Anda di halaman 1dari 12

Aspek-Aspek Umum Hukum

Acara Mahkamah Konstitusi

TIM PENGAJAR
HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI
TUJUAN
Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa aspek umum
dalam hukum acara mahkamah konstitusi yang meliputi :
a. Permohonan;
b. pendaftaran permohonan dan penjadwalan sidang;
c. permohonan on-line ;
d. penggabungan perkara;
e. beban pembuktian dan alat bukti;
f. jenis dan sifat persidangan;
g. persidangan jarak jauh;
h. Putusan;
i. Tata-cara dan tata tertib persidangan.
Referensi

o Hukum Acara Mahkamah


Konstitusi, Sekretariat Jenderal
dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, 2019, Hal 59-96;
o UU Nomor 24 Tahun 2003;
o PMK No. 6/PMK/2005;
o PMK Nomor 18 Tahun 2009;
o PMK Nomor 19 Tahun 2009.
PERMOHONAN
• Permohonan adalah pintu masuk bagi penyelesaian perkara di MK;
• Istilah “permohonan” dipakai untuk merefleksikan kepentingan
umum yang ada pada setiap perkara yang diajukan ke MK
(putusan bersifat erga omnes);
• Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
oleh pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah Konstitusi;
PERMOHONAN sekurang-kurangnya harus memuat:
a. nama dan alamat pemohon;
b. uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan
sesuai dengan perkara yang dimohonkan;
c. hal-hal yang diminta untuk diputus.
PENDAFTARAN PERMOHONAN DAN
PENJADWALAN SIDANG

PASAL 32-35 UUMK


PERMOHONAN ON-LINE
• Permohonan perkara online diatur dalam PMK Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengajuan Permohonan Elektronik (Electronic Filing) dan Pemeriksaan Persidangan Jarak
Jauh (Video Conference)
PENGGABUNGAN PERKARA
• Terhadap beberapa permohonan perkara yang diterima, MK dapat
menetapkan penggabungan perkara, baik dalam pemeriksaan
persidangan maupun dalam putusan;
• Penggabungan perkara dilakukan melalui Ketetapan Mahkamah
Konstitusi apabila terdapat dua perkara atau lebih yang memiliki
objek atau substansi permohonan yang sama;
• Pasal 11 ayat (6) PMK No. 6/PMK/2005 dinyatakan bahwa
penggabungan perkara dapat dilakukan berdasarkan usulan panel
hakim terhadap perkara yang:
(a) memiliki kesamaan pokok permohonan;
(b) memiliki keterkaitan materi permohonan; atau
(c) pertimbangan atas permintaan pemohon.
BEBAN PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI
• Di dalam UU MK tidak ditentukan secara khusus tentang beban pembuktian;
• UU MK hanya menyatakan bahwa untuk memutus perkara konstitusi, harus
didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti,52 baik yang diajukan oleh
pemohon, termohon, atau pihak terkait ;
• Pembuktian dalam peradilan MK dapat disebut menerapkan “ajaran pembuktian
bebas yang terbatas”;
• Pasal 36 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 menentukan alat bukti meliputi:
a. surat atau tulisan;
b. keterangan saksi;
c. keterangan ahli;
d. keterangan para pihak;
e. petunjuk; dan
f. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik atau serupa dengan itu.
JENIS DAN SIFAT PERSIDANGAN
• Jenis sidang MK dapat dibagi menjadi 4
(empat), yaitu Pemeriksaan Pendahuluan,
Pemeriksaan Persidangan, Rapat
Permusyawaratan Hakim (RPH), dan
Pengucapan Putusan;
• Sifat persidangan di Mk adalah terbuka kecuali
oleh peraturan perundang-undangan
ditetapkan lain.
PERSIDANGAN JARAK JAUH
• Mekanisme persidangan jarak jauh diatur dalam PMK Nomor
18 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengajuan Permohonan
Elektronik (Electronic Filing) dan Pemeriksanaan Persidangan
Jarak Jauh (Video Conference);
• Pelaksanaan persidangan jarak jauh dilakukan berdasarkan
permohonan pemohon dan/atau termohon atau kuasanya ;
• Untuk pelaksanaan persidangan jarak jauh, MK telah
menempatkan sarana video conference di 40 Perguruan Tinggi
di seluruh Indonesia (termasuk di Universitas Airlangga)
PUTUSAN
• Di MK terdapat dua jenis putusan, putusan akhir dan putusan sela (provisi);
• Secara umum, sifat putusan MK adalah declaratoir dan constitutief;
• Setiap putusan MK harus memuat:
a. kepala putusan berbunyi: “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”;
b. identitas pihak, dalam hal ini terutama adalah identitas pemohon dan
termohon (jika dalam perkara dimaksud terdapat pihak termohon), baik
prinsipal maupun kuasa hukum;
c. ringkasan permohonan;
d. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam persidangan;
e. pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan;
f. amar putusan; dan
g. hari, tanggal putusan, nama hakim konstitusi, dan panitera.
TATA-CARA DAN TATA TERTIB PERSIDANGAN

• Tata cara dan tata tertib persidangan diatur


tersendiri di dalam PMK Nomor 19 Tahun
2009 tentang Tata Tertib Persidangan;
• Tata tertib tersebut memuat tata cara beserta
larangan bagi pihak-pihak yang menghadiri
persidangan.

Anda mungkin juga menyukai