TINJAUAN PUSTAKA
hubungan perdata melewati batas negara, atau dengan kata lain, hukum
tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda. Pendapat lain yang
berpendapat bahwa:
17
Sweet & Maxwel, Graveson, R.H., Conflict of Laws – Private Internasional Law, London, 7th
edition, 1974, hal.3
20
Masalah- masalah pokok dalam HPI dalam perkembangannya
pengadilan asing
Dengan kata lain persoalan pokok menjadi titik berat HPI berkisar
tolak dari fungsi dari HPI yaitu menentukan hukum mana dan forum
asing pada dasarnya HPI merupakan bidang hukum yang relevan dengan
21
fungsi pengadilan (atau hakim) dalam penyelesaian sengketa-sengketa
yang melibatkan lebih dari satu sistem hukum. Apabila secara teoritis
tujuan tertentu.
18
Bayu Seto Hardjowahono S.H, LL.M., Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2006 hal. 32
22
ditingkat nasional. Oleh karena itu hukum nasional menjadi salah satu
19
Hingga sekarang baru ada RUU tentang HPI Indonesia, namun belum diadopsi menjadi undang-
undang.
23
Sumber-sumber HPI terbagi menjadi sumber hukum formal dan
20
Rebecca M. M Wallace, Hukum Internasional, Semarang: Sweet & Maxwell, 1986, hlm. 9
24
memakai AB sebagai kaidah hukum, namun di hukum perdata
digunakan:
b. Perjanjian Internasional
25
tergolong treaty contracts yang tidak secara langsung menjadi
c. Kebiasaan Internasional
berikut :
26
diterimanya kebiasaan Internasional itu sebagai hukum. Hal ini
1. Pengertian Perkawinan
27
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI istilah
perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria
21
Kamus Besar Bahasa Indonesia keyword perkawinan
28
“perkawinan campuran”), perkawinan yang diselenggarakan di luar
perkawinan.
yang belum terkodifikasi yang saat ini menjadi acuan dalam HPI di
kemungkinan 23:
22
Saleh, Hukum Perdata Internasional, 1980, hlm 46
23
F.X. Suhandana, Hukum Perdata Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992, hal 119.
29
c. Perkawinan itu dilakukan antara warga Negara Indonesia
Dalam hal ini yang dimaksud sistem hukum negara yang berlaku
negara B.
30
adanya keseragaman di bidang hukum mengenai perkawinan.
setelah perkawinan
Internasional
31
Dibawah ini merupakan asas-asas asing dalam pengaturan lingkup
32
penentu apabila negara yang menganut sistem domisili mengatur
perkawinan.
33
Untuk harta/benda bergerak berlaku asas mobilia sequntuur
celebrationis).
1. Pengertian Perceraian
34
Perkawinan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan
agama untuk yang beragama Islam, dan pengadilan negeri untuk yang
bercerai tersebut. Jika usaha perdamaian di antara suami dan istri yang
bercerai setelah cukup alasan bahwa antara suami istri tidak dapat lagi
hidup secara rukun sebagai suami istri, disamping itu harus memenuhi
24
Dr. Munir Fuady, S.H., LL.M. , Konsep Hukum Perdata, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2015,
hlm 23
35
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dan
si anak.
36
Islam apabila beragama Islam, dan Hukum Adat apabila perkawinan
asing. Dalam hal ini terdapat ketidak jelasan hukum dimana apabila
Indonesia tidak diatur secara khusus dalam Hukum Indonesia saat ini,
25
Bayu Seto Hardjowahono, Op.Cit., hal. 157-158
37
dan tempat diajukan perceraian adalah dimana perkawinan
38
c. Sistem hukum dari tempat suami isteri berkediaman tetap
serta yang menganut sistem hukum ini adalah rata – rata peserta
perceraian tersebut.
Internasional
39
Berbagai negara di dunia memiliki peraturan perceraian yang
dari setidaknya dua negara akan terlibat, dan mungkin lebih jika
26
Sudargo Gautama [3], Op.Cit., hal. 274
40
Perbedaan yang demikian besar dalam perundang-undangan
lain, maka hukum perdata dan hukum dagang adalah sama bagi
27
Sudargo Gautama [3], Op.Cit., hal. 275
41
akan dipakai lagi hukum nasional mereka berkenaan dengan status
28
Ibid, hal. 13
29
Sudargo Gautama [3], Op.Cit., hal. 318
42
merupakan tujuan utama Konvensi Den Haag pada Konferensi ke-
43
diucapkan. Yang hanya diperhatikan ialah kontrol secara terbatas.
berikut :33
telah diakui oleh salah satu negara peserta, akan diakui pula
salah satu negara peserta akan diakui pula oleh negara peserta
sebagai berikut :
negara tersebut.
di bawah ini :
33
Purnadi Purbacaraka, Agus Brotosusilo, 1997, Sendi-Sendi Hukum Perdata Internasional Suatu
Orientasi, Raja Graindo Persada, Jakarta, hal. 50
44
a. “habitual residence” tersebut telah berlangsung
perkara
negara tersebut.
bersangkutan, atau
negara tersebut
dimulainya perkara.
34
Sudargo Gautama [3], Op.Cit., hal. 319
45
Biasanya kalau timbul percekcokan, masing-masing kembali ke
35
Ibid, hal. 309
36
Sudargo Gautama [3], Op.Cit., Ibid, hal. 312
46
tendensi yang nyata ialah untuk sedapat mungkin meluaskan
di luar negeri.
47