gramatikal bahasanya. Sementara makna-maknabathini adalah termasuk perkaraperkara yang khusus, yang hanya dipahami oleh orang-orang tertentu yang telah
mendapatkan pelajaran dari Allah swt.Penafsiran al-Tustary yang lain dalam
menafsirkan ayat 22 dari surat
al-Baqarah :
Dialah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
danDia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segalabuah-buahan sebagai rezki untukmu, karena itu janganlah kamu Mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.3ibid4Ibid.2 | P a g e
3. 3. (Andaadan) al-Tastary menafsirkannya dengan nafsuKata ; andadan
disini bukan hanyaamarahyang jelek. Jadi maksud patung-patung,
setanatau jiwa tetapi nafsu amarah yang sering dijadikan Tuhan oleh manusia adalah
perihalyang dimaksud dari ayat tersebut, karena manusia selalu menyekutukan
Tuhannyadengan selalu menjadi hamba bagi nafsu amarahnya.5Maka ia menafsirkan
kata (tandingan-tandingan) sebagai ( yang bertentangan) , menurut beliau
tandingan yangpaling besar adalah nafsu ammarah bi al-S (nafsu yang selalu
memerintahkan kepadakeburukan) meskipun secara zhahir ayatnya tidak berbicara
tentang nafsu ammarohmelainkan tandingan ataupun sekutu bagi Allah swt. yang
disembah oleh orang-orangmusyrik.6C. Haqaiq al-Tafsir karya Abu Abdirrahman alSulami (412/1021)Nama asli pengarang kitab ini adalah Ab Abdurrahman
Muhammad bin Husainbin al-Asad al-Sulami, lahir pada tahun 330 H. Selain
masyhur sebagai seorang syaikhdan ulama sufi pada masanya beliau juga dikenal
sebagai seorang muhaddits.7Samahalnya al-Tustari, al-Sulami menafsirkan seluruh
surat dalam al-Quran,namun tidak berdasarkan ayat per ayat. Ia hanya menafsirkan
ayat-ayat tertentu yangdianggap penting dalam pertimbangannya.Yang menjadikan
berbeda dengan al-Tustari adalah al-Sulami sama sekalimenafikan pembahasan
makna-makna secara zhahir. Beliau menggunakan pemahamanbathin secara
keseluruhan dalam menafsirkan ayat-ayat Quran meski sejatinya al-Sulamimasih
mengakui eksistensi makna-makna yang zhahir. Hanya saja, beliau lebih
sukamenghimpun tafsir-tafsir ahli hakikat dalam kitab tersendiri.Sebagian ulama
mengecam keras atas tafsiran beliau karena hanya membatasi diripada makna-makna
isyari semata dan sama sekali berpaling dari makna-makna zhahirdalam menafsirkan
suatu ayat. Bahkan, Imam al-Suyuthi menyebutnya sebagai ulamayang mengada-ada
(mufassir mubtadi).8Selaras dengan al-Suyuti Ibn Taimiyah5Jurnal UIN Sunan
Kalijaga, edisi 13 April 20106Sahl al-Tustari, Tafsr al-Quran al-Azhm, (Kairo: Dr
al-Kutub al-Arabiyyah, 1329 H),hal. 147Ibid 2718Mahmud Basuni Faudah, Tafsirtafsir al-Quran, h. 2643 | P a g e
4. 4. menudingnya sebagai seorang pendusta yang mengatasnamakan Jafar al-Shadiq
sebagairujukan. Berikut contoh penafsirannya dalam Q.S. Di
al-Rahman ayat 11: bumi itu ada buahbuahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopakmayang.Dalam penafsirannya,
Allah swt. telah menjadikan dalam hati para waliNya kebunkeakraban denganNya. Di
dalamnya Allah swt. menanam pohon-pohon marifah, yangakarnya terhujam dalam
rahasia-rahasia mereka, sementara cabang-cabangnya berdiritegak menghijau dalam