Anda di halaman 1dari 2

Saya Mila Dwi Apriyani (202111154) Kelompok 4

Di bagian Perbedaan Tentang Qiyas, ada golongan yg memakai Qiyas sebagai


sumber hukum dan ada juga golongan yg tidak menggunakan Qiyas sebagai sumber
hukum ya. Dan didalam golongan yg menggunakan Qiyas sebagai sumber hukum pun
didalamnya juga ada perbedaan dari intensitas penggunaannya. Nah pertanyaannya,
intensitas penggunaan yang seperti apa yang membuat mereka itu berbeda?

Jawab

Menurut ibnu Hazm intensitas pengambilan hukum yang seolah menapikan


peran akal dalam menginterpretasikan sebuah nash atau teks. Namun di tengah
penolakannya terhadap qiyas Ibnu Hazm memunculkan sumber hukum baru dalam
rangka merespon berbagai permasalahan kontemporer yang muncul, yang tidak
ditemukan jawabannya secara eksplisit dalam nash, hukum tersebut dikenal dengan
istilah ad dalil. Dalam perkembangan lebih lanjut konsep ad dalil ini dianggap sebagai
sumber hukum atau cara istimbat hukum yang tidak berbeda dengan qiyas yang
digunakan para ulama sebelumnya.

Devi indriani (202111173) Kelompok 9

Di dalam makalah terdapat beberapa perbedaan pendapat dikalangan mahzab,


bagaimana kelompok kalian menanggapi perbedaan tersebut dan apa inti dari
perbedaan tersebut?

Jawab

Perbedaan pendapat itu suatu bentuk kemudahan dalam Islam, perbedaan


terjadi karena masalah cabang dan ijtihad fiqh, bukan dari inti, dasar, ataupun
akidahSebagagai seorang Muslim, kita seharusnya menyikapi perbedaan dengan bijak.
Mendahulukan nalar yang sehat ketimbang amarah yang menyesatkan pikiran. Menjaga
hati dan ucapan agar tidak terjadi permusuhan. Kita adalah saudara yang harusnya
saling menjaga.

Intinya, Hormati orang yang mempunyai sikap dan pandangan yang


bersebrangan atau berbeda. Jagalah ucapan dan tulisan agar tidak melukai hati sesama.
Jangan karena hanya berbeda sikap dan pandangan, akhirnya memutuskan tali
silaturahmi.

Adela Saraswati (202111186) Kelompok 11

Dalam paper tersebut di jelaskan bahwa dari mazhab-mazhab hukum yang


berkembang  dan dianut oleh masyarakat Islam,  ternyata mereka mempunyai cara-cara
yang berbeda dalam melakukan istinbath hukum.  Pertanyaan kelompok kami adalah
bagaimana cara mengatasi perbedaan istinbath hukum tersebut?

Jawab
Bisa melalui Maslahah mursalah sebagai metode hukum yang
mempertimbangkan adanya kemanfaatan yang mempunyai akses secara umum dan
kepentingan tidak terbatas, tidak terikat. Dengan kata lain maslahah mursalah
merupakan kepentingan yang diputuskan bebas, namun tetap terikat pada konsep
syari’ah yang mendasar. Karena syari’ah sendiri ditunjuk untuk memberikan
kemanfaatan kepada masyarakat secara umum dan berfungsi untuk memberikan
kemanfaatan dan mencegah kemazdaratan (kerusakan).

Muhammad Najib (202111368) Kelompok 12

Mengenai Perbedaan Dalam Mentajrihkan dalil-Dalil yang berlawanan, dalam


kitab al-Muwafaqat juga menjelaskan bahwa sebetulnya tidak ada satu pun terjadi
perlawanan di antara dalil-dalil hukum, kecuali perlawanan dalam hal memastikan dan
menetapkan hukum. Namun Terdapat Pertentangan antara dalil tidak hanya terjadi
pada dalil-dalil yang bersifat zhanni dalalahnya, tetapi meliputi pula pertentangan antara
dalil-dalil yang qath`i. Lantas Bagaimana cara penyelesaian terhadap masalah diatas dan
berikan contohnya

Jawab

Ahli ushul seperti al-Asnawi, al-Amidi, berpendapat bahwa tidak boleh


mempertentangkan dalil qath’i dengan dalil zanni.Dalil qath’i selamanya harus
diutamakan daripada dalil zanni.Derajad dalil qath’I lebih tinggi Karena kepastiannya,
sementara dalil zanni menunjukkan praduga atau keraguan. Dengan demikian bila
terdapat perbedaan (ta’arudh) antara dalil qath’i dengan dalil zanni dengan sendirinya
dalil qath’i yang digunakan/diamalkan.

Contoh, oleh beberapa ulama untuk memberi fatwa seorang raja yang
menggauli istrinya di siang hari bulan Ramadlan, bahwa hukumnya adalah membayar
kifarat berupa puasa 2 (dua) bulan berturut-turut. Sebenarnya menurut hadits
Rasulullah saw , hukuman tersebut bersifat fakultatif , yaitu orang yang menggauli
istrinya di siang hari bulan Ramadlan harus membayar kifarat berupa; membebaskan
budak, jika tidak ada budak, maka berpuasa 2 (dua) bulan berturut-turut, dan jika tidak
mampu maka memberi makan 60 (enam puluh) orang miskin.

Anda mungkin juga menyukai