Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Kepada Kawan Kepada Peminta-minta
Sebelum ajal mendekat dan Baik, baik, aku akan menghadap Dia
mengkhianat, Menyerahkan diri dan segala dosa
mencengkam dari belakang ‘tika kita Tapi jangan tentang lagi aku
tidak melihat, Nanti darahku jadi beku
selama masih menggelombang dalam
dada darah serta rasa, Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
belum bertugas kecewa dan gentar Nanah meleleh dari muka
belum ada, Sambil berjalan kau usap juga
tidak lupa tiba-tiba bisa malam
membenam, Bersuara tiap kau melangkah
layar merah berkibar hilang dalam Mengerang tiap kau memandang
kelam, Menetes dari suasana kau datang
kawan, mari kita putuskan kini di sini: Sembarang kau merebah
Ajal yang menarik kita, juga mencekik
diri sendiri! Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Jadi Di bibirku terasa pedas
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Mengaum di telingaku
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan Baik, baik, aku akan menghadap Dia
kalau merayu, Menyerahkan diri dan segala dosa
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Tapi jangan tentang lagi aku
Jangan tambatkan pada siang dan Nanti darahku jadi beku
malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa
angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian
madu!!!
Cerita Buat Dien Tamaela
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut
Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan
Mari menari!
mari beria!
mari berlupa!
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu