Anda di halaman 1dari 23

Syair-syair Jalaludin Rumi

1.Saatnya untuk Pulang

Malam larut, malam memulai hujan


inilah saatnya untuk kembali pulang.
Kita sudah cukup jauh mengembara
menjelajah rumah-rumah kosong.
Aku tahu: teramat menggoda untuk tinggal saja
dan bertemua orang-orang baru ini.
Aku tahu: bahkan lebih pantas
untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka,
tapi aku hanya ingin kembali pulang.

Sudah kita lihat cukup destinasi indah


dengan isyarat dalam ucap mereka
Inilah Rumah Tuhan. Melihat
butir padi seperti perangai semut,
tanpa ingin memanennya. Biar tinggalkan saja
sapi menggembala sendiri dan kita pergi
ke sana: ke tempat semua orang sungguh menuju
ke sana: ke tempat kita leluasa melangkah telanjang.

2.Tertutuplah Pintu-Bahasa

Ada kecupan yang sungguh kami ingini


pada sepanjang hidup kami,
sentuhan sang Jiwa pada tubuh kami.

Air laut memohon mutiara


agar memecahkan cangkangnya.

Dan bunga lili, sepenuh nafsu


menunggu Kekasih yang liar!

Ketika malam, kubuka jendela


kupinta bulan datang bertandang
dan membenamkan wajahnya pada wajahku.
Bernafas ke dalam diriku.

Menutup pintu-bahasa
Membuka jendela-cinta.
3.

Bulan yang tak memerlukan pintu


ia hanya rindu jendela yang membuka.

Jika engkau tidak mempunyai ilm dan hanya prasangka,


milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Itulah jalannya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,


maka merangkaklah kepada-Nya!

Jika engkau tidak mampu berdoa dengan khusyu,


maka persembahkanlah doamu yang kering, munafik, dan tanpa keyakinan!

Karena Tuhan dalam rahmat-Nya


tetap menerima mata uang palsumu.

Jika engkau mempunyai seratus keraguan kepada Tuhan,


maka kurangilah jadi sembilan puluh sembilan saja. Itulah jalannya!

Wahai pejalan,

Walau kau telah seratus kali ingkar janji, datanglah, dan datanglah lagi!
Karena Tuhan telah berfirman:
Ketika engkau mengangkasa, ataupun terpuruk dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku, karena Aku-lah Jalan itu.

4.

Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?"


Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."
Ia berkata, "Kenapa kau ke mari?"
Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti."
Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"
Aku berkata, "Sampai ada panggilan."

Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah


Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.

Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan."


Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."
Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."
Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa."

5.
Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,


aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

"Kepada Nya, kita semua akan kembali"

6.Apa Yang mesti Ku lakukan

Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal
Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.
Aku bukan dari dunia ini ataupun dari akhirat, bukan dari Surga ataupun Neraka
Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan
Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak
Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini Esa
Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil
Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin
Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu" dan "Ya man Hu"
Aku mabuk oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabuk gila-gilaan
Kalau sekali saja aku semenit tanpa kau,
Saat itu aku pasti menyesali hidupku
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,
Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.
O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabuk di dunia ini,
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabuk dan gila-gilaan.

7. Kearifan Cinta

CINTA yang dibangkitkan


oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.
Namun kenikmatan itu,
jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya
kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang

8. Nafsu

Nafsumu itu ibu segala berhala


Berhala kebendaan ular sawa
Berhala keruhanian naga
Itu ibarat perumpamaannya
Mudah sekali memecah berhala
Kalau diketuk hancurlah ia
Walau batu walaupun bata
Walau ular walaupun naga
Tapi bukan mudah mengalahkan nafsu
Jika hendak tahu bentuk nafsu
Bacalah neraka dengan tujuh pintu
Dari nafsu keluar masiat setiap waktu.
mencintainya ini
sebagaimana kenikmatan lelaki
yang memeluk tugu batu
di dalam kegelapan sambil menangis dan meratap.
Meskipun dia merasa nikmat
kerana berfikir bahwa yang dipeluk adalah kekasihnya, tapi
jelas tidak senikmat
orang yang memeluk kekasih sebenarnya
kekasih yang hidup dan sadar.

9. Kekasih
Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih
dan mengetuk. Ada suara bertanya, Siapa di sana?
Dia menjawab, Ini Aku.
Sang suara berkata, Tak ada ruang untuk Aku dan Kamu.
Pintu tetap tertutup

Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali


dan mengetuk lagi. Suara dari dalam bertanya, Siapa di sana?
Dia berkata, Inilah Engkau.
Maka, sang pintu pun terbuka untuknya.

10. Mujahadah dan Makrifat

Makrifat itu pengenalan jiwa


Mengenal jiwa dan mengenal Tuhannya
Mengenal dengan sejelas jelasnya
Tidak kabur tapi jelas nyata

Mujahadah itu perjuangan dan usaha


Makrifat itu menuai hasilnya

Mujahadah itu dalam perjalanan


Makrifat itu matlamat tujuan
Makrifat itu pembuka rahsia
Makrifat itu sendiri rasa
Makrifat itu sagunya
Mujahadah itu memecah ruyungnya.

11. Cinta

CINTA yang dibangkitkan


oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.
Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau Mati
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan mann terakhir
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum Mati,
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu Hancurkanlah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu
Wahai mereka yang memiliki ketulusan
Jika ingin terbuka tirai
Pilihlah Kematian dan sobekkan tirai
Bukanlah karena Kematian itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena Kematian adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa

12. Kau dan Aku

Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku


Dalam dua bentuk dan dua wajah dengan satu jiwa, Kau dan Aku.
Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.

Bintang-bintang Surga keluar memandang kita


Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.

Kau dan Aku


Dengan tiada Kau atau Aku,
Akan menjadi satu melalui rasa kita bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
Burung Nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita
Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.

Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini


Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan, Kau dan Aku.

Tindakan Dan Kata-Kata


Aku memberi orang-orang apa yang mereka inginkan.
Aku membawakan sajak, karena mereka menyukainya sebagai hiburan.
Di negaraku, orang tidak menyukai puisi.
Sudah lama aku mencari orang yang menginginkan tindakan
Tetapi mereka semua ingin kata-kata.
Aku siap menunjukkan tindakan pada kalian
Tetapi tidak seorang pun akan menyikapinya.

Maka aku hadirkan padamu kata-kata.


Ketidakpedulian yang bodoh akhirnya membahayakan,
Bagaimanapun hatinya satu denganmu.

Menyatu Dalam Cinta

Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi.
Para tabib menyarankan bedah, Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan
menurun.
Majnun menolak, Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.
Para tabib pun bingung, Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak
takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?
Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti, jawab Majnun.
Lalu, apa yang kau takuti?
Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.
Menyakiti Layla? Mana bisa? Yangn dibedah badanmu.
Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat
perbedaan antara aku dan Layla.

Mati sebelum Engkau Mati

Tafsiran Muutu Qabla anta Muutu : Rumi


(Mati sebelum Engkau Mati)
Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau Mati
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan mann terakhir
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum Mati,
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu Hancurkanlah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu
Wahai mereka yang memiliki ketulusan
Jika ingin terbuka tirai
Pilihlah Kematian dan sobekkan tirai
Bukanlah karena Kematian itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena Kematian adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa

Kembali Pada Tuhan

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,


maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.
Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
kerana Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata wang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.
Begitulah caranya!
Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!
Kerana Tuhan telah berfirman:
Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu,
kerana Akulah jalan itu.
Empat Lelaki Dan Penterjemah
Empat orang diberi sekeping wang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, Aku akan membeli anggur.
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, Tidak, kerana aku ingin inab.
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum.
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, Aku ingin stafil.
Kerana mereka tidak tahu erti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah
mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.
Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian,
hanya dengan sekeping wang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping wang kalian
akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu.
Mereka pun tahu bahawa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda
yang sama, buah anggur.
Jalan i

Jalan sudah ditandai.


Jika menyimpang darinya,
kau akan binasa.
Jika mencuba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
kau melakukan perbuatan syaitan.

Siapa Di Pintuku?

Katanya, siapa di pintuku?


Jawabku,hamba-Mu yang lata,
Katanya, urusan apa yang kamu punya?
Jawabku, tuk mencumbu-Mu ya Rabb,
Katanya,berapa lama bakal kau kembara?
Jawabku,sampai Kau cegat daku,
Katanya,berapa lama kau didihkan di api?
Jawabku, sampai diriku murni,
Inilah sumpah cintaku
Demi Cinta semata
Kutinggalkan harta dan kuasa.
Katanya, kamu buktikan kasusmu
Tapi, kamu takpunya saksi,
Kataku,Tangisku, saksiku
wajah pasiku, saksiku,
Katanya, saksimu takpunya sahsiah
matamu membasah tuk dilihat.
Jawabku,atas kerahiman, adil-Mu
Mataku cerah dan tanpa salah,
Katanya,Apa yang kaucari?
Jawabku, Kamu! tuk jadi rekan dampinganku,
Katanya, apa yang kamu mau dariku,
Jawabku,Kemuliaan, kemesraanmu,
Katanya,Siapa teman sekembaramu?
Jawabku,Ingatan kepada-Mu, O Sang Raja,
Katanya, Apa yang membuatmu ke mari?
Jawabku,Kelezatan anggur-Mu,
Katanya, Apa yang membuatmu puas?
Jawabku, Dampingan-Mu Sang Maharaja
Katanya,Apa yang kamu temui di sini?
Jawabku, Seratus keajaiban,
Katanya,Mengapa istana ditinggal porakperanda?
Jawabku,Mereka takutkan perampok,
Katanya, Siapa perampok itu?
jawabku, Seseorang yang lari dari-Mu,
Katanya,Tidak adakah keselamatan di situ?
Jawabku,Dengan hadirnya Cinta-Mu,
Katanya, Apa faedah yang kamu terima dari kehidupan?
Jawabku,Dengan jujur kepada diriku,
Kini masa untuk menyepi.
Kalau kukatakan padamu tentang intisari sebenarnya
Kau bakal terbang, dirimu akan sirna
Dan tiada pintu, tiada bumbung dapat menarikmu kembali.

Bahagia Sejenak

Bahagia sejenak
kamu dan aku duduk di serambi
kita dua, tapi satu roh, kamu dan aku
kita rasa aliran air kehidupan di sini
kamu dan aku dengan keindahan taman
dan burungburung bernyanyi
bintangbintang menatap kita
dan kita menanyakan mereka
gimana mau menjadi bulan sabit kecil
kamu dan aku bukan diri, bakal menyatu
takberasingan, betapa spekulasi kamu dan aku.
tiong syorgawi bakal retakkan gula
waktu kita tertawa bersama, kamu dan aku
dalam satu bentuk di muka bumi ini
dan dalam bentuk lain di bumi manis
di kebebasan waktu yang tak tecatat

Tanpa Cinta, Segalanya Tak Bernilai

Jika engkau bukan seorang pencinta, maka jangan pandang hidupmu adalah hidup. Sebab tanpa Cinta,
segala perbuatan tidak akan dihitung pada Hari Perhitungan nanti. Setiap waktu yang berlalu tanpa
Cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.
Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari.
Mereka merupakan bintang-bintang di langit agama yang dikirim dari langit ke bumi. Demikian
pentingnya Penyatuan dengan Allah dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.
Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan. Lihatlah
pepohonan ini ! Semuanya gembira bagaikan sekumpulan kebahagiaan. Tetapi wahai bunga ungu,
mengapakah engkau larut dalam kepedihan ? Sang lili berbisik pada kuncup : Matamu yang
menguncup akan segera mekar. Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.
Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati adalah melalui Kerendahan Hati. Hingga dia akan
sampai pada jawaban YA dalam pertanyaan : Bukankah Aku ini Rabbmu ?

Kisah Keajaiban Cinta

Kamu pipa air yang kering dan aku hujannya/kamu kota yang hancur dan aku arsiteknya/tanpa khidmat
padaku sang mentari suka cita/kamu takkan pernah mencicipi bahagia.

Apa Yang mesti Ku lakukan

Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal
Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.
Aku bukan dari dunia ini ataupun dari akhirat, bukan dari Syurga ataupun Neraka
Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan
Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak
Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa
Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil
Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin
Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu dan Ya man Hu
Aku mabuk oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabuk gila-gilaan
Kalau sekali saja aku seminit tanpa kau,
Saat itu aku pasti menyesali hidupku
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,
Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.
O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini,
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabuk dan gila-gilaan.

Nubuwah Cinta dari Rumi

Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan,


Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang,
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku mesti takut? Maut tak menyebabkanku berkurang!
Namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia,
Dan melambung bersama malaikat; dan bahkan setelah menjelma malaikat
aku harus mati lagi; segalanya kecuali Tuhan, akan lenyap sama sekali.
Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini, Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami.
O,..biarlah diriku tak ada!
sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci, KepadaNya kita akan kembali.

Rumi bernyanyi

Ngengat-ngengat, terbakar oleh cahaya obor di wajah Sang Kekasih, adalah pecinta-pecinta yang
berdiam di tempat suci.
Kalaupun kita dianggap gila atau mabuk, ini karena Pembawa Piala dan Sang Piala.
Karena mulutku telah mengunyah Kemanisan-Nya Dalam pandangan yang jelas kulihat Dia berhadap-
hadapan.

Warna Agama
Chinese Art and Greek Art

Rasul pernah berkata, Ada orang-orang yang melihatku


di dalam cahaya yang sama seperti aku melihat mereka.
Kami adalah satu.
Walau tak terhubung oleh tali apapun,
walau tak menghafal buku dan kebiasaan,
kami meminum air kehidupan bersama-sama.
Inilah sebuah kisah
tentang misteri yang tersimpan:

Sekelompok Tiongkok mengajak sekelompok Yunani


bertengkar tentang siapa dari mereka
adalah pelukis yang terhebat.
Lalu raja berkata, Kita buktikan ini dengan debat.
Tiongkok memulai perdebatan.
Tapi Yunani hanya diam, mereka tak suka perdebatan.
Tiongkok lalu meminta dua ruangan
untuk membuktikan kehebatan lukisan mereka,
dua ruang yang saling menghadap
terpisah hanya oleh tirai.
Tiongkok meminta pada raja
beberapa ratus warna lagi, dengan segala jenisnya.
Maka setiap pagi, mereka pergi
ke tempat penyimpanan pewarna kain
dan mengambil semua yang ada.
Yunani tidak menggunakan warna,
warna bukanlah lukisan kami.
Masuklah mereka ke ruangannya
lalu mulai membersihkan dan menggosok dindingnya.
Setiap hari, setiap saat, mereka membuat
dinding-dindingnya lebih bersih lagi,
seperti bersihnya langit yang terbuka.

Ada sebuah jalan yang membawa semua warna


menjadi warna tak lagi ada. Ketahuilah,
seindah-indahnya berbagai jenis warna
di awan dan langit, semua berasal dari
sempurnanya kesederhanaan matahari dan bulan.
Tiongkok telah selesai, dan mereka sangat bangga
tambur ditabuh dalam kesenangan
dengan selesainya lukisan agung mereka.
Waktu raja memasuki ruangan, terpana dia
karena keindahan warna dan seluk-beluknya.
Lalu Yunani menarik tirai yang memisahkan ruangan mereka.
Dan tampaklah bayangan lukisan Tiongkok dan semua pelukisnya
berkilauan terpantul pada dindingnya yang kini bagaikan cermin bening,
seakan mereka hidup di dalam dinding itu.
Bahkan lebih indah lagi, karena
tampaknya mereka selalu berubah warna.
Seni lukis Yunani itulah jalan sufi.
Jangan hanya mempelajarinya dari buku.
Mereka membuat cintanya bening, dan lebih bening.
Tanpa hasrat, tanpa amarah. Dalam kebeningan itu
mereka menerima dan memantulkan kembali
lukisan dari setiap potong waktu,
dari dunia ini, dari gemintang, dari tirai penghalang.
Mereka mengambil jalan itu ke dalam dirinya,
sebagaimana mereka melihat
melalui beningnya Cahaya
yang juga sedang melihat mereka semua.

dia bernyanyi

Reguklah dalam-dalam cinta duniawi,


agar bibirmu mampu mengecap
anggur cinta yang lebih suci.

Aku mendengar dan terpikat;


ruhku bergegas untuk merengkuh
dekapan penerimaan Cinta,
karena suara itu begitu manis.

Terang Benderang

Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan


Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula

Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan


Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula.

Mencinta adalah mencapai Tuhan


Takkan pernah lagi dada seorang Pencinta merasakan kesedihan
Takkan pernah lagi jubah seorang Pencinta tersentuh kematian
Takkan pernah lagi jazad seorang Pencinta ditemukan terkubur di tanah
Mencinta adalah mencapai Tuhan

jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku tahu,
begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.

Kenapa aku harus mencari?


Aku sama dengannya
Jiwanya berbicara kepadaku
Yang kucari adalah diriku sendiri!

Wahai kegilaan yang membuai, Kasih !


Engkau Tabib semua penyakit kami !
Engkau penyembuh harga diri,
Engkau Plato dan Galen kami !

Aku adalah kehidupan dari yang kucintai


Apa yang dapat kulakukan hai orang-orang Muslim ?
Aku sendiri tidak tahu.
Aku bukan orang kristen, bukan orang Yahudi, bukan orang Magi, bukan orang Mosul,
Bukan dari Timur, bukan dari barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Bukan dari tambang Alama, bukan dari langit yang melingkar,
Bukan dari bumi, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Bukan dari singgasana, bukan dari tanah, dari eksistensi, dari ada,
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqsee,
Bukan dari kerajaan-kerajaan Irak dan Kurasan,
Bukan dari dunia ini atau yang berikutnya; dari syurga atau neraka,
Bukan dari Adam, Hawa, taman-taman syurgawi, atau firdausi,
Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak,
Bukan raga atau jiwa; semua adalah kehidupan dari yang kucintai.

Lewat Cintalah semua yang pahit akan jadi manis,


Lewat cintalah semua yang tembaga akan jadi emas,
Lewat cintalah semua endapan akan jadi anggur murni,
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat,
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup,
Lewat cintalah Raja jadi budak.

Simbolisme Sufi

Pelukan dan ciuman adalah pesona-pesona cinta.


Tidur adalah kontemplasi,
Parfum adalah harapan untuk berkah Ilahi.
Penyembah berhala berarti manusia dengan keyakinan murni, bukan kaum kafir.
Anggur, yang dilarang oleh Nabi Muhammad kepada pengikutnya, digunakan sebagai sebuah symbol-
kata oleh kaum Sufi untuk menunjuk pengetahuan spiritual, dan
Penjual anggur berarti seorang pemandu spiritual.
Sebuah Kedai minum adalah tempat dimana anggur cinta Ilahi memabukkan para musafir.
Kemabukan berarti ekstase religius, Keriangan adalah kesenangan dalam cinta Sang Khaliq.
Keindahan berarti keagungan Sang Kekasih.
Rambut ikal dan Rambut berarti kemurnian yang menyelubungi wajah Kesatuan dari para pecinta-Nya.
Pipi berarti esensi nama-nama dan sifat-sifat Ilahi. Bulu halus adalah dunia ruh-ruh suci yang paling
dekat dengan Ketuhanan. Tahi lalat pada pipi adalah titik Kesatuan yang tak bisa dibagi.
Obor adalah cahaya yang terpancar dalam hati oleh Sang Kekasih.

Lihat hanya Satu,


katakan hanya Satu,
kenal hanya Satu.

SEBERAPA JAUH ENGKAU DATANG!

Sesungguhnya, engkau adalah tanah liat. Dari bentukan mineral, kau menjadi sayur-sayuran. Dari
sayuran, kau menjadi binatang, dan dari binatang ke manusia. Selama periode ini, manusia tidak tahu
ke mana ia telah pergi, tetapi ia telah ditentukan menempuh perjalanan panjang. Dan engkau harus
pergi melintasi ratusan dunia yang berbeda.

JALAN

Jalan sudah ditandai.


Jika menyimpang darinya, kau akan binasa.
Jika mencoba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
kau melakukan perbuatan setan.

EMPAT LAKI-LAKI DAN PENERJEMAH

Empat orang diberi sekeping uang.

Pertama adalah orang Persia, ia berkata, Aku akan membeli anggur.

Kedua adalah orang Arab, ia berkata, Tidak, karena aku ingin inab.

Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum.

Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, Aku ingin stafil.

Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah
mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.

Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian,
hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian
akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu.

Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda
yang sama, buah anggur.

AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU

Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?


Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, istrinya Adam,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku

BURUNG HANTU DAN ELANG RAJA

Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu. Burung-burung hantu
menakutkannya, si elang berkata, Bagi kalian tempat ini mungkin tampak makmur, tetapi tempatku
ada di pergelangan tangan raja. Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya, Jangan percaya
kepadanya! Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita.

DIMENSI LAIN

Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,


tetapi dalam jenis yang berbeda.
Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
Ini tampak nyata,
hanya untuk orang yang berbudi halus
mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.

MANFAAT PENGALAMAN

Kebenaran yang agung ada pada kita


Panas dan dingin, duka cita dan penderitaan,
Ketakutan dan kelemahan dari kekayaan dan raga
Bersama, supaya kepingan kita yang paling dalam
Menjadi nyata.

KESADARAN

Manusia mungkin berada dalam keadaan gembira, dan manusia lainnya berusaha untuk menyadarkan.
Itu memang usaha yang baik. Namun keadaan ini mungkin buruk baginya, dan kesadaran mungkin baik
baginya. Membangunkan orang yang tidur, baik atau buruk tergantung siapa yang melakukannya. Jika
si pembangun adalah orang yang memiliki pencapaian tinggi, maka akan meningkatkan keadaan orang
lain. Jika tidak, maka akan memburukkan kesadaran orang lain.

DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN

Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.


Dia tidak di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Dengan tegas,
aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
Di sana cuma ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Kabah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana.
Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain.

MEREKA YANG TAHU, TIDAK DAPAT BICARA

Kapan pun Rahasia Pemahaman diajarkan kepada semua orang


Bibir-Nya dijahit melawan pembicaraan tentang Kesadaran.

JOHA DAN KEMATIAN

Seorang anak laki-laki menangis dan berteriak di belakang jenazah ayahnya, ia berkata, Ayah! Mereka
membawamu ke tempat di mana tidak ada pelindung lantai. Di sana tidak ada cahaya, tidak ada
makanan; tidak ada pintu maupun bantuan tetangga

Joha, diperingatkan karena penjelasan tampaknya mencukupi, berteriak kepada ayahnya sendiri:

Orangtua yang dihormati oleh Allah, mereka diambil ke rumah kami!

KECERDASAN DAN PEMAHAMAN SEJATI

Kecerdasan adalah bayangan dari Kebenaran obyektif


Bagaimana bayangan dapat bersaing dengan cahaya matahari?

REALITAS SEJATI

Di sini, tidak ada bukti akademis di dunia;


Karena tersembunyi, dan tersembunyi, dan tersembunyi.

JIWA MANUSIA

Pergilah lebih tinggi Lihatlah Jiwa Manusia!

PELEPASAN MENIMBULKAN PEMAHAMAN

Wahai Hati! Sampai dalam penjara muslihat,


kau dapat melihat perbedaan antara Ini dan Itu,
Karena pelepasan seketika dari Sumber Tirani;
bertahan di luar

DUA ALANG-ALANG

Dua alang-alang minum dari satu sungai.


Satunya palsu, lainnya tebu.

AKAN JADI APA DIRIKU?

Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput;


Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
Kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti malaikat:
Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat
Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
Aku akan menjadi itu.

RASUL

Rasul adalah mabuk tanpa anggur:


Rasul adalah kenyang tanpa makanan.
Rasul adalah terpesona, takjub:
Rasul adalah tidak makan maupun tidur
Rasul adalah raja di balik jubah kasar:
Rasul adalah harta benda dalam reruntuhan.
Rasul adalah bukan dari angin dan bumi:
Rasul adalah bukan dari api dan air.
Rasul adalah laut tanpa pantai:
Rasul adalah hujan mutiara tanpa menalang.
Rasul adalah memiliki ratusan bulan dan langit:
Rasul adalah memiliki ratusan cahaya matahari.
Rasul adalah bijaksana melalui Kebenaran:
Rasul adalah bukan sarjana karena buku.
Rasul adalah melebihi keyakinan dan kesangsian:
Karena Rasul apakah ada dosa atau kebaikan?
Rasul berangkat dari Ketiadaan:
Rasul telah tiba, benar-benar berangkat.
Rasul adalah, Tersembunyi, Wahai Syamsuddin!
Carilah, dan temukan - Rasul!

KEBENARAN

Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:


Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah
Tidak di bumi, langit atau singgasana.
Ini kepastian, wahai kekasih:
Aku tersembunyi di kaibu orang yang beriman.
Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini.

ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan akan Kebenaran lenyap dalam pengetahuan Sufi. Kapan manusia akan memahami ucapan
ini?

DEBU DI ATAS CERMIN

Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya. Kecantikan kita tidak terasa, karena
kita berada di bawah debu.

KERJA

Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang.


Bukan sekadar sesuatu yang
jika sedang berlangsung, kau
dapat melihatnya dari luar.
Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
seperti anak-anak
Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
Mari kita tinggalkan dunia
dan terbang ke surga,
Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan
dan menuju ke kelompok Manusia.

RUMAH

Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemukan jalan masuk,
yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, Ini sudah takdir Tuhan.

Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya.

BURUNG HANTU

Hanya burung bersuara merdu yang dikurung.


Burung hantu tidak dimasukkan sangkar

UPAYA

Ikat dua burung bersama.


Mereka tidak akan dapat terbang,
kendati mereka tahu memiliki empat sayap.

PENCARIAN

Carilah mutiara, saudaraku, di dalam tempurung;


Dan carilah keahlian diantara manusia di dunia.

TUGAS INI

Kau mempunyai tugas untuk dijalankan. Lakukan yang lainnya, lakukan sejumlah kegiatan, isilah
waktumu secara penuh, dan jika kau tidak menjalankan tugas ini, seluruh waktumu akan sia-sia.

KOMUNITAS CINTA

Komunitas Cinta tersembunyi diantara orang banyak;


Seperti orang baik dikelilingi orang jahat.

Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari Persia,
Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan
perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-puisi Rumi juga
dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah --kedalaman makna dan keindahan bahasa--
yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi sebelum maupun sesudahnya.

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya.
Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah --sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan
berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan
Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan
kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.

Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh
indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-cepat mereka
ingkari dan tidak diakui.

Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu
yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang
tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.

Rumi mengatakan, "Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah
gagasan yang dipelopori kelompok Mu'tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh
kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya
Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya."

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala
atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang
lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. "Padahal, yang lahir itu senantiasa
menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda
mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?" tegas Rumi.

Pengaruh Tabriz. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru
berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar.
Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.

Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama lengkap
Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian
besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi.
Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja
ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun
melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh
hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa
lima tahun.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain.
Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah,
Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin
Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan
sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika
Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat
dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran
gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan
agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da'i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di
Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat
berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya,
Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang.
Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan
mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang
sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu
kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing --yakni Syamsi Tabriz-- ikut bertanya, "Apa yang dimaksud
dengan riyadhah dan ilmu?" Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu
jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan
Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia
berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam
kamar hingga berhari-hari.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, "Sesungguhnya, seorang guru besar
tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski
sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu
melihat kandungan ilmu yang tiada taranya."

Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma
celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes.
Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas
keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya.

Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu
menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam
rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan
menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia
mulai mengajar lagi.

Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus.
Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-
muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya.

Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik
kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka
mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-
diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke
Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya
untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia
menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair-
syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula
wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin
Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya
menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini
terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf
yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya
tulisnya yang lain adalah Ruba'iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam
bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-
suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat
ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama
itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh
gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

WAFAT. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi.
Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan
mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan
kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo'akan, "Semoga Allah berkenan memberi ketenangan
kepadamu dengan kesembuhan." Rumi sempat menyahut, "Jika engkau beriman dan bersikap manis,
kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit."

Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala jenazahnya
hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Begitulah kepergian
seseorang yang dihormati ummatnya.

Anda mungkin juga menyukai