memakan jiwa sang
pencinta.
Ambar mencintai jerami kelihatanyya tak menghasratkan apa-apa, sementara
jerami berjuang
untuk dapat melangkah maju di jalan yang panjang.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 4393
MANUSIA MAKROKOSMOS
Dari jiwa-jiwa suci seterang bintang penyempurnaan selalu diberikan kepada
bintang-bintang di
langit.
Dari luar tampaknya kita diatur oleh bintang-bintang itu, padahal batin kitalah yang
menjadi
pengatur langit.
Oleh karena itu, sementara dari wujud engkau adalah mikrokosmos, pada
hakekatnya engkau
makrokosmos.
Tampaknya ranting itu sumber buah; padahal ranting itu tumbuh demi buah.
Jikalau bukan karena mengharap buah, mengapa tukang kebun menanam pohon?
Maka pada dasarnya pohon itu lahir dari buah, meski tampaknya ia dihasilkan oleh
pohon.
Karena itu Muhammad bersabda, Adam dan seluruh Nabi berbaris di belakangku di
bawah
benderaku.
Ketika Tuan dari setiap adat dan pengetahuan itu mengungkapkan pepatah, Kami
adalah yang
terakhir dan terkemuka:
Yakni, meskipun tampaknya aku lahir dari Adam, namun sesungguhnya akulah
leluhur dari
setiap nenek-moyang.
Karena para Malaikat sujud kepadanya demi aku, dan dia naik ke Langit Ketujuh
karenaku,
Maka Bapak Adam itu sesungguhnya lahir dariku: pohon itu lahir dari buah.
Ide, adalah yang pertama, datang terakhir ke dunia kenyataan, pada hakekatnya
ide itulah yang
kekal-abadi.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. IV, 510
MANUSIA SEMPURNA
Sang Qutb adalah singa: berburu adalah urusannya; yang lainnya hanya memakan
sisanya.
Sejauh yang engkau mampu, usahakanlah untuk mengenyangkannya, sehingga dia
dapat
memperoleh kekuatan serta memburu binatang-binatang yang buas.
Apabila dia sakit, orang-orang menderita kelaparan: semua makanan berasal dari
tangan sang
Akal.
Seluruh pengalaman spiritual hanyalah sisa-sisanya. Ingatlah ini, apabila engkau
menginginkan
mangsa.
Dia bagaikan sang Akal, sedangkan mereka laksana anggota-anggota tubuhnya;
tata-kerja tubuh
itu tergantung pada sang Akal.
Kelemahannya terdapat pada tubuh, bukan pada jiwa; kelemahan terletak pada
Bahtera, bukan
pada Nuh.
Sang Qutb berputar mengedari dirinya, sementara di sekelilingnya berputarlah
seluruh Benda
Angkasa.
Berilah bantuan untuk memperbaiki bahtera jasmaniahnya: jadilah pelayannya
yang terkasih dan
hambanya yang setia.
Pada hakekatnya bantuanmu adalah suatu kebajikan bagimu, bukan baginya: Tuhan
telah
berfirman, Jika engkau menolong Allah, niscaya engkau akan ditolong.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. V, 2339
SAKSI TUHAN
Tuhan tidaklah mencipta di bumi atau di langit yang tinggi sesuatu yang lebih gaib
daripada ruh
manusia.
Dia telah menyingkapkan rahasia segala sesuatu, baik yang basah maupun yang
kering, namun
Dia menutup rahasia ruh: ia termasuk urusan Tuhan-ku.
Karena penglihatan Saksi yang mulia melihat ruh itu, maka sia-sialah tetap
bersembunyi
daripadanya.
Tuhan disebut Yang Maha Adil, dan Saksi itu milik-Nya: Saksi yang adil itu adalah
mata Sang
Kekasih.
Sasaran Pandangan Tuhan di kedua dunia adalah kesucian hati: tatapan Sang Raja
tertuju pada
orang yang terkasih.
Rahasia cinta-kasih-Nya yang beramain-main dengan kekasih-Nya adalah sumber
dari seluruh
tabir yang telah Dia ciptakan.
Oleh karena itu Tuhan kita Yang Maha Pengasih berfirman kepada Nabi pada malam
miraj:
DUNIA KHAYALAN
O Engkaulah yang menjawab doa tak terucap, yang setiap saat melimpahkan
kepada hati ratusan
karunia.
Engkaulah yang menggoreskan huruf-huruf tulisan: bebatuan di sini menjadi lembut
bagai lilin
demi cintanya.
Engkaulah yang menulis nun-nya alis, shad-nya mata, dan jim-nya telinga sebagai
sebuah
gangguan bagi pikiran-pikiran dan pengertian kita.
Karena huruf-huruf-Nya itu akal diciptakan untuk menyusun tumpukan halusnya
kebingungan:
tulislah. O penulis indah yang teladan!
Tak henti-hentinya Engkau ciptakan bentuk-bentuk khayalan yang indah di atas
halaman
Ketiadaan.
Di atas lembaran khayalan Engkau goreskan huruf-huruf yang membingungkanmata, raut muka,
pipi, dan tahi lalat.
Aku mabuk oleh gairah Ketiadaan, bukan oleh keberadaan, karena Sang Kekasih
dari dunia
Ketiadaan lebih setia.
Tataplah betapa gemarnya orang gila pada garis-garis gelap yang digoreskan tanpa
jari-jemari.
Setiap orang tergila-gila karena khayalan dan demi harta menggali yang terpendam
di sudutsudut.
Seseorang pergi ke gereja untuk menunaikan kewajiban agama; yang lain karena
hasrat yang
kuat untuk menabur benih;
Seseorang kehilangan jiwanya dalam doa setan; sedangkan yang lainnya di atas
bintangbintanglah meletakkan kaki.
Bagi penglihatan mata tampaklah segala macam gerak di dunia luar timbul dari
khayalankhayalan di dalam pikiran.
Karena sasaran dari pencarian jiwa itu tersembunyi, maka setiap orang mencarinya
pada arah
yang berbeda, seperti para musafir yang mencari kiblat di tengah kegelapan.
Pada saat fajar tiba, ketika Kabah terlihat, mereka menemukan siapa yang telah
kehilangan
jalan.
KESATUAN RUH
Jika mawar telah layu dan taman bunga pun telah musnah, kemanakah kita akan
mencari
harumnya mawar? Dalam air-mawar.
Karena Tuhan tak dapat dilihat, maka Dia mengutus para Nabi sebagai khalifah-Nya.
Janganlah menyalahkan aku! Adalah salah untuk beranggapan bahwa khalifah dan
Dia yang
mengutusnya adalah dua.
Bagi pemuja bentuk mereka adalah dua; apabila engkau melepaskan diri dari
kesadaran bentuk,
mereka adalah Satu.
Selama engkau perhatikan bentuk, kegandaaanlah yang engkau lihat: pandanglah,
bukan pada
mata, namun pada cahaya yang memancar dari keduanya.
Engkau takkan dapat membedakan cahaya dari sepuluh lampu yang dinyalakan
secara serentak,
sejauh engkau hadapkan wajahmu pada cahaya semata.
Dalam hal ruhani tiada pemilihan, tiada bilangan, tiada kesaling-sendirian.
Betapa indahnya kesatuan Sahabat dengan para sahabat-Nya! Kejarlah ruh itu dan
dekaplah
dalam dadamu.
Permalukanlah sikap yang suka memberontak sampai ia punah: temukanlah harta
benda Yang
Maha Esa!
Singkatnya, dulu kita dan segala sesuatu adalah satu esensi: kita adalah gumpalan
bersih seperti
air.
Ketika Cahaya yang mempesona mengambil bentuk, ia menjadi bermacam-macam,
laksana
bayang-bayang bentuk benteng.
Bongkarlah benteng gelap itu, sehingga seluruh perbedaan akan hilang dari tengahtengah bentuk
yang banyak.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 672
ruhani dan
menguburkan egoisme dirimu di dalam egoisme-Nya
Dan menjadi debu-Nya dan terkubur dalam cinta-Nya, sehingga Nafas-Nya dapat
memenuhi dan
menghidupimu.
Sebuah makam dan kubah menara kecil tidaklah menyenangkan bagi para pengikut
Yang Maha
Besar.
Sekarang lihatlah orang hidup yang berkain satin: apakah jubahnya yang indah itu
menuntun
pengertiannya terhadap segala sesuatu?
Jiwanya tersiksa, kalajengking deritanya berdiam di dalam hatinya yang benarbenar pedih.
Lahirnya, penuh dengan tanda jasa dan hiasan; nemun batinnya mengerang,
menjadi mangsa
berbagai pikirannya yang pahit;
Dan lihatlah, orang lain, yang berjubah tua lagi kumal, pikiran-pikirannya manis
bagai tebu,
kata-katanya bagai gula!
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 130
Jadilah Kebangkitan dan lihatlah juga: menjadi adalah syarat mutlak untuk melihat
hakekat
segala sesuatu.
Apakah ia terang atau gelap, sebelum engkau menjadi ia engkau tak akan pernah
mengetahuinya
secara sempurna.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. VI, 742
MEDIATOR
Nabi bersabda, Tuhan tidaklah memandang ke tubuh-tubuhmu: oleh karena itu
dalam upayamu
carilah si empunya Hati.
Adalah karena Anugerah-Nya Tuhan memandangmu, bukan karena sujudmu dalam
shalat
maupun karena zakat.
Karena engkau menganggap semua hati seperti hatimu menjadi Hati, engkau
meninggalkan
pencarian akan mereka yang memilikinyaHati yang bila tujuh ratus Langit
memasukinya, akan hilanglah mereka dan tersembunyi dari
penglihatan.
Janganlah menyebut pecahan-pecahan hati sebagai Hati ini: janganlah mencari
Abu Bakr
dalam diri Sabzawar!
Si empunya Hati adalah sebuah cermin bermuka enam; melaluinya Tuhan melihat
segala sesuatu
dari enam arah.
Apabila Tuhan menolak seseorang, adalah demi dia; dan apabila Dia menerima
seseorang,
adalah atas namanya.
Tuhan meletakkan Rahmat-Nya di atas telapak tangannya, dan telapak tangannya
menyalurkannya ke seluruh tujuan Rahmat Tuhan.
Keutuhan Rahmat Semesta di atas telapak tangannya adalah lengkap, mutlak, dan
sempurna.
Wahai orang yang kaya, apabila engkau mengajukan seratus karung emas kepada
Tuhan, Dia
akan berfirman, Bawalah Hati sebagai kado bagi gerbang pintu-Ku:
Berilah Aku Hati yang menjadi Kutub dunia dan Jiwa dari jiwanya jiwa Adam!
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. V, 869
SUMBER KEHIDUPAN
Salinan-salinan yang buram keluar dari Surga,
Lukisan-lukisan duniawi yang pucat dicipta tuk binasa,
Duka apa ini meski keindahanmu jadi hancur
Namun yang memberi tetap selamanya bertahan?
Oh, jangan sakiti hatimu dengan derita yang sia-sia:
Seluruh percakapan yang tinggi memikat telinga yang terpukau,
Segala pemandangan tersepuh emas, semua tindakan berani cemerlang
Akan hilang musnah, meski tak seperti yang kita takutkan.
Selama mata air kehidupan terus tercurah,
Tiap aliran yang kecil meng-alir penuh ke induknya.
Karena baik aliran maupun sumber dapat selamanya mengalir,
Alangkah bodohnya ketakutanmu, betapa keluh kesahmu sia-sia!
Apakah sumber ini, inginkan engkau mengetahui benar-benar?
Jiwa yang menyebabkan segala sesuatu diciptakan.
Pasti sungai-sungai takkan berhenti mengalir
Sampai terbungkam sumber-sumber keabadian.
Selamat berpisah, dan dengan pikiran tenang
Minumlah lagi dan lagi: biarlah yang lainnya suka menganggap
Mungkin dapat menemukan saluran yang kering,
Atau mengukur aliran yang tak dapat diukur.
Dunia yang hina ini diberikan kepadamu untuk sementara.
Tersedia sebuah tangga yang dengannya engkau dapat bercita-cita;
Dan langkah pertamamu, berjuang untuk terus mendaki,
Dari mineral ke tumbuhan; lalu ke tingkat yang lebih tinggi
Ke kehidupan hewan; lantas, Manusia
Berpengetahuan, berakal, dan beriman. O sungguh tujuan yang sangat
mengagumkan!
Tubuh ini, dari remah-remah debulah ia mulai berasal
TUJUAN PENCIPTAAN
Hikmah Tuhan menciptakan dunia supaya segala sesuatu yang ada dalam
pengetahuan-Nya
menjadi tersingkap.
Tuhan menimbulkan di atas dunia rasa sakit ketika melahirkan agar apa yang Dia
ketahui
menjadi terungkap.
Engkau tak dapat sejenak pun berdiam diri, engkau tak dapat istirah sampai
berbagai hal yang
baik atau buruk keluar dari dirimu.
Semua hasrat untuk berbuat ini ditakdirkan agar akhirnya kesadaran batinmu jelas
tampak.
Bagaimana yang nyata, yaitu tubuh, dapat diam jika benang, yakni pikiran,
menariknya?
Dunia ini dan dunia sana tak henti-hentinya melahirkan: setiap sebab adalah ibu,
akibatnya
adalah sang anak.
Jika akibat lahir, ia pun menjadi sebab dan melahirkan berbagai akibat yang
menakjubkan.
Sebab-sebab ini adalah generasi-generasi, namun ia membutuhkan suatu
penglihatan yang sangat
tajam untuk melihat mata rantainya.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. II, 994
TAKDIR ILAHI
Adakah pelukis yang melukis sebuah lukisan indah demi lukisan itu sendiri?
Tidak, tujuannya ialah untuk menyenangkan anak-anak atau mengingatkan kembali
teman-teman
yang telah lama berpisah kepada kenangan terhadap mereka yang mencintainya.
Adakah pembuat tembikar yang membuat kendi demi kendi itu sendiri dan bukan
karena
mengharapkan air?
Adakah kaligrafer yang menulis demi tulisan semata dan bukan demi kepentingan
pembacanya?
Ini seperti langkah dalam catur, anakku: hasil dari setiap langkah dirasakan pada
langkah
selanjutnya.
Dengan memahami sebab di balik sebab, satu setelah lainnya, engkau mencapai
kemenangan dan
mensekak-mati.
Orang yang jiwanya bebal tidak tahu bagaimana maju: dia berbuat berdasarkan
keyakinan serta
melangkah secara buta.
Keyakinan buta, jika engkau ikut bertempur, adalah sia-sia seperti keyakinan
penjudi atas
keberuntungannya.
Apabila rintangan di muka dan di belakang terangkat, maka mata akan menembus
dan membaca
lembaran Yang Tak Terlihat.
Orang yang waskita ini melihat ke belakang ke asal keberadaannya dia melihat
para Malaikat
mendebat Yang Maha Kuasa ketika hendak menjadikan Ayah kita (Adam) sebagai
wakil-Nya,
Dan, sambil mengarahkan matanya ke masa depan, dia melihat segala sesuatu
yang akan terjadi
hingga Hari Pengadilan.
Setiap orang melihat sesuatu yang tak terlihat menurut kadar cahayanya.
Semakin sering ia menggosok cermin hatinya, semakin jelaslah ia melihat segala.
Kesucian ruhani terlimpah dari Karunia Ilahi; keberhasilan dalam menggosoknya
juga
merupakan Anugerah-Nya.
Usaha dan doa tergantung pada cita-cita: Manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah
diusahakannya.
Tuhan sendiri adalah Pemberi aspirasi: orang yang kasar takkan bercita-cita menjadi
Raja;
Namun takdir Tuhan tentang nasib tertentu bagi seseorang tidak merintanginya
untuk
berkemauan dan mengambil pilihan.
Ketika kesulitan datang, orang yang bernasib sial akan berpaling dari Tuhan,
sementara orang
yang diberkahi akan mendekat kepada-Nya.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. IV, 2881
PENYEBAB
Tuhan telah menetapkan aturan, sebab-akibat, dan cara-cara demi semua yang
mencari-Nya di
bawah langit yang biru ini.
Hampir segala hal berjalan menurut aturan itu, namun adakalanya Kekuatan-Nya
menghancurkan aturan itu.
Dia menetapkan berbagai aturan dan kebiasaan: Dia menciptakan keajaiban yang
nyata
(mujizat) yang menyimpang dari kebiasaan.
Wahai engkau yang terjerat sebab-akibat, jangan bayangkan bahwa Penyebab itu
telah mati!
Penyebab mewujudkan apa pun yang Dia kehendaki, Kemahakuasaan-Nya dapat
menghancurkan seluruh sebab-akibat;
Namun umumnya, Dia melaksanakan Kehendak-Nya lewat jalan sebab-akibat,
supaya para
pencari dapat mencapai apa yang diinginkan.
Apabila tiada sebab, bagaimana pencari bisa meneruskan perjalanan? Dia mesti
meninggalkan
jejak yang tampak di atas jalan yang dilalui.
Sebab-akibat adalah film bagi mata, namun tidak setiap mata mampu merenungkan
perbuatanNya.
Dibutuhkan penglihatan yang tajam untuk mencapai yang ada di balik sebab dan
melepaskan
seluruh film,
Sehingga dapat tampak Penyebab dalam dunia tanpa ruang dan terlihatlah seluruh
usaha dan
perbuatan kita hanyalah air-liur.
Segala sesuatu yang baik ataupun yang buruk itu datang dari Penyebab: sebabakibat dan caracara, O tuan, adalah bukan apa-apa.
Melainkan hantu yang tampak di atas jalan raya Sang Raja agar kekuasaanketidaktahuan dapat
bertahan untuk sementara waktu.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. V, 1543
PABRIK TUHAN
Pekerja itu tersembunyi di dalam ruang kerja: masuklah ke ruang kerja dan lihatlah
Dia!
Lantaran pekerjaan telah menenun cadar pada Pekerja, engkau tidak dapat melihatNya di luar
pekerjaan-Nya.
Pekerja tinggal di dalam ruang kerja: tak seorang pun yang tinggal di luar
menyadari-Nya.
Maka, masuklah ke ruang kerja Ketiadaan, agar engkau dapat merenungkan Pekerja
dan
sekaligus pekerjaan-Nya.
Firaun mengabdi diri pada kehidupan material; maka dia buta terhadap ruang kerja
Tuhan.
Dan ingin mengubah serta menghindari apa yang telah ditentukan.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. II, 759
DUNIA WAKTU
Setiap saat engkau mati dan kembali. Dunia ini hanya sekejab, sabda Nabi.
Pikiran kita adalah anak panah yang dibidikkan oleh-Nya: Bagaimana ia akan tetap
tinggal di
udara? Ia akan kembali lagi kepada Tuhan.
Setiap saat dunia diperbaharui kembali, dan kita tidak menyadari perubahannya
yang tak pernah
berhenti.
Hidup pun senantiasa mengalir baru, meski dalam tubuh tampak kemiripan bentuk
yang
berkesinambungan.
Karena cepatnya ia tampak berkesinambungan, bagai kembang api yang engkau
putar dengan
tangan.
Waktu dan masa adalah gejala yang dihasilkan oleh cepatnya Tindakan Tuhan,
Bagaikan puntung berapi yang cekatan diputar menimbulkan ilusi lingkaran api
panjang.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 1142
TUHAN DI DUNIA
Dunia itu beku, namanya jamad (tidak berjiwa): jamid berarti beku, O tuan.
Tunggulah sampai terbitnya matahari Kebangkitan, sehingga engkau dapat
menyaksikan gerakan
tubuh dunia.
Karena Tuhan menciptakan Manusia dari debu, maka sebaiknya engkau kenali sifat
sejati setiap
partikel alam semesta,
Yang dari satu sisi mereka tampak mati, dari sisi lainnya mereka hidup: di sini diam,
di Sana
berbicara.
Jika Dia menurunkan mereka ke dunia kita, tongkat Nabi Musa menjadi seekor naga
dalam
pandangan kita,
Gunung-gunung bertasbih bersama Nabi Dawud, besi jadi bagai lilin di tangannya;
Angin menjadi kendaraan bagi Sulaiman, laut pun paham apa yang Tuhan titahkan
pada Musa.
Rembulan mematuhi isyarat yang diberikan Muhammad, api unggun (Namrud)
menjadi taman
mawar bagi Ibrahim.
Mereka semua berseru, Kami mendengar dan melihat serta mematuhi, meskipun
bagi kalian,
orang yang belum mengetahui, kami adalah benda mati.
Mendakilah dari dunia benda ke dunia ruh, dengarkan suara keras dari alam
semesta;
Maka engkau akan mengetahui bahwa Tuhan diagungkan oleh segala benda mati:
kesangsian
yang dibuat para penafsir palsu tidak akan memperdayakanmu.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 1008
JALAN PENYANGKALAN
Di hadapan orang Turki yang mabuk, penyanyi pengembara mulai menyanyikan
Perjanjian di
alam keabadian antara Tuhan dengan Jiwa.
Aku tak tahu apakah Engkau bulan atau berhala, aku tak tahu apa yang Engkau
kehendaki
dariku,
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk-MU, apakah aku akan terus diam atau
menyatakan-Mu dalam kata-kata.
Sungguh mengagumkan bahwa Engkau Dekat denganku; namun di mana aku dan di
mana
Engkau, aku tak tahu.
Dengan cara inilah dia membuka bibirnya, hanya untuk menyanyikan Aku tak tahu,
aku tak
tahu.
Akhirnya orang Turki itu meloncat marah dan mengancamnya dengan sebatang
tongkat besi.
Bodoh benar kau! ia berteriak, Katakan kepadaku sesuatu yang kau ketahui, dan
jika kau tak
tahu, jangan asal bicara.
Apa tujuan ocehanku ini? sahut penyanyi pengembara, maksudku gaib;
Sampai engkau menyangkal semua yang lain, penegasan Tuhan lari darimu: aku
menyangkal
supaya engkau dapat menemukan jalan penegasan.
Kumainkan nada sangkalan: jika engkau mati, kematian yang akan memperlihatkan
rahasia
Bukan kematian yang membawamu ke kegelapan liang kubur, tetapi dengan
kematian engkau
berubah dan masuk ke dalam Cahaya!
O Amir, gunakanlah tongkat itu untuk memukul dirimu: hancurkanlah egoisme
sampai lumat!
PENDAKIAN JIWA
Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan,
Aku mati sebagai tumbuhan dan muncul sebagai hewan,
Aku mati sebagai hewan dan aku menjadi Insan.
Mengapa aku mesti takut? Bilakah aku menjadi rendah karena kematian?
Namun sekali lagi aku akan mati sebagai Insan, untuk membumbung
Bersama para Malaikat yang direstui; bahkan dari tingkat malaikat pun
Aku harus wafat: Segala akan binasa kecuali Tuhan.
Ketika jiwa malaikatku telah kukorbankan,
Aku akan menjadi sesuatu yang tak pernah terperikan oleh pikiran.
Oh, biarkanlah aku tiada! Karena Ketiadaan
Membisikkan nada dalam telinga. Sesungguhnya kepada-Nya-lah kita kembali.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 3901
Apakah suara itu disebabkan oleh tanganku atau oleh lehermu. O kebanggan
bangsawan?
Zaid menjawab, Rasa sakit yang kuderita membuatku tiada waktu untuk
memikirkan masalah
ini.
Pikirkan sendiri: oranng yang merasa kesakitan tidak dapat memikirkan masalah
seperti ini.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 1380
TRADISI DAN INTUISI
Telinga adalah perantara, mata adalah pencinta yang menyatu dengan sang
kekasih; mata adalah
karunia nyata, sedangkan telinga hanya memiliki kata-kata yang menjanjikannya.
Dalam mendengar ada perubahan sifat; dalam melihat, ada perubahan hakekat.
Jika pengetahuanmu tentang api ditentukan oleh kata-kata semata, coba
matangkan dengan api!
Tiada kepastian intuitif sampai engkau terbakar, jika kau hasratkan kepastian itu
duduklah dalam
api!
Apabila telinga semakin peka, ia bakal menjadi mata; apabila sebaliknya, kata-kata
terperangkap
dan tak dapat mencapai hakekat.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. II, 858
PETAHUAN LANGSUNG
Mari, keENGtahuilah bahwa indera dan imajinasi serta pengertianmu bagaikan
batang bambu yang
ditunggangi anak-anak.
Pengetahuan spiritual manusia membumbungkannya ke atas; pengetahuan
inderawi manusia
adalah sebuah beban.
Tuhsan telah berfirman, Seperti keledai yang membawa kitab-kitab: betapa berat
pengetahuan
yang tak diilhami oleh-Nya;
Namun apabila engkau membawanya bukan untuk kepentingan diri sendiri, maka
beban itu akan
terangkat dan kau akan merasa bahagia.
Bagaimana engkau bisa bebas tanpa anggur-Nya, wahai engkau yang puas dengan
tanda-Nya?
Apa yang lahir dari sifat dan nama? Khayalan; namun khayalan hanya menunjukkan
jalan
menuju kebenaran.
Tahukah kau nama tanpa hakekat? Atau pernahkah kau memetik mawar dari
M.A.W.A.R.?
Engkau telah menyebutkan nama itu: pergi, carilah sesuatu yang diberi nama,
Bulan itu di langit,
bukan dalam air.
Sudilah engkau pergi ke balik nama dan huruf, sucikanlah dirimu sepenuhnya,
Dan saksikan dalam lubuk hatimu sendiri seluruh pengetahuan para Nabi, tanpa
buku, tanpa
belajar, tanpa pengajar.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 3445
NAMA KITA YANG SEBENARNYA
Pernahkah kau dengar nama dari segala sesuatu dari Yang Mengetahui?: Dengarlah
makna
rahasia Dia mengajarkan kepadanya Nama-nama.'
Bagi kita, nama segala sesuatu adalah bentuk lahirnya; bagi Sang Pencipta, ia
adalah hakekat
batinnya.
Dalam pandangan Musa nama tongkatnya adalah tongkat; dalam pandangan
Tuhan namanya
naga.
Di dunia ini nama Umar adalah pemuja berhala, namun di alam baka ia adalah
mukmin yang
sesungguhnya.
Di hadapan Tuhan, pendek kata, segala yang merupakan tujuan kita adalah nama
kita yang
sebenarnya.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 1238
Dengan sedih dia pun pergi, dan sepanjang tahun hatinya terbakar oleh api
perpisahan;
Maka datanglah ia kembali mondar-mandir di samping rumah kekasihnya.
Dia mengetuk pintu dengan ratusan kecemasan dan harapan, kuatir kalau kata-kata
tak pantas
bakal terucap dari bibirnya.
Siapa di situ? seru sang Kekasih. Dia menjawab, Engkau, wahai pesona seluruh
hati!
Kini, sapa sang kekasih, karena engkau adalah aku, masuklah; tiada ruang untuk
dua aku
dalam ruangan ini.
Dua ujung benang bukanlah untuk selubang jarum: karena engkau adalah satu,
masuklah ke
lubang itu.
Inilah benang yang memasuki lubang itu: unta takkan diterima masuk lubang jarum
itu.
Bagaimana unta dapat diperkecil kecuali dengan gunting zuhud?
Tapi itu, wahai pembaca, memerlukan Tangan Tuhan, yang merupakan Pembuat dan
Pencipta
setiap kemustahilan.
Yang bukan-wujud pun, meski lebih mati dibandingkan yang mati harus
mendengarkan ketika
Dia menitahkannya mewujud.
Bacalah ayat, Setiap waktu Dia dalam kesibukan: janganlah menganggap-Nya
menganggur
dan lamban.
Setidak-tidaknya, kegiatan-Nya tiap hari,
girimkan tiga pasukan:
Sepasukan sulbi para ayah menuju para ibu, supaya benih dapat berkembang di
dalam
kandungan;
Sepasukan dari kandungan menuju Bumi, agaar dunia terisi dengan lelaki dan
perempuan;
Sepasukan dari Bumi menuju kawasan di balik kematian, sehingga setiap orang
dapat melihat
indahnya segala amal baiknya.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 3056
JIWA SHALAT
Jalaluddin ditanya, Adakah jalan yang lebih dekat menuju Tuhan daripada Shalat?
Tidak, dia
menjawab; namun shalat itu bukan hanya bentuknya saja. Shalat itu ada
permulaan dan
ujungnya, sepertinya semua yang berbentuk dan bertubuh dan yang melibatkan
ucapan dan
suara; tapi jiwa itu bebas dan tak terbatas. Para Nabi telah memperlihatkan hakekat
shalat yang
sesungguhnya. ...Shalat adalah ketenggelaman dan ketidaksadaran jiwa, sehingga
seluruh
bentuk-bentuknya tinggal di permukaan. Shalat itu, bahkan Jibril, yang merupakan
ruh Suci tak
dapat ruang. Orang dapat bekerja, siapa yang shalat seperti ini dikecualikan dari
kewajiban
agama, karena dia kehilangan kesadaran. Tenggelam dalam Kesatuan Ilahi itu
adalah jiwa
shalat.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Fihi ma fihi, 15
AKU DI SINI
Suatu malam seorang berseru Allah! berulang-kali hingga bibirnya menjadi manis
oleh pujipujian bagi-Nya.
Setan berkata, Hai kau yang banyak berkata-kata, mana jawaban Aku di sini
(labbayka) atas
semua seruan Allah ini?
Tak satu pun jawaban yang datang dari Arsy: berapa lama kau akan berkata Allah
dengan
wajah suram?
Ia pun patah hati dan berbaring tidur: dalam mimpi dia melihat Nabi Khidir di antara
dedaunan,
Yang berkata, Dengar, engkau telah berhenti memuji Tuhan: mengapa engkau
sesali zikirmu
kepada-Nya?
Dia menjawab, Karena tak datang jawaban Aku di sini: aku takut diriku dijauhi dari
PintuNya.
Nabi Khidir menyahut, Justru sebaliknya; Tuhan berfirman: Sesungguhnya Allah
dalam
zikirmu adalah Aku di sini-Ku, dan sesungguhnya permohonan dan duka
Dan semangatmu adalah utusan-Ku kepadamu. Ketakutan dan cintamu adalah jerat
untuk
menangkap Karunia-Ku:
Di balik setiap O Tuhan-Mu selalu ada Aku di sini dari-Ku.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 189
gandum sebelum
ditabur.
Sebelum bentuk dicetak, mereka telah mendapat ruh; sebelum lautan dibuat,
mereka telah
menguntai mutiara.
Ruh telah melihat anggur di dalam buah anggur, ruh telah melihat sesuatu yang
ada dalam yang
tak ada
Keterbatasan sebagai ketakterbatasan, emas cetakan sebelum adanya tambang.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. II, 167
PAHALA KEBAJIKAN
Pada Pertemuan Pengadilan orang-orang Mumin akan berkata, Wahai Malaikat,
bukankah
Neraka itu jalan umum
Yang dilalui orang-orang mumin dan kafir? Namun kami tak melihat asap maupun
api dalam
perjalanan kami.
Maka Malaikat menjawab: Kebun yang terlihat ketika kalian lalui
Sebenarnya itulah Neraka, namun bagi kalian tampaknya bagai kebun hijau yang
indah.
Karena kalian berjuang melawan nafsu dan memadamkan kobaran berahi demi
Tuhan,
Maka ia menjadi hijau dengan kesucian dan menerangi jalan keselamatan;
Karena kalian mengubah bara kemarahan menjadi kelembutan, dan kebodohan
yang kelam
menjadi pengetahuan yang terang;
Karena kalian membuat jiwa yang berapi-api (nafsu) menjadi kebun buah-buahan di
mana
burung Bulbul selalu memanjatkan doa dan pujian
Maka bagi kalian api Neraka berubah menjadi tumbuh-tumbuhan hijau, bungabunga mawar,
dan kekayaan tanpa akhir.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. II, 2554
HIKMAH KESENGSARAAN
Lihatlah buncis dalam periuk, betapa ia meloncat-loncat elama menjadi sasaran api.
Ketika direbus, ia selalu timbul ke permukaan, merintih terus-menerus tiada henti,
Mengapa engkau letakkan api di bawahku? Engkau membeliku: Mengapa kini kau
siksa aku
seperti ini?
Sang isteri memukulnya dnegan penyedok. Sekarang, katanya, Jadi benar-benar
matanglah
kau dan jangan meloncat lari dari yang menyalakan api.
Aku merebusmu, namun bukan karena kau membangkitkan kebencian-ku;
sebaliknya, inilah
yang membuatmu menjadi lebih lezat
Dan menjadi gizi serta bercampur dengan jiwa yang hidup: kesengsaraan bukanlah
penghinaan.
Ketika engkau masih hijau dan segar, engkau minum air di dalam kebun: air minum
itu demi api
ini.
Kasih Tuhan itu lebih dahulu daripada permukaan-Nya, tujuannya bahwa dengan
kasih-Nya
engkau dapat menderita kesengsaraan.
Kasih-Nya yang mendahului permukaan-Nya itu supaya sumber penghidupan, yang
ada, dapat
dihasilkan;
Bahkan kemudian Tuhan Yang Maha Agung membenarkannya, berfirman, Sekarang
engkau
telah tercuci bersih dan keluarlah dari sungai.
Teruslah, wahai buncis, teruslah dalam kesengsaraan sampai wujud ataupun diri tak
tersisa
padamu lagi.
Jika engkau telah terputus dari taman bumi, engkau akan menjadi makanan dalam
mulut dan
masuklah ke kehidupan.
Jadilah gizi, energi, dan pikiran! Engkau menjadi air bersusu: Kini jadilah singa
hutan!
Awalnya engkau tumbuh dari Sifat-sifat Tuhan: kembalilah kepada Sifat-Sifat-Nya!
Engkau menjadi bagian dari awan, matahari dan bintang-bintang: Engkau kan
menjadi jiwa,
perbuatan, perkataan, dan pikiran.
Kehidupan binatang muncul dari kematian tetumbuhan: maka perintah, bunuhlah
aku, wahai
PETUNJUK SPIRITUAL
Nabi bersabda kepada Ali: "Wahai 'Ali, engkau adalah pahlawan yang gagah-berani,
engkau
adalah Singa Tuhan,
Namun jangan sandarkan dirimu pada keberanian: masuklah ke dalam naungan
pohon-Palem
harapan.
Masuklah ke dalam naungan (pelindung) Orang Bijak yang tak seorang pun dapat
menghentikannya.
Bayangannya di atas bumi ini bagai Pegunungan Qaf, ruhnya bagaikan Simurgh
yang
membumbung tinggi di angkasa.
Meski kupanjatkan pujiannya sampai Hari Kebangkitan, janganlah mencari tujuan
kepadanya.
Matahari Ilahi menyelubungi diri-Nya dalam Manusia: fahamilah rahasia ini, dan
Tuhan benarbenar mengetahui apa itu kebenaran.
Wahai, Ali, di balik semua amal pengabdian di Jalan adalah bayangan Hamba
Tuhan.
Apabila orang lain mencari keselamatan dengan menunaikan kewajiban-kewajiban
agama,
Pergilah kau, carilah perlindungan dalam naungan Orang Bijak yang melawan
musuh di dalam
dirimu.
Setelah diterima oleh Pir, persembahkanlah dirimu kepadanya: tunduklah, seperti
Musa, kepada
wewenang Khidir.
Apapun yang mungkin Khidir perintahkan kepadamu, embanlah dengan sabar, agar
ia jangan
berkata: Pergilah, di sini kita berpisah.
Meskipun dia menenggelamkan perahu, diamlah! Sekalipun dia membunuh seorang
anak, jangan
renggut rambutmu!
Tuhan telah melukiskan tangannya sebagai tangan-Nya sendiri, karena Dia telah
berfirman,
Tangan Tuhan di atas tangan mereka.
Tangan Tuhan ini membunuh muridnya, kemudian membawanya masuk menuju
kehidupan
kekal-abadi.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 2950
Siapapun yang merasa ragu dihatinya adalah seorang filosof yang tersembunyi.
Mungkin keyakinannya tegas, namun pada suatu saat nada filosofisnya akan
menghitamkan
wajahnya bagi orang-orang yang melihatnya.
Waspadalah, wahai orang-orang yang beriman! Nada seperti itu mungkin ada di
dalam dirimu: di
dalam dirimu ada dunia yang tak terhitung banyaknya.
Di dalam dirimu terdapat tujuh puluh dua glongan: celakalah jika suatu hari merka
menampakkan kepalanya!
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 3280
JALAN TASAWUF
Sumbatlah telinga nafsumu, yang bagai kapas menutupi
Kesadaranmu dan membuat tuli telinga batinmu.
Jadilah dirimu tanpa telinga, tanpa rasa, tanpa pemikiran,
Dan dengarkanlah seruan Tuhan, Kembalilah!
Atas perjalanan lahir, kata dan tindakan kita,
Di atas langitlah perjalanan batin kita
Tubuh berjalan di atas jalannya yang berdebu
Ruh berjalan, bagaikan Yesus, di atas lautan.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 566
karun.
Sebagian besar yang ditakdirkan masuk Surga adalah orang-orang bodoh, sehingga
mereka
menjauhkan diri dari kerancuan filsafat.
Jika orang pandai senang dengan rencana, orang sederhana bersemayam nyaman,
bagai bayi, di
haribaan Sang Perencana.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. VI, 2347
bagian tanpa
keseluruhannya.
Siapapun yang di putuskan oleh Setan dari persahabatan mulia itu, takkan tertolong
dan bakal
binasa.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. II, 2156
MUSIK KENANGAN
Dikisahkan, seruling dan kecapi yang menawan telinga kita
Nadanya berasal dari perputaran angkasa;
Namun Iman, yang melampaui lompatan spekulasi,
Dapat mengerti merdunya setiap suara yang tak serasi.
Kami, yang bagian dari Adam, bersamanya mendengarkan
Nyanyian para Malaikat dan Muqarrabin.
Meski tumpul dan menyedihakan, ingatan kami
Masih menyimpan gema alunan nada surgawi.
Oh, musik adalah hidangan bagi para pencinta,
Musik kan melambungkan jiwa ke dunia Sana.
Bara berpijar, api abadi pun kian berkobar: